BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

BAB IV. 4.1 Letak PT. Luas areal. areal kerja PT. PT Suka Jaya. areal Ijin Usaha. Kabupaten

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG

B. BIDANG PEMANFAATAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Izin Pemanfaatan Kayu. Prosedur.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.393/MENHUT-II/2005 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 62/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.192/MENHUT-II/2006 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

FORMAT PENYUSUNAN USULAN BAGAN KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (BKUPHHK-HTI)

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : SK. 294/VI-BPHA/2007 TENTANG

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 5 tahun 2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BERUPA KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT PENYUSUNAN USULAN RENCANA KERJA TAHUNAN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKTUPHHK-HTI)

BAB III METODE PENELITIAN

2016, No dimaksud dalam huruf b, perlu disempurnakan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 132 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

2 Pada Kementerian Kehutanan, Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana huruf b, perlu disempurnakan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, DAN HAK PENGELOLAAN KRITERIA DAN INDIKATOR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

2 Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi serta dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi saat ini, maka penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal d

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DARI HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKM)

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

Membaca. Menimbang. f. bahwa.

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-RE, DAN HAK PENGELOLAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.33/Menhut-II/2014 TENTANG

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA PEMEGANG IZIN DAN PEMEGANG HAK PENGELOLAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 744/Kpts-II/1990 TANGGAL : 13 Desember 1990

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 175 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.398/MENHUT-II/2005 TENTANG

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 196 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.54/MENHUT-II/2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, DAN HAK PENGELOLAAN

MEMUTUSKAN. Menetapkan :

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD, HTHR)

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG


BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

PERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 19/Menhut-II/2011 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL KERJA IZIN PEMANFAATAN HUTAN

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 91 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Draft Legalitas: Versi Anyer 28 September 2005

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DARI HUTAN NEGARA (IUPHHK-HA/HPH, IUPHHK- HTI/HPHTI, IUPHHK RE)

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD, HTHR)

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT(HTR, HKm, HD)

KEPUTUSAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR: 08 TAHUN 2002 T E N T A N G

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun 1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI, Menteri Pertanian untuk mengusahakan hutan dalam bentuk HPH melalui SK HPH No. 526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal IUPHHK-HA adalah sebesar 125.000 Ha yang terletak di kelompok hutan Sungai Ratah Selatan di Provinsi Kalimantan Timur. Dasar pemberian hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut adalah Forest Agreement (FA) No. FA/J/003/1970 tanggal 30 Januari 1976. Hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut di atas, sesuai dengan diktum terakhir disebutkan bahwa berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak dikeluarkannya SK HPH. Dengan demikian maka IUPHHK-HA ini telah berakhir pada tanggal 6 Nopember 1990. Setelah berakhirnya jangka pengusahaan hutan tersebut, perusahaan memperoleh perpanjangan sementara dengan luas areal sebesar ± 115.000 Ha. Luas areal ini didasarkan pada dokumen Project Proposal Perpanjangan. Perubahan luas dari 125.000 Ha menjadi 115.000 Ha tersebut disebabkan oleh pengurangan luas areal sebesar 10.000 Ha karena termasuk areal hutan lindung (HL). Ijin prinsip perpanjangan ini tertuang di dalam Surat Menhut No. 477/Menhut-IV/1993 tanggal 27 Februari 1993. Berdasarkan Surat Menhut No. 2039/Menhut-IV/1993 tanggal 20 November 1993, PT. Ratah Timber memperoleh tambahan areal seluas 12.000 Ha yang berasal dari eks IUPHHK-HA PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya, sehingga luas areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber menjadi 127.000 Ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 95/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 luas areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber ditetapkan seluas 97.690 Ha. Pengurangan areal tersebut terjadi karena sebagian areal IUPHHK-HA termasuk dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) seluas 29.310 Ha. Pada penyusunan RKUPHHK periode 1990-2010 ini luas yang digunakan adalah

