BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA SINISTRA e.c HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN SUSPECT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI ISCHIALGIA SINISTRA et causa HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DI RUMKITAL DR.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIK DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ISCHIALGIA KARENA SPONDYLOSIS LUMBAL L 4 L 5 di PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI ISCHIALGIA SINISTRA et causa HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DI RUMKITAL DR.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSAL RAMELAN SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB III PROSES FISIOTERAPI. riwayat penyakit, baik berupa anamnesis maupun pemeriksan. Sistematika

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN MYOGENIC E.C. LUMBAR STRAIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ISCHIALGIA AKIBAT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) VL4-L5, L5-S1 DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

BAB III PROSES FISIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS VETEBRA THORACAL 7 LUMBAL 1 DI RSAL DR.RAMELAN

BAB III PROSES FISIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview. untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ETCAUSA SPONDYLOLISTHESIS DI RSUP SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) PADA L5-S1 DI RSUD SALATIGA

LAMPIRAN II. Kuisioner Prevalensi Low Back Pain

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

Naskah Publikasi. Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan Diploma III fisioterapi

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN MYOGENIC DI RSUD SUKOHARJO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS (OA) GENU BILATERAL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI SPONDILOSIS LUMBAL DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ISCHIALGIA SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN MC. KENZIE DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PIRIFORMIS SYNDROME SINISTRA DI RSUD. SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

NASKAH PUBLIKASI. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN a/c SPONDILOLISTHESIS L4-L5 GRADE 1 DI PUSKESMAS 2 KARTASURA

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia Nukleus Pulposus vertebra L4-5. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa masalah utama pasien tersebut adalah: (1) adanya nyeri menjalar dari punggung bawah hingga kaki kiri, (2) adanya keterbatasan LGS trunk, (3) adanya penurunan kekuatan otot trunk, hip dan knee kiri karena nyeri, dan (4) adanya penurunan kemampuan aktifitas fungsional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka penulis memilih modalitas TENS dan Neurodynamic di RS PKU Yogyakarta selama enam kali terapi dengan melihat problem yaitu nyeri dengan VDS, LGS dengan pita ukur, kekuatan otot dengan MMT dan kemampuan fungional dengan Oswestry Disability Index di dapatkan hasil sebagai berikut: 1. Hasil pemeriksaan derajat nyeri dengan VDS Pengukuran perubahan derajat nyeri dapat diketahui dengan menggunakan skala Verbal Discription Scale (VDS), yaitu pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala penilaian yaitu: (1) nilai 1 = tidak terasa nyeri; (2) nilai 2 = nyeri sangat ringan; (3) nilai 3 = nyeri ringan; (4) nilai 4 = nyeri tidak begitu berat; (5) nilai 5 = nyeri cukup berat; (6) nilai 6 = 57

58 nyeri berat; (7) nilai 7 = nyeri hampir tak tertahankan. Perubahan tingkat atau derajat nyeri dimulai dari pemeriksaan (T0) sampai evaluasi (T6), dimana nyeri diam dari T0 = nyeri sangat ringan menjadi T6 = tidak terasa nyeri, nyeri tekan dari T0 = Nyeri ringan menjadi T6 = Nyeri sangat ringan, dan nyeri gerak dari T0 = Nyeri cukup berat menjadi T6 = nyeri sangat ringan. Hasil dari evaluasi dapat dilihat pada grafik berikut : 6 5 4 3 2 1 0 Nyeri Gerak Nyeri Tekan Nyeri Diam T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Grafik 4.1 Hasil Evaluasi Nyeri dengan VDS 2. Hasil pemeriksaan LGS dengan menggunakan Pita ukur Hasil pemeriksaan yang kedua adalah pemeriksaan LGS dengan pita ukur yang dapat dilihat pada grafik 4.2, bahwa terdapat peningkatan LGS pada gerakan fleksi dan ekstensi. Hasil sebelum terapi pada gerakan fleksi T0 = 8 cm dan setelah diterapi T6 = 10 cm, untuk gerakan extensi sebelum diterapi T0 = 3 cm dan setelah diterapi T6 = 4 cm, untuk gerakan side fleksi kiri dan side fleksi kanan tidak terjadi perubahan.

