PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG THE SQUARE APARTEMEN DI WILAYAH ZONA GEMPA TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM GANDA BERDASARKAN PERATURAN SNI 03-176-010 Nama mahasiswa : Herdiani Sinatrya NRP : 3108 100 095 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen pembimbing : Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA Tavio, ST, MT, Ph.D ABSTRAK Perancangan struktur gedung tahan gempa di Indonesia bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata karena sebagian besar wilayahnya berada di wilayah gempa yang cukup tinggi. Peristiwa gempa yang terjadi di Indonesia 10 tahun terakhir ini seperti gempa yang sempat menyita perhatian kita adalah gempa bumi di Jawa dengan 7,7 SR terjadi pada bulan Juli 006 memakan korban 659 jiwa, gempa bumi Sumatera Barat 009 dengan 7,6 SR sedikitnya 1.117 orang tewas, 1.14 luka berat, 1.688 luka ringan, korban hilang 1 orang. Dan gempa yang terjadi akhir-akhir ini, Oktober 010, gempa berkekuatan 7,7 SR dengan titik pusat dekat pantai Selatan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, memicu Tsunami lokal. Lebih dari 400 orang tewas dan 100 lainnya hilang. Ribuan rumah dan bangunan rusak. Peristiwa tersebut mendorong kita untuk mengkaji dan memperbaiki peraturan yang ada mengingat banyak gedung atau bangunan yang rusak akibat peristiwa gempa. Peraturan yang sudah ada saat ini (SNI 03-176-00), mengenai bangunan tahan gempa, telah direvisi menjadi peraturan baru (SNI 03-176-010). Dengan berpedoman pada peraturan gempa dan beton terbaru, pendeteksian untuk wilayah gempa dapat lebih akurat. Dalam tugas akhir ini penulis merancang sebuah bangunan bertingkat 10 dengan sistem ganda (dual system) dan berada di wilayah gempa tinggi (SNI 03-176-010). Gedung ini akan dirancang berdasarkan tata cara ACI 318 M-08 dan SNI 03-176-010. Perhitungan bangunan akan mengacu pada peta zonasi gempa terbaru. Kata kunci :Sistem Ganda (Dual System), SNI 03-176-010, ACI 318 M-08 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan gedung di Indonesia selama ini menggunakan tata cara SNI 03-176-00. Jadi, sebenarnya SNI 03-176- 00 perlu di update atau direvisi agar benar-benar sesuai dengan karakteristik wilayah di Indonesia saat ini. Sehingga muncullah standar perencanaan ketahanan gempa di Indonesia terbaru yaitu SNI 03-176-010. Peraturan gempa yang lama hanya berdasarkan pendekatan probabilistic, sedangkan dengan adanya peraturan gempa terbaru, pendekatan yang dilakukan tidak hanya pendekatan probabilistic namun juga pendekatan deterministic. Selain itu pada peta yang baru telah mempertimbangkan epicenter-epicenter yang tidak terlihat. Standar perencanaan ini yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merancang modifikasi struktur tugas akhir ini. Proyek pembangunan gedung The Square Apartement ini dibangun pada tahun 010 berlokasi di Jalan Siwalan Kerto 146 148 Surabaya yang memiliki luas bangunan 100 m adalah proyek milik PT. Petra Town Square, merupakan gedung berlantai 17 yang direncanakan oleh Trikarya Graha Utama