luas berdasarkan SK Menhut No. 95/Kpts-II/2000 tersebut yakni seluas 97.690 Ha. 4.2 Lokasi Perusahaan PT. Ratah Timber terletak di kelompok hutan Sungai Ratah, Kabupaten Kutai, Kalimntan Timur. Secara geografis terletak pada 114 55-115 30 Bujur Timur dan 0 2 LS - 0 15 LU. Menurut pembagian wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), areal kerja termasuk ke dalam Kelompok Hutan Sungai Ratah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Hulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut pembagian wilayah administratif pemerintahan termasuk dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Batas-batas areal kerja PT. Ratah Timber adalah: Sebelah Utara : KBNK, Areal Perkebunan KSU Dayakaltim Abadi dan IUPHHK-HA PT. INHUTANI I (eks. IUPHHK-HA PT. Mulawarman Bhakti) Sebelah Timur : KBNK dan eks. IUPHHK-HA PT. Haciendawood Nusantara Industries Sebelah Selatan : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. IUPHHK-HA PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya) Sebelah Barat : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. areal kerja PT. Gata Rota) 4.3 Topografi, Iklim dan Jenis Tanah Hasil analisis kelas lereng berdasarkan Peta Garis Bentuk dari Potret Udara Skala 1 : 25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (± 68,50 %) tergolong datarhingga landai. Disamping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40 % (sangat curam) seluas 705 Ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Menurut sistem klasifikasi Schmidt and Fergusson, iklim di areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan (nilai Q = 0 %). Tabel 2 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Klasifikasi Unit I (Ha) Unit II (Ha) Jumlah Kelas Lereng HP HPT HP Ha % A : 0-8 % Datar 33.634 6.741 2.518 43.893 43,91 B : 9-15 % Landai 15.304 6.937 1.779 24.020 24,59 C : 16-25 % Agak Curam 7.605 6.370 2.593 16.569 16,96 D : 26-40 % Curam 2.508 4.956 1.048 8.512 8,71 E : > 40 % Sangat Curam - - 142 705 0,72 Tidak ada data 939 4.053-4.992 5,11 Jumlah 59.990 29.620 6.080 97.690 100,00 Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Kelas Lereng IUPHHK-HA PT. Ratah Timber yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1 : 25.000 Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kalimantan Skala 1 : 250.000 tahun 1976, areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah kuning, latosol dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah berdasarkan letak arealnya secara rinci disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Luas areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah No. Jenis Tanah Unit I Unit II Total Ha % Ha % Ha % 1 Podsolik Merah Kuning 77.701 87 3.826 47 81.527 83 2 Latosol 9.650 11 4.254 53 13.904 14 3 Aluvial 2.259 3 - - 2.259 2 Jumlah 89.610 100 8.080 100 97.690 100 Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Tanah Hijau, Skala 1 : 250.000 (Badan Pertanahan Nasional Unit Kalimantan Timur) 4.4 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Di Kecamatan Long Hubung terdapat 12 desa dan 7 diantaranya berada di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, yaitu: Desa Mamahak Teboq, Lutan, Datah Bilang Hulu, Datah Bilang Hilir, Danum Paroi, Long Hubung, dan Desa Long gelawang. Jumlah penduduk di tujuh desa ini dalam angka tahun 2000

