Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

IKHTISAR EKSEKUTIF NO URUSAN SASARAN %

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

... Lanjutkan & Mantapkan Pembangunan Menuju Masyarakat Kabupaten Gunung Mas Yang SEJAHTERA, MANDIRI, BERDAYA SAING dan BERMARTABAT...

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

Visi Misi Gubernur DIY: Rancangan Cascade RPJMD DIY

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMN dan RENSTRA BPOM

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

1 ( atau

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PASANGAN CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA TANJUNGBALAI ASAHAN SUMATERA UTARA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Transkripsi:

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan www.wbh.or.id Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 di Gedung Serbaguna Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya Palembang, 3 Maret 2014

Organisasi independen yang berbasis di Palembang, Sumatera Selatan dan bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat dan penyelamatan lingkungan hidup. Berdiri pada tahun Mei 2001. Mempunyai Visi : Terwujudnya tatanan masyarakat yang kuat dan mandiri serta berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Melakukan kerja-kerja : Membina dan memberdayakan sosial, ekonomi, budaya masyarakat; Memperjuangkan pengelolaan sumber daya alam berbasis partisipasi masyarakat; Melakukan advokasi kebijakan publik yang menjamin keberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; serta Melakukan riset dalam menunjang kegiatan advokasi

Visi Pembangunan 2005-2025: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur RPJM 2 (2010 2014) RPJM 3 (2015 2019) RPJM 4 (2020 2025) RPJM 1 (2005 2009)

UU No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN 2005-2025: RPJP Nasional menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Nasional yang memuat Visi, Misi dan Program Presiden UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. PP No. 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Rancangan Awal RPJM Nasional memuat Strategi pembangunan nasional, Kebijakan umum dan program prioritas Presiden, serta Kerangka ekonomi makro

Skala Prioritas Kemampuan pertahanan nasional dan keamanan dalam negeri makin menguat Kehidupan demokrasi bangsa makin mengakar dalam kehidupan bangsa Kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap Kesejahteraan rakyat terus membaik Kualitas sumber daya manusia terus membaik Prasyarat Profesionalisme institusi pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan prajurit, ketersediaan alat utama sistem persenjataan TNI dan alat utama Polri melalui pemberdayaan industri pertahanan nasional Pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan prinsip toleransi, nondiskriminasi dan kemitraan dan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung pembangunan nasional. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang disertai terwujudnya lembaga jaminan sosial Meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, yang berbasis keunggulan lokal dengan manajemen pelayananan pendidikan yang efisien dan efektif; meningkatnya derajat kesehatan, status gizi masyarakat; kesetaraan gender; tumbuh kembang optimal, serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang; dan budaya dan karakter bangsa.

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap Daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang Daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari; pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat; serta semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah Indonesia. Terpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan dan sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan; ketersediaan infrastruktur, kerja sama pemerintah dan dunia usaha, pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi industri serta penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi; terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien, pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern; konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, pengembangan infrastruktur perdesaan untuk mendukung pembangunan pertanian, pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat dengan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel

Dokumen Rencana Strategis Kementerian Kehutanan 2010-2014 menyatakan : Sejumlah 48,8 juta jiwa penduduk yang tinggal di pedesaan sekitar kawasan hutan, 10,2 juta nya terkategorikan sebagai kelompok miskin. Dengan data BPS tahun 2010 tentang jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 31,02 juta jiwa maka kita dapat menyatakan bahwa sepertiga dari penduduk miskin itu ada di pedesaan dalam dan Sekitar hutan (selanjutnya disebut desa/kampong hutan). Kementerian Kehutanan merilis data 31.957 desa yang ada di dalam, di tepi dan sekitar Kawasan hutan. Jumlah ini merupakan 36,17% dari seluruh desa yang ada di Indonesia. Desa-desa dalam kawasan hutan terbanyak ada di Provinsi Kalimantan Tengah dan desa-desa tepi dan sekitar kawasan hutan terbanyak ada di Provinsi Jawa Tengah Keberadaan desa/kampong hutan ini memberi indikasi kuat bahwa kawasan hutan merupakan unit sosio-kultural dan ekonomi bagi sebagian penduduk Indonesia.