Consultant. Perencanaan ulang diajukan karena struktur yang direncanakan sebelumnya pada zona gempa. Pada tugas akhir ini bangunan gedung Petra Square tersebut direncanakan ulang diletakkan pada zona gempa tinggi 6. Dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, maka diperlukan juga modifikasi bangunan yang semula 17 lantai menjadi 10 lantai. Oleh sebab itu, dalam tugas akhir ini dilakukan perhitungan ulang perancangan struktur gedung tahan gempa berdasarkan tata cara SNI 03-176-010 dan ACI 318 M- 08. Perancangan modifikasi ini memberikan pengetahuan baru mengenai alternatif 1
perancangan struktur gedung tahan gempa berdasarkan peraturan gempa dan beton terbaru. Selain itu, hasil perhitungan ini juga akan menunjukkan sejauh mana tingkat keamanan struktur yang dirancang berdasarkan tata cara SNI 03-176-010. 1. Perumusan Masalah Perencanaan struktur ini akan menyelesaikan permasalahan - permasalahan sebagai berikut : Permasalahan utama : Bagaimana merancang modifikasi struktur gedung di zona gempa tinggi menggunakan sistem ganda berdasarkan tata cara gempa (SNI 03-176- 010) dan tata cara beton struktural (ACI 318 M- 08)? Detail permasalahan : 1. Bagaimana menentukan dimensi struktur utama, meliputi : kolom, balok, pelat dan dinding struktural?. Bagaimana menentukan dimensi struktur sekunder, meliputi : tangga, dan balok lift? 3. Beban apa saja yang bekerja pada struktur gedung tersebut? 4. Bagaimana cara menganalisa gaya-gaya dalam struktur gedung tersebut dengan program ETABS 9.0.7? 5. Bagaimana data hasil perhitungan perancangan struktur gedung di wilayah gempa tinggi dengan sistem ganda berdasarkan tata cara SNI 03-176-010 dan ACI 318 M-08? 6. Bagaimana merencanakan pondasi yang menyalurkan beban gempa? 7. Bagaimana mengambar hasil perencanaan menjadi bentuk gambar kerja dengan program bantu Auto Cad 008? 1.3 Maksud dan Tujuan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Tujuan utama : Merancang modifikasi struktur gedung di zona gempa tinggi menggunakan sistem ganda berdasarkan tata cara gempa (SNI 03-176-010) dan tata cara beton struktural (ACI 318 M-08). Detail tujuan : 1. Menentukan dimensi struktur utama, meliputi : kolom, balok, pelat dan dinding struktural.. Menentukan dimensi struktur sekunder, meliputi : tangga, dan balok lift. 3. Menentukan beban apa saja yang bekerja pada struktur gedung tersebut. 4. Mampu menganalisa gaya-gaya dalam struktur gedung tersebut dengan program ETABS 9.0.7. 5. Mampu mengolah data hasil perhitungan perancangan struktur gedung di wilayah gempa tinggi dengan sistem ganda berdasarkan tata cara SNI 03-176-010 dan ACI 318 M-08. 6. Mampu merencanakan pondasi yang menyalurkan beban gempa. 