sebesar 7.129 jiwa. Kepadatan penduduk ketujuh desa tersebut berkisar antara 0,99-36,64 jiwa/km 2. Sebagian besar masyarakat menggantungkan sumber kehidupan dari alam. Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu IUPHHK-HA serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, akibatnya masyarakat mulai menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang atau bekerja di IUPHHK-HA. Kehidupan masyarakat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok atau pola desa (rural resettlement type) dan terpusat dalam kampung-kampung hunian yang berada di sekitar Sungai Mahakam atau Sungai Ratah. Komunikasi antar desa dilakukan melalui air. Rumah-rumah mereka beratap sirap sebagian beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu. Suku Dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non formal adalah hak ulayat. Tata cara penggunaan tanah ulayat yang menyangkut luas, batas dan sebagainya masih diatur oleh hukum adat. Berdasarkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan sekitar IUPHHK-HA sebagian besar bertani, berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. 4.5 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi IUPHHK-HA-HA PT. Ratah Timber tertinggi dipegang oleh Direktur Utama. Selanjutnya pemegang kedudukan tertinggi di masing-masing Departemen adalah Direktur Keuangan, Direktur Produksi dan Direktur Umum. Manager Camp bertanggung jawab kepada Direktur Produksi dalam kegiatan operasional di lapangan (Camp Mamahak Teboq). Di bawah kedudukan Manager Camp terdapat beberapa Asisten Manager di empat unit (Unit Perencanaan Hutan, Unit Pembinaan Hutan, Unit Bina Lingkungan dan Unit

Produksi). Setiap unit ini terbagi lagi menjadi beberapa Kepala Urusan (Kaur). Adapun struktur organisasinya dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan sifaat pekerjaan dan jangka waktu hubungan kerja, maka status tenaga kerja PT. Ratah Timber dibedakan atas 3 status, yaitu: a. Tenaga kerja waktu tertentu/tidak tetap, adalah tenaga kerja yang terikat hubungan kerja untuk waktu tertentu dan jenis pekerjaan tertentu sesuai perjanjian kerja yang disepakati. Segala hal yang berkaitan dengan tenaga kerja waktu tertentu akan dituangkan dalam suatu perjanjian kerja waktu tertentu yang menuat hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. b. Tenaga kerja waktu tidak tertentu/tetap, adalah tenaga kerja yang terikat hubungan kerja yang tidak terbatas waktunya. Masa percobaan diperhitungkan sebagai masa kerja apabila tenaga kerja yang bersangkutan telah diangkat sebagai tenaga kerja tetap. Seorang tenaga kerja baru yang telah menyelesaikan masa percobaan atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu dengan prestasi dan dedikasi yang baik, maka dapat diangkat menjadi tenaga kerja tetap perusahaan sesuai dengan status golongan, pangkat dan jabatannya. c. Tenaga kerja harian, adalah tenaga kerja yang terikat hubungan kerja untuk jenis pekerjaan tertentu dan waktu yang berubah-ubah sesuai kebutuhan, serta menerima upah berdasarkan kehadiran kerjanya setiap hari. 4.6 Hari dan Jam Kerja Dengan tetap memperhatikan Undang-Undang yang berlaku, maka jam kerja perusahaan dalam seminggu adalah 40 (empat puluh) jam kerja efektif. Tetapi, khusus pada kegiatan operasional di lapangan, waktu kerja ditentukan secara tersendiri sesuai dengan kebutuhan operasional di lapangan. Kerja lembur adalah waktu jam kerja yang dijalani dalam sehari atau seminggu selebihnya dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu pada hari-hari kerja biasa atau hari libur resmi atau hari istirahat mingguan. Tenaga kerja yang memerlukan atau menghendaki bekerja melebihi

