KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR MUSIM PENGHUJAN YANG TERDAPAT PADA PERTANAMAN HORTIKULTURA DI KECAMATAN WATES, KABUPATEN KEDIRI,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( )

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

Maria Magdalena Tambunan 1*, Mena Uly 2, Hasanuddin 2 ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman bawang merah: Studi kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indek Dominasi (C)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

Lampiran 2. Dominansi spesies serangga penyerbuk di tiap-tiap habitat

KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA BUMIAJI KOTA BATU. Aniqul Mutho

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PERMUKAAN TANAH DI SEKITAR PERKEBUNAN DESA COT KAREUNG KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR

BAB III METODE PENELITIAN. segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu

INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN. Fakhrah 1*) ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU RENDEMEN TINGGI DI PG DJATIROTO SKRIPSI. Oleh Nur Indah Dwi Fajriyah NIM

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

KEANEKARAGAMAN SEMUT (Hymenoptera: Formicidae) DI SEKITAR KAMPUS PINANG MASAK UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BIOMA, Desember 2013 ISSN: Vol. 15, No. 2, Hal

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga pada Fase Vegetatif dan Generatif Tanaman Kedelai (Glycine maxmerill) di Lapangan

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA LAHAN BAWANG MERAH SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA TORONGREJO KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013

Tahun Bawang

KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI. Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

DIVERSITAS SERANGGA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANIAN HORTIKULTURA ORGANIK DI BANJAR TITIGALAR, DESA BANGLI, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN-BALI

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DENGAN SISTEM PERTANAMAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN SIGI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

Interaksi Trofik Jenis Serangga di atas Permukaan Tanah dan Permukaan Tanah Beberapa Pertanaman Varietas Jagung (Zea mays Linn.)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, ada yang keberadaannya menguntungkan manusia dan ada yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Diversitas Arthropoda Tanah Di Area Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi (mega biodiversity). Indonesia terletak di

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB IV. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rimbo Panjang Kecamatan. Desa Rimbo Panjang merupakan salah satu Desa di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

ASOSIASI SERANGGA PADA STUP LEBAH Apis cerana DI PATALANGAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL DIKY OKTORINANDO NIM

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN HELVETIA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II ABSTRACT

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2016/2017

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS OLEH VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR MUSIM PENGHUJAN YANG TERDAPAT PADA PERTANAMAN HORTIKULTURA DI KECAMATAN WATES, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada FKIP UN PGRI Kediri OLEH: ADINI WIJAYANSI NPM: 12.1.01.06.0002 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UN PGRI KEDIRI 2016 1

2

3

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR MUSIM PENGHUJAN YANG TERDAPAT PADA PERTANAMAN HORTIKULTURA DI KECAMATAN WATES, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Adini Wijayansi 12.1.01.06.0002 e-mail: adiniwijayansi@gmail.com Dra. Budhi Utami, M. Pd. dan Dra. Dwi Ari Budiretnani, M. Pd. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh telah dikembangkannya teknik pengendalian hama terpadu konvensional yang mengacu pada hubungan antara tanaman, hama, dan musuh alaminya yaitu serangga predator. Peneliti ingin mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan serangga predator musim penghujan yang terdapat pada pertanaman hortikultura di kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi dokumen. Teknik analisis yang digunakan yaitu indeks keanekaragaman spesies Shanon (H ), sebaran keanekaragaman Shanon (E), serta kelimpahan relatif (KR). Hasil penelitian ini adalah (1) keanekaragaman serangga predator tertinggi di JT H = 1,452; TR H = 1,371; DW H = 1,293 dan terendah JH H = 0,598. (2) kelimpahan relatif jenis (KR) tertinggi JH spesies Lasius fuliginosus (KR= 86,28%), JT spesies Cicindela (Cosmodela) aurulenta juxtata (KR= 50,47%), TR spesies Dolichoderus thoracicus (KR= 43,06%), dan DW spesies Oecophylla sp. (KR= 50,72%).Berdasarkan data yang telah didapatkan oleh peneliti, faktor suhu, kelembaban, dan ph tanah mempengaruhi jenis serangga yang ditemukan dari lokasi pengambilan sampel. Kata kunci: keanekaragaman, kelimpahan, serangga predator, musim penghujan, Wates. 4

