-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Kualitas Air Bersih Desa Makamhaji Dengan Alat Penjernih Air

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB III LANDASAN TEORI

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

REGISTER TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN TERVERIFIKASI

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

Transkripsi:

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja Alat dan Bahan 1. Sampel air yaitu sungai dan sumur sebagai bahan uji 2. Filter sebagai media filtrasi, batu basal, ijuk, karbon aktif, pasir silica (batu kuarsa) 3. Bak penampung untuk menampung hasil 4. Reaktor koagulasi sebagai wadah untuk proses koagulasi 5. Jet Set untuk menghomogenkan sampel air 6. Bak filtrasi untuk filtrasi hasil koagulan 7. Turbiditimeter untuk mengukur tingkat kekeruhan 8. Bak sampel untuk menampung sampel air 9. Koagulan ada 3 (kaporit atau (Ca(OCl)2), kapur, tawas atau (KAl(SO4)2 12H2O) ) sebagai bahan koagulan 10. Neraca ohaus untuk mengukur massa koagulan Cara Kerja (Proses Pengolahan) Alat dan Bahan -disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) Sampel air sungai dan kran Koagulan (kaporit) -diambil 5 liter dengan gelas ukur Sampel air -dimasukkan kedalam gelas ukur yaitu dicampur dengan sampel sebanyak 150 mg (pada perlakuan dengan air sungai) dan 130 mg (pada erlakuan dengan air kran) -diaduk dengan jet set selama 7 menit -dituangkan ke dalam reactor koagulasi. Air sungai pada galon dan air kran pada botol ukuran 1.5 liter Hasil Cara Kerja (Turbiditymeter) Alat dan Bahan -disiapkan Tombol on/off dan mode -ditekan tombol on/off dan mode ditekan secara bersamaan Tombol (!) -ditekan hingga tanda panah berpindah ke tulisan data

Tombol mode -ditekan Larutan standar 0.1 Tombol read Larutan standar 20 -dimasukkan ke dalam turbidity meter untuk di baca -ditekan, tunggu selama 1 menit sampai pembacaan selesai -dimasukkan ke dalam turbidity meter untuk di baca (menggantikan larutan standar 0.1 tadi) Tombol read -ditekan, tunggu selama 1 menit sampai pembacaan selesai Larutan standar 200 -dimasukkan ke dalam turbidity meter untuk di baca (menggantikan larutan standar 20 tadi) Tombol read Larutan standar 800 Tombol read Tombol (!) Sampel air Tombol on/off -ditekan, tunggu selama 1 menit sampai pembacaan selesai -dimasukkan ke dalam turbidity meter untuk di baca (menggantikan larutan standar 200 tadi) -ditekan, tunggu selama 1 menit sampai pembacaan selesai. Muncul user stone -ditekan -dimasukkan ke dalam tabung lalu letakkan pada turbidity meter untuk di baca -ditekan 2 kali Tombol mode Hasil -ditekan -lakukan pengulangan 3 kali