waktu kerja demi pelaksanaan tugas yang lebih baik dianggap sebagai melaksanakan kewajiban karena tanggungjawabnya, oleh karena itu tidak mendapat upah lembur. Batas kerja lembur adalah tidak boleh melebihi 14 (empat belas) jam seminggu kecuali jika perusahaan telah mendapat ijin dispensasi dari pejabat tenaga kerja yang berwenang. Upah lembur dibayarkan bersamaan dengan gaji pada tiap akhir bulan atas dasar surat perintah kerja lembur dari atasan. 4.7 Aturan Tata Tertib Kerja Tata tertib dan disiplin kerja mempunyai maksud untuk mendidik dan sebagai tindakan korektif yang bersifat pengarahan terhadap sikap/tingkah laku tenaga kerja. Adapun diantaranya peraturan yang dikeluarkan perusahaan adalah sebagai berikut: a. Tertib waktu Setiap tenaga kerja harus berada di tempat tugasnya masing-masing tepat pada waktu kerjanya sesuai perjanjian kerja, demikian pula pada waktu istirahat keluar dan meninggalkan kerja. Setiap tenaga kerja yang datang terlambat atau atau pulang lebih awal dari waktu kerja yang telah ditentukan, wajib melapor dan mendapat persetujuan dari atasan. b. Tertib kehadiran Setiap tenaga kerja wajib mengisi daftar absensi atau mempergunakan kartu kehadiran kerjanya sendiri pada saat masuk dan pulang kerja. Tenaga kerja tidak diperkenankan menandai kartu absen/kartu kehadiarn tenaga kerja lain. Pelanggaran ini akan dikenakan sangsi. Apabila tenaga kerja berhalangan karena sakit atau kecelakaan atau sebab lain, maka wajib untuk memberitahukan kepada atasannya masing-masing. c. Tertib berpakaian kerja Setiap tenaga kerja diwajibkan mengenakan pakaian kerja sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pakaian seragam diberikan kepada tenaga kerja tertentu menurut jenis pekerjaan. Tenaga kerja yang mendapat pakaian seragam dari perusahaan wajib mengenakannya

pada hari kerja dan jam kerja secara lengkap serta tidak dibenarkan untuk dipakai di luar waktu kerja atau di luar keperluan dinas. Demi tegaknya disiplin kerja di perusahaan, seluruh tenaga kerja bertanggung jawab atas pelaksanaan tata tertib perusahaan dan tegaknya disiplin kerja di perusahaan di bawah pengawasan para pemimpin, pimpinan departemen atau atasan langsung. Setiap tindakan tenaga kerja yang melanggar peraturan perusahaan, ketentuan hukum atau ketentuan lain yang merugikan perusahaan dapat dikenakan sangsi atau pemutusan hubungan kerja. Sangsi berupa Surat Peringatan (SP) yakni SP biasa (SP-I dan SP-II) dan SP keras (SP-III) dengan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dalam hal tenaga kerja memperoleh 3 (tiga) surat peringatan untuk kasus yang berbeda, akan diskorsing 1 (minggu). Apabila tenaga kerja masih melakukan pelanggaran lagi walaupun kasusnya berbeda makan akan dikenakan PHK. 4.8 Kompensasi Setiap tenaga kerja berhak memperoleh imbalan dalam bentuk gaji dengan jumlah bersih (setelah dipotong pajak), yang mana pembayaran kepada tenaga kerja tersebut tidak lebih rendah dari upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan Pemerintah serta pelaksanaannya berpedoman terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyesuaian gaji tenaga kerja sepenuhnya merupakan kebijaksanaan perusahaan. Penyesuaian gaji tenaga kerja tersebut mencakup pertimbangan yang terkait dengan prestasi kerja tenaga kerja, tingkat perkembangan biaya hidup dan keadaan keuangan serta kemampuan perusahaan. Sistem penggajian diatur menurut golongan/jabatan dengan komponen sebagai berikut: a) Gaji pokok sesuai dengan golongannya b) Tunjangan-tunjangan lain, yang akan ditentukan oleh Pimpinan Perusahaan dengan mempertimbangkan lokasi dan fungsi masing-masing tenaga kerja. 4.9 Tunjangan, Bonus dan Fasilitas Perusahaan memberikan beberapa tunjangan kepada tenaga kerja, diantaranya tunjangan dukacita, tunjangan sukacita, tunjangan kecelakaan kerja,

