Jurnal Kependidikan Kimia Hydrogen Vol. 1 Nomor 1, Juli 2013 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

PENURUNAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN ARANG AKTIF BIJI KAPUK (Ceiba Petandra)

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Oleh : Putri Paramita ( )

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD.

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

3 METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Metodologi Penelitian

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB III METODE PENELITIAN

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PENURUNAN COD LIMBAH TEMPE TAHU OLEH KARBON AKTIF TONGKOL JAGUNG Yusran Khery 1, Nova Kurnia 2, Kahpiyati 3, Lina Adelesmula 4, dan Rifki Afriawan 5 1 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia IKIP Mataram 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia IKIP Mataram 3 Pemerhati Pendidikan 4 Pemerhati Pendidikan 5 Pemerhati Pendidikan Email: yusrankhery@gmail.com Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas serbuk karbon aktif tongkol jagung dalam menurunkan kadar COD limbah cair industri tempe tahu. Sampel penelitian ini yaitu limbah cair pada di bak pembuangan perajin tempe tahu di Kekalik. Dalam penelitian ini, dipelajari efisiensi adsorpsi COD pada konsentrasi HCl 0, 5, 10, 15, dan 20 saat aktivasi karbon aktif; pada volume sampel 50, 150, dan 250; pada waktu kontak 30, 60, 90, 120, 150 menit; dan pada ukuran serbuk 50, 60, 100, 120 mesh, ukuran ayakan kopi, dan granul. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi HCl dan volume sampel optimum berturut-turut yaitu 15% dan 150 ml dengan efisiensi penurunan COD sebesar 42,86%. Waktu kontak optimum yakni 90 menit dengan efisiensi sebesar 90%. Sedangkan ukuran serbuk karbon aktif yang paling baik menurunkan kadar COD yakni 120 mesh dengan efisiensi 47,22%. Semakin kecil ukuran serbuk aktif, efisiensi penurunan kadar COD limbah cair industri tempe tahu semakin besar. Kata kunci: efektifitas, karbon aktif, COD, limbah tempe tahu. PENDAHULUAN Tingkat buangan limbah sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan antara lain oleh perkembangan industri yang cukup pesat yaitu ditandai dengan banyaknya industri yang memproduksi berbagai kebutuhan manusia seperti industri kertas, tekstil, makanan dan lain-lain. Seiring dengan banyaknya industri tempe tahu yang berkembang di Kekalik, Mataram maka semakin banyak pula limbah cair yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan berbahaya untuk lingkungan perairan. Limbah tempe tahu yang dihasilkan oleh industri tempe tahu rumahan tersebut sebagian besar dibuang di daerah sungai yang dapat mengakibatkan pencemaran. Salah satu parameter pencemaran air adalah angka COD ( Chemical Oxygen Demand). COD adalah jumlah oksigen (mg O 2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam ukuran pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Alaert, 1984). Konsentrasi COD ( Chemical Oxigen Demand) di dalam air limbah industri tahu tempe cukup tinggi yakni berkisar antara 4.000-10.000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni ph 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di atas, air limbah industri tahu tempe merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial (Fachrurozi et al., 2010). Sebelum limbah dibuang ke badan air sebaiknya dilakukan pengolahan limbah terlebih dahulu. Pengolahan limbah yang dapat dilakukan adalah menurunkan beban pencemar dari limbah industri tersebut dengan memberikan bahan-bahan yang mampu untuk menyerap zat-zat kimia yang menyebabkan terjadinya pencemaran. Salah satu bahan yang mampu untuk menyerap zat-zat kimia adalah karbon aktif (karbon aktif). Karbon aktif adalah karbon yang diproses sedemikian rupa sehingga pori porinya terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon aktif merupakan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal surfece), sehingga mempunyai serap yang baik. Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya yang berkisar antara 85% sampai 95% karbon bebas (Mifbakhuddin, 2010). Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh karbon aktif, yaitu memiliki daya serap yang tinggi terhadap senyawa yang berasal dari limbah cair maka dengan pemberian waktu adsorpsi antara limbah dengan karbon aktif dengan ukuran serbuk karbon aktif akan mampu untuk menyerap zat-zat organik maupun anorganik yang menyebabkan terjadinya pencemaran COD. Salah satu bahan yang dapat dijadikan karbon aktif adalah tongkol jagung. Tongkol jagung mengandung selulosa 41% dan hemiselulosa 36% yang berpotensi digunakan sebagai karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh konsentrasi HCl pada proses aktivasi, waktu kontak dan ukuran serbuk karbon aktif tongkol jagung terhadap penurunan kadar COD serta efektifitas karbon aktif tongkol jagung dalam menurunkan kadar COD pada limbah industri tempe tahu. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Pendekatan yang digunakan 21

