PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE MENGGUNAKAN TOGAF ADM UNTUK PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN I.1

METODOLOGI PENELITIAN

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Enterprise Architecture. Muhammad Bagir, S.E., M.T.I

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method)

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE MENGGUNAKAN METODE TOGAF ADM (STUDI KASUS : RSUD Dr.SOEGIRI LAMONGAN)

Enterprise Architecture. Muhammad Bagir, S.E., M.T.I

BAB I PENDAHULUAN I.1

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya 2.2 Arsitektur Enterprise

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA FASE TOGAF ADM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

yang sudah ada (Mardiana & Araki 2013).

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Teknologi Informasi yang berkembang dengan sangat pesat saat ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar I.1 Jumlah Penduduk Muslim di Dunia

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Enterprise Architecture Planning

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Arsitektur Enterprise

BAB I PENDAHULUAN I.I

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan

PEMILIHAN EA FRAMEWORK

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, alumni serta pengguna lulusan. Informasi Tenaga Kerja wilayah Jawa Timur

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan. Sampai saat ini PT. XYZ masih belum memiliki pendefinisian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #9 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PERENCANAAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN KERANGKA TOGAF VERSI 9 : STUDI KASUS SMKN XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk mengembangkan sebuah arsitektur enterprise yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ditengah persaingan bisnis yang semakin ketat (Luftman, 2004).

Enterprise Architecture Planning Untuk Proses Pengelolaan Manajemen Aset Dengan Zachman Framework

PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM INFORMASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR STUDI KASUS PT. JEMBO CABLE COMPANY Tbk. TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ARSITEKTUR BISNIS PERGURUAN TINGGI DENGAN TOGAF (STUDI KASUS : POLITEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan konsep

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK PENINGKATAN KUALITAS MANAJEMEN LAYANAN PADA BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK STIKOM SURABAYA

TI 1 SISTEM INFORMASI TUGAS SIBI 1 DI SUSUN OLEH : ADE MAS BAGUS ( ), FANDY ADITYA SOEPRIADI( ), TEKNIK INFORMATIKA Kelompok 1

PERENCANAAN PENINGKATAN KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ACMM DAN TOGAF PADA POLITEKNIK XYZ

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN ANALISIS ENTERPRISE ARCHITECTURE PT. XYZ PADA DOMAIN ARSITEKTUR BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF ADM

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak

PERECANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE SISTEM INFORMASI AKADEMIK MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF (Studi Kasus di Yayasan Al-Musadaddaiyah Garut)

ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PERGURUAN TINGGI

ABSTRAK. Kata kunci: architecture vision, kearsipan dinamis, teknologi informasi, TOGAF 9.1. vi Universitas Kristen Maranatha

MENGENAL FRAMEWORK ENTERPRISE ARCHITECTURE SISTEM INFORMASI UNTUK JASA BENGKEL MOBIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nelly Khairani Daulay

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dana Indra Sensuse (2011) TOGAF merupakan framework yang paling cocok

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Porter s Value Chain Diagram yang digunakan pada fase Business Architecture.

ABSTRAK. Kata Kunci : Enterprise architecture, TOGAF, document solution, PT.Astragraphia, Tbk. Universitas Kristen Maranatha

BAB III LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA BIDANG PERENCANAAN DAN BIDANG KEUANGAN DI PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF ADM

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDATAAN WARGA DAN IURAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA ZACHMAN

Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berbasis Enterprise Architecture Menggunakan The Open Group Architecture Framework

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERANCANGAN ARSITEKTUR BISNIS PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA BERBASIS ORGANIZATIONAL LEARNING DENGAN PENDEKATAN TOGAF ADM

Enterprise Architecture Planning

ENTERPRISE ARSITEKTUR PLANNING

ABSTRAK. Kata Kunci: Sistem Informasi, Rekam Medis, Gunung Jati Cirebon. vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN STKIP HAMZANWADI SELONG DENGAN MENGGUNAKAN TOGAF ADM

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sehingga IS/IT banyak digunakan oleh organisasi (Sasmito, 2013). Dengan

Kata kunci: Enterprise Architetcure, TOGAF ADM, pemerintahan, pengendalian dan evaluasi pembangunan

Perancangan Enterprise Arsitektur Menggunakan TOGAF ADM 9.1 di PPPPTK TK dan PLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MODEL PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF (Studi Kasus STKIP Kie Raha)

BAB I PENDAHULUAN. dalam perencanaan strategis di institusi perguruan tinggi. Perencanaan strategis

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Transkripsi:

PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE MENGGUNAKAN TOGAF ADM UNTUK PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus: SMA Plus PGRI Cibinong) IWAN CAKRAYANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus: SMA Plus PGRI Cibinong) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, September 2011 Iwan Cakrayana NIM G651070084