Tunjangan Hari Raya (THR), dan adanya bonus apabila produktivitas yang dihasilkan dalam pertahun melebihi target produksi. Perusahaan memberikan THR setiap tahunnya kepada tenaga kerja yang sudah mempunyai masa kerja minimal 3 bulan di perusahaan dan akan dilakukan selambat-lambatnya 2 minggu sebelum hari raya. Perusahaan juga memberikan bantuan berupa sumbangan meninggal dunia (uang dukacita) kepada para tenaga kerja dan uang sukacita (perkawinan pertama dan kelahiran anak sampai anak ketiga. Di samping itu, perusahaan juga telah mengikutsertakan tenaga kerja sebagai peserta JAMSOSTEK. Fasilitas yang diberikan perusahaan yaitu mess tenaga kerja yang terletak di KM 0 (mess utama) yang letaknya dekat dengan kantar Camp Mamahak Teboq, juga terdapat beberapa mess tenaga kerja di Unit Produksi (KM 22) dan di Unit Pembinaan Hutan (KM 26). Perusahaan juga menyediakan fasilitas dapur umum bagi tenaga kerja, koperasi, musholla, gereja, sarana olahraga seperti lapangan sepak bola, volli, bulutangkis, dan tenis meja. Perusahaan juga menyediakan pelayanan antar-jemput bagi tenaga kerja untuk kegiatan operasional IUPHHK- HA-HA. Fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan berupa poliklinik dengan 1 orang tenaga medis (perawat). 4.10 Kegiatan Produksi 4.10.1 Penataan Areal Kerja (PAK) Penataan areal dilakukan berdasarkan RKUPHHK yang ada. Biasanya tidak semua kawasan hutan dapat dipanen. Berdasarkan rencana alokasi areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber yang termasuk areal tidak efektif untuk produksi antara lain Petak Ukur Permanen (PUP), kebun benih, sarana dan prasarana (TPn, Camp, dll). Sedangkan kawasan lindung yang ada di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber antara lain daerah berlereng sangat curam (>40 %), sempadan sungai, kawasan pelestarian plasma nutfah, areal lindung (hutan kerangas/prenget) dan areal buffer zone hutan lindung. Disamping itu terdapat areal penanaman tanah kosong dan non hutan yang juga termasuk areal tidak efektif untuk produksi. Penataan areal kerja (kompartemenisasi) areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terbagi menjadi 7 blok RKL-UPHHK dan setiap blok RKL tersebut dibagi

lagi menjadi 5 blok RKT yang luasnya disesuaikan dengan target tebangan tahunan yang ditetapkan sehingga terdapat 35 blok RKT. Dari 35 blok RKT tersebut kemudian dibuat petak-petak kerja seluas ± 100 Ha. Kegiatan PAK dipimpin oleh ketua regu dan pengawasan proses kerja di lapangan di lakukan oleh kaur PAK. Pelaksanaan kegiatan PAK dilakukan oleh regu kerja yang terdiri atas 6 orang dengan pembagian tugas: sebagai pencatat dan pemegang clinometers (1 orang), pemegang kompas merangkap pembuat jalur (1 orang), pembuat rintis batas (2 orang), pemegang tali ukur (1 orang), penanda pemasang tanda batas ( 1 orang). 4.10.2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Tahapan dalam pelaksanaan ITSP pada PT. Ratah Timber yaitu dengan terlebih dahulu membuat peta rencana berdasarkan pembagian RKUPHHK. Kemudian dilakukan cek lapangan yang kemudian dikoreksi apabila terdapat perbedaan keadaan antara dipeta dan di lapangan. Membuat jalur cruising dengan lebar jalur sebesar 20 m. Setelah itu dilakukan pengukuran dimensi (diameter dan tinggi) pohon, dimana inventarisasi dilakukan pada survey 100%. Kemudian dilakukan pemasangan label merah pada pohon berdiameter 50 up dan label kuning pada pohon berdiameter 20-49 cm. Selain pengukuran dimensi pohon, juga dilakukan pengukuran jarak lapang, kelerengan, beda tinggi, sudut elevasi, sudut azimuth dan sketsa, serta pendataan koordinat masing-masing pohon untuk pengolahan data dan pembuatan peta pohon serta peta kontur. Hasil data dari seluruh pengukuran ini direkapitulasi dalam komputer. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan ITSP 2008 adalah setengah bulan dengan regu yang dibutuhkan sebanyak 4 regu dan masing-masing regu terdiri dari 8 orang dengan susunannya 1 orang compassman, 2 orang perintis, 2 orang pengukur, 2 orang pengenal jenis dan 1 orang pencatat. Peralatan yang digunakan antara lain kompas, tally sheet, tali op (untuk mengukur jarak), alat tulis, dan camp unit. 4.10.3 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Kegiatan PWH yang dilakukan di lapangan adalah dengan mengacu pada peta rencana/trase jalan, dilakukan survey (orientasi situasi lapangan) untuk