7. Mampu memvisualisasikan hasil perencanaan menjadi bentuk gambar kerja dengan program bantu Auto Cad 008..1 Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada perencanaan ini akan dilakukan dengan menggunakan peta gempa terbaru, dimana peta gempa terbaru ini memperkirakan magnitude yang lebih besar dibandingkan dengan peta gempa sebelumnya (Surahman, 008). Perancangan struktur gedung tahan gempa di negara Indonesia menjadi suatu hal yang sangat penting karena sebagian besar wilayah Indonesia berada di wilayah gempa yang cukup kuat. Pemilihan sistem perancangan struktur pun perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi estetika bangunan serta keekonomisan material. Sistem perancangan struktur yang akan dipakai dalam modifikasi ini adalah Sistem Ganda (Dual System). Sistem rangka gedung yang biasa dipakai hingga saat ini masih mengacu pada tata cara SNI 03-176-00. Dalam modifikasi struktur ini akan dijabarkan tentang perancangan struktur gedung tahan gempa dengan sistem rangka gedung berdasarkan tata cara SNI 03-176-010.. Peraturan Perancangan Desain ini dilakukan sesuai dengan peraturan perancangan antara lain: 1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971. ACI 318 M-08 3. RSNI 03-176-010 4. Pedoman Perancangan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung (PPIUG) 1987 5. SNI 177-1989.3 Pembebanan Pembebanan yang diperhitungkan dalam perancangan adalah 1. Beban Mati Mencakup semua beban yang disebabkan oleh beban sendiri struktur yang bersifat tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari gedung. Beban mati untuk gedung diatur dalam SNI 03-177- 1989
. Beban Hidup Mencakup semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung sesuai SNI 03-177-00 termasuk barangbarang dalam ruangan yang tidak permanen. 3. Beban Gempa Dalam parameter S s (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S 1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0, detik dan 1 detik dalam Peta Gerak Tanah Seismik dengan kemungkinan persen terlampaui dalam 50 tahun (MCE, persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi. Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasi sebagai Kelas Situs SA, SB, SC, SD,SE, atau SF yang mengikuti Pasal 5.3 RSNI 03-176- 010. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan, kelas situs-nya, adalah kelas situs SE dapat digunakan kecuali jika Pemerintah/Dinas yang berwenang memiliki data geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF. Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCE R di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0, detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (F a ) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (F v ). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (S MS ) dan perioda 1 detik (S M1 ) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini: S MS = F a S S S M1 = F v S 1 di mana : S s = parameter respons spektral percepatan gempa MCE R terpetakan untuk perioda pendek. S 1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCE R terpetakan untuk perioda 1,0 detik. dan koefisien situs F a dan F v mengikuti Tabel 6.-1 dan Tabel 6.