BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

DAFTAR PUSTAKA. Arens and Loebbecke Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan fasilitas-fasilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

PERTEMUAN 1 DASAR DASAR PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Gambaran Umum KPP Pratama Menteng Dua. wilayah kerja Kelurahan Menteng, Pegangsaan dan Cikini.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan agar negara tersebut dapat mandiri dalam membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar. Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam upaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama bagi penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan data penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega selama 2 (dua) tahun terakhir penerimaan pajak mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Penerimaan Perpajakan Tahun 2006-2007 Tahun PPh Non Migas PPh Migas Jumlah Pajak Anggaran 2006 207.141.171.998 1.119.836.627 208.261.008.625 2007 183.167.900.513 331.846.731 183.499.747.244 Sumber: KPP Pratama Bandung Tegallega Berdasarkan data penerimaan perpajakan PPh dari tahun 2006-2007 yang mengalami penurunan tersebut maka diperlukan adanya pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan PPh pasal 21. Pemeriksaan pajak adalah hak dari fiskus dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, untuk melengkapi tugas-tugas fiskus dalam memberikan penyuluhan, pelayanan kepada Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak dimaksudkan sebagai alat kendali sistem self assessment. Dengan menyadari betapa penting fungsi pemeriksaan di satu pihak, dan berbagai risiko dalam pelaksanaan pemeriksaan di lain pihak, pemerintah telah mengatur dan membuat rambu-rambu yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK.03/2006 tantang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan No.545/KMK.04/2000 tentang 1

Tata Cara Pemeriksaan Pajak, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan yang melaksanakan pemeriksaan disebut pemeriksa pajak, yang adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Jenderal pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak dapat dilakukan dengan sangat mendalam dalam waktu yang cukup lama (2 bulan hingga 8 bulan) terhadap semua jenis pajak dan dilaksanakan di tempat wajib pajak, yang disebut pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan di tempat wajib pajak juga dapat dilakukan dalam waktu tidak lebih dari dua bulan dengan sasaran semua jenis pajak yang cenderung bersifat verifikasi, atau bersifat pengecekan data atau konfirmasi data. Tujuan pemeriksaan pajak untuk penguji kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak perlu dilakukan karena dengan adanya pemriksaan di bidang perpajakan maka fiskus dapat menilai kepatuhan wajib pajak. Tujuan pemeriksaan pajak bukan sekedar menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, apalagi kepentingan kas negara. Tujuan pemeriksaan pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan N0.545/KMK.04/2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Kepatuhan pemenuhan perpajakan ini terlihat pada besarnya pajak yang dibayar setiap bulan atau setiap tahun oleh Wajib Pajak. 2

Salah satu sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Menurut sistem ini, Wajib Pajak yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur tangan dalam penentuan besarnya pajak terutang, kecuali Wajib Pajak tersebut melanggar ketentuan yang berlaku, maka akan dikenakan sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Meskipun aparat pajak yang berwenang telah melakukan pemeriksaan pajak tetapi penyelewengan atau penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajip pajak masih dapat terjadi. Untuk itu perlu adanya kepatuhan atau kesadaran dari Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Salah satu jenis pajak yang diperiksa oleh pemeriksa pajak adalah pajak penghasilan pasal 21, karena hampir setiap Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri memiliki kewajiban terhadap pajak penghasilan pasal 21. Selain itu, pajak penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Citra Yunia Dewirai, bahwa pemeriksaan pajak memiliki pengaruh dan hubungan yang kuat terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh pemeriksaan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dengan menuangkan pada skripsi yang berjudul PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 3

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah persepsi pemeriksa pajak terhadap pemeriksaan pajak. 2. Bagaimanakah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 badan, menurut pemeriksa pajak. 3. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 21 badan ditinjau dari persepsi pemeriksa pajak. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dalam penelitin ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi pemeriksa pajak atas pemeriksaan pajak. 2. Untuk mengetahui persepsi pemeriksa pajak atas tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 badan. 3. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 badan, ditinjau dari persepsi pemeriksa pajak. 4

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Penulis, dapat memberikan pemahaman mengenai pemeriksaan pajak serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban PPh pasal 21. 2. Bagi Pemeriksa Pajak, sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan melalui peningkatan profesionalisme kerja. 3. Bagi Wajib Pajak, diharapkan dapat lebih memahami dan mematuhi pelaksanaan PPh pasal 21. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Di dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, terdapat beberapa seksi, antara lain: Sub Bagian Umum Seksi Pelayanan Seksi Pengolahan Data dan Informasi Seksi Pemeriksaan Seksi Penagihan Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 5

Seksi Ekstensifikasi Kelompok Jabatan Fungsional Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Richard Burton dan Wirawan B (2005:1), bahwa pajak adalah: Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pajak memiliki unsurunsur: 1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Sifatnya dapat dipaksakan. 3. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 4. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah 5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Kewajiban Wajib Pajak khususnya kewajiban yang berhubungan dengan PPh pasal 21, yang dibuat dalam undang-undang perpajakan adalah: 1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai pemotong wajib pajak penghasilan, menurut pasal 2 undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Direktorat 6

Jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan oleh wajib pajak terhadap pihak lain dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan. 3. Kewajiban mengisi dan memyampikan Surat Pemberitahuan masa / tahunan Pph pasal 21. Dalm pasal 3 ayat (1) undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar. 4. Kewajiban membayar atau menyetor pajak, menurut pasal 10 ayat (1) undangundang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan, kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan dikas negara melalui kantor pos atau Bank, BUMN, atau BUMD, atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan Menteri Keuangan. 5. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, pasal 28 ayat (1) undang-undang Ketentuan Umum Dan Cara Perpajakan. 6. Kewajiban menaati pemeriksaan, pasal 29 ayat(3) undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK.03/2006 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan No.545/kMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data atau keterangan 7

lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak dapat dilakukan oleh 4 (empat) unit di ligkungan Direktorat Jenderal Pajak, yaitu: 1. Kantor Pusat Direktorst Jenderal Pajak (KPDJP). 2. Kantor wilayah (Kan Wil). 3. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikiksn Pajak (karikpa). 4. Kantor pelayanan pajak (KPP) yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK). Pemeriksaan pajak dengan ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK) dalam rangka menguji kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 21, dilaksanakan oleh pemeriksa yang berada pada seksi pemeriksaan pajak penghasilan. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lambat 6 (enam) minggu. Dengan adanya pemeriksaan pajak, fiskus dapat menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan pemeriksaan pajak dapat berpengaruh terhadap kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak, dengan tetap mengacu kepada profesionalisme kerja pemeriksa pajak, sesuai dengan tata cara pemeriksaan di bidang perpajakan. 8

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: Pemeriksaan Pajak Memiliki Pengaruh Signifikan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21. 9

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Pemeriksa Pajak Tujuan Pemeriksaan Pajak Nama dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Pengujian Tercapainya kepatuhan Tujuan lain sesuai Kepatuhan Wajib Pajak Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan material dan formal ketentuan peraturan perundangundangan 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 216 Bandung. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 6 19 Mei 2008. 10