penyesuaian antara yang direncanakan di peta dengan yang ada di lapangan. Kemudian melakukan perintisan jalan dengan memasang tanda pita merah untuk PWH dan pita kuning untuk topografi. Sedangkan untuk penandaan pada jalan utama diberi tanda strip 3 cat warna merah dan pada jalan cabang diberi tanda strip 2 cat warna merah. Pengambilan data kemiringan (helling) dan azimuth juga diperlukan yang kemudian dimasukkan ke buku ukur khusus PWH dan diolah di komputer. Aktivitas PWH ini dilakukan dengan menggunakan traktor. 4.10.4 Penebangan Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon dalam tegakan yang berdiameter sama atau lebih dari batas diameter yang ditetapkan. Aktivitas penebangan yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan penebangan mulai dari persiapan tebang sampai pohon tumbang, pengukur volume kayu dan administrasi kayu. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan penebangan adalah pemakaian alat pelindung diri oleh operator Chainsaw, pemeriksaaan keadaan dan bahan bakar chainsaw, menentukan arah rebah dilihat dari kondisi tajuk dan kemiringan pohon, jika pohon berbanir maka dilakukan pemotongan banir kemudian membuat takik rebah dan takik balas dan menebang pohon. Untuk meminimalisasi kerusakan kayu yang akan ditebang, setiap operator chainsaw harus menguasai teknik pembuatan takik rebah dan takik balas serta arah rebah pohon. Pohon besar yang akan ditebang memiliki karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu operator chainsaw harus dapat menguasai teknik penebangan pohon besar tersebut dengan baik sehingga pelaksanaan penebangan pohon besar tersebut dapat dilakukan dengan aman. Operator chainsaw harus memastikan bahwa pohon yang akan ditebang dilakukan penandaan dengan benar sehingga pada bontos kayu yang ditebang dan tunggaknya memilki nomor identitas yang sama dengan label ITSP di pohon tersebut. Prosedur penandaan pohon yang ditebang adalah : Label merah ITSP ditempelkan pada tunggak pohon. Potongan kedua label merah ITSP ditempelkan pada pangkal atau bontos pertama kayu yang ditebang (bontos A).

Potongan ketiga label merah ITSP dibawa oleh operator chainsaw sebagai bukti untuk melihat produktivitas penebangan oleh operator tersebut. 4.10.5 Penyaradan Penyaradan adalah kegiatan penarikan kayu dari tempat penebangan menuju ke tempat pengumpulan kayu (TPn). Maksud kegiatan ini adalah untuk mempermudah dalam pengangkutan atau hauling ke logyard/logpond. Jenis traktor yang digunakan oleh PT. Ratah Timber adalah Buldozer Traktor D7G Caterpillar yang dilengkapi dengan tali baja (winch). Penyaradan tergantung pada keadaan lapangan dan jarak pohonnya terhadap TPn. Biasanya jumlah log yang dapat disarad per hari sebanyak 25 batang. Dalam melakukan penebangan chainsawman tidak berfokus pada 1 petak, tetapi menyebar pada beberapa petak dan pengawasan penebangan ada 2 yaitu merintis dan mencat kayu sebagai batas kerjaan antara chainsawman yang satu dengan yang lainnya. 4.10.6 Pembagian batang Pembagian batang adalah kegiatan memotong batang kayu sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan kapasitas alat angkut. Pembagian batang ini dilakukan juga pada kayu-kayu yang cacat. Kegiatan pembagian batang dilakukan apabila telah disarad ke TPn. Pembagian batang dilakukan seoptimal mungkin, hal ini dilakukan untuk memperhatikan kapasitas angkut. Pada umumnya panjang maksimum batang adalah 15 meter dan minimum 8 meter. Jika ada batang kayu yang panjangnya lebih dari panjang tersebut maka dilakukan pembagian batang menjadi 2 (dua) bagian kemudian diberi kode huruf A untuk bagian pangkal dan huruf B untuk bagian ujung. Setelah itu dilakukan penomoran pada bontos kayu yang berisikan nomor petak tebangan, nomor pohon, kode jenis dan diameter dengan menggunakan kapur dan selanjutnya diperjelas dengan menggunakan cat berwarna putih dan kemudian dipahat agar tanda tidak sampai hilang sampai ke pemasaran. Selain itu juga dilakukan pemasangan paku S pada bontos kayu yang terlihat pecah atau retak dengan tujuan untuk mencegah retakan atau pecahan pada bontos kayu agar tidak bertambah sehingga kualitas kayu dapat dijaga

