BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kualitas laba dapat dipandang dalam dua sudut. Pandangan pertama

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian seperti transaksi penjualan dan pembelian, melakukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Peran Persistensi Laba terhadap Hubungan antara Earnings Aggressiveness dan Cost of Equity

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

ALASAN PERLUNYA KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan adanya Signaling Theory, investor akan diberikan kemudahan untuk

TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Pemoderasian Kualitas Laba Terhadap Hubungan Antara Perataan Laba Dan Pertumbuhan Dividen

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB I PENDAHULUAN. (International Federation of Accountant) harus tunduk kepada SMO (Statment

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

PENDAHULUAN. dan investasi dari obligasi atau surat hutang yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk mencari dana dalam jumlah

Hubungan IFRS, Tanggung Jawab Sosial dan Pendidikan Akuntansi di. Indonesia. Di Susun Oleh : UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA FAKULTAS EKONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal penyediaan barang dan jasa yang bermutu, tetapi juga dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan seperangkat konsep, definisi dan preposisi yang disusun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang. Konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam dunia bisnis di Indonesia telah melahirkan begitu banyak

Pengaruh Keandalan Akrual dan Siklus Operasi terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Retail Trade yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau kinerja manager. Informasi tentang laba dapat digunakan

DAMPAK INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) NO. 16 TERHADAP LABA KENA PAJAK PADA PT. X. A.A. Ngr. Yudi Surya Kusuma¹ I Kadek Sumadi²

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPTOTESIS PENELITIAN. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ringan. Kondisi ini ditandai dengan banyaknya sektor Industri yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor.

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Ilmu akuntansi haruslah terus berkembang sejalan dengan perkembangan lingkungan ekonomi agar dapat mengembangkan ilmu akuntansi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERAN PERSISTENSI LABA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEAGRESIFAN LABA DAN BIAYA EKUITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sudah memasuki era globalisasi ini mengakibatkan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Lambert, 2001). Menurut Sunarto, (2008) bahwa dalam model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal, dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak pada maksimalisasi manfaat (utility) pemilik (principal) dengan kendala (constraint) manfaat (utility) dan insentif yang akan diterima oleh manajemen (agent) Sunarto, (2008). Menurutnya hal ini dikarena bahwa kepentingan yang berbeda sering muncul konflik kepentingan antara pemegang saham/ pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Rajan dan Saouma (2006) menyatakan bahwa besarnya kompensasi yang diterima oleh pihak manajemen (agent) tergantung pada besarnya laba/ profit (π) yang dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pemilik (owner). Sunarto, (2008) menjelaskan bahwa besarnya laba yang diinformasikan melalui laporan keuangan, tidak terlepas dari

kebijakan akuntansi yang dibuat oleh manajemen. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya kompensasi yang diterima oleh pihak manajemen (agent) tergantung pada besarnya laba/ profit (π) yang dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pemilik, Sunarto, (2008). 2.1.2 Signaling Theory Secara garis besar Signalling Theory menjelaskan bahwa manajemen menyajikan informasi keuangan (khususnya laba) diharapkan dapat memberikan sinyal kemakmuran (baik positif maupun negatif) kepada para penggunanya. Pada motivasi signaling, manajemen cenderung memanage akrual yang mengarah pada persistensi laba (Sloan, 1996; Dechow dan Dichev, 2002). Lebih lanjut dijelaskan hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas laporan keuangan melalui angka - angka akuntansi yang mengarah pada kualitas laba. Apabila kebijakan manajemen didasari oleh motivasi signaling, maka manajemen melakukan kebijakan akrual yang mengarah pada persistensi laba. Motivasi signaling mendorong manajemen menyajikan laporan laba yang dapat mencerminkan laba sesungguhnya, Sunarto, (2008). Signaling effect dihasilkan oleh informasi baru, dan bukan oleh issue yang terjadi (Penman, 2003). Atas dasar motivasi signaling, manajemen terdorong untuk menyajikan laporan laba yang mengarah pada persistensi laba, Sunarto, (2008). 2.1.3 International Financial Reporting Standards (IFRS) International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar pelaporan keuangan internasional yang menjadi rujukan atau sumber konvergensi bagi 6