ABSTRACT Iwan Cakrayana, Designing Enterprise Architecture Using TOGAF ADM for Implementation National Standards Of Education In High School (Case Study: SMA Plus PGRI Cibinong). Under direction of MEUTHIA RACHMANIAH and FIRMAN ARDIANSYAH. One of area that felt exposure of the impact of information and communication technology development is education area. The Enterprise Architecture in this research was applied to senior secondary school and piloted for SMA Plus PGRI Cibinong high school, which is a model school (SKM-PBKL-PSB). It is expected that the school and its stakeholder will have better information access. Therefore the school required an information system that are dynamic, fast, efficient, and connected in one integrated network. The Information System constructed employ 8 (eight) National Standards of Education in the Republic of Indonesia. The design of an architecture enterprise requires framework and methodology. TOGAF ADM is a method that provides detail modeling, development, and implementation of architecture enterprise. The stages of TOGAF ADM is a preliminary : framework and principle, Requirement management, architecture vision, business architecture, information system architecture, technology architecture, opportunities and solutions, migration planning, implementation governance, and change management. On preliminary phase obtained management commitment for the development of enterprise architecture contained in the policy management. Requirement management done to identify SMA Plus PGRI Cibinong needs. On architecture vision phase result in the form of a foundation that is used as a reference in the development of information system. Result of business architecture is 45business function. Information system divided into data architecture and application architecture. On data architecture consists of 36 data entities and for application architecture consists of 32 application. On technology architecture phase found that current technology platform is sufficient and needs some improvement in hardware. On oportunities and solution for comparision of data found that only 6 data entities is appropriate with proposed data entities. While for comparision of application exist 25 application modul are not yet available. On comparision of technology, proposed concept is client server, adding PC, and fingerprint attendance machine. On migration planning found priority project, expense,number of human resources necessary for development information system. On implementation governance phase, IT governance refers to circular finance ministry Republic of Indonesia No:SE-5/PJ/2011 about IT governance. Change management phase is a strategies and stages for implementation information in SMA Plus PGRI Cibinong Keywords: Information System, Architecture Enterprise, TOGAF ADM

RINGKASAN Iwan Cakrayana, Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus: SMA Plus PGRI Cibinong). Dibimbing oleh MEUTHIA RACHMANIAH dan FIRMAN ARDIANSYAH. Salah satu bidang yang merasakan dampak dari perkembangan teknologi adalah bidang pendidikan. Peningkatan tata kelola lembaga dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan pemerintah, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekolah yang dipilih sebagai studi kasus penelitian ini adalah SMA Plus PGRI Cibinong. Saat ini sekolah dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan memiliki lebih banyak akses informasi baik untuk sekolah maupun masyarakat. Website sekolah yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat menyediakan informasi yang lengkap karena hanya terbatas pada informasi yang bersifat umum, sedangkan pengolahan data pendidik, peserta didik,dan evaluasi masih dilakukan secara manual. Untuk mengatasi permasalahan di atas, SMA Plus PGRI Cibinong sudah seharusnya memiliki sistem informasi yang lebih dinamis, cepat, efisien dan terkoneksi dalam satu jaringan. Arsitektur enterprise mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai komponen yang menyusun suatu enterprise yang diwujudkan dalam bentuk model dan gambar serta memiliki komponen utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi. Saat ini ada beragam jenis framework yang menunjukkan perkembangan konsep arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF), DoD Architecture Framework (DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), serta The Open Group Architectural Framework (TOGAF). TOGAF memiliki kelebihan bersifat fokus pada siklus implementasi Architecture Development Method (ADM), lebih detail, dan lengkap. Oleh karena itu, framework yang digunakan untuk penelitian ini adalah TOGAF. Pendefinisian aktivitas area fungsional utama di SMA Plus PGRI Cibinong dilakukan menggunakan rantai nilai (value chain) Porter. Untuk fungsi-fungsi bisnis di SMA Plus PGRI Cibinong dikelompokkan menjadi 2, yaitu primary activities dan support activities. Pada fase preliminary diperoleh komitmen manajemen untuk pengembangan arsitektur enterprise yang tertuang dalam policy management. Pada fase requirement dilakukan identifikasi kebutuhan SMA Plus

PGRI Cibinong. Pada fase architecture vision didapatkan hasil berupa landasan yang dijadikan acuan dalam pengembangan Sistem Informasi. Pada fase business architecture didapatkan 149 komponen, aspek, dan indikator. Setelah dilakukan penyesuaian didapatkan 45 fungsi bisnis yang terkomputerisasi. Fase information system terbagi menjadi dalam 2 fase yaitu fase data architecture dan fase application architecture. Pada fase data architecture diperoleh 36 entitas data, sedangkan pada fase application architecture didapatkan 32 kandidat modul aplikasi yang akan dikembangkan. Pada fase technology architecture didapatkan bahwa platform teknologi yang ada saat ini cukup memadai namun perlu dilakukan beberapa peningkatan perangkat keras. Pada fase Opportunities and Solution, untuk perbandingan data didapatkan bahwa hanya 6 entitas data yang sesuai dengan entitas data yang diusulkan. Sedangkan pada perbandingan aplikasi terdapat 25(75%) modul aplikasi yang belum tersedia. Dan pada perbandingan platform teknologi konsep yang diusulkan adalah client server, penambahan PC, dan mesin absensi fingerprint. Pada fase migration planning didapatkan prioritas project, biaya, dan jumlah sumberdaya manusia yang diperlukan untuk mengembangkan sistem informasi ini. Pada fase Implementation Governance, tata kelola teknologi informasi mengacu pada Mengacu kepada Surat Edaran Kementrian Keuangan Republik Indonesia Nomor: SE-5/PJ/2011 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada fase change management dihasilkan strategi dan tahapan dalam penerapannya. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Pemodelan bisnis digambarkan dengan value chain, berkaitan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu penerapan Standar Nasional Pendidikan, pemodelan bisnis memiliki 7 area fungsional utama, yaitu penerimaan peserta didik baru, operasional akademik, penglepasan peserta didik (alumni), manajemen keuangan, manajemen kepegawaian, manajemen sarana prasarana, dan pengelolaan teknologi informasi. (2) Berdasarkan hasil analisa kebutuhan data, terdapat 36 entitas data dan 32 aplikasi yang perlu dikembangkan untuk mendukung sistem informasi implementasi SNP di SMA Plus PGRI Cibinong. (3) Aplikasi yang ada saat ini diganti secara keseluruhan karena berada pada platform yang berbeda. (4) Platform teknologi yang ada saat ini mendukung adanya kandidat aplikasi yang diusulkan tetapi perlu peremajaan perangkat keras dan upgrade teknologi. (5) Pemodelan arsitektur enterprise ini, memberikan panduan dalam membuat cetak biru untuk pengembangan sistem informasi implementasi SNP untuk data, aplikasi, bisnis, dan teknologi. Untuk itu pemodelan arsitektur enterprise ini dapat dijadikan panduan langkah awal untuk melakukan perencanaan cetak biru pengembangan sistem informasi penerapan SNP. Keywords: Architecture, Enterprise, TOGAF, ADM