-. Jika digunakan prosedur disain sesuai dengan Bab 8, maka nilai F a harus ditentukan sesuai Pasal 8.8.1 serta nilai F v, S MS, dan S M1 tidak perlu ditentukan. Tabel.1 Koefisien Situs, F a Kelas Situs Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCE R Terpetakan Pada Perioda Pendek, T=0, detik, S s 0,5 = 0,5 = 0,75 s = 1 1,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1, 1, 1,1 1,0 1,0 SD 1,6 1,4 1, 1,1 1,0 SE,5 1,7 1, 0,9 0,9 SF SS b Catatan : (a) Untuk nilai-nilai antara S s dapat dilakukan interpolasi linier (b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situsspesifik, lihat Pasal 6.9.1 Tabel. Koefisien Situs, F v Kelas Parameter Respons Spektral Percepatan Situs Gempa MCE R Terpetakan Pada Perioda 1 detik, S 1 1 0,1 = 0, = 0,3 = 0,4 0,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 SD,4 1,8 1,6 1,5 SE 3,5 3,,8,4,4 SF SS b Catatan : (a) Untuk nilai-nilai antara S 1 dapat dilakukan interpolasi linier (b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situsspesifik Parameter percepatan spektral disain untuk perioda pendek, S DS dan pada perioda 1 detik, S D1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini : S DS =/3 S MS S D1 = /3 S M1 Bila spektrum respons disain diperlukan oleh standar ini dan prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons disain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 6.4-1 RSNI 03-176- 010, dan mengikuti ketentuan di bawah ini 1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T 0, spektrum respons percepatan disain, S a, harus diambil dari persamaan: S S a DS 0,4 0,6 T T. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T 0 dan lebih kecil dari atau sama 0 3
dengan T S, spektrum respons percepatan disain, S a, sama dengan S DS. 3. Untuk perioda lebih besar dari T S, spektrum respons percepatan disain, S a, diambil berdasarkan persamaan: di mana, S a S D T S DS = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda pendek S D1 = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda 1 detik T = perioda getar fundamental struktur BAB III METODOLOGI 1 1.3 Diagram Alir Metodologi Mulai Studi Literatur dan Pengumpulan Data Pemilihan kriteria desain Preliminari desain Struktur Sekunder Tidak Pembebanan Analisa struktur dengan menggunakan ETABS Kontrol Output gaya dalam a. Persyaratan tata letak bangunan Nama gedung : The Square Apartement Tipe bangunan : Apartement Zone gempa : kuat Jumlah lantai : 10 lantai Tinggi bangunan : Lantai 1-10 = 4m Struktur bangunan : Beton bertulang Mutu beton ( f c ) : 40 Mpa Mutu baja ( f y ) : 400 Mpa Data Tanah :Sondir dan Boring (menggunakan data tanah di daerah Yogyakarta) b. Perencanaan dimensi elemen struktur c. Pembebanan d. Analisa struktur dengan menggunakan v9.7.1 e. Perencanaan dan perhitungan struktur sekunder f. Perencanaan struktur primer g. Perencanaan struktur pondasi h. Gambar detail struktur i. Kesimpulan Perhitungan struktur atas, terdiri dari 1. Balok. Kolom 3. HBK 4. Dinding geser Perhitungan struktur bawah, terdiri dari 1. Pondasi. Sloof Syarat OK Gambar Detail Hasil Perancangan Selesai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tidak 4.1 Preliminary Design Perencanaan Dimensi Balok Dimensi balok induk memanjang dengan bentang l=6m : 600 h = = 37,5 cm ~ 70 cm bw = 50 cm 16 Dimensi balok induk melintang dengan bentang l = 6m : 600 h = = 37,5 cm ~ 70 cm bw = 50 cm 16 Jadi dimensi balok induk melintang maupun memanjang maupun melintang adalah 70/50 cm. 4