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perajin tempe tahu di kawasan Kekalik, Mataram dan sampelnya adalah salah satu perajin tempe tahu di kawasan Kekalik, Mataram. Sampel limbah cair diperoleh dari bak pembuangan limbah tempe tahu salah satu perajin tempe tahu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Mataram pada bulan Januari-Februari 2013. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, tungku pengarangan, labu ukur, pipet volume, gelas erlenmeyer, gelas beker, corong, timbangan analitis, magnetic stirrer with heat, desikator, ayakan 50, 60, 100, 120 mesh, ayakan kopi, seperangkat alat titrasi dan seperangkat alat refluks (gelas labu takar dan kondensor). Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah larutan standar kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) 0,25 N, reagen H 2 SO 4 -Ag 2 SO 4 Larutan standar FAS (Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 ).6H 2 O) 0,10 N, larutan indikator Ferroin (FeSO 4.7H 2 O), larutan HCl 10%, 15 % dan 20%, aquadest, karbon aktif tongkol jagung dan sampel limbah cair tempe tahu. Untuk membuat karbon aktif dari tongkol jagung, tahap yang dilakukan adalah tahap dehidrasi, karbonisasi dan aktivasi. Pertama tongkol jagung yang akan dijadikan karbon aktif, dibersihkan di air mengalir lalu dipotong dan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4-7 hari. Setelah itu timbang sekitar 5 kg tongkol jagung kemudian dimasukkan ke dalam tungku kemudian dibakar sampai terbentuk arang (tahap karbonisasi). Arang yang terbentuk kemudian dihaluskan dan diayak dengan ayakan 50, 60, 100, dan 120 mesh, ayak dengan ayakan kopi dan yang ditumbuk biasa sehingga masih berbentuk granul. Selanjutnya dilanjutkan dengan tahap aktivasi. Arang yang telah diayak dimasukkan ke dalam 3 buah gelas beker 250 ml masing-masing sebanyak 50 gr kemudian direndam dengan larutan HCl 10%, 15% dan 20% selama 24 jam, lalu disaring. Setelah disaring arang dicuci dengan aquades, dan saring kembali dan ukur ph larutan. Ulangi proses pencucian hingga diperoleh ph netral. Setelah itu arang dikeringkan dengan oven sekitar 2 jam (Pengaruh konsentrasi HCl pada Aktivasi Arang Tongkol Jagung) (Afriawan, 2013). Untuk pengaruh waktu kontak, proses aktivasinya dilakukan dengan cara arang yang telah diayak dengan ukuran 100 mesh dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml sebanyak 50 gr kemudian direndam dengan larutan HCl 15% selama 24 jam, lalu disaring. Setelah disaring arang dicuci dengan aquades, dan saring kembali dan ukur ph larutan. Ulangi proses pencucian hingga diperoleh ph netral. Setelah itu arang dikeringkan dengan oven sekitar 2 jam (Kahpiyati, 2013). Aktivasi untuk pengaruh ukuran serbuk karbon aktif, sebagai berikut: arang yang telah diayak dengan ukuran 50, 60, 100 dan 120 mesh,ukuran ayakan kopi dan granul masing-masing dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml. Kemudian direndam dengan larutan HCl 15% selama 24 jam, lalu disaring. Setelah disaring arang dicuci dengan aquades, dan saring kembali dan ukur ph larutan. Ulangi proses pencucian hingga diperoleh ph netral. Setelah itu arang dikeringkan dengan oven sekitar 2 jam (Adelesmula, 2013). Untuk tahap aplikasi dengan karbon aktif, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: disiapkan sampel limbah yang akan digunakan kemudian ukur kadar COD awal sampel. 1 gram karbon aktif direndam masing-masing dalam 50, 150 dan 250 ml sampel limbah yang telah diencerkan 100 kali. Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer with heat, disaring lalu analisis kadar COD sampel (Pengaruh konsentrasi HCl pada Aktivasi Arang Tongkol Jagung) (Afriawan, 2013). Proses aplikasi untuk pengaruh waktu kontak, sebanyak 150 ml larutan sampel yang sudah diencerkan sebanyak 100 kali dimasukkan kedalam 5 wadah yang berbeda kemudian dicampurkan karbon aktif sebanyak 3 gram Kemudian campuran ini diaduk dengan magnetic stirrer with heat selama 30 menit dan direndam selama beberapa jam dengan variasi waktu, sampel pertama direndam selama 30 menit, selanjutnya 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Setelah selesai campuran tersebut disaring. Analisis kadar COD sampel (Kahpiyati, 2013). Aplikasi untuk pengaruh ukuran serbuk, prosesnya sebagai berikut: sampel limbah yang telah diencerkan 200 kali dimasukkan ke dalam 6 gelas beker masing-masing 150 ml. Masing-masing gelas kimia ditambahkan dengan dengan karbon aktif berukuran granul, ayakan kopi, 50, 60, 100 dan 120 mesh sebanyak 5 gr dan aduk selama 30 menit kemudian didiamkan 90 menit. Terakhir disaring dan ukur kadar COD akhir sampel (Adelesmula, 2013). Pengukuran kadar COD sampel dilakukan melalui beberapa tahap berikut ini: ditimbang sebanyak 0,04 gr HgSO 4 kemudian dimasukkan ke dalam labu takar COD. Selanjutnya dimasukkan 2 ml sampel limbah dan ditambahkan dengan 0,5 ml larutan K 2 Cr 2 O 7 0,25 N. Setelah itu dimasukkan 0,25 ml reagen H 2 SO 4 -Ag 2 SO 4, dikocok dengan perlahan dan hati-hati. Disiapkan alat kondensor dan dialirkan air pendingin pada kondensor dan letakkan labu takar COD di bawah kondensor. Tuangkan sisa reagen H 2 SO 4 -Ag 2 SO 4 sebanyak 2,5 ml melalui kondensor ke dalam labu takar COD sedikit demi sedikit. Dipanaskan selama 2 jam, lalu didinginkan. Setelah dingin, diencerkan menjadi 2 kali dari jumlah semula (tambahkan 10 ml aquades) kemudian ditambahkan dengan 2-3 tetes indikator 22