I. LATAR BELAKANG Wates merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang terletak pada ketinggian antara 225 meter dpl, dengan temperatur udara rata rata berada dalam interval 25 30º Celcius (BPP Wates, 2015). Kondisi wilayah tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sebagai area pertanian terutama jenis tanaman hortikultura, seperti tanaman sawi, kacang panjang, mentimun, tomat, terong, petai, cabai merah besar, dan cabai rawit. Kebutuhan akan komoditas hortikultura dimasyarakat saat ini sangat tinggi. Melihat kenyataan tersebut, diperlukannya inovasi dalam produksi pertanian yang diharapkan mampu menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas lebih tinggi. Inovasi produksi pertanian salah satunya adalah penanggulangan hama tanaman pertanian dengan penggunaan pestisida atau insektisida. Namun, ada masalah yang ditimbulkan yaitu hama/ penyakit yang lebih kompleks akibat resistensi hama. Permasalahan tersebut mendorong dikembangkannya teknik pengendalian hama terpadu konvensional yang mengacu pada hubungan antara tanaman, hama, dan musuh alaminya yaitu serangga predator (Van Mele, 2004). Serangga predator dapat ditemukan baik di perkebunan, ladang, persawahan, serta dialam bebas. Namun jenis dan kelimpahannya berbeda-beda sesuai dengan habitat masing-masing serangga, serta faktor pengaplikasian insektisida di habitat tersebut.. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti ingin mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan serangga predator musim penghujan yang terdapat pada kebun hortikultura di kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. II. METODE Penelitian ini dilakukan pada kebun hortikultura di kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada musim penghujan bulan Februari 2016 dengan tanaman pada fase generatif. Hasil pengukuran rata-rata fisika kimia lokasi pengamatan adalah kelembaban 77,9%; suhu 35,3ºC; dan ph tanah 6,3. Sampel diambil berdasarkan perwakilan lokasi menurut arah mata angin dengan pusat wilayah di Kantor Kecamatan Wates yang terletak di Desa Wonorejo. Lokasi pengambilan sampel wilayah barat di Desa Joho (JH), wilayah utara di 5

Desa Janti (JT), wilayah timur di Desa Tempurejo (TR), dan wilayah selatan di Desa Duwet (DW). Pengambilan serangga predator menggunakan cawan jebak (pitfall trap) dan jaring serangga. Cawan jebak (pitfall trap) berupa tabung dengan ukuran diameter tabung sekitar 7 cm dengan kedalaman tabung 7 cm yang dibenamkan dalam tanah dengan bibir cawan sejajar pada permukaan tanah. Cawan diisi dengan larutan deterjen 5% setinggi 4-5 cm. Perangkap ditanam ditempat yang telah ditentukan dengan diberi ditutup dengan potongan karpet yang dipasang tiang setinggi 10 cm dari permukaan tanah untuk mencegah air hujan masuk kedalamnya. Selanjutnya cawan diambil setelah 3 hari untuk kemudian diidentifikasi. Faktor fisika kimia lingkungan tempat pengambilan sampel diambil dengan menggunakan alat Hygrotermometer (mengukur kelembaban dan suhu udara lingkungan), serta Soil tester (mengukur ph tanah). Data komposisi dan kelimpahan spesies serangga predator yang diperoleh digunakan untuk menganalisis indeks keanekaragaman spesies Shanon (H ), sebaran keanekaragaman Shanon (E), serta kelimpahan relatif (KR). III. HASIL DAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikeempat lokasi berbeda di wilayah Kecamatan Wates, akan dijabarkan sebagai berikut. Tabel 1. Jumlah individu (N) dan jumlah jenis (S) yang ditemukan pada masingmasing lokasi pengambilan sampel di wilayah Joho-Tomat (JHR), Joho- Terong (JHR), Janti-Cabai (JTC), Janti-Kacang.P (JTK), Tempurejo-Cabai (TRC), Tempurejo-Buncis (TRB), Duwet-Cabai (DWC), dan Duwet-Terong (DWR). JHT JHR JTC JTK TRC TRB DWC DWR Ordo/ Famili N S N S N S N S N S N S N S N S Coleoptera Carabidae 10 2 14 1 6 1 3 3 3 1 Cicindelidae 14 1 36 1 18 1 Staphylinidae 4 1 1 1 1 1 1 1 Dermaptera Forficulidae 1 1 6