Dimensi balok anak melintang dengan bentang l = 6m : 600 h = = 8,57 cm ~ 50 cm bw = 30 cm 1 Jadi dimensi balok anak melintang adalah 30/50 cm. Perencanaan Dimensi Pelat Digunakan pelat tebal 18 cm Perencanaan Dimensi kolom Digunakan kolom 90 x 90 cm Perencanaan Dimensi Dinding geser Digunakan dinding geser dengan tebal 40 cm 4. Struktur Sekunder Perancangan Pelat Pelat pada lapangan dipasang tulangan Ø 1-00 mm Pelat pada tumpuan dipasang tulangan Ø 1-00 mm Perancangan Tangga a. Mutu beton(f c) : 40 Mpa b. Mutu Baja (fy) : 400 Mpa c. Panjang bordes : 00 cm d. Tinggi Lantai ke Bordes : 00 cm e. Tinggi Injakan : 0 cm f. Lebar Injakan : 5 cm g. Tebal Plat dasar Tangga : 15 cm h. Tebal Plat Bordes : 15 cm i. Jumlah tanjakan (n) 00 : ( ) = 10 0 j. Kemiringan Tangga (α) : 00 = arc tan 75 = arc tan 0,7 = 36,03 k. Tebal plat rata-rata i Tebal rata-rata = dan tanjakan) = x sin α (injakan 5 x sin 36,03 = 7,35 cm Tebal rata-rata pelat tangga = 15 + 7,35 =,35 cm = 0,4 m - Cek syarat : 1. 60 (t + i) 65 t + i = ( x 0) + 5 = 65 60 65 65...OK. 5 o α 40 o => α = 36,03 OK tr tp 1,5 1,5 t = 0 cm Hasil Perhitungan Penulangan pelat tangga Mmax: 761,8 kg.m = 761,8 x10 4 Nmm Nu : -1774,36 kg Vu : 17,93 kg Maka dipasang tulangan utama Ø 16-50 mm Penulangan pelat bordes Mmax : 689,7 kg.m = 689,7 x10 4 Nmm Nu : -16,5 kg Vu : 31,5 kg Maka dipasang tulangan utama Ø 16-50 mm Penulangan balok bordes Dipakai dimensi 0/40 Digunakan tulangan lentur D 16 Perancangan Balok Anak i = 5 cm Perhitungan pembebanan balok anak pada atap a. Beban mati Berat sendiri balok :0,3x(0,5-0,18)x400 = 30,4kg/m Qdl 1 =30,4kg/m Berat ekivalen trapesium plat (qd = 531 kg/m ) 3 36,03 o 00 75 15 5
1 lx Qdl eq = {.1/ q l x 1 x } 3 ly ={x1/x531x5,5x 1 5,5 1 x } 3 5,5 = 1947 kg/m Qdl = qdl 1 + qdl eq = 30,4+ 1947 = 177,4 kg/m b. Beban hidup Berat ekivalen plat (ql = 100 kg/m ) 1 lx Ql eq = {.1/ q l x 1 x } 3 ly 1 5,5 ={x1/x100x5,5x 1 x } 3 5,5 = 366,67 kg/m Kombinasi : qu = 1, DL + 1,6 LL = (1,x 177,4) + (1,6x366,67) = 3199,55 kg/m Mu tumpuan = 95986600 Nmm Mu lapangan = 95986600 Nmm Dipakai tulangan 3D16/D16 Penulangan Geser Vu = 159977,6 N Dipakai Tulangan geser 4 Ø10 jarak 100 mm Berat ekivalen plat (ql = 50 kg/m ) 1 lx Ql eq = {.1/ q l x 1 x } 3 ly 1 5,5 ={x1/x50x5,5x 1 x } 3 5,5 = 916,67 kg/m Kombinasi : qu = 1, DL + 1,6 LL = (1,x 668,73) + (1,6x916,67) = 4669,15 kg/m Mu tumpuan = 140074500 Nmm Mu lapangan = 140074500 Nmm Dipakai tulangan 4D0/D0 Penulangan Geser Vu = 33457,5 N Dipakai Tulangan geser 4 Ø1 jarak 100 mm Perancangan Lift Tipe lift : Passenger Merk : Hyunday Kapasitas : 13 orang (900 kg) Kecepatan : 60 m/min Lebar pintu : 900 mm Dimensi sangkar (car size) Outside : 1660 x 1555 mm Inside : 1600 x 1400 mm Dimensi ruang luncur : 050 x 050 mm Dimensi ruang mesin: 300 x 3300 mm Beban reaksi ruang mesin R 1 = 5100 kg R =3750 kg 30/40 Perhitungan pembebanan balok anak pada lantai a. Beban mati Berat sendiri balok :0,3x(0,5-0,0,18)x400=30,4kg/m Qdl 1 =30,4kg/m Berat ekivalen trapesium plat (qd = 665 kg/m ) 1 lx Qdl eq = {.1/ q l x 1 x } 3 ly 1 5,5 ={x1/x665x5,5x 1 x } 3 5,5 = 438,33 kg/m Qdl = qdl 1 + qdl eq = 30,4 + 438,33 = 668,73 kg/m b. Beban hidup Gambar Ruang Mesin Lift Gambar Denah Sangkar Lift 30/40 6
