BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB II. A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan. 1. Pengertian Hak Tanggungan. Pengertian Hak Tanggungan secara yuridis yang diatur dalam ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK. MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG. Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH.

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SEBAGAI KREDITUR

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum publik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA TANAH DENGAN STATUS HAK GUNA BANGUNAN DI. PT. BRI (PERSERO) Tbk CABANG TEGAL

BAB III PENUTUP. ditentukan 3 (tiga) cara eksekusi secara terpisah yaitu parate executie,

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

HUTANG DEBITUR DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian untuk mewujudkan perekonomian nasional dan

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA DIKUASAI PIHAK KETIGA BERDASARKAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan

PROBLEMATIKA PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DENGAN OBJEK TANAH YANG BELUM BERSERTIPIKAT

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Indonesia adalah negara hukum, artinya segala aspek kehidupan baik berbangsa dan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan terutama pembangunan secara fisik, dana selalu merupakan masalah baik bagi pengusaha besar, menengah ataupun kecil. Dalam hal ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. Pemberian kredit diwujudkan melalui perjanjian kredit perbankan yang tidak jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya harus berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian. Perjanjian kreditnya sendiri tidak diatur dalam ketentuan UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut UU Perbankan), dan dalam praktik biasanya dibuat berdasarkan kesepakatan antara bank dengan calon debitor. Demikian pula tentang akibat-akibat perjanjian dan tentang akibat ingkar janjinya biasanya dicantumkan dalam perjanjian tersebut. 1 Dalam pemberian kredit, bank menggunakan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 2 UU Perbankan; bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian di dalam dunia perbankan dikenal dengan istilah The five of Crediet artinya pada pemberian kredit tersebut harus diperhatikan lima faktor yaitu 1 Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal (Suatu Konsep dalam Menyongsong Lahirnya Lembaga Hak Tanggugan), PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, hlm 31.

character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), condition of economic (suasana perkembangan ekonomi), dan collateral (jaminan) dengan demikian ia selalu memperkuat kedudukannya sebagai kreditor. 2 Pihak bank mensyaratkan adanya jaminan dalam menyalurkan kredit, baik berupa jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan, untuk menjamin perjanjian pokok. Maksud jaminan itu sendiri adalah tanggungan yang diberikan oleh debitor atau pihak ketiga karena debitor mempunyai suatu kepentingan bahwa debitor harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. 3 Pihak bank lebih mensyaratkan jaminan kebendaan kepada debitornya daripada jaminan perorangan. Hak jaminan kebendaan adalah hak-hak kreditor untuk didahulukan dalam pengambilan pelunasan daripada kreditor-kreditor lain, atas hasil penjualan suatu benda tertentu atau sekelompok benda tertentu yang secara khusus diperikatkan. 4 Salah satu obyek jaminan kebendaan adalah hak milik atas tanah. Sebagai objek jaminan, hak milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA) mengatakan bahwa hanya 2 Purwahid Patrik dan Kashadi, 2000, Hukum Jaminan, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, hlm. 92. 3 Hasanudin Rahman,1995, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, hlm. 174. 4 J. Satrio, 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 17.

rakyat Indonesia yang bisa mempunyai hubungan hukum sepenuhnya dengan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa UUPA menganut prinsip nasionalitas. Maksudnya, mulai saat diundangkannya UUPA hingga selanjutnya, maka hanya WNI saja yang boleh mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. 5 Setelah keluarnya UUPA, lembaga jaminan atas tanah berserta benda-benda yang ada di atas tanah akan diatur lebih lanjut dalam suatu peraturan perundangundangan. Penjaminan tanah berserta benda-benda yang ada di atas tanah sekarang diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah (selanjutnya disebut UUHT). Hak tanggungan merupakan lembaga jaminan yang bertujuan untuk memberikan suatu kepastian dan perlindungan bagi kreditor penerima hak tanggungan. Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 UUHT, maka hak tanggungan merupakan lembaga jaminan yang memberikan sifat preference bagi pemegang sertipikat hak tanggungan, di mana kreditor diberikan hak untuk didahulukan dalam pembayaran utang kreditor. Selain dari sifat preference tersebut sertipikat hak tanggungan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang memberikan hak kepada kreditor untuk melakukan parate eksekusi atas jaminan debitor apabila debitor wanprestasi. 5 A.P. Parlindungan 1998, Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, hlm. 87.