ferroin lalu dititrasi dengan larutan FAS. Ditentukan kadar COD sampel (Alaert, 1984). Analisis Data Konsentrasi COD dalam sampel ditentukan menggunakan rumus: COD ( mg/l O 2 ) = ( ) Keterangan: A = volume FAS yang digunakan untuk titrasi blanko ( ml ) B = volume FAS yang digunakan untuk titrasi sampel ( ml ) N = Normalitas FAS Penentuan efisiensi penurunan konsentrasi COD pada limbah industri tahu tempe menggunakan rumus sebagai berikut: E = 100% Keterangan: E = Efisiensi C 0 = Konsentrasi COD Awal = Konsentrasi COD Akhir C 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi HCl saat Aktivasi terhadap Efisiensi Penurunkan Kadar COD Limbah Industri Tempe Tahu Berdasarkan hasil penelitian pengaruh konsentrasi HCl pada aktivasi arang terhadap kemampuan karbon aktif dalam menurunkan kadar COD limbah ditunjukkan pada Tabel1. Tabel 1. Hasil Pengujian Pengaruh Konsentrasi HCL Terhadap Efisiensi Penurunan COD Konsentrasi HCl (%) COD Awal COD Akhir Penurunan COD Persentase Penurunan COD(%) 0 544,32 505,44 38,88 7,14 10 544,32 466,56 77,76 14,29 15 544,32 427,68 116,64 21,43 20 544,32 505,44 38,88 7,14 Konsentrasi HCl pada aktivasi arang mempengaruhi kemampuan adsorpsi karbon aktif. Konsentrasi HCl optimum yakni pada larutan HCl 15%. Hal ini menunjukkan bahwa proses aktivasi karbon aktif dengan larutan HCl 15 % memberikan pengaruh paling baik terhadap kemampuan karbon aktif dalam mengadsorpsi kadar COD dibandingkan dengan larutan HCl 10%, 20% dan tanpa aktivasi. Pada aktivasi dengan larutan HCl 20%, penurunan kadar COD yang terjadi sangat rendah. Hal ini diakibatkan oleh kepekatan konsentrasi HCl yang terlalu tinggi yang dapat merusak pori-pori karbon pada karbon aktif sehingga daya adsorpsi dari karbon aktif akan menurun, bahkan efektivitas penurunannya sama dengan arang tanpa aktivasi. Sedangkan pada aktivasi dengan larutan HCl 10%, kepekatan konsentrasi HCl yang kurang sehingga kurang mampu membuka pori-pori pada karbon, sehingga daya adsorpsi karbon aktif masih kurang dibanding dengan aktivasi dengan larutan HCl 15%, namun kemampuan adsorpsinya sudah lebih baik dari pada arang tanpa aktivasi. Sedangkan kapasitas adsorpsi optimum yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 1. Tabel 2. Hasil Pengujian Pengaruh Volume Sampel Terhadap Efisiensi Penurunan COD Perbandingan V sampel/gr AA COD Awal COD Akhir Penurunan COD Persentase Penurunan COD(%) 50 ml / gr AA 544,32 427,68 116,64 21,43 150 ml / gr AA 544,32 311,04 233,28 42,86 250 ml / gr AA 544,32 466,56 77,76 14,29 23