Jumlah desa-desa di dalam dan di sekitar hutan (HP dan HL) di Provinsi Sumatera Selatan + 699 desa dengan potensi luas kawasan + 2.025.097,16 Ha : atau 53 persen dari total luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan seluas 3.760.662 ha. 439 desa terdapat di kawasan hutan produksi (HP) luasnya + 1.597.982,26 Ha 260 desa terdapat di kawasan hutan lindung (HL) luasnya + 427.114,60 Ha. Kondisi ini jika tidak direspon dengan baik berpotensi meningkatkan konflik pengelolaan kawasan hutan, namun disisi lain juga jika dikelola dengan baik merupakan wilayah potensial untuk implementasi PHBM

HUTAN INDUSTRI EKSTRAKTIF TATA KELOLA: Soal birokrasi & korupsi AIR KETIMPANGAN ALOKASI MANFAAT PANGAN KEMISKINAN KONFLIK SOSIAL

1. Usaha Besar & Kepentingan Umum Jenis Pemanfaatan dan Penggunaan Juta Ha % a. IUPHHK-HA 24,88 b. IUPHHK-HT 9,39 c. IUPHHK-RE 0,19 d. Pelepasan kebun & trans 5,93 e. IPPKH-Tambang, dll 0,62 Jumlah 1 41,01 99,49 2. Usaha Kecil dan Masy Lokal/Adat Jenis Pemanfaatan Juta Ha % a. IUPHHK HTR 0,16 b. Hutan Desa 0,003 c. Hutan Kemasyarakatan 0,04 Jumlah 2 0,21 0,51 Jumlah 1 dan 2 41,69 100,00 Sumber: PermenHut No. 49/2011

Hingga Desember 2011, terdapat 2,759,254 hektar lahan yang menjadi obyek konflik di empat sektor, ada 110 kasus. Pertanahan Perkebunan Tambang Kehutanan Luas Lahan Jumlah Kasus 17.600 ha 1.765.592 ha 43.360 ha 932.701 10 28 4 68 Data Konflik WALHI Sumsel 2013 : 32 Kasus SDA

BUMN Perhutani, PTPN, PLN, dll Perusahaan Swasta Pemegang Ijin (Sektor Hutan, Kebun, Tambang, Perumahan, dl) Masyarakat Adat/Lokal Lain-lain TNI, Kelompok Masyarakat, cukong/ makelar tanah, elit/politisi, dll Pemerintah Pemegang kawasan/ Penerbit hak/ijin (Kemenhut, BPN, Pemda,dll)

PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS K/L TERKAIT 1.Tata Kelola pemerintahan yang kurang baik di sektor hutan dan lahan 2.Konflik tenurial/lahan/sda yang semakin membesar 1. Mendorong Akses yang lebih terbuka atas data/informasi/peta yang dikelola oleh K/L terkait hutan 2. Akuntabilitas dan transparansi penetapan dan penggunaan anggaran; 3. Reformasi birokrasi - Pengembangan sistem karier SDM sesuai standar profesionalitas, serta penetapan pejabat yang terbuka bagi publik; 4. Reformasi rezim perizinan yang lebih pro rakyat dan penegaan hukum yang berkeadilan 1. Pembentukan dest penyelesaian konflik di tingkat nasional hingga propinsi dengan melibatkan berbagai pihak. 2. Menyusun langka-langka penyelesaian konflik tenurial dengan pendekatan Non Litigasi atau ADR (Alternative Dispute Resolution): Prosedur penyelesaian melalui konsensus, bersifat informal yang digunakan oleh para pihak dalam menyelesaikan sengketa sebagai alternatif dari pendekatan melalui lembaga pengadilan (negosiasi, mediasi, rekonsiliasi, arbitrase). KEMENHUT, KLH, ESDM, MENPAN, BPN dan dukungan PEMDA, Masyarakat sipl KEMENHUT, KLH, ESDM, MENPAN, BPN dan dukungan PEMDA dan masyarakat sipil

PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS K/L TERKAIT 3. Akses dan ruang kelola masyarakat di kawasan hutan sangat terbatas 4. Kemiskinan Masyarakat di sekitar Hutan 1. Meningkatkan dukungan sumber daya mencakup peningkatan sumber daya manusia dan sumber daya finansial. 2. Peningkatan Pelayanan. Membangun desk layanan perizinan dan pro rakyat yang berkeadilan. 3. Menyediakan alokasi anggaran di daerah untuk pendampingan PHBM di masyarakat. 1. Mengitegrasikan program pengentasan kemiskinan dengan peningkatan pengelolaan SDH di desa sekitar hutan. 2. Memperluas peluang akses dan ruang kelola masyarakat sekitar hutan 3. Fasilitasi badan usaha unit desa dan masyarakat pengelolah hutan dengan meningkatkan dukungan sumber daya KEMENHUT, KLH, ESDM, BPN dan dukungan PEMDA, Masyarakat sipil MENKO KESRA, KEMENHUT, KLH, ESDM, BPN dan dukungan PEMDA, masyarakat sipil

Keselamatan Warga dari Bencana Ekologi Peningkatan Akses masyarakat dalam pengelolaan Sumberdaya Alam, melalui PHBM dan kemitraan (P.39/2013) Tata kelola pemerintahan sektor Hutan dan lahan Daya Dukung Lingkungan dan Tata Ruang yang ter integrasi. Keberhasilan pembangunan nasional dalam mewujudkan visi Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur perlu didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan nasional yang kuat dan demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3) keberpihakan kepada rakyat; dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif.