BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan membantu para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009). Salah satu instrumen keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan adalah laba (misalnya, Ball & Brown, 1968: Finger, 1994; Dechow et al., 1998; Francis et al., 2004). Sloan (1996) menguji pengaruh dua komponen laba berupa arus kas dan akrual terhadap laba periode berikutnya yang direfleksikan oleh harga saham perusahaan. Studi Sloan (1996) merupakan studi awal yang memberikan bukti empiris bahwa komponen laba berupa arus kas lebih persisten dibandingkan dengan laba akrual. Artinya, laba akrual memiliki kemungkinan kecil untuk berulang dibandingkan laba yang berasal dari arus kas. Akibatnya, investor yang hanya menggunakan informasi dari laba agregat saja dalam menilai kinerja perusahaan (investor naïf) akan mengalami kesalahan dalam penilaian harga saham perusahaan (Sloan, 1996). Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Barth et al. (2001) yang membuktikan bahwa disagregrasi laba menjadi komponen akrual dan arus kas meningkatkan kemampuan laba dalam memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Sloan (1996) berpendapat bahwa perbedaan utama antara akrual dan aliran kas dari laba adalah komponen akrual dari laba melibatkan tingkat subyektifitas yang tinggi. Alasannya karena komponen akrual dari laba biasanya

2 menggabungkan estimasi aliran kas masa depan, penangguhan aliran kas masa lalu, alokasi, serta penilaian. Oleh karena itu, pada saat komponen akrual dari laba tinggi atau rendah maka laba menjadi sedikit persisten (Sloan, 1996). Laba akrual yang subyektif ( Sloan, 1996) dikaitkan dengan konsep keandalan oleh Richardson et al. (2005). Richardson et al. (2 005) mengembangkan penelitian Sloan (1996) dengan membagi komponen akrual berdasarkan keandalannya. Mereka menginvestigasi hubungan langsung antara keandalan komponen akrual tersebut terhadap persistensi laba dan harga saham. Richardson et al. (2005) membuktikan bahwa keandalan akrual berhubungan positif terhadap persistensi laba dan investor naïf mengalami kesalahan dalam penilaian harga sekuritas. Temuan Richardson et al. (2005) memberikan beberapa implikasi terhadap literatur sebelumnya. Pertama, Richardson et al. (2005) menyoroti trade-off yang krusial antara relevansi dan keandalan dalam akuntansi akrual (Lev & Sougiannis, 1996; Watts, 2003). Analisis mereka menunjukkan bahwa pengakuan estimasi akrual yang kurang andal akan menyebabkan kesalahan pengukuran sehingga menurunkan persistensi laba dan mengarah kepada kesalahan penilaian harga sekuritas. Kedua, penelitian Richardson et al. (2005) unik karena peneliti mengembangkan definisi akrual milik Healy (1985) yang hanya berfokus kepada working capital accruals. Selain itu, mereka mengkategorikan keandalan akrual ke dalam 3 golongan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Perubahan aset lancar yang didominasi oleh piutang dan persedian memiliki keandalan yang rendah,

3 perubahan hutang lancar yang didominasi oleh hutang dagang memiliki keandalan yang tinggi, dan kombinasi antara perubahan aset lancar dan perubahan hutang lancar memiliki keandalan yang sedang (medium). Implikasi terakhir, Richardson et al. (2005) mendukung dan mengembangkan temuan Sloan (1990) terkait efisiensi pasar melalui dua cara. Pertama, Richardson et al. (2005) membangun definisi akrual yang lebih komprehensif dibandingkan Sloan (1996). Kedua, mereka membuktikan bahwa persistensi laba dan kesalahan penilaian harga sekuritas berhubungan langsung dengan keandalan yang dimiliki oleh akrual. Kesalahan penilaian harga sekuritas, seperti pasar cenderung memberikan harga yang terlalu tinggi ( overprice) pada saham yang mempunyai kualitas akrual yang tinggi dan harga yang terlalu rendah (underprice) untuk saham yang memiliki kualitas akrual yang rendah, disebut anomali akrual. Disebut dengan anomali akrual karena tidak sesuai dengan efficient market hypothesis 1 (Pincus et al., 2007). Penelitian mengenai anomali akrual pada umumnya menggunakan sampel perusahaan publik yang berasal dari negara maju, misalnya Amerika Serikat (Sloan, 1996; Bradshaw et al., 2001; Collins et al., 2003; Mashruwala et al., 2006; Zhang, 2007; Khan, 2008; Shi & Zhang, 2012). Lebih lanjut Pincus et al. (2007) menguji: (1) apakah anomali akrual merupakan fenomena yang umum terjadi di berbagai negara; (2) apakah anomali 1 Secara umum, efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1988) sebagai hubungan antara hargaharga sekuritas dengan informasi. Sekuritas-sekuritas yang dihargai kurang benar ( mispriced) merupakan sekuritas-sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai intrinsiknya atau nilai fundamentalnya (Hartono, 2014: ).

4 akrual berhubungan dengan sistem akuntansi dan struktur institusi dari sebuah negara (level negara); dan (3) adakah alternatif lain yang dapat menjelaskan bagaimana fenomena akrual dapat terjadi. Sampel yang digunakan dalam penelitian mereka adalah 20 negara dengan periode pengamatan 8 tahun ( ). Penelitian mereka membuktikan bahwa secara umum harga saham dinilai terlalu besar (overweight). Penilaian harga saham yang terlalu besar (overweight) ini paling banyak terjadi pada negara yang memiliki sistem hukum common law dibandingkan dengan code law. Menggunakan data level perusahaan (firm-level data) dengan basis antar-negara (country-by-country basis), mereka menemukan bahwa anomali akrual paling banyak terjadi di negara Australia, Kanada, Inggris (U.K), dan Amerika Serikat (U.S). Menggunakan data level negara ( countrylevel data), mereka juga membuktikan bahwa fenomena anomali akrual paling sering terjadi pada negara yang memiliki hukum common law, menggunakan akuntansi akrual secara ekstensif, dan memiliki struktur konsentrasi kepemilikan yang rendah. Terakhir, dari analisis tambahan mereka menyimpulkan bahwa manajemen laba dan rintangan atas arbitrase juga merupakan dua hal yang dapat menjelaskan fenomena anomali akrual. Penelitian mengenai anomali akrual juga telah dilakukan di pasar Indonesia. Toha dan Harahap (2012) menguji apakah anomali akrual terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah 121 perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa terdapat anomali akrual pada pasar Indonesia. Anomali akrual terlihat jelas pada tahun 2005 dan 2006, tetapi tidak terjadi pada

5 tahun 2003 dan Anomali akrual yang terjadi di pasar Indonesia berbeda dengan anomali di pasar modal Amerika yang konsisten selama tiga puluh tahun (Lev & Nissim, 2006). Selain itu, korelasi langsung antara akrual dengan abnormal return tidak ditemukan pada hasil uji regresi. Sebagai kesimpulan, temuan Toha dan Harahap (2012) mendukung temuan Pincus et al. (2007) yang membuktikan bahwa tingkat anomali akrual pada negara common law (misalnya Amerika) lebih besar dari negara code law (misalnya Indonesia). Briliane & Harahap (2012) menguji pengaruh laba periode berjalan yang terdiri dari arus kas dan akrual terhadap persistensi laba dan harga saham. Briliane & Harahap (2012) mengkategorikan laba akrual berdasarkan tingkat keandalannya (tinggi, sedang, dan rendah) mengacu kepada keandalan akrual milik Richardson et al. (2005). Sampel penelitian yang digunakan adalah 505 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Hasil penelitiannya membuktikan bahwa: (1) laba periode berjalan memiliki hubungan positif dengan laba periode berikutnya. Untuk komponen akrual, semakin rendah keandalan akrual maka semakin rendah persistensi labanya; dan (2) laba periode berjalan memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham. Untuk komponen akrual, hanya perubahan aset operasi lancar ( current operating assets) yang memiliki hubungan negatif dengan return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa investor bersifat naïf dan tidak dapat mengantisipasi rendahnya persistensi laba sehingga investor memperoleh abnormal return yang negatif.

