ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PERAIRAN PULAU TAKOUW KECAMATAN TOBELO TIMUR. Ontje Fransisca Winesty Tutupary

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Pediwang Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara

ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU ABSTRACT

ANALISIS USAHA DAN KEMITRAAN PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SEAWEED) METODE RAKIT BAMBU APUNG DI DESA TALANGO KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) (STUDI KASUS DI DESA KARIMUN JAWA KECAMATAN KARIMUN JAWA KABUPATEN JEPARA)

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN MIE RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) STUDI KASUS DI DESA TIHENGO KABUPATEN PONELO KEPULAUAN, GORONTALO UTARA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

3. METODE PENELITIAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

Oleh :KetutSiswaMitra Program StudiManajemenSumberDayaPerairan JurusanPerikanan Dan IlmuKelautan FakultasPertanian UniversitasWarmadewa Denpasar

Budidaya Makroalga Kappaphycus alvarezii di Perairan Pulau Panjang Serta Analisis Ekonominya

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Hellen Nanlohy Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura - Ambon

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TANI TERUNG DI DESA TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA. Intisari

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

Perbedaan Pendapatan Usahatani Rumput Laut Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG KARAGINAN DI KECAMATAN KEI KECIL, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

KELAYAKAN USAHATANI BAWANG DAUN (Allium fistulosum) DI DESA PINANG HABANG KECAMATAN WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHA PADA USAHA TAMBAK UDANG WINDU BERKAT YAKIN DI DESA PENAMPI KABUPATEN BENGKALIS

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

AGUS PRANOTO

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Rencana Kegiatan panen

5 IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN KUPANG

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

KAJIAN EKONOMIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PANGAN DENGAN TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN SUMBAWA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI SALAK (Salacca Edulis) YANG MENJUAL HASIL PANEN KE PABRIK DAN LUAR PABRIK DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. beralihnya ke bidang usaha perikanan karena semakin tingginya permintaan akan produk

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

Oleh : ONNY C

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

Arman dan Ruslang T., Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) :

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI TANAMAN KETEPENG CINA (Cassia alata L) PADA PT. SRIKAYA SEGA UTAMA BANJARBARU

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE

Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa. Peneliti : Heryati Setyaningsih

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Transkripsi:

ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PERAIRAN PULAU TAKOUW KECAMATAN TOBELO TIMUR Ontje Fransisca Winesty Tutupary Abstract The effect main in an effort which is gets gain. More and more gain which is gotten, therefore effort will get amends. Farmer or entrepreneur gets to know how big gain which will or be gotten by makes an analisis effort. Analisis's result following it can be utilized to assess effort feasibility that is carried on. This research aims to analyze the yield of seaweed cultivation bussiness in Takouw Island at East Tobelo. Research method used the descriptive qualitative method for analysis of the business revenue analysis, revenue cost-ratio analysis (R/C), breakevent point analysis (BEP) and return o n investment analysis (ROI), while for knowing the feasibility of a seaweed cultivation business be reviewed based on the investment criteria analysis of benefit cost-ratio (B/C). The result of the bussines revenue analysis and revenue cost-ratio (R/C) is interpreted that the bussines seaweed is profitable. BEP (Rp) analysis results the break-even for seaweed cultivation worth Rp.4.333, with break even-point is 3.837 Kg. Based on the comparison of the income and capital production ROI values obtained for 0,85 which it s means any capital gains amaounting by Rp. 100 will obtainable the profit as Rp. 85,00. Based on the calculation B/C ratio, the value of B/C ratio is 1,85 more greater than one, and it s conclude that the seaweed cultivation in Takouw Island is feasible. Keywords : Seaweed cultivation, Business analysis, Feasibility A. Pendahuluan Rumput laut atau alga ( see weed) merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Saat ini pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yaitu dijadikan agar-agar, algin, karaginan ( carrageenan) dan furselaran ( furcellaran) yang merupakan bahan baku penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik dan lain-lain (Khordi, 2010). Seiring dengan meningkatnya tingkat pemanfaatan rumput laut maka permintaan pasar rumput laut baik di dalam maupun luar negeri juga semakin tinggi. Salah satu jenis rumput laut yang mendominasi ekspor di Indonesia yaitu Eucheuma. Menurut Anggadiredja ddk, (2011) kebutuhan dunia meningkat setiap tahunnya sehingga hampir setiap tahun terjadi kekurangan bahan baku untuk agar, karaginan dan lain-lain. Pasar agar di dunia pada tahun 2001 mencapai 7.630 ton dengan kebutuhan bahan baku sekitar 76.000 ton rumput laut kering, sedangkan hasil panen hanya sekitar 55 ton dengan demikian terjadi kekurangan bahan baku sekitar 21.000 ton. Pasar karaginan pada tahun 2001 untuk Eucheuma sp. mencapai 33.000 ton dengan kebutuhan bahan baku karaginofit 165.000 ton, sementara produksi Eucheuma sp. hanya mencapai 149.000 ton sehingga masih terdapat kekurangan 16.000 ton. Kebutuhan Eucheuma sp. di dalam negeri dan ekspor pada tahun 2005 sebesar 50.000 ton, sedangkan produksinya baru mencapai 32.000 ton sehingga masih terdapat kekurangan 18.000 ton.

Peluang pengembangan usaha rumput laut Eucheuma sp. sangat menjanjikan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh masyarakat dengan melakukan usaha budidaya. Tujuan utama dalam suatu usaha yaitu memperoleh keuntungan. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh, maka usaha akan semakin berkembang. Petani atau pengusaha dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan atau telah diperoleh dengan membuat suatu analisis usaha. Hasil analisis nantinya dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha yang dijalankan (Khordi, 2011). Salah satu kawasan di Halmahera Utara yang telah digunakan masyarakat sebagai kawasan budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottoni yaitu di perairan Pulau Takouw. Dalam upaya pengembangan budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw masih banyak mangalami kendala, salah satunya adalah masih terbatasnya data dan informasi mengenai keuntungan hasil usaha budidaya rumput laut yang akan atau telah dicapai. Pembudidaya umumnya tidak menganalisis hasil usaha yang dijalani sehingga kelayakan usahanya tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan gambaran tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hasil usaha dan kelayakan usaha budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisa kajian literatur yang berkenaan dengan variabe-variabel yang digunakan dalam pengumpulan data. Pendekatan kuantitatif diperoleh dari hasil wawancara kepada responden. Responden yang menjadi sampel penelitian didasarkan pada purposive sampling yaitu penentuannya berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu atau sesuai tujuan. Dalam Penelitian ini yang menjadi responden yaitu pembudidaya rumput laut. Data yang diambil merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dari responden atau berdasarkan observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan atau peninjauan langsung ke lapangan untuk melihat aktivitas budidaya. Dalam penelitian ini digunakan analisis usaha, yaitu analisis jangka pendek atau analisis yang dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Metode analisa usaha terdiri atas analisis pendapatan usaha, analisis revenue cost ratio (R/C), analisis break even point (BEP) dan analisis return on investmen (ROI). Untuk mengetahui layak tidaknya usaha budidaya di perairan Pulau Takouw di tinjau berdasarkan analisis kriteria investasi Benefit Cost Ratio (B/C). B.1. Analisis Usaha a. Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: = TR TC Keterangan: = Pendapatan usaha TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Dengan kriteria: TR > TC : Usaha menguntungkan TR = TC : Usaha pada titik keseimbangan (titik impas) TR < TC : Usaha mengalami kerugian b. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama

periode tertentu (1 tahun) apakah menguntungkan: R/C = TR/TC Keterangan: TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Dengan kriteria : R/C > 1 : Usaha menguntungkan R/C = 1 : Usaha impas R/C < 1 : Usaha rugi c. Analisis Break Event Point (BEP) Break even point adalah suatu keadaan dimana modal telah kembali semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan, atau keadaan titik impas yaitu merupakan keadaan dimana penerimaan perusahaan (TR) sama dengan biaya yang ditanggung (TC), atau TR = TC. Break even point dapat dirumuskan sebagai berikut (Kordi, 2011): BEP (Kg) = BEP (Rp) = d. ROI (Return On Invesment) Peluang pengembangan usaha tidak terlepas dari pertimbangan ekonomi diantaranya besar keuntungan dan lama waktu pengembalian investasi. Return on invesment (ROI) adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah modal, dengan rumus (Indriani dan Suminarsih, 2003): ROI = 2.2. Analisis Kelayakan Usaha a. Analisis Kriteria Investasi Benefit Cost Ratio (B/C). Menurut Indriani dan Suminarsih (2003) Benefit Cost Ratio merupakan analisa yang paling sederhana karena masih dalam keadaan nilai kotor. Lewat analisis B/C dapat diketahui kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1 (satu), berarti usaha itu belum mendapatkan keuntungan dan perlu adanya pembenahan. Rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah: B/C = C. Pembahasan C.1. Gambaran Umum Budidaya Beberapa gambaran umum menyangkut budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw sebagai berikut: 1. Budidaya rumput laut ini merupakan usaha yang dilakukan oleh satu keluarga keluarga dengan 3 orang tenaga kerja. 2. Metode budidaya rumput laut yang digunakan oleh pembudidaya di perairan Pulau Takouw adalah metode jalur (kombinasi metode long line dan metode rakit). 3. Luas lahan budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw yaitu 0,3 ha. Terdapat 8 unit budidaya rumput laut, dengan ukuran 8 x 50 m/unit. Pada tiap unit terdapat 5 tali ris dengan panjang 50 m dan jarak antar tali ris ± 1,5 m. Pada bagian ujung setiap unit diberi jangkar beton dan pelampung utama. Pada setiap 2,5 m tali ris diberi pelampung yang terbuat dari botol aqua bekas 600 ml. 4. Kebutuhan bibit rumput laut yaitu 750 rumpun/unit atau 6000 rumpun untuk 8 unit, dengan berat setiap rumpun 50 gr dan jarak antara rumpun yaitu 30 cm. Dengan demikian total kebutuhan bibit rumput laut yaitu 37,5 Kg/unit atau 300 kg untuk 8 unit. 5. Harga penjualan rumput laut basah 5000/kg dan rumput laut kering 8000/kg.

6. Dalam satu tahun terdapat 4 kali produksi rumput laut, dengan 1 kali produksi ±1,5 bulan. 7. Analisis usaha lebih difokuskan pada hasil produksi rumput laut kering. C.1.1 Biaya Produksi Biaya produksi mencakup dua macam yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Indriani dan Suminarsih (2003) biaya tetap ( fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya bibit, bambu, tali plastik, pisau dan lain-lain, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya habis atau dianggap habis dalam satu masa produksi, misalnya tenaga kerja. Untuk budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw, biaya tetap terdiri dari bibit dan wadah budidaya sedangkan yang menjadi biaya variabel adalah biaya perawatan dan panen. Dalam biaya variabel untuk upah tenaga kerja tidak dihitung, karena pengeloaannya dilakukan oleh anggota keluarga. Rincian biaya tetap dan biaya variabel yang dibutuhkan oleh pembudidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel NO KEBUTUHAN SATUAN JUMLAH HARGA SATUAN (RP) JUMLAH /PRODUKSI (RP) A Biaya Tetap JUMLAH /TAHUN (RP) 1 Bibit Kg 300 5.000 1.500.000 1.500.000 2 Wadah Budidaya Tali ris no. 6 Kg 94 40.000 3.760.000 3.760.000 Tali jangkar no. 10 Kg 40 40.000 1.600.000 1.600.000 Tali rafia roll 14 20.000 280.000 560.000 Pelampung Aqua Buah 800 350 280.000 580.000 Pelampung Besar Buah 16 100.000 1.600.000 1.600.000 Perahu jukung Unit 1 500.000 500.000 500.000 Karung Buah 20 5.000 100.000 100.000 Jangkar Buah 16 22.000 352.000 352.000 Pisau Buah 3 10.000 30.000 60.000 Terpal 4x6 dan 2x3 Buah 1 165.000 165.000 165.000 Bambu Buah 24 5.000 120.000 240.000 Total Biaya Tetap 10.287.000 10.997.000 B Biaya Variabel 1 Biaya Perawatan dan Minggu 7 292.500 2.047.500 8.190.000 Panen Total Biaya Variabel 2.047.500 8.190.000 TOTAL BIAYA PRODUKSI (BIAYA TOTAL) 12.334.500 19.187.000