Balok sangkar (0/5) M tump = 1/10 1848,83,05 = 776,97 kg.m M lap = 1/10 1848,83,05 = 776,97 kg.m V u = 1/ 1848,83,05 = 1895,05 kg Digunakan tulangan 4D1/ D1 Balok penumpu depan (30/40) M tump = 1/3 Mo = 1/3 15910,7 kg.m = 5303,57 kg.m M lap = 4/5 Mo = 4/5 15910,7 kg.m = 178,57 kg.m V u = 1405,6 kg = 14056 N Digunakan tulangan 5D1/3 D1 Tulangan geser Ø10 jarak 140 mm Balok penumpu belakang (30/40) M tump = 1/3 Mo = 1/3 13944,5 kg.m = 4648, kg.m M lap = 4/5 Mo = 4/5 13944,5 kg.m = 11155,6 kg.m V u = 1333 kg = 13330 N Digunakan tulangan 4D1/ D1 Tulangan geser Ø10 jarak 170 mm 4.3 Pembebanan Dan Analisa Gaya Gempa Total Berat tingkat 10 = 19.90.13 Kg Tabel Beban vertikal yang bekerja di masingmasing tingkat Tingkat Beban mati (kg) Beban Hidup (kg) Total (kg) 10 1.630.393, 100.800 1.731.193, 9 1.768.993, 5.000.00.993, 8 1.768.993, 5.000.00.993, 7 1.768.993, 5.000.00.993, 6 1.768.993, 5.000.00.993, 5 1.768.993, 5.000.00.993, 4 1.768.993, 5.000.00.993, 3 1.768.993, 5.000.00.993, 1.768.993, 5.000.00.993, 1 1.768.993, 5.000.00.993, Σ 19.90.13 Tabel Besarnya gaya Fx pada masing-masing lantai Tingkat hx (m) Wx (kg) Wx hx^k Cvx Fx-y (kg) Tingkat 1 4,00,993.0 10815770 0.01614 5455.11 Tingkat 8,00,993.0 500946.6 0.09180 16137.11 Tingkat 3 1,00,993.0 40867131.9 0.047661 0601.85 Tingkat 4 16,00,993.0 5788866.6 0.067505 9180.6 Tingkat 5 0,00,993.0 7584777.9 0.088430 385.45 Tingkat 6 4,00,993.0 94541057.3 0.11057 476606.08 Tingkat 7 8,00,993.0 11396845 0.13866 574334.89 Tingkat 8 3,00,993.0 133904856 0.156165 675049.4 Tingkat 9 36,00,993.0 154415495 0.180085 778448.71 Tingkat 10 40 1,731,193 15058181 0.17537 757490.61 Total 19,90,13.00 85745797 43668.6 Tabel Kontrol kinerja batas struktur akibat beban gempa statik ekivalen arah sumbu X Drift (Δs) Syarat Drift Δs hi δxe δx Tingkat Diaph Ket m mm mm mm mm STORY10-A D10 40 56.7 6.8 0.4 60 OK STORY9 D9 36 51.6 06.4.8 60 OK STORY8 D8 3 45.9 183.6 4.4 60 OK STORY7 D7 8 39.8 159. 6.4 60 OK STORY6 D6 4 33. 13.8 6.8 60 OK STORY5 D5 0 6.5 106 6.8 60 OK STORY4 D4 16 19.8 79. 5.6 60 OK STORY3 D3 1 13.4 53.6 3. 60 OK STORY D 8 7.6 30.4 19. 60 OK STORY1 D1 4.8 11. 11. 60 OK STORY10-B D0 40 58 3 0.8 60 OK STORY9 D19 36 5.8 11. 3.6 60 OK STORY8 D18 3 46.9 187.6 5.6 60 OK STORY7 D17 8 40.5 16 6.8 60 OK STORY6 D16 4 33.8 135. 7.6 60 OK STORY5 D15 0 6.9 107.6 7. 60 OK STORY4 D14 16 0.1 80.4 6 60 OK STORY3 D13 1 13.6 54.4 3.6 60 OK STORY D1 8 7.7 30.8 19. 60 OK STORY1 D11 4.9 11.6 11.6 60 OK Tabel Kontrol kinerja struktur akibat beban gempa statik ekivalen arah sumbu Y Drift (Δs) Syarat Drift Δs hi δxe δx Tingkat Diaph Ket m mm mm mm mm STORY10-A D10 40 58 3 0.8 60 OK STORY9 D9 36 5.8 11. 3.6 60 OK STORY8 D8 3 46.9 187.6 5.6 60 OK STORY7 D7 8 40.5 16 6.8 60 OK STORY6 D6 4 33.8 135. 7.6 60 OK STORY5 D5 0 6.9 107.6 7. 60 OK STORY4 D4 16 0.1 80.4 6 60 OK STORY3 D3 1 13.6 54.4 3.6 60 OK STORY D 8 7.7 30.8 19. 