Judul Tesis : Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM Untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus : SMA Plus PGRI Cibinong) Nama : Iwan Cakrayana NRP : G651070084 Disetujui, Komisi Pembimbing Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. Ketua Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si. Anggota Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya. Hanya karena kebesaran-nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini adalah laporan penelitian yang mengambil judul Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus : SMA Plus PGRI Cibinong). Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tesis ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. dan Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan tesis. 2. Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. selaku Ketua Program Studi atas segala dukungan dan kerjasamanya. 3. Dr.H. Basyarudin Thayib, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Plus PGRI Cibinong atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyelesaikan pengerjaan tesis. 4. Bahman, S.Pd., M.Si selaku ketua pelaksana Departemen IT SMA Plus PGRI Cibinong atas segala dukungan dan bantuannya. 5. Bapak Ruchyan selaku Staf Akademik Program Studi Magister Ilmu Komputer atas semua bantuannya Penulis mengharapkan para pembaca laporan hasil penelitian ini dapat memahami dan memaklumi jika ada kesalahan dalam penulisan dan pengungkapan keilmiahan bidang ilmu komputer. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan bangsa ini di masa yang akan datang. Bogor, September 2011 Iwan Cakrayana

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kerinci, Jambi pada tanggal 22 Mei 1981 dari pasangan Basyarudin Thayib dan Daflina. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMAN 1 Cibinong dan penulis melanjutkan pendidikannya di Teknik Arsitektur Universitas Pancasila dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 penulis bekerja di PT. Artdeco (exhibition consultant) sebagai designer 3D. Saat ini penulis bekerja sebagai staff IT dan tenaga pengajar di SMA PLUS PGRI Cibinong sejak tahun 2007 sampai sekarang.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...i DAFTAR TABEL...iv DAFTAR GAMBAR...v DAFTAR LAMPIRAN...vi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan Penelitian...3 1.3 Perumusan Masalah...3 1.4 Ruang Lingkup...4 1.5 Manfaat Penelitian...4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sistem Informasi...5 2.2 Standar Nasional Pendidikan (SNP)...7 2.3 Arsitektur Enterprise...10 2.4 Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise...13 2.5 Survei Terhadap Arsitektur Enterprise...13 2.6 Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF)...14 2.7 Zachman Framework...16 2.8 The Open Group Architecture Enterprise (TOGAF)...19 2.9 Pemilihan Architecture Enterprise Framework...22 3.10Rantai Nilai (Value Chain)...24 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian...26 3.2 Prosedur Penelitian...26 3.2.1 Studi Pustaka...26 3.2.2 Pengumpulan Data...26 3.2.3 Analisa dan perancangan Sistem Informasi...26 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Pustaka...31 4.1.1 Profil Organisasi...31 i

4.1.2 Peraturan Tentang Standar Nasional Pendidikan...34 4.2 Pengumpulan Data...35 4.3 Analisa Dan Perancangan Sistem...36 4.3.1 Fase Preliminary : Framework And Principles...37 4.3.1.1 Menentukan Framework Dan Metodologi...37 4.3.1.2 Komitmen Manajemen...38 4.3.2 Fase Requirements Managements...38 4.3.2.1 Architecture Vision...39 4.3.2.2 Business Architecture...39 4.3.2.3 Information System Architecture...40 4.3.2.4 Architecture Technology...40 4.3.2.5 Opportunities And Solutions...41 4.3.2.6 Migration Planning...41 4.3.2.7 Implementation Governance...41 4.3.2.8 Change Management...41 4.3.3 Fase Architecture Vision...42 4.3.3.1 Visi Dan Misi SMA Plus PGRI Cibinong...42 4.3.3.2 Tujuan Bisnis...42 4.3.3.3 Sasaran Bisnis (Business Objective)...43 4.3.3.4 Ruang Lingkup (Scope)...43 4.3.3.5 Struktur Organisasi...44 4.3.3.6 Stakeholder...45 4.3.4 Fase Architecture Business...45 4.3.4.1 Kondisi Saat Ini...45 4.3.4.2 Usulan Perbaikan...51 4.3.5 Fase Information System Architecture...57 4.3.5.1 Fase Application Architecture...57 4.3.5.2 Fase Data Architecture...63 4.3.6 Fase Technology Architecture...67 4.3.6.1 Kondisi Saat Ini...68 4.3.6.2 Relasi Aplikasi Dan Platform Teknologi Saat Ini...73 4.3.6.3 Usulan Perbaikan...73 ii