Persentase Penurunan COD (%) 50% 40% 30% 20% 10% 21.43% 42.86% 14.29% 0% 50 ml/gr AA 150 ml/gr AA 250 ml/gr AA COD oleh karbon aktif menurunkan disebabkan terjadinya proses desorbsi, yang artinya bahwa kembalinya zat-zat pencemar yang telah diserap ke lingkungan yang diakibatkan oleh kejenuhan karbon aktif dalam mengadsorpsi zat-zat pencemar. Namun, COD akhir pada kondisi optimum ini masih jauh diatas ambang batas kadar COD yang diperbolehkan di perairan. Jika diasumsikan bahwa perilaku karbon aktif tersebut sama, maka peningkatan penurunan COD dalam 150 ml sampel dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah karbon aktif. Apabila 1 gram karbon aktif mampu menurunkan kadar COD sebesar 233,28 mg O 2 /L, maka 2 gram karbon aktif dapat menurunkan kadar COD 2 kali lebih banyak yakni 466,56 mg O 2 /L. Sehingga dengan penambahan jumlah karbon aktif dapat menurunkan kadar COD sampai ambang batas yang diperbolehkan di perairan. Gambar 1. Grafik Kapasitas Adsorpsi Karbon Aktif Kapasitas optimum adsorpsi diperoleh pada volume sampel 150 ml. Pada volume 50 ml, kapasitas adsorpsi COD oleh karbon aktif masih sedikit disebabkan oleh adsorbat yang akan diserap karbon aktif juga ada dalam jumlah sedikit. Sedangkan pada volume 250 ml, kapasitas adsorpsi Pengaruh Waktu Kontak terhadap Efisiensi Penurunkan Kadar COD Limbah Industri Tempe Tahu Besarnya angka penurunan kadar COD limbah cair industri tempe tahu seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Efisiensi Penurunan COD COD awal (mg/l) 682,44 Waktu kontak (menit) COD akhir (mg/l) Efisiensi (%) 30 620,4 9 60 620,4 9 90 62,04 90 120 310,2 54 150 372,24 45 Perbedaan kemampuan karbon aktif dalam menurunkan kadar COD limbah cair industri tempe tahu dengan waktu kontak 30, 60, 90, 120 dan 150 menit disajikan pada Gambar 2. Efisiensi (%) 100 80 60 40 20 0 0 50 100 150 200 Waktu kontak (menit) Gambar 2. Grafik Hubungan antara Waktu Kontak dengan Efisiensi Penurunan Kadar COD Waktu kontak merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pendiaman antara karbon aktif sebagai adsorben dengan limbah cair tempe tahu sebagai adsorbat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif tongkol jagung dapat menurunkan kandungan COD pada sampel limbah cair tempe tahu dengan pemberian waktu kontak yang divariasikan. Pemberian variasi waktu kontak ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar penurunan COD pada masing-masing waktu yang diberikan. Adapun waktu kontak yang diberikan adalah 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Dari waktu kontak yang diberikan diperoleh waktu kontak 30 menit dan 60 menit memiliki hasil yang sama yaitu dengan kadar COD akhir sebesar 620,4 mg/l, waktu kontak 90 menit dengan kadar COD akhir 62,04 mg/l sedangkan untuk pemberian waktu kontak 120 menit dan 150 menit dengan kadar COD akhir secara berturut-turut 24

