BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

3 Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui

Transkripsi:

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi as Shimadzu 17A yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala (FID), kolom kapiler dengan panjang 50 meter dan diameter dalam 0,32 mm, dengan fase diam CBP-10. Suhu injektor yang digunakan 230 o C dan suhu detektor yang digunakan 250 o C. Split ratio 1:10. 2. Data Processor Class C Solution 3. Mycrosyringe 5 µl (Hamilton) 4. Pemanas listrik 5. Pengaduk magnetik (stirrer) 6. Pendingin balik (refluks) 7. Piknometer 8. Alat-alat gelas yang umum digunakan dalam analisis kuantitatif 32 32

B. BAHAN Minyak jelantah dari rumah makan; Metanol teknis; NaOH (Merck); Aquades DM (Brataco Chemica); Na 2 SO 4 anhidrat (Merck); Etanol 96%; Larutan KHP 0,1 N; Larutan KOH 0,1 N; Indikator fenolftalein (PP); Larutan KOH 0,5 N; Larutan HCl 0,5 N; KIO 3 (Merck); Larutan H 2 SO 4 2 N; Larutan Wijs (Merck); Larutan KI 15 %; Larutan Kanji 1 %; Kloroform (Merck); Asam asetat glasial (Merck); Larutan KI jenuh; Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N; Heksan p.a (Merck); as Helium UHP; as Hidrogen HP; as Nitrogen HP. C. CARA KERJA 1. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Ditimbang secara seksama ± 65 g minyak jelantah, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kering tertutup, ditambahkan metanol dengan variasi perbandingan mol serta ditambahkan juga KOH sebanyak 1,5% dari berat minyak jelantah (perbandingan mol antara metanol dengan minyak jelantah yang dibuat adalah 4:1, 5:1, 9:1, 10:1, 12:1, dan 20:1). Kemudian dilakukan pencampuran menggunakan pengaduk magnetik (stirrer) selama 1 jam pada suhu 40 o C. Selanjutnya campuran tersebut dipindahkan ke dalam corong pisah dan didiamkan selama ± 1 jam hingga terbentuk 2 lapisan (Lapisan atas merupakan metil ester dan lapisan bawah merupakan gliserol). Masing- 33

masing lapisan (metil ester dan gliserol) ditampung pada Erlenmeyer yang berbeda. 2. Pencucian dan Penguapan Dipanaskan aquades yang sama banyak dengan jumlah metil ester hingga 60 o C. Kemudian aquades tersebut dituangkan ke dalam metil ester. Metil ester dan air dipisahkan dengan menggunakan corong pisah. Proses pencucian diulangi sampai 3 kali. Selanjutnya metil ester yang telah dicuci sebanyak 3 kali ditambahkan Na 2 SO 4 anhidrat di cawan penguap, lalu didekantasi dan dituang cairan bagian atas ke cawan penguap lainnya. Cairan tersebut dipanaskan hingga suhu 100 o C sampai gelembunggelembung uap air hilang. 3. Penentuan Kemurnian Metil Ester a. Penentuan Angka Asam Ditimbang secara seksama ± 1 g metil ester, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 10 ml etanol 96%. Erlenmeyer dipasang pada pendingin balik. Larutan dipanaskan sampai mendidih, lalu pemanasan dilanjutkan selama 10 menit dan dibiarkan menjadi dingin. Setelah dingin, larutan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (PP). Kemudian larutan dititrasi dengan larutan KOH 0,1142 N (telah dibakukan dengan kalium 34

hidrogen ftalat (KHP)) sampai terlihat warna merah jambu. Selanjutnya dilakukan perhitungan angka asam dengan rumus: A x N x 56,1 Angka asam = Dimana: A = volume larutan KOH 0,1142 N yang dibutuhkan untuk reaksi N = normalitas larutan KOH (0,1142 N) = berat sampel metil ester 56,1 = berat molekul KOH b. Penentuan Angka Penyabunan Ditimbang secara seksama ± 1 g metil ester, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 12,5 ml larutan KOH 0,5165 N (telah dibakukan dengan KHP). Erlenmeyer dipasang pada pendingin balik. Larutan dipanaskan sampai mendidih, lalu pemanasan dilanjutkan selama 10 menit dan dibiarkan menjadi dingin. Setelah dingin, larutan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (PP). Kemudian larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N sampai terlihat warna merah jambu. Selanjutnya dilakukan titrasi blangko dan dilakukan perhitungan angka penyabunan dengan rumus: (A - B) x N x 56,1 Angka penyabunan = 35