6 Menurut Richardson et al. (2005) bahwa kesalahan penilaian harga sekuritas di atas berhubungan langsung dengan keandalan yang dimiliki oleh akrual. Pengakuan estimasi akrual yang andal menyebabkan ketepatan pengukuran. Keandalan merupakan salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan (FASB, 2010; IASB, 2010 ; IAI, 2010). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelaporan tersebut adalah pengaturan standar akuntansinya (Chen et al., 2010; Liu et al., 2011; Elias, 2012; Lai et al., 2013). Upaya pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai satu standar pelaporan keuangan yang berlaku secara global di berbagai negara semakin berkembang 2. Para pendukung IFRS mengklaim bahwa IFRS memiliki keunggulan dibandingkan dengan standar akuntansi lokal di banyak negara 3. Akan tetapi, manfaat aktual dari pengadopsian IFRS terhadap keandalan akrual di berbagai negara masih menjadi perdebatan. Akbar (2014) menguji keandalan akrual sebelum dan sesudah pengadopsian IFRS di Korea Selatan 2 Analisis 140 negara menunjukkan, 116 negara dinyatakan telah mengadopsi IFRS (83%) untuk seluruh atau mayoritas entitas akuntabilitas publik. Negara yang belum mengadopsi menerapkan aturan untuk: (1) mengijinkan penggunaan IFRS tetapi tidak mewajibkannya; (2) melakukan proses menuju adopsi secara penuh; (3) melakukan konvergensi dengan standar lokal; atau (4) mengijinkan penggunaan IFRS dan juga standar regional secara bersamaan (IFRS.org, 2015). 3 Pertama, regulator mengklaim bahwa investor dan emiten akan memperoleh keuntungan dari pengadopsian IFRS karena IFRS berorientasi kepada peningkatan modal ( Ball, 2006; Daske et al., 2008; Li, 2010; Florou dan Pope, 2012; Hong et al., 2014; Chen et al., 2015). Kedua, IFRS mengurangi pemilihan metode akuntansi sehingga membatasi diskresi manajerial (Ashbaugh dan Pincus, 2001; Barth et al., 2008). Ketiga, IFRS lebih banyak menerapkan fair value dari pada historical cost (Barth et al., 2008). Keempat, IFRS mengatur pengungkapan yang lebih tinggi sehingga mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pemegang saham (Ashbaugh dan Pincus, 2001; Hellman, 2011; Leuz dan Verrecchia, 2000). Kelima, IFRS adalah standar akuntansi berbasis prinsip sedangkan U.S GAAP berbasis aturan. Penerapan standar akuntansi berbasis prinsip menggunakan penilaian dari profesional ( professional judgment) yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan pengungkapan (Collins et al., 2012).

7 dengan sampel perusahaan manufaktur pada bursa Korea Composite Stock Price Index (KOSPI). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa terdapat perbedaan keandalan akrual sebelum dan sesudah pengadopsian IFRS di Korea Selatan. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui komponen WC ( Working Capital) yang mana sebelum pengadopsian IFRS (tahun 2010) memiliki koefisien negatif, sedangkan setelah pengadopsian IFRS (tahun 2012 ) memiliki koefisien yang positif. Artinya, keandalan komponen WC meningkat pasca pengadopsian IFRS (Akbar, 2014). Di sisi lain, Lai et al. (2013) melakukan penelitian mengenai dampak adopsi wajib IFRS terhadap keandalan akrual di Australia. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Australian Stock Exchange (ASX) pada tahun Mereka membuktikan bahwa keandalan akrual mengalami penurunan sesudah pengadopsian wajib IFRS di Australia. Kualitas audit perusahaan yang di audit oleh KAP Big-four berperan penting dalam menipiskan setiap penurunan keandalan akrual sesudah pengadopsian IFRS tersebut. Penelitian ini menguji keandalan akrual, persistensi laba, dan harga saham pada masa perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diwakili oleh masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia 4. Oleh karena IFRS 4 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menurut Ikatan Akuntansi Indonesia terdiri dari beberapa periode. Periode pertama, peralihan SAK dari berbasis U.S GAAP ke International Accounting Standards (IAS) (dari tahun 1973 hingga 1994). Kedua, selama proses konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke IFRS Tahap Awal mulai tahun 2006 hingga Ketiga, selama proses konvergensi PSAK ke IFRS Tahap Akhir dari tahun 2008 sampai Keempat adalah implementasi penuh IFRS yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2012 (IAI, 2012; dan Diantimala, 2015).