59 14 12 10 8 6 4 2 T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 0 Fleksi Ekstensi Side Fleksi Kanan Side Fleksi Kiri Grafik 4.2 Hasil Evaluasi LGS Trunk dengan Pita Ukur 3. Hasil pengukuran Kekuatan Otot Hasil pemeriksaan selanjutnya adalah pengukuran kekuatan otot dengan MMT, sebelum diterapi pada otot fleksor trunk T0 = 3 dan setelah diterapi menjadi T6 = 4, pada otot ekstensor trunk sebelum diterapi T0 = 3 dan setelah diterapi T6 = 5, pada otot fleksor hip sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5, pada otot ekstensor hip sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5, pada otot fleksor knee sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5, serta pada otot ekstensor knee sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5.

60 6 5 4 3 2 1 T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 0 Fleksi trunk ekstensi trunk fleksi hip ekstensi hip fleksi knee ekstensi knee Grafik 4.3 Hasil Evaluasi kekuatan otot dengan MMT pada Trunk 4. Hasil penilaian aktivitas fungsional menggunakan Oswestry Disability Index Hasil yang terakhir adalah penilaian kemampuan fungsional seperti yang dapat dilihat pada grafil 4.4 bahwa ada peningkatan kemampuan fungsional. Hasil yang didapatkan saat terapi T0 = 42% dan setelah diterapi adalah T6 = 38%.

61 43 42 41 40 39 38 37 T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 36 Nilai total Grafik 4.4 Hasil Evaluasi Kemampuan Fungsional dengan Oswestry Disabilty Index B. Pembahasan Pasien yang inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat HNP vertebra L4-5 setelah mendapatkan penanganan fisioterapi dengan modalitas TENS dan Neurodynamic didapatkan adanya pengurangan nyeri, peningkatan LGS, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan aktifitas fungsional, yang dibahas di bawah ini: 1. Nyeri Nyeri merupakan reaksi normal dari tubuh jika terjadi suatu gangguan atau kerusakan jaringan. Rasa nyeri yang timbul sangat subjektif sifatnya dan keadaan tersebut akan dapat memberikan petunjuk atau

62 informasi tntang jaringan yang sakit atau rusak. Dengan adanya jaringan yang sakit atau rusak tubuh akan melepaskan zat-zat kimia seperti bradikinin dan polipeptida yang merangsang ujung- ujung sensoris saraf nyeri, sehingga timbul rasa nyeri (Pardjoto, 2006). Dari hasil evaluasi dimana nyeri diam dari T0 = nyeri sangat ringan menjadi T6 = tidak terasa nyeri, nyeri tekan dari T0 = Nyeri ringan menjadi T6 = Nyeri sangat ringan, dan nyeri gerak dari T0 = Nyeri cukup berat menjadi T6 = nyeri sangat ringan. Berkurangnya nyeri karena efek TENS pada arus dengan gelombang frekuensi 150 pps, durasi 150 ms frekuensi implus, yang sebanding dengan bioelectrity alami, merangsang mengurangi nyeri karena dapat menghambat reseptor nyeri (nosiceptor) sehingga mencegah implus nyeri dihantarkan ke tingkat yang lebih tinggi di susunan saraf pusat. Dengan pemberian TENS maka serabut saraf berdiameter besar akan diaktivasi dan dapat mengaktivasi sel- sel interneuron di substansia gelatinosa sehingga susunan saraf berdiameter kecil terhalang menyampaikan rangsangan nyeri ke pusat saraf dan menutup spinal gate. Dengan menutupnya spinal gate maka informasi nyeri terputus (Pardjoto, 2006). Sedangkan Neurodynamc memiliki efek mekanis yang mempengaruhi dinamika pembuluh darah, sistem transportasi aksonal dan jaringan ikat, serta mengakibatkan: meningkatnya transportasi aksonal saraf, meningkatnya aliran darah ke jaringan saraf, perbaikan mekanisme

63 normal dari jaringan ikat sehingga mengurangi kemungkinan adanya saraf yang sedang terjebak dalam jaringan ikat yang disekitarnya, meningkatnya proses intraneural oleh perubahan dari tekanan didalam sistem saraf dan dispersi intraneural edema sehingga nyeri berkurang. 2. Lingkup Gerak Sendi (LGS) dan peningkatan kekuatan otot Dari evaluasi yang dilakukan terhadap LGS lumbal pada penderita Ischialgia akibat HNP terjadi peningkatan LGS pada gerakan fleksi dan ekstensi. Hasil sebelum terapi pada gerakan fleksi T0 = 8 cm dan setelah diterapi T6 = 10 cm, untuk gerakan extensi sebelum diterapi T0 = 3 cm dan setelah diterapi T6 = 4 cm, untuk gerakan side fleksi kiri dan side fleksi kanan tidak terjadi perubahan. Peningkatan LGS ini disebabkan karena Neurodynamic merupakan teknik untuk memobilisasi saraf berupa gerakan berulang dari segmen yang mengalami gangguan, serta kombinasi gerakan dari segmen sisi distal dan proksimalnya sehingga terjadi peningkatan LGS. Selain itu peningkatan LGS trunk juga dipengaruhi oleh karena adanya pengurangan nyeri yang disebabkan karena spasme otot itu sendiri sehingga pasien mampu dan berani melakukan gerakan tanpa adanya keluhan nyeri. Dengan pengurangan nyeri, pasien mampu mengkontraksikan group otot ekstensornya, sehingga terjadi peningkatan LGS trunk.