Berdasarkan tabel 1, total biaya tetap sebesar Rp. 10.287.000/ produksi dan mengalami kenaikan sebesar Rp. 710.000 menjadi Rp 10.997.000/tahun atau untuk empat kali produksi. Kenaikan biaya tetap terjadi karena adanya penyusutan atau terjadi pergantian beberapa bagian dari wadah budidaya (tali rafia, pelam pung aqua, pisau dan bambu). Menurut Indriani dan Suminarsih (2003) biaya tetap dapat menjadi biaya tidak tetap bila usaha berjalan dalam jangka waktu yang lama, dimana perubahan ini disebabkan oleh adanya penyusutan. Biaya variabel terdiri dari biaya perawatan dan panen. Total pengeluaran dihitung untuk 7 minggu atau untuk satu kali produksi rumput laut. Rincian biaya perawatan dan panen terdiri dari konsumsi 3 orang untuk 6 hari kerja/minggu dan biaya transport ke lokasi budidaya berupa bensin 5 liter/minggu, dengan total biaya variabel Rp. 2.047.500/ musim tanam atau Rp. 8.190.000/tahun. Berdasarkan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel maka total biaya produksi rumput laut Eucheuma cottonii di perairan Pulau Takouw sebesar Rp. 12.334.500/musim tanam atau Rp. 19.187.000/tahun. C.1.2. Hasil Produksi Hasil produksi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di perairan Pulau Takouw berkisar dari 140-290 gr/rumpun, dengan hasil produksi rata-rata 205 gr/rumpun. Indriani dan Suminarsih (2003); Kordi (2010) menyatakan bahwa bibit 100 gr dapat dipanen setelah tanaman dengan berat ikatan (rumpun) 600 gr. Berdasarkan pernyataan ini maka jika dibandingkan dengan berat bibit yang dibudidayakan di perairan Pulau Takouw maka bibit dapat dipanen setelah mencapai masa panen dengan berat bibit 300 gr/rumpun. Perolehan produksi rata-rata rumput laut 205 gr/rumpun, menunjukan bahwa hasil produksi rata-rata rumput laut di perairan Pulau Takouw lebih rendah 95 gr dari kisaran berat rumpun yang ideal untuk di panen. Rendahnya hasil produksi berkaitan dengan laju pertumbuhan harian rumput laut yang dibudidayakan (Indriani dan Suminarsih, 2003). Selain laju pertumbuhan rumput laut yang rendah di perairan Pulau Takouw yaitu 22 gr/minggu atau 3,2 gr/hari (Panawa, 2013), keadaan ini juga disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan rumput laut akibat terjangkit penyakit iceice atau bintik putih (white spot) yang menyebabkan terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat atau tidak cerah, sebagian thallus pada beberapa cabang berwarna putih serta membusuk. Penyakit ice-ice terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan (Kordi, 2011). Gambaran hasil produksi Eucheuma cottonii di perairan Puau Takouw disajikan pada gambar berikut (gambar 1):