4.3.7 Fase Opportunities And Solution...81 4.3.7.1 Evaluasi Gap Antara Kondisi as-is Dan to-be...81 4.3.7.2 Perbandingan Data...81 4.3.7.3 Perbandingan Aplikasi...82 4.3.7.4 Perbandingan Platform Teknologi...82 4.3.8 Migration Planning...83 4.3.8.1 Prioritas Project...83 4.3.8.2 Resourcing Dan Biaya...85 4.3.8.3 Meminimalisasi Resiko...86 4.3.9 Fase Implementation Governance...87 4.3.10 Fase Change Management...88 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...90 5.2 Saran...91 DAFTAR PUSTAKA...92 LAMPIRAN...94 iii

DAFTAR TABEL Halaman 1. Perbandingan EA framework (Setiawan 2009b)... 23 2. Perkembangan akreditasi sekolah... 32 3. Perkembangan jumlah siswa... 34 4. Hasil analisis SNP yang belum tercapai... 36 5. Mekanisme hubungan penerapan SNP dengan stakeholder... 45 6. Ruang lingkup (scope) SNP... 47 7. Area fungsional utama implementasi SNP... 53 8. Katalog aplikasi SMS Gateaway... 59 9. Katalog aplikasi e-learning... 59 10. Daftar kandidat aplikasi... 61 11. Deskripsi kelompok aplikasi... 62 12. Entitas data yang ada saat ini... 63 13. Pemanfaatan PC pada unit-unit organisasi... 69 14. Prinsip teknologi yang akan digunakan... 73 15. Urutan penerapan modul aplikasi... 84 16. Tugas dan jumlah sumber daya manusia... 85 17. Pembagian tugas Departemen IT SMA Plus PGRI Cibinong... 87 iv

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005)... 14 2. Struktur komponen FEAF (CIO Council 2001)... 15 3. Matriks arsitektur FEAF (CIO Council 2001)... 15 4. Kerangka Kerja Zachman untuk Arsitektur Enterprise (Spewak 1992)... 17 5. TOGAF Architecture Development Method(Land et al. 2009)... 20 6. Model perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM (Open Group 2009c)... 21 7. Rantai nilai (Value Chain)... 34 8. Diagram Alir penelitian... 26 9. Struktur Organisasi SMA Plus PGRI Cibinong... 44 10. Diagram prosedur kerja analisis implementasi SNP... 47 11. Rantai nilai SMA Plus PGRI Cibinong (TOGAF 2009)... 52 12. Class Diagram... 67 13. Perletakan gedung dan unit organisasi sekolah... 71 14. Tipografi Jaringan Komputer Saat Ini... 72 15. Usulan Tipografi Jaringan... 79 v

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat. Informasi sudah semakin mudah diperoleh, sudah semakin bervariasi bentuknya, dan semakin banyak pula kegunaannya (Wahyu 2004). Teknologi Informasi berperan penting dalam memperbaiki kinerja suatu organisasi. Penggunaannya tidak hanya sebagai proses otomatisasi terhadap akses informasi, tetapi juga menciptakan akurasi, kecepatan, dan kelengkapan sebuah sistem yang terintegrasi, sehingga proses organisasi yang terjadi akan efisien, terukur dan fleksibel. Persaingan bisnis dalam era informasi telah mencapai tahapan kompetisi yang ketat, di mana sistem pengelolaan bisnis secara konvensional tidak lagi memadai (Marimin et al. 2006). Salah satu bidang yang merasakan dampak dari perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan. Teknologi informasi memiliki potensi yang sangat besar untuk mentransformasikan seluruh aspek di dalam pendidikan dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Peningkatan tata kelola lembaga dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan pemerintah, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan pemberlakuan SNP, maka Pemerintah memetakan sekolah berdasarkan tingkat pemenuhan SNP yaitu sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP dan sekolah yang belum memenuhi SNP. Terkait dengan pemetaan tersebut, Pemerintah mengkategorikan sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP ke dalam kategori mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi SNP ke dalam kategori standar. Sekolah kategori mandiri berdasarkan penerapan SNP adalah SMA yang telah mampu memberikan pelayanan minimal sesuai Standar Nasional Pendidikan, dan dapat memanfaatkan sumberdaya internal dan didukung oleh sumber daya eksternal. 1

Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 ayat 2 menyebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. SNP bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sedangkan fungsinya sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Sekolah yang dipilih sebagai studi kasus penelitian ini adalah SMA Plus PGRI Cibinong. Visi sekolah ini adalah unggul dalam mutu dan prestasi, berwawasan global, religius, entrepreneur, sebagai agen perubahan dan pendidikan budaya bangsa. SMA Plus PGRI Cibinong sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan merupakan salah satu sekolah terkemuka di Kabupaten Bogor dengan berbagai prestasi yang telah diraih mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, dan juga nasional. Salah satu prestasi yang diraih adalah ditetapkannya SMA Plus PGRI Cibinong sebagai sekolah berprestasi tertinggi Tingkat Jawa Barat dan SMA PGRI terbaik tingkat Nasional. Selain itu SMA Plus PGRI Cibinong merupakan salah satu dari 132 sekolah SMA di Indonesia yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan Nasional sebagai Sekolah Model Nasional yaitu Sekolah Kategori Mandiri (SKM), sekolah dengan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), dan sebagai Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan kriteria sekolah yang telah memenuhi/hampir memenuhi 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah. SMA Model SKM-PBKL-PSB bukan pengkategorian SMA tetapi merupakan strategi pembinaan untuk melaksanakan dan memenuhi SNP (Depkominfo, 2006). Sebagai konsekuensi dari prestasi yang diperoleh tersebut menimbulkan problema tersendiri yaitu pihak sekolah dituntut untuk lebih meningkatkan 2