8 mempertimbangkan transparansi, informasi yang dapat dibandingkan, kewajiban pengungkapan yang lebih banyak, dan pilihan akuntansi yang lebih sedikit, harapannya subyektifitas akrual pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia berbeda. Perbedaan tingkat subyektifitas tersebut mempengaruhi tingkat keandalan suatu komponen akrual. Dengan kata lain, semakin rendah subyektifitas suatu akrual maka semakin tinggi keandalan komponen akrualnya. Perubahan keandalan komponen akrual ini harapannya juga dapat mempengaruhi persistensi laba dan harga saham. Dalam penelitian ini, investor diasumsikan bersifat naïf dan tidak mengantisipasi secara penuh adanya perbedaan persistensi akrual sehingga menyebabkan kesalahan dalam penilaian saham perusahaan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat perbedaan pengaruh keandalan akrual terhadap persistensi laba pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia? 2) Apakah terdapat perbedaan pengaruh keandalan akrual terhadap harga saham pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari studi ini adalah sebagai berikut. Pertama, menguji apakah terdapat perbedaan pengaruh keandalan akrual terhadap persistensi laba pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia, yaitu: (1) pada periode akhir harmonisasi SAK dengan IAS sekaligus sebagai periode awal dimulainya konvergensi SAK ke IFRS; (2) periode akhir proses konvergensi

9 SAK ke IFRS; dan (3) periode awal implementasi penuh IFRS. Tujuan kedua, menguji apakah terdapat perbedaan pengaruh keandalan akrual terhadap harga saham pada masa tersebut Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti mengisi gap dalam penelitian mengenai keandalan akrual milik Richardson et al. (2005) sebelum dan sesudah pengadopsian wajib IFRS. Terdapat dua aliran, yakni aliran yang membuktikan bahwa keandalan akrual semakin meningkat pasca pengadopsian wajib IFRS (Akbar, 2014) dan aliran yang membuktikan keandalan akrual semakin menurun pasca pengadopsian wajib IFRS (Lai et al., 2013). Penelitian ini ingin menguji keandalan akrual pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia. Kedua, peneliti mengisi gap dalam literatur terkait kualitas akuntansi sebelum dan sesudah pengadopsian wajib IFRS. Sebagian peneliti membuktikan bahwa kualitas akuntansi meningkat setelah pengadopsian wajib IFRS, seperti manajemen laba yang menurun (Barth et al., 2008; Chen et al., 2010; Liu et al., 2011; Elias, 2012); relevansi nilai laba yang semakin meningkat (Ndubizu & Sanchez, 2006; Barth et al., 2008). Di sisi lain, sebagian peneliti membuktikan bahwa kualitas akuntansi menurun pasca pengadopsian IFRS, misalnya manajemen laba meningkat (Iatridis & Rouvolis, 2010; Kabir et al., 2010; Lai et al., 2013). Fokus penelitian ini menguji kualitas akuntansi pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia. Kualitas akuntansi dalam

10 penelitian ini adalah persistensi laba (Sloan, 1996; Dechow & Dichev, 2002; Penman & Zhang, 2002; Li, 2008). Ketiga, penelitian ini dilakukan di Indonesia. Pengadopsian IFRS di Indonesia dilakukan melalui gradual approach 5. Berbeda dari penelitian Akbar (2014) yang menggunakan sampel negara Korea Selatan dan penelitian Lai et al. (2013) yang menggunakan sampel negara Australia. Kedua negara tersebut mengadopi IFRS secara Big bang approach 6. Penelitian ini menambah literatur terkait dampak pengadopsian IFRS pada negara yang mengadopsi IFRS melalui gradual approach, seperti Cina (Liu et al., 2011) dan Jepang (Tsunogaya et al., 2015) dengan memberikan bukti empiris dampak pengadopsian IFRS pada masa konvergensi dan implementasi IFRS di Indonesia. Keempat, penelitian anomali akrual sebagian besar dilakukan di negara maju seperti Amerika Serikat (misalnya Sloan, 1996; Bradshaw et al., 2001; Collins et al., 2003; Mashruwala et al., 2006; Zhang, 2007; Khan, 2008; Shi & Zhang, 2012). Padahal hasil temuan dalam studi-studi empiris yang menggunakan data pasar modal Amerika Serikat belum tentu dapat digeneralisir di negara berkembang, seperti Indonesia. Alasannya karena terdapat perbedaan sistem hukum yang mendasari suatu negara (code law atau common law), sistem perlindungan investornya (lemah atau kuat), dan struktur kepemilikannya (terkonsentrasi atau tersebar) (Pincus et al., 2007). Selain itu, standar akuntansi di negara berkembang berbeda dari negara maju. Investor di negara berkembang 5 Yaitu pendekatan dengan mengadopsi IFRS melalui tahapan-tahapan tertentu serta membutuhkan waktu transisi yang lebih panjang dalam periode adopsi IFRS (IFRS.org, 2013). 6 Yaitu mengadopsi IFRS dalam satu waktu (IFRS.org, 2013).

