BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dari tesis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi intisari dari seluruh pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Secara garis besar, realisasi tuturan permintaan penutur bahasa Indoensia (PBI) yang belajar bahasa Inggris dan penutur asli bahasa Inggris Australia (PBIA) dibagi menjadi dua, yaitu bentuk tuturan dan strategi tutur. Bentuk tuturan menjelaskan (1) struktur tutur yang melihat kehadiran tindakan pokok dan tindakan pendukung dalam tuturan permintaan dan (2) variasi tutur yang mengkaji ragam permintaan formal dan informal. Pada bagian strategi tutur, penjelasan dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu (1) modus kalimat, (2) cara permintaan, dan (3) tipe permintaan. Tuturan permintaan kedua kelompok tutur secara umum mencakup semua bagian-bagian tersebut. Perbedaan realisasi tuturan permintaan PBI dan PBIA juga dibedakan menjadi empat bagian yaitu (1) perbedaan bentuk tuturan permintaan, (2) perbedaan strategi permintaan, (3) perbedaan penggunaan formula semantik, dan (4) perbedaan tanggapan terhadap situasi yang diberikan dalam TMW. Perbedaan pada bentuk permintaan terletak pada kehadiran tindakan pokok. Dimana PBI lebih banyak menggunakan tindakan pokok diikuti tindakan pendukung dibandingkan dengan 205
206 PBIA. Sebaliknya, PBIA lebih banyak menggunakan tindakan pokok diapit tindakan pendukung dibandingkan dengan PBI. Selanjutnya, perbedaan dari segi strategi permintaan dibagi menjadi dua yaitu (1) modus kalimat dan (2) cara permintaan. Dari segi modus kalimat, PBI dan PBIA sama-sama paling banyak menggunakan modus kalimat interogatif untuk meminta, namum PBIA sering menggunakan kalimat interogatif tidak langsung sedangkan PBI menggunakan kalimat interogatif langsung. PBIA juga lebih banyak menggunakan modus kalimat deklaratif dibandingkan PBI. Dari segi cara permintaan, PBI menghasilkan sekurang-kurangnya 22 cara sedangkan PBIA menghasilkan 21 cara permintaan. Dari segi perbedaan formula semantik, perbedaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1) perbedaan ucapan salam, PBIA menghasilkan lebih banyak bentuk salam dibandingkan dengan PBI; (2) perbedaan bentuk sapaan, PBI menghasilkan lebih banyak bentuk sapaan dari PBIA dan terdapat perbedaan sapaan nama diri antar kedua penutur bahasa; (3) perbedaan penarik perhatian, PBI menghasilkan sekurang-kurangnya 24 bentuk sedangakan PBIA hanya menghasilkan 20 bentuk; (4) perbedaan penggunaan diksi, setidaknya ditemukan 10 perbedaan penggunaan diksi antar PBI dan PBIA. Dari segi perbedaan tanggapan terhadap situasi yang diberikan dalam TMW, terdapat beberapa perbedaan yang cukup terlihat antar kedua kelompok penutur bahasa, misalnya perbedaan tanggapan pada situasi D dengan konteks penutur meminta penambahan waktu pengerjaan tugas. Beberapa PBIA memilih tidak menjawab sedangkan semua responden PBI menjawab. Beberapa PBIA beranggapan bahwa hal tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang mahasiswa.
207 Sekurang-kurangnya terdapat dua faktor penyebab perbedaan tuturan permintaan antara PBI dan PBIA, yaitu faktor linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor linguistik ini dibedakan lagi menjadi dua yaitu, (1) perbedaan pemahaman pragmatik dan (2) keterbatasan penguasaan kosa kata. Adapun, penyebab dari faktor nonlinguistik juga dibedakan menjadi dua, yaitu (1) perbedaan sistem budaya dan (2) lingkungan pembelajaran. 5.2 Saran Pembelajaran bahasa Inggris khususnya bagi penutur bahasa Indonesia (PBI) hendaknya lebih memperhatikan penguasaan kompetensi pragmatik pembelajar. Hal ini diterapkan terutama pada pembelajar tingkat lanjutan yang pada dasarnya telah menguasai sistem tata bahasa secara sintaksis. Kemampuan bahasa Inggris pembelajar hendaknya tidak hanya diukur pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik saja, tetapi perlu juga melihat kompetensi pragmatik bahasa Inggris pembelajar. Pemahaman lintas budaya (Cross Cultural Understanding) sangat perlu dimiliki oleh pembelajar agar ketika berada di negara yang berbahasa Inggris atau ketika berkomunikasi dengan penutur asli bahasa Inggris tidak terjadi kesalahpahaman. Masih banyak ditemukan keterbatasan pemahaman pragmatik PBI terutama dalam hal tindak tutur meminta. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pembelajaran mengenai sistem sosial kebudayaan bahasa yang dipelajarinya. Dengan melihat keterbatasan tersebut, hendaknya pihak-pihak terkait pembuatan dan penyusunan bahan ajar bahasa Inggris lebih memperhatikan masalah ini tanpa
208 melupakan sistem kebudayaan bangsa dan kearifan lokal yang menjadi identitas masyarakat Indonesia. Pengenalan mengenai sistem sosial kebudayaan penutur bahasa Inggris bukan untuk mengubah kepribadian pembelajar, melainkan hanya sebagai wawasan yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi langsung dengan penutur asli agar komunikasi tersebut berjalan dengan lancar. Penelitian ini hanya membahas mengenai realisasi tindak tutur meminta oleh PBI dan membandingkannya dengan penutur asli PBIA. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lanjutan yang dapat menjelaskan mengenai tindak tutur lain. Penelitian ini juga belum mampu membuktikan secara pasti pengaruh dari faktor kebudayaan dan lingkungan pembelajaran terhadap perbedaan realisasi tuturan meminta oleh PBI dan PBIA karena adanya keterbatasan data. Oleh karena itu, penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor penyebab perbedaan perlu dilakukan. Selain itu, penelitian lanjutan juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti faktor sosial, agama, politik dan sebagainya yang belum mampu diangkat dalam penelitian ini. Selanjutnya, terdapat dua pendapat mengenai batasan dan cakupan tindak tutur meminta dalam teori tindak tutur. Pertama, Searle (1969) mengklaim bahwa tindak tutur meminta termasuk dalam tindak tutur direktif yang pada dasarnya mengharapkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, orientasi meminta hanya bertumpu pada other atau mitra tutur. Sementara itu, Blum-Kulka (1987) memandang request speech act dengan dimensi yang lebih luas yaitu dapat berorientasi pada other (mitra tutur), self (penutur), self and other (penutur dan mitra tutur), dan impersonal (impersonal). Menurut Blum-Kulka, request dapat
209 berupa meminta, memohon, mengundang, melarang, menyuruh dan sebagainya. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan dengan cermat dan hati-hati sudut pandang mana yang akan digunakan sebagai acuan penelitian mengenai tindak tutur meminta.