standar-standar akuntansi di Negara-negara di dunia yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) pada 1 April 2001. Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Di era zaman yang semakin hari semakin modern, masyarakat di berbagai belahan dunia begitu mudahnya untuk berinteraksi, termasuk dalam interaksi dagang dan berinvestasi. Berdasarkan kemajuan teknologi tersebut mendorong kemudahan manusia di seluruh dunia untuk berkomunikasi tanpa ada batas wilayah Negara atau biasa kita sebut globalisasi. Dampak globalisasi yang semakin kuat dan berimbas kepada pasar investasi membuat pihak yang terlibat berupaya untuk mempermudah dan menyeragamkan bahasa dalam berinvestasi (bahasa pelaporan keuangan dan standar keuangan). Standar pelaporan keuangan dan standar akuntansi haruslah standar yang dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat global. Sehingga diperlukan standar yang sama di seluruh dunia. Secara garis besar dalam IAI (2012) ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi : 1. Definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. 7

2. Pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). 3. Pengakuan Merupakan kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. 4. Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan. International Financial Reporting Standards (IFRS ) di Indonesia Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008). Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai akibatnya Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda. Pada Tahun 1955 Indonesia belum mempunyai undang undang resmi / peraturan tentang standar keuangan. Baru pada tahun 1974 Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat 8

oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi sehingga tahun 1984 prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi. Akhir Tahun 1984 standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang bersumber dari IASC dan sejak tahun 1994 IAI sudah berkomitmen mengikuti IASC / IFRS. Tahun 2008 diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan, sehingga Tahun 2012 Indonesia dapat mengadopsi IFRS sepenuhnya. Upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat International Accounting Standard Boards (IASB) melakukan percepatan harmonisasi standar Akuntansi internasional khususnya International Financial Reporting Standard (IFRS) yang dibuat oleh IASB dan Financial Accounting Standard Boards (badan pembuat standar Akuntansi di Amerika Serikat). Karakteristik IFRS Karakteristik IFRS dalam IAI (2012) adalah sebagai berikut: 1. IFRS menggunakan Principles Base : Lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi. 2. Menggunakan fair value (nilai wajar) dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau 9

menggunakan jasa penilai. Perubahan menggunkan penilaian dengan nilai wajar (fair value) ini tentunya akan membawa konsekuensi pada laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono (2005) yang menjelaskan bahwa beberapa perubahan metode akuntansi akan berdampak terhadap laba perusahaan antara lain perubahan prosedur pembebanan biaya depresiasi, perubahan prosedur akuantansi kredit pajak, metode persediaan, metode akuntansi penerapan penyesuaian ketingkat harga umum dan lainlain. Akibat perubahan tersebut maka akan berdampak pada peningkatan atau penurunan laba perusahaan 3. Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitaif maupun kualitatif. Manfaat Penerapan IFRS Manfaat dari penerapan IFRS dalam IAI (2012) adalah: a. Meningkatkan daya banding laporan keuangan. b. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional c. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan. d. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis. e. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practise. 10