D. Pembahasan 1. Data Hasil Pengamatan (DHP) Dari hasil praktikum didapatkan data sebagai berikut : Koagulan Turbiditas air sumur (NTU) Turbiditas air sungai sebelum filtrasi (NTU) Turbiditas air sungai setelah filtrasi (galon) (NTU) Turbiditas air sungai setelah filtrasi (botol) (NTU) Kapur 0,21 239 27,5 50,7 0,23 233 28,0 52,0 0,23 215 28,1 52,1 Tawas 0,37 48,6 22,9 35,8 0,34 47,0 23,9 35,2 0,35 47,6 23,1 35,2 Kaporit 25,8 45,1 28,7 23,4 25,9 44,5 28,3 23,5 25,9 44,5 28,3 23,5 Dari data diatas, maka dapat dihasilkan rata-rata sebagai berikut : Jenis Jenis sampel koagulan Air sungai Air sumur Air sungai Sebelum Filtrasi, diberi koagulan (Ntu) Sesudah Filtrasi Galon (Ntu) Sesudah diberi koagulan (Ntu) Sesudah Filtrasi Botol (Ntu) Kapur 229 27.87 0.22 51.6 Tawas 47.73 23.3 0.35 35.4 Kaporit 44.8 28.5 25.87 23.45 2. Bagaimana proses koagulasi kapur, tawas, & kaporit (bandingkan) Proses koagulasi kapur, tawas, dan kaporit adalah dengan menaruhkan koagulan-koagulan tersebut pada masing-masing air perlakuan yang selanjutnya dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan turbidity meter untuk menentukan tingkat kekeruhan dari air perlakuan setelah diberikan koagulan. Pertama, pemberian koagulan kapur pada air sumur dan sungai. Untuk air sumur nilai rata-rata turbidity setelah diberikan koagulan yaitu sebesar 0,22 dan nantinya nilai turbidity dari air sumur digunakan sebagai pembanding baku mutu air untuk air sungai. Selanjutnya untuk air sungai, dari pengujian dengan menggunakan turbidity meter, didapat nilai rata-rata turbidity air sungai sebelum dilakukan proses filtrasi adalah sebesar 229. Kemudian setelah dilakukan filtrasi dengan menggunakan susunan filtrasi yang dibuat oleh Asisten Praktikum (galon), didapat nilai rata-rata turbidity sebesar 27,87 kemudian dilakukan filtrasi dengan menggunakan susunan filtrasi yang dibuat oleh Praktikan (botol), didapat nilai rata-rata turbidity sebesar 51,6. Kedua, pemberian koagulan tawas pada air sumur dan sungai. Untuk air sumur nilai rata-rata turbidity setelah diberikan koagulan yaitu sebesar 0,35 dan nantinya nilai turbidity dari air sumur digunakan sebagai pembanding baku mutu air untuk air sungai. Selanjutnya untuk air sungai, dari pengujian dengan menggunakan turbidity meter, didapat nilai rata-rata turbidity air sungai sebelum dilakukan proses filtrasi adalah sebesar 47,73. Kemudian setelah dilakukan filtrasi dengan menggunakan susunan filtrasi yang dibuat oleh Asisten Praktikum (galon), didapat nilai rata-rata turbidity sebesar 23,3 kemudian dilakukan filtrasi dengan menggunakan susunan filtrasi yang dibuat oleh Praktikan (botol), didapat nilai rata-rata turbidity sebesar 35,4.