kualitas pembelajaran dan memiliki lebih banyak akses informasi baik untuk sekolah maupun masyarakat. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi kebutuhan yang tak dapat ditawar lagi dalam membantu semua kegiatan. Pengelolaan informasi tentang perkembangan belajar mengajar menjadi permasalahan yang sangat kompleks apabila hanya ditangani secara konvensional dan terpisah-pisah. Website sekolah yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat menyediakan informasi yang lengkap karena hanya terbatas pada informasi yang bersifat umum, sedangkan pengolahan data pendidik, peserta didik, dan evaluasi masih dilakukan secara manual. Untuk mengatasi permasalahan di atas, SMA Plus PGRI Cibinong sudah seharusnya memiliki sistem informasi yang lebih dinamis, cepat, efisien dan terkoneksi dalam satu jaringan. Dari permasalahan diatas maka diperlukan blueprint sebagai acuan untuk mengembangkan Sistem Informasi yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Untuk menghasilkan rancangan arsitektur Sistem Informasi yang baik, maka perlu adanya suatu kerangka kerja (framework) yang digunakan. Tesis ini membahas perancangan arsitektur enterprise untuk penerapan SNP di SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Architecture Development Method (ADM) adalah metode yang detail dalam memodelkan, mengembangkan, serta mengpenerapan kan arsitektur enterprise (Land et al. 2009). 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah membuat blueprint Sistem Informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu fasilitas di Sekolah Menengah Umum untuk penyajian informasi penerapan Standar Nasional Pendidikan dengan menggunakan metodologi TOGAF ADM. 1.3 Perumusan Masalah Pada penelitian ini dirumuskan permasalahan yang akan dicapai sebagai berikut: 3

Bagaimana membuat blueprint Sistem Informasi untuk menunjang penerapan Standar Nasional Pendidikan di SMA dengan menggunakan metodologi TOGAF ADM". 1.4 Ruang Lingkup Agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada cakupan sebagai berikut: 1. Melakukan pemodelan Sistem Informasi penerapan SNP untuk Sekolah Menengah Atas. 2. Analisis dan perancangan Arsitektur Sistem Informasi berbasis web dibatasi hanya pada pembuatan blueprint Sistem Informasi. 3. Sistem Informasi yang dirancang mengacu pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. 4. SMA yang dipilih sebagai ujicoba kasus adalah SMA Plus PGRI Cibinong. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan maupun bahan evaluasi serta penyempurnaan dari kebijakan-kebijakan yang telah dan akan diambil, khususnya dalam hubungannya dengan layanan informasi, baik itu peserta didik, pendidik maupun masyarakat. 2. Bagi sekolah model, mendapatkan blueprint sebagai acuan untuk mengembangkan Sistem Informasi yang dapat menunjang pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan. 3. Bagi peneliti, maupun pihak-pihak yang terkait dengan perancangan Sistem Informasi, dapat mengambil manfaat dari penelitian ini sebagai bahan masukan dan tambahan wacana. 4. Bagi institusi pendidikan, sebagai wadah informasi tentang penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). 4

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sistem Informasi Menurut Sutedjo (2002), sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Sutanta (2003), sistem adalah sekumpulan elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan. Menurut Sutedjo (2002), informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untuk menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. Sedangkan menurut Sutanta (2003), informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang. Menurut Sutedjo (2002), sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lainyang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan, serta mendistribusikan informasi. Sedangkan menurut Jogiyanto (2007), sistem Informasi adalah suatu tipe khusus dari sistem kerja yang fungsi internalnya terbatas pada pemrosesan informasi dengan enam tipe operasi: menangkap (capturing), mentransmisikan (transmitting), menyimpan (storing), mengambil (retrieving), memanipulasi (manipulating), dan menampilkan (displaying) informasi. Selain mendukung pembuatan keputusan, koordinasi dan pengawasan, sistem informasi dapat membantu manajer dalam menganalisa masalah, membuat masalah-masalah kompleks dan menciptakan produk-produk baru. Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan. 5

Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan blok kendali. Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu sama lainya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran (Jogiyanto, 2005). a) Blok masukan. Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar. b) Blok model. Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. c) Blok keluaran. Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem. d) Blok teknologi. Teknologi merupakan tool box dalam sistem informasi, teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. e) Blok basis data. Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. 6

f) Blok kendali. Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan, kegagalan sistem itu sendiri, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahankesalahan dapat langsung diatasi. 2.2 Standar Nasional Pendidikan (SNP) Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Uraian setiap standar dimaksud ialah sebagai berikut: a. Standar Isi Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi secara keseluruhan mencakup: Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari Standar isi. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. b. Standar proses Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai 7

kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar Proses membantu terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar proses meliputi: Perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran antara lain rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran antara lain kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Penilaian hasil pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. 8

Pengawasan proses pembelajaran. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, serta pelaporan dan tindak lanjut. c. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. d. Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan. Pendidik dan Tenaga Kependidikan disini antara lain pengawas, kepala sekolah, guru, tata usaha, staf perpustakaan, staf laboratorium dan konselor. e. Standar Sarana dan Prasarana Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.sebuah SMA sekurang-kurangnya memiliki prasarana ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga. f. Standar Pengelolaan Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. 9

g. Standar Pembiayaan Standar biaya operasi non personalia untuk SMA adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 (satu) tahun untuk SMA sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. h. Standar Penilaian Pendidikan Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu cara untuk menilai kriteria sekolah yang telah memenuhi/hampir memenuhi SNP adalah dengan melakukan analisis pencapaian SNP yaitu kegiatan untuk menguraikan, mengidentifikasi antara kondisi nyata sekolah dengan kondisi ideal yang merupakan kriteria minimal sebagaimana terdapat pada SNP. Analisis pencapaian SNP dapat dilakukan dengan menginventarisasi kondisi satuan pendidikan, yaitu proses pengumpulan, pencatatan data dan informasi pendukung tentang kondisi nyata sekolah. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 2.3 Arsitektur Enterprise Dalam mengkaji arsitektur enterprise, pertama yang harus diperhatikan adalah pembentuk kata. Kata arsitektur enterprise terbentuk dari kata arsitektur dan enterprise. Arsitektur merupakan perancangan dari suatu benda atau merepresentasikan suatu gambaran yang sesuai dengan suatu obyek sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan kebutuhan dan berkualitas (Zachman, 1997). Menurut Surendro (2007) arsitektur menyiratkan suatu perencanaan yang diwujudkan dengan model dan gambar dari komponen dari sesuatu dengan 10

berbagai sudut pandang. Untuk definisi enterprise mengandung arti keseluruhan komponen pada suatu organisasi dibawah kepemilikan dan kontrol organisasi tunggal (Lankhorst et al. 2005). Dari definisi tersebut, arsitektur enterprise merupakan kegiatan pengorganisasian data yang dihasilkan oleh organisasi yang kemudian dipergunakan untuk mencapai tujuan proses bisnis dari organisasi tersebut (Mutyarini & Sembiring, 2006). Sedangkan menurut CIO Council (2001) merupakan basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengpenerapan kan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan misi. Dengan memahami pengertian arsitektur, enterprise, dan arsitektur enterprise, maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai komponen yang menyusun suatu enterprise yang diwujudkan dalam bentuk model dan gambar serta memiliki komponen utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi (Parizeu 2002). Hasil dari arsitektur enterprise ini terdiri dari dokumen-dokumen seperti gambar, diagram, model, serta dokumen dalam bentuk teks yang akan menjelaskan seperti apa sistem informasi yang dibutuhkan suatu organisasi. Arsitektur enterprise akan dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan sistem informasi. Pengembangan sistem tanpa memiliki arsitektur yang baik akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal (Lankhorst et al. 2005). Latar belakang dibentuknya konsep architecture enterprise adalah adanya kebutuhan organisasi dalam membangun sistem informasi untuk memisahkan data, proses, infrastruktur teknologi, orang, waktu, dan motivasi dalam suatu kerangka kerja architecture enterprise (Zachman, 2003). Kebutuhan pemisahan komponen informasi yang berjalan dalam suatu perusahaan dimaksudkan untuk menghindari pengulangan data, proses, dan kesalahan identifikasi kebutuhan teknologi yang berjalan dalam suatu sistem informasi agar berjalan secara efektif dan efisien. Mengapa harus memiliki arsitektur enterprise? Karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin kompleks, menuntut hadirnya 11

rancang bangun yang komprehensif. Ada beberapa manfaat dari arsitektur enterprise (Katili, 2004), antara lain: Memperlancar proses bisnis Keuntungan dasar dalam membangun sebuah arsitektur enterprise adalah untuk menemukan dan mengurangi pengulangan pada proses bisnis. Penyebab pengulangan ini dikarenakan pandangan organisasi yang berbeda-beda pada data atau proses bisnis. Pendekatan dasar untuk membangun arsitektur enterprise adalah memfokuskan pada data dan proses. Mengurangi kerumitan Sistem Informasi Suatu kerangka kerja mengurangi kerumitan sistem informasi. Hal itu dicapai melalui suatu proses identifikasi dan mengurangi pengulangan pada data dan perangkat lunak. Kesederhanaan pada aplikasi dan database juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu sistem informasi. Memungkinkan integrasi melalui data sharing Arsitektur enterprise mengidentifikasikan standar data untuk digunakan bersama (share). Contoh kebanyakan perusahaan mempunyai data pelanggan dan data pasar, tetapi data tersebut tersimpan dalam basis data yang berbedabeda. Arsitektur enterprise membentuk kompatibilitas dari data yang digunakan (share) tersebut. Kompabilitas data menyediakan suatu data standar disimpan pada data warehouse untuk riset dan analisis pasar. Suatu rancangan arsitektur yang baik tidak hanya memperlancar value chain perusahaan, tetapi juga dapat menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk menghubungkan value chain antar perusahaan. Mempercepat evolusi teknologi baru Teknologi client/server berkisar pada pemahaman data dan proses yang membentuk dan mengaksesnya. Selama arsitektur enterprise distrukturkan berdasarkan data dan proses serta tidak adanya pengulangan pada sesuatu yang sama, maka teknologi client/server dapat berjalan dengan baik dalam suatu sistem informasi di suatu perusahaan/institusi. 12