60 OK STORY1 D1 4.9 11.6 11.6 60 OK STORY10-B D0 40 56.7 6.8 0.4 60 OK STORY9 D19 36 51.6 06.4.8 60 OK STORY8 D18 3 45.9 183.6 4.4 60 OK STORY7 D17 8 39.8 159. 6.4 60 OK STORY6 D16 4 33. 13.8 6.8 60 OK STORY5 D15 0 6.5 106 6.8 60 OK STORY4 D14 16 19.8 79. 5.6 60 OK STORY3 D13 1 13.4 53.6 3. 60 OK STORY D1 8 7.6 30.4 19. 60 OK STORY1 D11 4.8 11. 11. 60 OK Tabel Kemampuan Shearwall & rangka gedung terhadap beban gempa. Prosentase Penahan Gempa (%) Kombinasi Arah X Arah Y Dinding Dinding Frame Frame Geser Geser RSPX 4.47 75.53 19.77 80.3 RSPY 19.77 80.3 4.47 75.53 7
Kontrol Partisipasi Massa Tabel Partisipasi Masa Ragam Terkombinasi Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY 1 0.91507 36.3094 0.188 0 36.3094 0.188 0.91507 0.188 36.3094 0 36.4974 36.4974 3 0.911484 0.1899 36.4001 0 36.6873 7.8975 4 0.911484 36.3998 0.1896 0 73.0871 73.0871 5 0.4194 0.013 0.0116 0 73.1084 73.0987 6 0.41907 0.0116 0.013 0 73.1 73.1 7 0.55481 8.4897 0.3168 0 81.6097 73.4369 8 0.55481 0.0 8.197 0 81.696 81.695 9 0.5385 0.151 8.318 0 81.7547 89.9514 10 0.5385 8.343 0.176 0 90.0791 90.0789 4.4 Perencanaan Struktur Primer Balok Induk Interior Memanjang = tul tarik 6 D 19, tekan 4 D 19, lapangan, 4 D 19 Melintang = tul tarik 8 D 19, tekan 4 D 19, lapangan, 4 D 19 Eksterior Memanjang = tul tarik 8 D 19, tekan 4 D 19, lapangan, 4 D 19 Melintang = tul tarik 8 D 19, tekan 4 D 19, lapangan, 4 D 19 Kolom Berdasarkan kombinasi beban dari diagram interaksi, ternyata untuk semua lantai kolom memerlukan tulangan memanjang yang sama sebanyak 1,6 % atau 0D5. Prosentase kolom ini sesuai syarat ACI 318 M-08 pasal 1.6.3.1 yaitu antara 1 % - 6 % telah dipenuhi. Persyaratan strong column weak beam Persyaratan Strong Column Weak Beam dipenuhi dengan ACI 318 M-08 pasal 1.6.., yaitu : Σ Mnc 1, Σ Mnb Dimana : Σ Mnc : Jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan balok kolom tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan nilai kuat lentur terkecil. Σ Mnb : Jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok kolom yang merangka pada hubungan balok kolom tersebut. Pada konstruksi balok T, dimana pelat dalam keadaan tertarik pada muka kolom, tulangan pelat yang berada dalam daerah lebar efektif pelat harus diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur nominal balok bila tulangan tersebut terangkur dengan baik pada penampang kritis tersebut. Nilai Σ Mnc diperoleh dengan bantuan diagram interaksi kolom (PCACOL), yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi beban aksial terkecil dari kolom atas dan kolom bawah. Pemodelan pada program PCACOL adalah sebagai berikut : Gambar Diagram Interaksi Aksial vs Momen Kolom Lt Satu Diperoleh : Mnc = Mnc 1 + Mnc = 301, knm + 301,3 knm = 460,5 knm Gambar Balok dengan Tulangan Pelat Selebar be Kuat Nominal Negatif A s atas = 1700,31 + x x ¼ 10 = 014,47 mm Titik berat tul. Atas terhadap sisi atas 1 19 1 3x x3,14x 19 x4010 3x x3,14x 19 40108,5 4 4 y 69mm 1 6x x3,14x 19 4 d atas = 700 y = 700 69 mm = 631 mm d = 69 mm ρ' = = 0,0036 > ρmin ρ = = 0,0064 > ρmin =, 8