Ketiga, pemberian koagulan tawas pada air sumur dan sungai. Untuk air sumur nilai rata-rata turbidity setelah diberikan koagulan yaitu sebesar 25,87 dan nantinya nilai turbidity dari air sumur digunakan sebagai pembanding baku mutu air untuk air sungai. Selanjutnya untuk air sungai, dari pengujian dengan menggunakan turbidity meter, didapat nilai rata-rata turbidity air sungai sebelum dilakukan proses filtrasi adalah sebesar 44,8. Kemudian setelah dilakukan filtrasi dengan menggunakan susunan filtrasi yang dibuat oleh Asisten Praktikum (galon), didapat nilai rata-rata turbidity sebesar 28,5 kemudian dilakukan filtrasi dengan menggunakan susunan filtrasi yang dibuat oleh Praktikan (botol), didapat nilai rata-rata turbidity sebesar 23,45. Untuk perlakuan ketiga, nilai turbiditas baku mutu air lebih besar dari pada turbiditas air sungai setelah filtrasi (galon), dan turbiditas air sungai setelah filtrasi (botol). Hal ini dikarenakan air baku mutu yang digunakan bukan air sumur melainkan air kran, sehingga membuat air baku yang digunakan sebagai perbandingan berbeda dengan perlakuan-perlakuan sebelumnya. Kemudian pada air baku ini, koagulan tidak ditambahkan, sehingga nilai turbiditasnya besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk perlakuan yang ketiga ini, antara nilai turbiditas hasil filtrasi dengan nilai turbiditas baku mutu air, tidak dapat dibandingkan, karena air yang digunakan berbeda dari perlakuan-perlakuan sebelumnya yang menggunakan air sumur sebagai baku mutu airnya. 3. Susunan Filtrasi serta Fungsi Masing-Masing Untuk susunan filtrasi yang dibuat oleh Asisten Praktikum (galon) adalah sebagai berikut (dari atas ke bawah) : 1. Batu kuarsa 2. Pasir 3. kerikil 4. batu kuarsa 5. pasir 6. Ijuk Untuk susunan filtrasi yang dibuat oleh Praktikan (botol) adalah sebagai berikut (dari atas ke bawah) : 1. Batu kuarsa 2. Ijuk 3. Kerikil 4. Ijuk 5. Karbon aktif 6. Ijuk 7. Batu kuarsa 8. Ijuk Susunan filtrasi diatas memiliki fungsi yang berbeda, arang atau karbon aktif berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga menjernihkan air. Ijuk berfungsi untuk menyaring kotoran. Sedangkan bata, pasir aktif dan kerikil berfungsi untuk menyaring partikel kotoran terkecil yang lolos dari ijuk. Berdasarkan literatur, bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah media filter. Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami (batu kuarsa), anthrasit, atau pasir garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia. Proses pengolahan pasir kuarsa tergantung kepada kegunaan serta persyaratan yang dibutuhkan baik sebagai bahan baku maupun untuk langsung digunakan. Untuk memperoleh spesifikasi yang dibutuhkan dilakukan upaya pencucian untuk menghilangkan senyawa pengotor (Selintung, 2012).

4. Perbandingan Warna dan Bau Dalam praktikum digunakan dua jenis air perlakuan yaitu air sampel yang berasal dari sungai (air sungai) dan air sumur. Kedua sampel ini memiliki karakteristik yang berbeda pada saat sebelum dan sesudah pengolahan. Dalam hal ini keadaan air sungai sebelum proses pengolahan memiliki warna yang lebih pekat dibandingkan dengan pada saat setelah dilakukan proses pengolahan. Begitu pula dengan air sumur, sebelum proses pengolahan memiliki warna yang lebih pekat dibandingkan dengan pada saat setelah dilakukan proses pengolahan. Perbedaan warna tersebut menunjukkan perbedaan tingkat kekeruhannya. Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi terdiri dari zat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Untuk perbandingan bau, sebelum dilakukan pengolahan air, bau dari air sungai tidak berbau. Kemudian perlakuan dengan menggunakan kapur baunya agak basa. Untuk perlakuan menggunakan tawas tidak berbau. Sedangkan perlakuan menggunakan kaporit baunya masih mengandung bau dari kaporit. Berdasarkan literatur, yaitu filtrasi air melalui pasir dan kerikil. Walaupun sejumlah modifikasi telah dibuat dengan cara yang aplikasi, filtrasi tetap menjadi salah satu teknologi mendasar terkait dengan pengolahan air. Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat filtrasi atau penyaring yang memisahkan campuran solida likuida dengan media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Dan penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal (primary treatment) (Selintung, 2012). 5. Baku Mutu Sungai Tingkat Dua Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian kualitas air, Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu: a) Kelas satu, air yang perunt ukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. c) Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk imengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

