BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II. 1. Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mendalam (insight) (Suparyo, 2010) : (1) Identifikasi, anak mengidentifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak

Lembar Persetujuan Responden

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit 2004) dan Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 1998). Perbedaan rasa takut dan kecemasan, ketakutan adalah merasa gentar atau rasa tidak berani terhadap suatu obyek yang konkrit, misalnya : takut akan harimau, polisi (Kartini Kartono, 1989). Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, kepribadian dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Alkinson, 1999). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan a. Faktor predisposisi 1. Teori psikoanalitik Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu Id, Ego, dan Super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari Id dan super ego. 6

7 Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi ( Stuart & Sundeen, 1998 ). 2. Teori Interpersonal Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat ( Stuart & Sundeen, 1998 ). 3. Teori Perilaku Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini menyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya ( Smeltzer & Bare, 2001 ). b. Faktor Presipitasi Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :

8 1. Faktor eksternal : a. Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan). b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran ( Stuart & Sundeen, 1998 ). 2. Faktor Internal : Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh : a. Potensi Stressor. Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer & Bare, 2001 ). b. Maturitas Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan ( Hambly, 1995 ). c. Pendidikan dan status ekonomi. Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menycbabkan orang tersebut mudah mengalami

9 kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru ( Stuart & Sundeen, 1998 ). d. Keadaan fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan ( Oswari, 1989 ). e. Tipe Kepribadian. Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas ( Stuart & Sundeen, 1998 ).

10 f. Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang bisa dia tempati (Hambly, 1995 ). g. Umur Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya ( Varcoralis, 2000 ). h. Jenis kelamin. Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yag ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Ganguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria (Varcoralis, 2000 ). 3. Menurut Townsend ( 1996 ) konsep kecemasan ada empat poin rentang kontinum dari kecemasan ringan sampai panik yaitu : a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

11 mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ini untuk mengurangi ketegangan. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, insomnia, sering kencing, diare, palpitasi lahan persepsi menyempit, tidak mampu belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. d. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpangkan kehilangan pikiran yang rasional. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

12 diaphorosis, pembicaraan inkoheren, hiperaktif, tidak mampu berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi ( Harold, 1998 ). 4. Manifestasi cemas Menurut Stuart & Sundeen, (1998) manifestasi cemas dapat meliputi respon fisiologi, kognitif, tingkah laku dan afektif. a. Respon Fisiologi. Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk memelihara keseimbangan homeostatis dalam tubuh. Karena mengakibatkan peningkatan fungsi sistem organ vital secara umum. Seperti pada sistem di bawah ini ( Stuart & Sundeen, 1998 ): 1. Sistem kardiovaskuler Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah dan denyut nadi menurun, pingsan 2. Sistem pernapasan. Napas cepat, pemapasan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik dan terengah-engah. 3. Sistem neuromuskuler. Peningkatan reflek, reaksi kejutan, insomnia, ketakutan, gelisah, tegang, kelemahan secara umum, gerakan lambat. 4. Sistem gastrointestinal. Kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, diare.

13 5. Sistem perkemihan. Tidak dapat menahan buang air kecil, sering buang air kecil. 6. Sistem integumen. Rasa terbakar pada muka, berkeringat pada telapak tangan, gatalgatal, perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh. b. Respon kognitif, perilaku dan afektif. Respon kecemasan pada pasien juga dapat mempengaruhi pada ssistem kognitif, seperti: gangguan perhatian, konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir, bloking pada pikiran, lahan persepsi menurun, kreatifitas menurun, bingung, kesadaran diri yang berlebihan, khawatir yang berlebihan, objektivitas hilang, takut. Pada sistem perilaku, seperti: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar, hiperventilasi. Dan sistem afektif, seperti: tidak sadar, tegang, takut yang berlebihan, gugup yang luar biasa, sangat gelisah (Smeltzer & Bare, 2001 ). B. Pre operasi apendiktomi 1. Pengertian a. Fase pre operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi (Smeltzer & Bare, 2001 ). b. Apendiktomi adalah pengangkatan apendiks. Tindakan ini termasuk tipe bedah kuratif dimana mengangkat bagian yang sakit ( Long, 1996 ). Gambaran klinis apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang

14 didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendicitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual kadang-kadang ada muntah ( R Sjamsuhidajat, 1997 ). 2. Klasifikasi Bedah Menurut Long (1996), tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. a. Menurut lokasinya tindakan pembedahan dapat dilaksanakan eksteral /internal, selain itu juga dapat diklasifikasi sesuai dengan lokasi sistem tubuh seperti bedah cardiovaskuler, thorak. b. Menurut luas jangkauannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan sebagai bedah minor (kecil)/ mayor (besar). c. Menurut tujuannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan sebagai bedah dignostik, kuratif, restoratif, paliatif serta kosmetik c. Menurut prosedur pembedahan, kebanyakan prosedur bedah diklasifikasikan dengan memberi kata-kata akhiran pada lokasi pembedahan sesuai dengan tipe-tipe pembedahan antara lain: ektomi (pengangkatan organ), rhapy (penjahitan), ostomi (membuat lobang), plasti (perbaikan menurut bedah plastik). 3. Persiapan yang baik selama periode pre operasi menurunkan risiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan pre operasi menurut Luckman and Sorensen (1993) dimaksudkan untuk

15 kebaikan bagi pasien dan keluarganya yang meliputi : a. Menunjukan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka) b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan dijalankan setelah operasi ( latihan nafas dan batuk ). c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. d. Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh anestesi e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah operasi. f. Mendapatkan istirahat yang cukup. g. Menjelaskan pengertian tentang prosadur operasi yang akan dijalankan termasuk jadwal operasi dan menandatangani persetujuan operasi h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung. 4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi yang didapatkan di RS. Menurut Long (1996), pasien pre oprasi mengalami kecemasan karena mereka sering berfikir, seperti: a. Takut nyeri setelah pembedahan. b. Takut keganasan. c. Takut menghadapi ruangan operasi. d. Takut operasi gagal.

16 C. Kerangka Teori Dari uraian di atas dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut : Faktor Eksternal : - Ancaman terhadap integritas diri, meliputi : ketidakmampuan fisiologi atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan) - Ancaman terhadap konsep diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan peran - Usia - Jenis kelamin - Pekerjaan - Pendidikan - Sosial ekonomi - Potensi stressor - Maturitas - Keadaan fisik - Tipe Kepribadian Faktor Internal: Tingkat Kecemasan 1. Tidak cemas 2. Ringan 3. Sedang 4. Berat Gambar 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre-operasi (Stuart & Sundeen, 1998) D. Kerangka Konsep Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan penulis dalam penelitian ini dijelaskan pada faktor faktor kecemasan yang meliputi : usia, jenis

17 kelamin, pekerjaan, pendidikan, sosial ekonomi agar dapat memahami lebih mendalam: Variabel Independen - Usia - Jenis kelamin - Pekerjaan - Pendidikan - Sosial ekonomi Variabel Dependen Tingkat Kecemasan 1. Tidak cemas 2. Ringan 3. Sedang 4. Berat Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian E. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi apendiktomi. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi apendiktomi. 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan operasi pre operasi apendiktomi. 4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi apendiktomi. 5. Ada hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi apendiktomi.