Diptera Asilidae 1 1 1 1 Syrphidae 1 1 Hemiptera Reduviidae 1 1 2 1 8 1 Hymenoptera Formicidae 8 1 800 2 15 1 6 1 19 1 12 1 50 2 123 2 Vespidae 2 1 Odonata Aeshnidae 2 1 Orthoptera Gryllidae 1 1 61 1 10 1 6 1 10 1 16 1 3 1 27 1 Jumlah 22 6 889 5 64 5 43 7 31 4 41 8 53 3 154 5 Jumlah Individu Keterangan: N = Jumlah individu S = Jumlah Jenis Berdasarkan data penelitian Tabel 1 diperoleh jumlah sebanyak 1297 individu serangga predator diseluruh lokasi pengambilan sampel di wilayah Kecamatan Wates. Lokasi paling barat yaitu di Desa Joho ada 2 lokasi yaitu pertanaman tomat (JHT) dengan jumlah 22 individu dalam 5 ordo dan 6 spesies serta pertanaman terong (JHR) dengan jumlah 889 individu dalam 3 ordo dan 5 spesies. Lokasi paling utara yaitu di Desa Janti ada 2 lokasi yaitu pertanaman cabai rawit (JTC) dengan jumlah 64 individu 1297 dalam 4 ordo dan 5 spesies serta pertanaman kacang panjang (JTK) dengan jumlah 43 individu dalam 5 ordo dan 7 spesies. Lokasi paling timur yaitu di Desa Tempurejo ada 2 lokasi yaitu pertanaman cabai rawit (TRC) dengan jumlah 31 individu dalam 4 ordo dan 4 spesies serta pertanaman Buncis (TRB) dengan jumlah 41 individu dalam 5 ordo dan 8 spesies. Lokasi paling selatan yaitu di Desa Duwet ada 2 lokasi yaitu pertanaman cabai rawit (DWC) dengan jumlah 53 individu dalam 2 ordo dan 3 7

spesies serta pertanaman terong (DWR) dengan jumlah 154 individu dalam 3 ordo dan 5 spesies. Tabel 2. Jumlah individu (N), indeks keanekaragaman Shannon (H'), sebaran keanekaragaman Shannon, dan kelimpahan relatif Jenis (KR) pada lokasi pengambilan sampel di wilayah Joho (JH), Janti (JT), Tempurejo (TR), dan Duwet (DW). Famili/ Jenis JH JT TR DW N H' E KR (%) N H' E KR (%) N H' E KR (%) N H' E KR (%) Carabidae Amblygnathus sp. 15 0,068 0,141 1,65 Chlaenius (Ocibatus) aspericollis 6 0,162 0,336 5,61 Chlaenius bimaculatus 1 0,059 0,131 1,39 3 0,061 0,11 1,45 Macrocheilus tripustulatus 1 0,059 0,131 1,39 Mochtherus sp. 1 0,059 0,131 1,39 Spesies 1 9 0,046 0,095 0,99 Cicindelidae Cicindela (Cosmodela) aurulenta juxtata 54 0,345 0,718 50,47 Lophyra (Lophyra) fuliginosa 14 0,064 0,133 1,54 Staphylinidae Cryptobium fracticorne 4 0,123 0,255 3,74 2 0,1 0,219 2,78 1 0,026 0,046 0,48 Forficulidae Forficula auricularia 1 0,007 0,016 0,11 Asilidae Leptogaster miegan 1 0,044 0,091 0,93 1 0,059 0,131 1,39 Syrphidae Syrphidae sp. 1 0,059 0,131 1,39 Reduviidae Oncerotrachelus acuminatus 3 0,100 0,208 2,80 8 0,244 0,536 11,11 Formicidae Dolichoderus thoracicus 22 0,090 0,187 2,41 21 0,32 0,665 19,63 31 0,363 0,797 43,06 25 0,255 0,457 12,08 Lasius fuliginosus 786 0,127 0,265 86,28 43 0,326 0,585 20,77 Oecophylla sp. 105 0,344 0,617 50,72 Vespidae Polistes sp. 2 0,074 0,155 1,87 Aeshnidae Aeshna sp. 2 0,013 0,028 0,22 Gryllidae Metioche sp. 62 0,183 0,380 6,81 16 0,284 0,591 14,95 26 0,368 0,808 36,11 30 0,28 0,502 14,49 Total Individu dalam Populasi (N) 911 107 72 207 Total Spesies dalam Populasi (S) 8 8 9 6 Jumlah Subtotal H' 0,598 1,452 1,371 1,293 H' Tertinggi E Tertinggi KR Tertinggi Keterangan: 0,183 0,380 86,28 0,345 0,718 50,47 0,368 0,808 43,06 0,344 0,617 50,72 N = Jumlah individu H' = Indeks keanekaragaman Shannon E = Sebaran keanekaragaman Shannon KR = Kelimpahan relatif jenis Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman Shannon (H ) keanekaragaman tertinggi di Desa Janti (JT) dengan H = 1,452. Kemudian disusul dengan keanekaragaman serangga predator di Desa Tempurejo (TR) dengan H = 1,371, selanjutnya keanekaragaman serangga predator di Desa Duwet dengan H = 1,293 dan dengan keanekaragaman terendah terdapat di Desa Joho (JH) dengan H = 0,598. Hasil analisis H diperoleh hasil tertinggi di Desa Joho (JH= JHT+JHR) famili Gryllidae spesies Metioche sp. (62 individu, H =0,183), di Desa Janti (JT = JTC+JTK) famili Cicindelidae spesies Cicindela (Cosmodela) 8