1.1.4 Konsep Persistensi Laba Persistensi laba merupakan laba yang dapat digunakan sebagai indikator future earnings. Persistensi laba yang sustainable dinyatakan sebagai laba yang mempunyai kualitas tinggi; sebaliknya jika laba Unsustainable dinyatakan sebagai laba yang mempunyai kualitas kurang baik (Penman dan Zhang, 2002). Ketika para pemakai laporan keuangan (terutama investor) memandang laba perusahaan sustainable, maka expected dividend yield tumbuh secara stasioner (Fama dan French, 2002). Menurut Sunarto, (2008), Persistensi laba didefinisikan sebagai laba yang dapat digunakan sebagai pengukur laba itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat digunakan sebagai indikator laba periode mendatang (future earnings). Laba yang semakin persisten menunjukkan laba semakin informatif; sebaliknya jika laba kurang persisten, maka laba menjadi kurang informatif (Tucker dan Zarowin, 2006). Persistensi laba sebagai salah satu pengukuran kualitas laba diukur dari slope coefficient regresi current earnings pada lagged earnings. Persistensi laba dipandang sebagai pengukur kualitas laba, Sunarto, (2008). Beberapa penulis menunjukkan bahwa pengukuran persistensi laba masih berbeda-beda. Misalnya, penelitian Lipe (1990) yang menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba periode sekarang dengan periode yang akan datang, sebagai proksi persistensi laba akuntansi. Sloan (1996) mengacu pada Freeman (1982) mengukur persistensi laba dari hubungan antara current earnings dan future earnings performance. Earnings didefinisikan sebagai laba operasi dibagi 11

total assets. Dechow dan Dichev (2002) mengukur persistensi laba berdasarkan kualitas akrual; dimana kualitas akrual didefinisikan sebagai estimasi error dari hasil regresi modal kerja akrual. Sedangkan Francis et al.(2004) mengukur persistensi laba dari slope koefisien hasil regresi current earnings pada lagged earnings. Earnings didefinisikan sebagai laba dari aktivitas normal (net income before extraordinary items, NIBE). Sementara Ecker, Francis, Kim, Olsson, dan Schipper (2006) mengukur persistensi laba dari parameter hasil regresi current earnings per share pada lagged earnings per share. Namun demikian, pengukuran tersebut didasarkan pada konsep yang sama yaitu persistensi laba adalah laba yang dapat digunakan sebagai indikator future earnings, Sunarto (2008). 1.2 Penelitian terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Penelitian yang dilakukan Doukakis (2010) yang meneliti tentang komponen laba dan persistensi laba sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengukuran dan pelaporan yang berpedoman IFRS tidak meningkatkan komponen laba dan persistensi laba. Menurut Doukakis (2010) hasil ini berhubungan dengan rendahnya income smoothing yang dilakukan oleh manajemen setelah adopsi IFRS. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Putri (2013) yang meneliti tentang kualitas laba perusahaan perbankan di Indonesia setelah adopsi IFRS, menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan antara kualitas laba sebelum dan sesudah diterapkan SAK adopsi IFRS. Menurut Putri (2013) Peningkatan kualitas laba yang terjadi diindikasi karena penurunan manajemen laba pada perbankan di Indonesia. Penelitian yang 12

dilakukan Bandi (2012) yang meneliti tentang laba persistensi di Indonesia menghasilkan bahwa komponen laba lebih persistensi di banding dengan laba total. Penelitian Latif (2012) yang menguji kualitas informasi serta asimetri informasi sebelum dan setelah adopsi IFRS di Uni Eropa. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas informasi setelah adopsi IFRS. Nicholas & Wahlen ( 2004 ) menemukan bahwa pasar bereaksi lebih kuat terhadap perusahaan dengan persistensi laba lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki persistensi lebih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Koonce & Mercer ( 2005) yang menghasilkan bawha investor lebih memilih untuk berinvestasi di perusahaan yang memiliki persistensi laba dibanding dengan perusahaan yang memiliki pendapatan berfluktuatif. Lantto (2007) meneliti mengenai kemampuan IFRS dalam menaikkan kegunaan informasi akuntansi di Finlandia, dengan melakukan survey pada manajer, analis laporan keuangan dan auditor. Hasil penelitian menyatakan bahwa baik auditor, manajer dan analis berpendapat bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS dapat diandalkan dan relevan. Berdasarkan beberapa literatur diatas yang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kualitas laba setelah adopsi IFRS, hal ini akibat dari peningkatan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan sehingga menyebabkan menurunnya manajemen laba, maka hipotesis yang diajukan adalah H1: Persistensi laba mengalami peningkatan setelah adopsi IFRS. 13