2.4 Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise Kerangka kerja bisa diartikan sebagai sejumlah pemikiran, konsep, ide atau asumsi yang digunakan untuk mengorganisasikan proses pemikiran tentang sesuatu atau situasi. Kerangka kerja ini juga dapat dianggap sebagai dasar berpikir untuk mengelompokkan dan mengorganisasikan representasi sebuah perusahaan yang penting bagi manajemen perusahaan dan pengembangan sistem selanjutnya (Zachman 1996). Menurut CIO Council (2001) sebuah architecture framework adalah tool yang bisa digunakan untuk mengembangkan cakupan luas dari arsitekturarsitektur yang berbeda. Arsitektur enterprise harus mendeskripsikan sebuah metode untuk mendesain sistem informasi dalam term kumpulan building block dan memperlihatkan bagaimana building block tersebut sesuai satu dengan lainnya. Penggunaan arsitektur enterprise framework akan mempercepat dan menyederhanakan pengembangan arsitektur, memastikan cakupan komplit dari solusi desain dan memastikan arsitektur yang terpilih akan memungkinkan pengembangan di masa depan sebagai respon terhadap kebutuhan bisnis (Setiawan, 2009a). 2.5 Survei terhadap Arsitektur Enterprise Saat ini ada beragam jenis framework yang menunjukkan perkembangan konsep arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF), DoD Architecture Framework (DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), serta The Open Group Architectural Framework (TOGAF). Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Institute For Enterprise Architecture Development (IFEAD) tahun 2005, framework yang paling banyak digunakan dalam dunia industri maupun pemerintahan adalah Zachman (25%), TOGAF (11%), dan FEAF (9%). Hasil perbandingan penggunaan jenis framework terlihat pada Gambar 1. 13

Gambar 1 Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005). 2.6 Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) merupakan sebuah framework yang diperkenalkan pada tahun 1999 oleh Federal CIO Council. FEAF ini ditujukan untuk mengembangkan EA dalam Federal Agency atau sistem yang melewati batas multiple inter-agency. FEAF menyediakan standar untuk mengembangkan dan mendokumentasikan deskripsi arstitektur pada area yang menjadi prioritas utama. FEAF ini cocok untuk mendeskripsikan arsitektur bagi pemerintahan Federal. FEAF membagi arsitektur menjadi area bisnis, data, aplikasi dan teknologi, dimana sekarang FEAF juga mengadopsi tiga kolom pertama pada Zachman framework dan metodologi perencanaan arsitektur enterprise oleh Spewak. 14

Gambar 2 Struktur komponen FEAF (CIO Council 2001). Pada FEAF arsitektur yang ada (Gambar 2) diperuntukkan sebagai reference point untuk memfasilitasi koordinasi yang efektif dan efisien dari proses bisnis yang umum, penyisipan teknologi, aliran informasi dan investasi pada Federal Agencies. FEAF menyediakan sebuah struktur untuk mengembangkan, memelihara dan mengpenerapan kan lingkungan operasional pada top-level dan mendukung penerapan dari sistem TI. Pada Gambar 3 menunjukkan gambaran matriks 5 x 3 FEAF dengan tipe-tipe arsitektur pada sumbu mendatar dan perspektif pada sumbu lainnya. Hubungan antara produk arsitektur enterprise terdapat pada cells matriks. Gambar 3 Matriks arsitektur FEAF (CIO Council 2001). 15

Karakteristik dari FEAF: a. Merupakan arsitektur enterprise Reference Model b. Standar yang dipakai oleh pemerintahan Amerika Serikat c. Menampilkan perspektif view yang menyeluruh d. Merupakan tool untuk perencanaan dan komunikasi 2.7 Zachman Framework Zachman framework merupakan salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang diperkenalkan oleh John Zachman sejak tahun 1987. Ia menemukan bahwa dokumen-dokumen enterprise itu bermacam-macam, ada yang berbentuk teks, diagram, gambar dan lain-lain. Dokumen-dokumen ini kadang menjelaskan hal yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Agar dokumen tersebut dapat mudah dipahami dan dikelola, maka Zachman mengusulkan agar dokumen tersebut dikelompokkelompokkan. Kerangka kerja Zachman merupakan suatu alat bantu yang dikembangkan untuk memotret arsitektur organisasi dari berbagai sudut pandang dan aspek, sehingga didapatkan gambaran organisasi secara utuh (Setiawan, 2009a). Pada dasarnya kerangka kerja Zachman sebagai alat bantu berpikir (Zachman 1996), yang dapat membantu arsitek dan manager dalam mengisolasi, memodulasi, dan memetakan masalah sehingga menjadi lebih sederhana, lebih mudah dipahami dan lebih fokus. Kerangka kerja Zachman tidak harus digunakan untuk keseluruhan enterprise secara seketika karena akan memakan terlalu banyak waktu dan biaya. Penggunakan kerangka kerja ini dapat dilakukan secara bertahap berbasis pada pendekatan sepotong-sepotong. Ini berarti memecah proyek arsitektur enterprise menjadi proyek berdasarkan skala prioritas.kerangka kerja Zachman untuk arsitektur enterprise terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris dapat dilihat pada Gambar 4. 16