Berat (gr) 300 250 200 150 100 50 0 Berat (gr) min max rata-rata 140 290 205 Gambar 1. Hasil Produksi Eucheuma cottonii Berdasarkan hasil produksi ratayaitu 205/rumpun, rata Eucheuma cottonii dikalikan dengan total 6000 rumpun bibit maka di peroleh rata-ratproduksi Eucheuma cottonii di perairan total hasil Pulau Takouw yaitu 1.230 Kg. Dari hasil produksi Eucheuma cottonii basah, jika dikeringkan akan mengalami pelepasan kadar air 10 % dari berat rumput laut, sehingga dari 1.230 Kg rumput laut basah akan menghasilkan 1.107 Kg rumput laut kering. C.2. Analisis Hasil Usahaa C.2.1. Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan usaha diperoleh dari penerimaan total dikurangi dengan biaya total. Penerimaan total diperoleh dari hasil produksi rumput laut basah 1.230 Kg dikalikan dengan harga jual Rp.5000/kg sehingga diperoleh Rp. 6.150.000/produksi atau Rp. 24.600.000/tahun. Dari hasil produksi rumput laut kering 1.107 Kg dikalikan dengan harga jual Rp.8000/kg diperoleh Rp. 8.856.000/produksi atau Rp.35.424.000/ tahun. Biaya total yang diperlukan untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di perairan Pulau Takouw sebesar Rp. 12.334.500/produksi atau Rp. 19.187.000/tahun. Rincian pendapatan usaha disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Rincian Pendapatan Usaha Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Pulau Takouw NO A. URAIAN Biaya Tetap 1 MUSIM TANAM TOTAL / TAHUN Bibit (kg) Wadah Budidaya Total Biaya Tetap B. Biaya Variabel 1.500.000 8.787.000 10.287.000 1.500.000 9.497.000 10.997.000 Biaya Perawatan dan Panen 2.047.500 8.190.000 Total Biaya Variabel 2.047.500 8.190.000 C Biaya Total atau Modal Produksi (A+B) 12.334.500 19.187.000

D Penerimaan Hasil Produksi Basah (Kg) 1.230 4.920 Hasil Produksi Kering (Kg) 1.107 4.428 Penerimaan Produksi Basah (Rp. 5000/Kg) 6.150.000 24.600.000 E Penerimaan Produksi Kering (Rp.8000/Kg) 8.856.000 35.424.000 Pendapatan Usaha/Laba Usaha Pendapatan Usaha RL Basah (Rp) -6.184.500 5.413.000 Pendapatan Usaha RL Kering (Rp) -3.478.500 16.237.000 Berdasarkan rincian tersebut (tabel 2) maka untuk pendapatan usaha pada tiap masa produksi untuk rumput laut basah diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 6.150.000/produksi tanam < biaya total (TC) Rp. 12.334.500/produksi sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha mengalami kerugian karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut basah sebesar 6.184.500. Pendapatan usaha pada tiap masa produksi untuk rumput laut diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 8.856.000/produksi < biaya total (TC) Rp. 12.334.500/produksi sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha mengalami kerugian karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut kering sebesar 3.478.500. Adanya kerugian ini disebabkan oleh rendahnya hasil produksi rumput laut yang turut mempengaruhi penerimaan produksi, serta kurangnya evisiensi penggunaan luas lahan (evisiensi jarak antar bibit menjadi ±25 cm dan menambah jumlah tali ris dalam 1 unit menjadi 6-7 tali ris). Berdasarkan gambaran hasil analisis pendapatan usaha, nampak bahwa kerugian yang dialami oleh pembudidaya di Pulau Takouw lebih rendah jika dilakukan penjualah rumput laut kering, dibandingkan dengan penjualan rumput laut basah (untuk bibit). Meskipun pendapatan usaha pada tiap musim tanam mengalami kerugian namun berdasarkan penerimaan total pertahun dari rumput laut kering diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 35.424.000/tahun > biaya total (TC) Rp. 19.187.000/tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha menguntungkan karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut kering sebesar Rp.16.237.000. Adanya keuntungan usaha/tahun dikarenakan biaya tetap yang terdiri dari bibit dan wadah budidaya umumnya dapat digunakan untuk 4 kali musim tanam (1 tahun) sehingga tidak membutuhkan biaya total (pengeluaran) yang lebih besar. C.2.2. Analisis revenue-cost ratio (R/C) Analisis revenue cost ratio menunjukkan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha budidaya rumput laut selama 4 kali produksi (1 tahun). Hasil analisis revenuecost ratio (R/C) tergantung dari pendapatan/total revenue dan pengeluaran/total cost (TC) sebagai berikut: R/C = = = 1,8 Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai (R/C) untuk rumput laut kering yaitu 1,8. Berdasarkan kriteria revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai R/C > 1, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa usaha

budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw menguntungkan. C.2.3. Analisis break event point BEP menunjukkan suatu gambaran produksi setiap tahun yang harus dicapai untuk memperoleh titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Keadaan titik impas merupakan keadaan dimana penerimaan usaha rumput laut (TR) sama dengan biaya yang di tanggung (TC) atau TR=TC. berikut hasil perhitungan BEP: dengan besarnya investasi yang ditanamkan adalah baik, artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp.85,00. C.2.5. Analisis Kelayakan Usaha Untuk menilai kelayakan usaha digunakan analisis kriteria investasi Benefit Cost Ratio (B/C). Adapun nilai kriteria investasi usaha budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw adalah sebagai berikut: BEP (Kg) = = = 3.837 Kg Perolehan BEP (Kg) di atas artinya, titik impas akan dicapai saat budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut kering sebanyak 3.837 Kg. BEP (Rp) = =. = Rp. 4.333 Perolehan BEP (Rp) di atas artinya, titik impas akan dicapai pada harga jual rumput laut sebesar Rp. 4.333/Kg. C.2.4. Analisis Return on invesment (ROI) ROI = ROI = = 0,85 = 85 % Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi diperoleh nilai ROI sebesar 85 %, yang berarti bahwa besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan B/C = =. = 1,85 B/C ratio menunjukkan perbandingan antara keuntungan dan biaya produksi. Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diperoleh nilai B/C ratio adalah 1,85. Berdasarkan kriteria nilai B/C, nilai B/C ratio yang diperoleh lebih besar dari 1 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw layak dilaksanakan, atau dapat dijelaskan bahwa dengan modal Rp.19.187.000 kita dapat memperoleh hasil penjualan sebesar 1,85 kali jumlah modal. D. Penutup Dari hasil penelitian ini maka beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu: 1. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usaha dan revenue cost ratio (R/C) dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw mengalami keuntungan, sedangkan berdasarkan BEP titik impas akan dicapai saat budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut kering sebanyak 3.837 Kg atau titik impas akan dicapai pada harga jual rumput laut sebesar Rp. 4.333/Kg, dan berdasarkan analisis return on

investmen (ROI) besarnya keuntungan yang diperoleh dengan modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp.85,00. 2. Berdasarkan analisis kriteria investasi Benefit Cost Ratio (B/C) usaha budidaya rumput laut di perairan Pulau Takouw layak dilaksanakan. Daftar Pustaka Anggadiredja Jana T, A. Zatnika, H. Purwoto dan Sri Istini. 2011. Rumput Laut (Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial). Penebar Swadaya. Jakarta. Indriani H dan Suminarsih E. 2003. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Kordi, M. Ghufran H. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat- Obatan. Andi Offset, Yogjakarta. Kordi, M. Ghufran H. 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan Tambak. Andi. Yogjakarta. Panawa, Y. 2013. Pertumbuhan Rumput Laut dalam Hubungannya dengan Suhu dan Salinitas. Skripsi Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa Universitas Halmahera. Tobelo