sebesar 310,2 mg/l, 372,2 mg/l dari COD awal sebesar 682,44 mg/l. Perbedaan hasil yang diperoleh disebabkan karena pada waktu kontak 30 dan 60 menit pori-pori karbon aktif belum sepenuhnya menyerap zat-zat organik karena interaksi antara adsorben dengan adsorbat belum maksimal. Pada waktu kontak 90 menit terjadi penurunan COD secara drastis, hal ini disebabkan karena pori-pori karbon aktif bekerja secara optimal untuk menyerap zat-zat organik yang menyebabkan terjadinya pencemaran COD. Sedangkan untuk pemberian waktu kontak 120 dan 150 menit terjadi lagi peningkatan COD akhir dari sebelumnya pemberian waktu kontak 90 menit. Hal ini disebabkan pada waktu tersebut karbon aktif sudah mengalami kejenuhan sehingga zat-zat organik yang sudah terserap sebelumnya terlepas lagi, sehingga semakin banyak waktu kontak yang diberikan tidak mengakibatkan semakin bagus penurunan COD yang dihasilkan. Dari penelitian yang dilakukan serta analisis data maka diperoleh waktu optimum yang didapatkan untuk menghasilkan penurunan COD seperti yang diinginkan adalah 90 menit waktu kontak yang diberikan. Pengaruh Ukuran Serbuk Karbon terhadap Efisiensi Penurunkan Kadar COD Limbah Industri Tempe Tahu Rata-rata konsentrasi COD awal limbah tahu tempe di lingkungan Kekalik Mataram dengan dua kali pengulangan sebesar 720 mg/l untuk 200 kali pengenceran. Berarti kadar COD awal limbah tempe tahu adalah 14.400 mg/l. Konsentrasi rata-rata COD tersebut melebihi ambang baku mutu limbah cair yang diperbolehkan berdasarkan Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang batasan air limbah untuk industri yaitu sebesar 100-300 mg/l. Setelah aplikasi dengan menggunakan karbon aktif diperoleh penurunan konsentrasi COD seperti tertera dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengujian Pengaruh Ukuran Serbuk Karbon Aktif Terhadap Efisiensi Penurunan COD Variasi ukuran serbuk Ukuran Partikel (d) cm 2 Volume FAS(mL) Konsentrasi COD(mg/L) Granul 0,9 680 U2-1 640 Ayakan kopi 1 640 U2-1 640 50 mesh 1,4 480 0,358 U2 1,4 480 60 mesh 1,4 480 0,328 U2 1,5 440 100 mesh 1,5 440 0,253 U2 1,5 440 120 mesh 1,6 400 0,231 U2 1,7 360 Keterangan: = Ulangan ke-1 U2 = Ulangan ke-2 Rerata COD (mg/l) Efisiensi (%) 660 8,33 640 11,11 480 33,33 460 36,11 440 38,89 380 47,22 Hubungan antara ukuran serbuk karbon aktif tongkol jagung dengan efisiensi penurunan kadar COD ditunjukkan pada Gambar 3. Efisiensi penurunan kadar COD (%) 50 45 40 35 30 25 y = 0,169x + 24,89 R² = 0,872 50, 33.33 60, 36.11 100, 38.89 120, 47.22 0 50 100 150 Ukuran serbuk arang aktif (mesh) 25