17 Gambar 4 Kerangka Kerja Zachman untuk Arsitektur Enterprise (Spewak 1992).

Zachman Framework merupakan skema untuk melakukan klasifikasi pengorganisasian artifak enterprise. Zachman framework terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris. Tiap baris menyajikan perspektif dari sudut pandang perencana (planner), pemilik (owner), perancang (designer), pengembang (builder), subkontraktor (sub-contractor) dan functioning enterprise. Tiap kolom merepresentasikan fokus, abstraksi, atau topik arsitektur enterprise, yaitu: data, fungsi, jaringan, manusia, waktu, dan motivasi. Secara rinci, setiap baris dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan perspektif berikut: Perencana (planner): menetapkan konteks, latar belakang, dan tujuan. Pemilik (owner): menetapkan model konseptual dari enterprise. Perancang (designer): menetapkan model sistem informasi sekaligus menjembatani hal yang diinginkan pemilik dan hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan fisik. Pengembang (builder): menetapkan model teknis dan fisik yang digunakan dalam mengawasi penerapan teknis dan fisik. Subkontraktor (sub-contractor): menetapkan peran dan rujukan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan sistem informasi. Functioning enterprise: merepresentasikan perspektif pengguna dan wujud nyata hasil penerapan. Dan untuk tiap kolom dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik arsitektur enterprise, yaitu: What (data) Menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam bisnis. Kesatuan tersebut adalah hal-hal yang informasinya perlu dipelihara. How (function) Mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga dipertimbangkan di kolom ini. Where (networks) Menunjukkan lokasi geografis dan hubungan antara aktivitas dalam organisasi, meliputi lokasi geografis bisnis yang utama. 18

Who (people) Mewakili manusia dalam organisasi dan metric untuk mengukur kemampuan dan kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan dengan antar muka pengguna dan hubungan antara manusia dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. When (time) Mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria kinerja. Kolom ini berguna untuk mendesain jadwal dan memproses arsitektur. Why (motivation) Menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya. Disini terlihat tujuan, sasaran, rencana bisnis, arsitektur pengetahuan, alasan pikiran dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Framework Zachman bukan suatu metodologi untuk membuat penerapan dari suatu obyek, tapi merupakan ontologi untuk menggambarkan arsitektur enterprise. Ontologi adalah suatu struktur sedangkan metodologi adalah suatu proses. 2.8 The Open Group Architecture Enterprise (TOGAF) TOGAF memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengpenerapan kan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2011b). ADM merupakan hasil dari kontribusi secara terus menerus dari banyak pelaksana arsitektur. ADM menggambarkan sebuah metoda untuk membangun sebuah arsitektur enterprise, dan membentuk inti dari TOGAF. Metode ini menggabungkan elemen dari TOGAF dengan kebutuhan bisnis dan TI organisasi (Open Group, 2011b). ADM juga bisa digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan, dan mengpenerapan kan arsitektur sistem informasi untuk organisasi (Yunis & Surendro, 2008). TOGAF ADM seperti ditunjukkan pada Gambar 5, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengidentifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan. 19

Gambar 5 TOGAF Architecture Development Method (Land et al. 2009). TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Open Group, 2011). Prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Prinsip Enterprise Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan. b. Prinsip Teknologi Informasi (TI) Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan. 20

c. Prinsip Arsitektur Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengpenerapan kannya. TOGAF ADM terdiri dari 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle) yaitu Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture, Technology Architecture, Opportunities and Solution, Migration Planning, Implementation Governance,dan Architecture Change Management. TOGAF ADM juga merupakan metode yang bersifat generik dan mudah di penerapan kan berdasarkan kebutuhan banyak organisasi, baik organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini & Sembiring, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka, bisa dimodelkan secara umum bagaimana tahapantahapan dari TOGAF ADM tersebut dilaksanakan dalam model perancangan arsitektur enterprise, hal ini bisa dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Model perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM (Open Group 2009c). 21

2.9 Pemilihan Architecture Enterprise Framework Untuk memilih sebuah arsitektur enterprise framework terdapat kriteria yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai acuan (Setiawan 2009b), yaitu: Tujuan dari arsitektur enterprise dengan melihat bagaimana definisi arsitektur dan pemahamannya, proses arsitektur yang telah ditentukan sehingga mudah untuk diikuti, serta dukungan terhadap evolusi arsitektur. Input untuk aktivitas arsitektur enterprise seperti pendorong bisnis dan input teknologi. Output dari aktivitas arsitektur enterprise seperti model bisnis dan desain transisional utnuk evolusi dan perubahan. Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan arsitektur enterprise yang seharusnya memiliki kriteria: a. Reasoned. Framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dan tetap menjaga integritasnya walaupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga. b. Cohesive. Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang dalam cara pandang dan ruang lingkupnya. c. Adaptable. Framework haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin sangat sering terjadi dalam organisasi. d. Vendor-independent. Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk benarbenarmemaksimalkan benefit bagi organisasi. e. Technology-independent. Framework haruslah tidak tergantung pada teknologi yang ada saat ini, tapi dapat menyesuaikan dengan teknologi baru. f. Domain-neutral. Adalah atribut penting bagi framework agar memiliki peranan dalam pemeliharaan tujuan organisasi. 22