aurulenta juxtata (54 individu, H = 0.345), di Desa Tempurejo (TR= TRC+TRB) famili Gryllidae spesies Metioche sp. (26 individu, H = 0,368), dan di Desa Duwet (DW= DWC+DWR) famili Formicidae spesies Oecophylla sp. (105 individu, H = 0,344). Sebaran keanekaragaman Shannon (E) tertinggi untuk ke empat lokasi pengambilan data, masing-masing ditempati oleh spesies berbeda yaitu di Desa Joho (JH) Metioche sp. (E= 0,380), Desa Janti (JT) Cicindela (Cosmodela) aurulenta juxtata (E= 0,718), Desa Tempurejo (TR) Metioche sp. (E= 0,808), dan Desa Duwet (DW) Oecophylla sp. (E= 0,617). Kelimpahan relatif jenis (KR) tertinggi untuk ke empat lokasi pengambilan data, masing-masing ditempati oleh spesies berbeda yaitu di Desa Joho (JH) dengan spesies Lasius fuliginosus (KR= 86,28%), Desa Janti (JT) dengan spesies Cicindela (Cosmodela) aurulenta juxtata (KR= 50,47%), Desa Tempurejo (TR) dengan spesies Dolichoderus thoracicus (KR= 43,06%), dan Desa Duwet (DW) dengan spesies Oecophylla sp. (KR= 50,72%). Jadi, kelimpahan relatif jenis (KR) di wilayah Kecamatan Wates didominansi oleh famili Formicidae (3 spesies) dan famili Cicindelidae (1 spesies). Berdasarkan data fisika kimia lokasi pengamatan dapat dilihat bahwa semakin basa ph tanah, maka H akan semakin rendah. Indeks keanekaragaman tertinggi di Desa Janti (JT) H = 1,452 dengan ph tanah= 5,9 (bersifat asam), kemudian disusul Desa Tempurejo (TR) H = 1,371 dan Desa Duwet (DW) H = 1,293 dengan ph tanah yang rata-rata sama yaitu 6,3 (bersifat basa). Sedangkan untuk indeks keanekaragaman terendah Desa Joho (JH) H = 0,598 dengan ph tanah sangat basa yaitu 6,6. Kondisi ph tanah ikut mempengaruhi dikarenakan serangga predator yang ditemukan sebagian besar merupakan serangga penghuni permukaan tanah. Spesies Lasius fuliginosus dari famili Formicidae merupakan spesies dominan pada lokasi di Desa Joho- Terong (JHR) sebanyak 786 individu, dan ditemukan juga di Desa Duwet- Cabai rawit (DWC) sebanyak 43 individu. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut tidak hanya dapat ditemukan pada satu jenis tanaman tertentu. Faktor yang mempengaruhi 9

keberadaan spesies tersebut adalah ph tanah yang sangat basa yaitu 6,5-6,6. Faktor suhu dan kelembaban juga mempengaruhi jenis serangga yang dapat hidup didaerah tersebut. Pada kondisi suhu tinggi 37,3ºC dan kelembaban relatif rendah 73,8% di Desa Duwet, serangga predator yang dapat ditemukan hanya didaerah tersebut adalah Oecophylla sp. Sedangkan pada kondisi suhu relatif rendah 33ºC dan kelembaban tinggi 85,6% di Desa Tempurejo, serangga predator yang dapat ditemukan hanya didaerah tersebut adalah Macrocheilus tripustulatus, Mochtherus sp., dan Syrphidae sp. Pada seluruh jenis tanaman dengan kondisi ph tanah, suhu, dan kelembaban yang bervariasi memiliki jenis serangga predator yang sama yaitu spesies Dolichoderus thoracicus dan Metioche sp. masing-masing dari dua famili yang berbeda. SIMPULAN Keanekaragaman serangga predator musim penghujan yang terdapat pada pertanaman hortikultura di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur dari keempat lokasi didapatkan keanekaragaman tertinggi di Desa Janti (JT) dengan H = 1,452. Kemudian disusul Desa Tempurejo (TR) dengan H = 1,371, selanjutnya Desa Duwet dengan H = 1,293 dan keanekaragaman terendah Desa Joho (JH) dengan H = 0,598. Kelimpahan relatif jenis (KR) tertinggi dari empat lokasi pengambilan data masing-masing ditempati oleh spesies berbeda yaitu di Desa Joho (JH) Lasius fuliginosus (KR= 86,28%), Desa Janti (JT) Cicindela (Cosmodela) aurulenta juxtata (KR= 50,47%), Desa Tempurejo (TR) Dolichoderus thoracicus (KR= 43,06%), dan Desa Duwet (DW) Oecophylla sp. (KR= 50,72%). Berdasarkan data yang telah didapatkan oleh peneliti, faktor suhu, kelembaban, dan ph tanah mempengaruhi jenis serangga yang ditemukan dari lokasi pengambilan sampel. IV. DAFTAR PUSTAKA BPP Wates. 2015. Programa Penyuluhan Pertanian BPP Wates Kabupaten Kediri Tahun Anggaran 2015. Wates: BPP Wates. Choate, P. M. 2001. Manual for the Identification of the Ground Beetles (Coleoptera: Carabidae) (including tiger beetles) of Florida. (online). tersedia: http://entnemdept.ifas.ufl.edu/choate/ Florida_reduviidae.pdf, diunduh 02 Juli 2016. 10

DPP. 2012. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Lada. Jakarta: Departemen Pertanian. Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2; untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Herlinda, Siti. 2008. Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida. J. Entomol. Indon., September 2008, Vol. 5(2): 96-107. Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya. Riyanto. 2011. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator dan Parasitoid Aphis gossypii di Sumatera Selatan. J. HPT Tropika., Maret 2011, Vol. 11, No. 1, 57-68. Sembel, D.T. 2010. Pengendalian Hayati. Manado: Penerbit Andi. Van Mele, P. dan Cuc, N.T.T. 2004. Semut Sahabat Petani: meningkatkan hasil buah-buahan dan menjaga kelestarian lingkungan bersama semut rangrang (Alih bahasa oleh: Rahayu, S.). World Agroforestry Centre (ICRAF), 61 pp. http://carabidae.org/taxa/cicindelinae?coun try=248&mode=imago, diakses 30 Juni 2016. http://slametsuradi.blogspot.co.id/2015/08/ klasifikasi-semut-dan-hasilpengamatan.html?m=1, diakses 30 Juni 2016. http://www.farangsgonewild.com/carabida e---tiger-beetles--groundbeetles.html, diakses 30 Juni 2016. 11

12