Gambar 3. Grafik hubungan antara ukuran karbon aktif dengan efisiensi penurunan kadar COD Ukuran dari karbon aktif tongkol jagung berpengaruh terhadap penurunan kadar COD. Kemampuan karbon aktif ukuran 120 mesh memiliki daya adsorpsi yang paling baik diantara ukuran karbon aktif yang lainnya yaitu menurunkan kadar COD dari 720 mg/l menjadi 380 mg/l dengan efisiensi penurunan COD sebesar 47,22%. Semakin kecil ukuran karbon aktif maka kemampuan adsorpsinya bertambah karena luas permukaan karbon aktif juga bertambah. Pada ukuran karbon aktif 120 mesh ini proses adsorpsi terjadi secara maksimal karena pori-pori arang besar sehingga kemampuan adsorpsi zat-zat organik yang menyebabkan tingginya konsentrasi COD semakin besar pula dan efisiensinya juga bertambah. Ukuran partikel adsorben adalah salah satu faktor yang mempengaruhi adsorpsi. Pada metode tumpak, ukuran butir adsorben yang semakin kecil akan meningkatkan luas permukaan (Demirbas et al.,2004). Karbon aktif ukuran granul, ayakan kopi, 50, 60 dan 100 mesh tidak menurunkan kadar COD maksimal seperti pada ukuran 120 mesh karena pada ukuran arang yang lebih besar ukuran pori-porinya kecil sehingga luas permukaan karbon aktif tidak terlalu besar yang mengakibatkan zat-zat organik yang terdapat pada limbah tempe tahu hanya teradsorpsi sedikit. Pada proses ini terjadi proses pemisahan komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerapnya (adsorben). B ahan-bahan kimia pencemar yang terkandung dalam limbah tempe tahu akan berpindah ke permukaan karbon aktif sehingga bisa mengurangi konsentrasi COD, karena karbon aktif mempunyai kemampuan menyerap gas dan uap atau zat yang berada di dalam suatu larutan. Dengan demikian karbon aktif yang memiliki daya serap yang paling baik adalah karbon aktif ukuran 120 mesh karena luas permukaan arang semakin besar dan ukuran pori-porinya lebih besar yang mengakibatkan zat-zat organik yang terdapat pada limbah tempe tahu teradsorpsi secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA Adelesmula, L. 2013. Pengaruh Ukuran Serbuk Karbon aktif Tongkol Jagung terhadap Penurunan Kadar COD Limbah Cair Industri Tempe Tahu (untuk Bahan Ajar Kimia Lingkungan). (Skripsi). Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP Mataram. Afriawan, R. 2013. Pengaruh Konsentrasi HCl pada Aktivasi Arang Tongkol Jagung terhadap Kemampuannya Menurunkan Kadar COD pada Limbah Industri Tempe-Tahu (untuk KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada pengaruh konsentrasi HCl pada proses aktivasi, waktu kontak saat aplikasi dan ukuran serbuk karbon aktif tongkol jagung terhadap penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair industri tempe tahu. Konsentrasi HCl pada aktivasi arang mempengaruhi kemampuan adsorbsi karbon aktif. Konsentrasi HCl optimum yakni pada larutan HCl 15% dengan kapasitas optimum adsorpsi pada volume sampel 150 ml. Pada waktu kontak 0-90 menit, peningkatan waktu kontak dapat meningkatkan adsorpsi COD. Namun pada waktu kontak lebih dari 90 menit-150 menit, adsorpsi mengalami penurunan. Waktu kontak 90 menit diperoleh kadar COD akhir sebesar 62,04 mg/l dengan efisiensi penurunan sebesar 90%. Sedangkan untuk ukuran serbuk karbon aktif, semakin kecil ukuran partikel karbon aktif tongkol jagung, maka efisiensi penurunan kadar COD limbah cair industri tempe tahu semakin besar. Karbon aktif yang mampu menurunkan kadar COD paling baik yaitu ukuran 120 mesh dengan efisiensi COD sebesar 47,22%. Untuk ukuran granul, ayakan kopi, 50, 60 dan 100 mesh dengan efisiensi penurunan COD secara berturut-turut adalah 8,33%, 11,11%, 33,33%, 36,11% dan 38,89%. Saran 1. Sebaiknya pada proses karbonisasi menggunakan drum agar dapat membuat arang dalam jumlah banyak dan tidak memakan waktu yang lama dan perlu diperhatikan suhu pembakarannya. 2. Perlu dilakukan proses aktivasi secara fisika agar bisa mengetahui perbedaan kemampuan dalam menurunkan kadar COD limbah, baik karbon aktif yang diaktivasi secara kimia maupun fisika. 3. Untuk mengurangi kadar COD limbah cair, dapat dilakukan dengan pendiaman terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan dengan karbon aktif tongkol jagung. Modul Kimia Analisa Terapan).Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP Mataram. Alaerts, G, dan Santika, Ss. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Demirbas, E, Kobya M, Senturk E, and Ozkan T. 2004. Adsorption Kinetics for The Adsorbent of Chromium(Vi) From Aqueous Solutions on The Activated Carbons Prepared from Agricultural Wastes. Water SA 30:533-540. 26