64 3. Peningkatan kekuatan otot dengan MMT Dari evaluasi yang dilakukan terhadap kekuatan otot fleksor trunk, ekstensor trunk, fleksor hip, ekstensor hip, fleksor knee dan ekstensor knee pada penderita Ischialgia akibat HNP terjadi peningkatan kekuatan otot fleksor trunk, ekstensor trunk, fleksor hip, ekstensor hip, fleksor knee dan ekstensor knee. Hasil sebelum diterapi pada otot fleksor trunk T0 = 3 dan setelah diterapi menjadi T6 = 4, pada otot ekstensor trunk sebelum diterapi T0 = 3 dan setelah diterapi T6 = 5, pada otot fleksor hip sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5, pada otot ekstensor hip sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5, pada otot fleksor knee sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5, serta pada otot ekstensor knee sebelum diterapi T0 = 4 dan setelah diterapi T6 = 5. Penurunan kekuatan otot yang terjadi pada pasien ini merupakan bentuk kompensasi dari nyeri yang diraskan, bukan murni karena gangguan dari otot yang bersangkutan. Kompensasi ini mengakibatkan pasien tidak mampu full ROM saat melakukan gerakan melawan tahanan. Kekuatan otot fleksor trunk, ekstensor trunk, fleksor hip, ekstensor hip, fleksor knee dan ekstensor knee pasien akan meningkat seiring dengan berkurangnya nyeri. Tetapi bila pasien tidak dilatih maka dikhawatirkan setelah nyeri menghilang maka akan terjadi penurunan kekuatan otot karena tidak pernah digunakan. Neurodynamic merupakan teknik manipulatif dengan menggerakkan jaringan saraf dan meregangkan secara berulang

65 menggunakan jaringan yang secara anatomis berdekatan dengan jaringan saraf yang dapat bergerak secara bebas dari sistem saraf. Dengan penguluran dan pemendekan yang terjadi secara berulang-ulang maka elastisitas jaringan (otot) juga meningkat. Selain itu dengan adanya kontraksi otot akan menimbulkan hipertrofi otot yang merupakan salah satu sarat tercapainya kekuatan otot. Dan juga akan memberikan rangsangan yang diterima oleh otak yang menghasilkan respon motorik berupa perekrutan motor unit yang dibutuhkan untuk berkontraksi dan semakin banyak motor unit yang terekrut kontraksi sehingga terjadi peningkatan kekuatan otot. 4. Peningkatan aktifitas fungsional dengan Oswestry Disabilty Quistioner Dari hasil evaluasi kemampuan fungsional dengan Oswestry Disabilty Quistionere hasil yang didapatkan saat sebelum terapi adalah T0 = 42% (severe disability) dengan interpretasi: nyeri merupakan masalah utama bagi pasien, tetapi mereka mungkin juga mengalami masalah yang signifikan dalam perjalanan, perawatan pribadi, kehidupan sosial, seksual aktivitas serta tidur. Setelah diterapi adalah T6 = 38% (moderate disability) dengan interpretasi: Pasien mungkin mengalami rasa sakit, masalah dengan duduk, maslah dengan mengangkat, maslah dengan berdiri, perjalanan dan kehidupan sosial yang lebih sulit, pasien mungkin tidak aktif bekerja, namun tidak terlalu berpengaruh dalam aktivitas perawatan pribadi, tidur dan seksual (Fairbank & Pynsent, 2000).

66 Dengan adanya pengurangan nyeri yang merupakan masalah utama, pasien lebih berani dan lebih sering untuk menggerakkan sendi trunk, hip dan knee-nya maka terjadilah peningkatan LGS dan peningkatan kekuatan otot sehingga akan terjadi peningkatan kemampuan fungsional.