Selanjutnya dalam Pasal 7 UUHT menyebutkan bahwa Hak Tanggungan tetap mengikuti obyeknya dalam tangan siapa pun obyek tersebut berada. Hal ini menunjukkan hak tanggungan mempunyai ciri droit de suite. Kemudian hak tanggungan juga menganut asas publisitas, yaitu adanya syarat pendaftaran tanah yang dijadikan obyek hak tanggungan tersebut. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 13 UUHT. Dengan demikian hak tanggungan merupakan lembaga jaminan atas tanah yang mempunyai sifat dan memberikan kedudukan yang istimewa kepada kreditor penerima hak tanggungan. Dewasa ini banyak masyarakat yang menjaminkan tanahnya kepada bank untuk memperoleh pinjaman (kredit). Bank sebagai lembaga intermediasi, akan memproses kredit yang telah memenuhi syarat-syarat pemberian kredit pada bank. Pengikatan jaminan tanah dengan lembaga hak tanggungan merupakan salah satu syarat pencairan kredit, terutama kredit dalam nilai yang besar. Hak tanggungan dianggap mampu untuk memberikan jaminan bagi pelunasan utang debitor karena sifat preference dan kekuatan eksekutorial yang dimilikinya itu. Seiring dengan banyaknya jaminan atas tanah yang diterima oleh bank, timbul beberapa permasalahan di bidang pertanahan dan hukum jaminan. Salah satunya adalah penyelesaian terhadap jaminan hak tanggungan dengan objek hak milik atas tanah debitor apabila suatu saat debitor wanprestasi dan berpindah kewarganegaraan. Status kewarganegaraan seorang debitor perlu mendapat perhatian khusus dari pihak perbankan. Berpindahnya kewarganegaraan seseorang secara yuridis akan

membawa konsekuensi tersendiri terhadap objek jaminan tanah hak milik debitor. Pemberlakuan asas nasionalitas di dalam Pasal 9 Ayat (1) UUPA akan berdampak terhadap status kepemilikan obyek jaminan tersebut. Hak milik atas tanah akan hapus apabila terjadi perubahan status kewarganegaraan. Menurut Pasal 21 Ayat (3) UUPA, akibat hukum dari seseorang yang berpindah kewarganegaraan, mereka harus melepaskan haknya sebelum waktu lebih dari 1 (satu) tahun. Setelah lewat waktu tersebut haknya masih belum dialihkan, maka hak atas tanah akan jatuh demi hukum kepada negara dengan ketentuan hak-hak yang membebaninya tetap berlangsung. Kredit macet dengan jaminan hak milik atas tanah debitor yang berpindah kewarganegaraan akan membawa permasalahan dalam pengeksekusiannya. Ketentuan perundang-undangan, khususnya antara UUHT dengan UUPA yang berhubungan dengan pengeksekusian hak tanggungan atas tanah hak milik debitor yang telah berpindah kewarganegaraan masih kurang jelas perlu dikaji sehingga bisa diperoleh kepastian hukum terhadap kedudukan obyek jaminan dan perlindungan hukum terhadap kreditor. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai kedudukan hak tanggungan, yang peneliti tuangkan dalam sebuah karya tulis dengan judul KEDUDUKAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH YANG PEMILIKNYA BERPINDAH KEWARGANEGARAAN DI KOTA PEKANBARU

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah : a. Apa hak debitor yang berpindah kewarganegaraan terhadap hak milik atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan? b. Bagaimanakah perlindungan hukum kepada kreditor apabila terjadi kredit macet dengan jaminan hak atas tanah yang pemiliknya berpindah kewarganegaraan? C. Keaslian Penelitian. Pada beberapa waktu yang lalu telah ada yang melakukan penelitian yang membahas mengenai eksekusi hak tanggungan, yaitu : 1. Ronald T. Mangalik 6 membahas tentang Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam eksekusi obyek hak tanah. Dalam penelitian ini menitikberatkan pada perlindungan hukum terhadap kreditur pemegang hak tanggungan apa bila debiturnya wan prestasi karena keadaan pailit. 2. Febria Tiwa Ari Putri 7 membahas tentang Perlindungan hukum bagi kreditur dan pemilik hak tanah akibat terjualnya obyek Hak Tanggungan. 6 Ronald T. Mangalik, 2012, Perlindungan Hukum terhadap kreditur dalam eksekusi obyek Hak Tanggungan 09/294077/PHK/06040, hal. 6

Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan perlindungan hukum terhadap kreditur dan pemilik tanah jika objek hak tanggungan dilelang untuk memenuhi prestasi debitur. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. D. Manfaat Penelitian. Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis, yaitu 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengetahuan ilmu hukum pada umumnya dan bidang hukum jaminan yang berhubungan dengan hak tanggungan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dasar-dasar serta landasan untuk penelitian lebih lanjut dan menjadi bahan masukan serta menjadi bahan rekomendasi bagi para notaris. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji, memahami dan menganalisa hak debitor yang berpindah kewarganegaraan terhadap hak milik atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan. 7 Febria Tiwa Ari Putri, 2009, Perlindungan hukum bagi kreditur dan pemilik hak tanah akibat terjualnya obyek Hak Tanggungan dalam lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), tesis, UGM, hal 12.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum kepada kreditor apabila terjadi kredit macet dengan jaminan hak atas tanah yang pemiliknya berpindah kewarganegaraan.