Dimana: A = volume larutan HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko B = volume larutan HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi sampel metil ester N = normalitas larutan KOH (0,5165 N) = berat sampel metil ester 56,1 = berat molekul KOH c. Penentuan Angka Iod Ditimbang secara seksama ± 0,1 g metil ester, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu larutkan dengan 2 ml kloroform. Larutan Wijs dipipet sebanyak 5,0 ml dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan didiamkan selama 30 menit di tempat yang terlindung dari cahaya, dengan sesekali dikocok. Setelah 30 menit, ditambahkan 2 ml larutan KI 15% dan dikocok. Kemudian larutan dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,1052 N (telah dibakukan dengan kalium iodat (KIO 3 )) sampai larutan berwarna kuning pucat dan ditambahkan 1 ml larutan kanji (larutan menjadi biru), lalu lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Selanjutnya dilakukan titrasi blangko dan dilakukan perhitungan angka iod dengan rumus: Dimana: (A - B) x N x 12,69 Angka iod = A = volume larutan Na 2 S 2 O 3 0,1052 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko 36

B = volume larutan Na 2 S 2 O 3 0,1052 N yang dibutuhkan untuk titrasi sampel metil ester N = normalitas larutan Na 2 S 2 O 3 (0,1052 N) = berat sampel metil ester d. Penentuan Angka Peroksida Ditimbang secara seksama ± 0,5 g metil ester, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 15 ml campuran pelarut yang terdiri dari asam asetat glasial dan kloroform dengan perbandingan 3:2 (v/v). Setelah seluruh metil ester larut, ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh sambil dikocok dan didiamkan selama 2 menit. Kemudian ditambahkan 30 ml aquades. Kelebihan Iod dalam larutan dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1052 N (telah dibakukan dengan KIO 3 ) sampai warna kuning lapisan kloroform hilang. Selanjutnya dilakukan titrasi blangko dan dilakukan perhitungan angka peroksida dengan rumus: (hasil dinyatakan dalam meq/1000 g metil ester) Dimana: (B - A) x N x 1000 Angka peroksida = A = volume larutan Na 2 S 2 O 3 0,1052 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko B = volume larutan Na 2 S 2 O 3 0,1052 N yang dibutuhkan untuk titrasi sampel metil ester N = normalitas larutan Na 2 S 2 O 3 (0,1052 N) = berat sampel metil ester 37

e. Penentuan Densitas (Berat Jenis) Ditimbang piknometer kosong yang kering. Metil ester dimasukkan ke dalamnya sampai melewati lubang kapiler pada tutup piknometer (sampel yang luber dibersihkan dengan kertas penyerap). Kemudian ditimbang kembali piknometer yang sudah berisi metil ester. Selanjutnya dilakukan perhitungan densitas dengan rumus: Dimana: (A - B) Berat jenis = V A = berat piknometer yang berisikan sampel metil ester B = berat piknometer kosong V = volume sampel metil ester dalam piknometer (10 ml) 4. Penentuan Kadar Total Metil Ester a. Pencarian Kondisi Analisis Optimum Metil Ester Ditimbang secara seksama ± 700 mg metil ester, dimasukkan ke dalam labu ukur 5,0 ml dan dicukupkan volumenya dengan heksan hingga batas dan dikocok homogen, kemudian sebanyak 1,0 µl larutan diinjeksikan pada kromatografi gas. Parameter yang diubah adalah suhu awal kolom dan kecepatan alir gas pembawa. Pertama-tama elusi dilakukan dengan variasi kecepatan alir gas pembawa antara lain 1,35; 1,80; 2,00 ml/menit dengan pemprograman 38

suhu dengan kenaikan suhu 2 o C/menit sampai mencapai suhu 230 o C dan dipertahankan selama 100 menit. Kemudian dilakukan variasi suhu awal kolom yaitu pada suhu 120 o C, 130 o C, dan 140 o C. Untuk semua elusi, suhu injektor 230 o C dan suhu detektor 250 o C. Masing-masing kondisi dicatat waktu retensinya dan dihitung jumlah lempeng teoritis. Kondisi terpilih adalah kondisi yang menunjukkan harga lempeng teoritis (N) yang tinggi, HETP kecil, dan resolusi yang paling baik ( 1,5). b. Penentuan Kadar Total Metil Ester dengan Kromatografi as Ditimbang secara seksama ± 50 mg metil ester, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan dicukupkan volumenya dengan heksan hingga batas, dikocok homogen. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 5000 ppm. Kemudian larutan dengan konsentrasi tersebut disuntikkan pada kromatografi gas sebanyak 1,0 µl dengan kondisi analisis terpilih. Kadar total metil ester ditentukan dengan metode normalisasi. Perhitungan kadar total metil ester adalah 100% dikurangi dengan kadar gliserol dan asam lemak bebas yang terdapat di dalam sampel. 39