6. Inovasi Pengolahan Air Bersih Dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu mengenai Teknik Pengolahan Air Bersih, maka dapat dihasilkan inovasi baru dalam pengolahan air bersih salah satunya pengolahan air bersih berikut : 1. Pengolahan air bersih ini menggunakan Unit Pilot plant air bersih merupakan rangkaian peralatan yang terdiri dari proses koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, oksidasi dan clorinasi. Mini Instalasi Pengolahan air bersih ini dirancang dan dibuat dari bahan flexy glass dengan harapan dapat terlihat hidrodinamika gerakan partikelpartikel padat hasil flokulasi. Kapasitas volume tangki koagulasi : 1 liter, tangki flokulasi 15 liter dan bak pengendapan max 120 liter. Waktu tinggal di tangki koagulasi 1 menit dengan kecepatan pengadukkan 100 rpm dan di tangki koagulasi 15 dengan kecepatan pengadukkan 15 menit. Hasil uji parameter didapatkan koagulant tawas memberikan nilai yang signifikan didalam proses pengolahan secara fisik kimia (Agung, 2011). 2. Rangkaian Alat 3. Kelebihan Alat Teknologi pengelolaan dan pengolahan air merupakan kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup. Apapun macam teknologi pengolahan air domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh seluruh warga. Dengan adanya pengolahan air bersih mini ini, diharapkan dapat diaplikasikan pada seluruh elemen masyarakat dengan mudah dan bermanfaat secara luas. E. Penutup Kesimpulan Dari praktikum Teknik Penyediaan Air bersih tentang Pengolahan Air Bersih Skala Laboratorium ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : - Dari praktikum ini, praktikan dapat menghitung kekeruhan sebelum dan sesudah pengolahan air, yaitu dengan menggunakan alat turbidity meter. Sehingga praktikan dapat membandingkan tingkat kekeruhan air sampel sebelum dan sesudah proses pengolahan. - Koagulan memiliki sifat yang berbeda-beda. Tawas berfungsi untuk memisahkan dan mengedapkan kotoran dalam air. Lama pengendapan berkisar 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk pengendapan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman atau menaikkan PH dalam air. Kaporit berfungsi

untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air juga digunakan untuk menaikkan PH air, bukan digunakan untuk penngendapan. Kapur berfungsi untuk pengendapan, namun prosesnya cukup lama hingga 24 jam. Kapur juga berfungsi untuk menaikkan PH air. - Metode yang paling baik menghasilkan turbidity yang terendah dari pengolahan air bersih yaitu dengan menggunakan koagulan tawas dengan metode infiltrasi susunan dari asisten praktikum (galon) dengan turbidity 23,3 Ntu. - Praktikan dapan mengetahui efektifitas dari sistem pengolahan air bersih skala laboratorium (sederhana). Saran Pada praktikum matakuliah Teknik Penyediaan Air bersih ini sudah berjalan lancar. Sebaiknya penjelasan mengenai metode praktikum diperjelas lagi, karena praktikan masih kurang jelas dengan metode yang dilakukan. Namun secara keseluruhan, sudah berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Agung, Rachmanto. 2011. Penentuan Dosis Optimum Koagulan untuk Mengolah Air Kali Kebon Agung menjadi Air Bersih. eprints.upnjatim.ac.id Diakses pada tanggal 27 April 2014 Pukul 20.32 WIB. Alamsyah, Sujana. 2011. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga.Jakarta: Kawan Pustaka. Anonim. 2012. Modul Filtrasi. Tanggal akses 24 April 2014 akademik.che.itb.ac.id/labtek/wpcontent/uploads/2012/.../fil-filtrasi.pdf Mukhtasor.2008. Pengantar Ilmu Lingkungan. Surabaya : ITS Press. Risdianto, Dian. 2007. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk Pengolahan Air Limbah Industri Jamu. pp. 55. Tanggal akses 22 April 2014. http://eprints.undip.ac.id/17016/1/dian_risdianto.pdf Salirawati, Das. 2007. Belajar Kimia Secara Menarik untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Grasindo Setiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta: Azka Press Selintung, Mary. 2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung ). Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hassanudin. Susana, E. 2012. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Rambut Palsu Dengan Cara Kimia dan Biologi Aerob. pp.12. Tanggal akses 24 April 2014. http://eprints.undip.ac.id/11460/1/skripsi_penelitian.pdf

LAMPIRAN