Fachrurozi, M, Utami, L.B., dan Suryani, D. 2010. Pengaruh Variasi Biomassa Pistia Stratiotes L. Terhadap Kenurunan kadar BOD, COD dan TSS Limbah Cair Tahu di Dusun Klero Sleman Yogyakarta. Jurnal KES MAS UAD, 4 (1). Kahpiyati. 2013. Pengaruh Waktu Kontak terhadap Penurunan Kadar COD Limbah Industri Tempe Tahu dengan Adsorben Karbon Aktif Tongkol Jagung (Untuk Bahan Ajar Kimia Lingkungan). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP Mataram. Kasam Y., Andik, dan Sukma, T. 2005. Penurunan COD (Chemical Oxigen Demand) Dalam Limbah Cair Labor Atorium Menggunakan Filter Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa Issn: 1410-2315. Yogyakarta: UII. Nurhasanah. 2009. Penentuan Kadar COD (Chemical Oxigen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet dan Domestik [Karya Ilmiah]. Medan: FPMIPA Universitas Sumatera Utara. Nurullita, U., Rahayu A., dan Azifin, M.Z. 2010. Pengaruh Lama Kontak Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Persentase Penurunan Kesadahan CaCO 3 Air Sumur Artetis. Semarang: Fakultas Kesehatan Undip Sembiring, M.T dan Tuti, T.S. 2003. Karbon aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya).Sumatera: Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera. Setyaningsih, H. 2009. Pengolahan Limbah Batik Dengan Proses Kimia dan Adsorpsi Karbon Aktif. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Indonesia. 27