4.10.7 Pengangkutan Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan/mengangkut kayu dari tempat pengumpulan kayu (TPn) ke tempat penimbunan kayu (TPK). Pengangkutan kayu bulat dari TPn ke TPK dilakukan dengan menggunakan logging truck. Dengan mengetahui jumlah kayu yang diangkut dan dapat menjadi dasar untuk menghitung upah operator logging truck. Dalam penyusunan kayu ke atas logging truck, operator wheel loader terlebih dahulu mendapat instruksi. Satu kali pengangkutan dapat memuat kayu sebanyak 6-7 kayu log dan ini tergantung dari diameter kayu. 4.10.8 Pembongkaran Pembongkaran merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas logging truck dan menyusunnya di TPK atau Logpond dengan menggunakan wheel loader. Log yang di turunkan dari logging truck dilakukan penomoran ulang yang bertujuan untuk memperjelas angka pada kedua bontos dikarenakan adanya kemungkinan kayu yang pecah/retak saat pengangkutan. 4.10.9 Pengukuran dan penandaan/penomoran batang Kegiatan pengukuran dan penandaan/penomoran batang adalah mengukur panjang dan diameter kayu untuk mengetahui volume kayu serta pemberian tanda atau nomor pada bontos kayu untuk administrasi perusahaan. Kegiatan pengukuran dan penomoran batang bertujuan untuk mendata dan sekaligus memberikan nomor urut kayu log serta menetapkan volume kayu bulat guna pelaporan ke bagian produksi. Untuk pengukuran panjang dipakai angka toleransi (spilasi) yaitu 10 cm untuk mengantisipasi adanya pengurangan panjang akibat terjadinya kerusakan log pada saat pengangkutan maupun muat bongkar. Penandaan batang dari masing-masing bagian batang dilaksanakan sesuai dengan pedoman TUK ( Peraturan Menteri Kehutanan No. P55/MENHUT-II/2006 Tentang Penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan negara). Pada setiap bontos kayu dicantumkan nomor pohon, nomor petak tebangan, panjang dan jenis kayu. Data tersebut nantinya akan dicatat pada buku ukur dan dimasukkan dalam laporan hasil

produksi (LHP). Kegiatan penandaan dan pengukuran dilakukan di TPn dan akan diukur kembali di TPK oleh scaller. 4.10.10 Perakitan Perakitan merupakan kegiatan menaikkan kayu dari tempat penimbunan kayu (logpond) ke atas rakit. Kayu diangkat oleh wheel loader ke ujung jembatan, selanjutnya diangkut (dikatrol) ke atas rakit. Kayu yang dimuat dicatat oleh pihak penjual dan pembeli pada buku ukur. Kayu yang dimuat telah dilunasi kewajiban PSDH (Provisi Sumberdaya Hutan) dan DR (Dana reboisasi). Data ini digunakan untuk pembuatan dokumen kayu bulat berupa Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat (SKSKB).