11 biasanya mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang sesungguhnya sehingga mempengaruhi keputusan investasi yang rasional (Rashid dan Islam, 2008). Penelitian ini menambah literatur mengenai anomali akrual dengan memberikan bukti empiris dari pasar modal Indonesia dan mengaitkannya dengan isu konvergensi serta implementasi IFRS di Indonesia. Kelima, kebanyakan dari literatur akuntansi menguji informasi akuntansi atas basis kriteria relevansi (misalnya Holthausen & Watts, 2001; Barth et al., 2001; Hanlon et al., 2014). Secara kontras, sedikit penelitian yang menguji informasi akuntansi atas basis keandalan (Richardson et al., 2005). Dengan memaksimalkan penggunaan informasi akuntansi yang berasal dari akrual, harapannya penelitian ini memberikan bukti empiris terkait trade-off antara relevansi dan keandalan Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proposal tesis ini terdiri dari tiga bab, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini berisi tentang kajian literatur terkait dengan keandalan akrual, kualitas laba dan persistensi laba, IFRS, latar belakang institusi, dan pengembangan hipotesis.

12 BAB III: METODA PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metoda penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metoda penelitian ini berisi rincian mengenai populasi dan sampel, besarnya sampel dan teknik pengambilan sampel, data, pengukuran variabel, model penelitian, dan pengujian hipotesis. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai data penelitian, statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan hasil pengujian hipotesis. BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian ini. Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya yang mungkin tertarik untuk mengembangkan penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan laba perusahaan serta komponennya dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting Standards Committee (IASC) dibentuk untuk menyusun standar pelaporan keuangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membuat batasan negara sudah semakin tidak tampak sehingga mendorong terjadinya kegiatan bisnis di luar batas negara. Sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang ini sedang menuju ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perusahaan dapat melakukan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain dengan hutang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi yang sangat bermanfaat yang dapat digunakan oleh para investor, kreditor dan para pemakai lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis di luar batas negaranya. Adanya kebutuhan akan pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tahapan konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi pusat perhatian para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi menetapkan aturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Terjadi pertentangan pendapat mengenai penerapan nilai wajar. Argumen teoritis yang menentang nilai wajar menurut pendapat Penman (2011) bahwa akuntansi nilai wajar

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi

@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Kondisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan standar yang digunakan perusahaan di Indonesia untuk menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam melakukan persaingan internasional, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi saat ini telah menghilangkan batasan-batasan geografis dalam kegiatan perekonomian dan menuntut adanya suatu sistem akuntansi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan dan mengarah kepada pembentukan satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung sejak lama. Perdebatan pertama adalah terkait penyajian perubahan kekayaan pemilik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya bernama International Accounting Standards (IAS) diterbitkan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dan kinerja perusahaan. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dan kinerja perusahaan. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Globalisasi dan perkembangan teknologi yang relatif dinamis mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IFRS diklaim sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi. IFRS menghapus

BAB I PENDAHULUAN. IFRS diklaim sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi. IFRS menghapus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG IFRS diklaim sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi. IFRS menghapus metode akuntansi alternatif, serta mewajibkan pengukuran akuntansi (accounting measurement)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah diadopsi oleh banyak negara di dunia, seperti Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Australia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar penyusunan pelaporan keuangan yang didorong untuk dilaksanakan oleh banyak negara menuju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi menjadikan perekonomian dunia seakan tanpa batas (borderless). Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang terintegrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan olehinternational Accounting Standard Board (IASB)

Lebih terperinci

1 Universitas Bhayangkara Jaya

1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam pasar modal global memberi arti bahwa dimensi internasional dari akuntansi menjadi semakin penting dari masa sebelumnya bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan disusun dengan tujuan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap negara, penyusunan laporan keuangan memiliki standar dan tahapan yang berbeda-beda. Standar dan tahapan tersebut ditentukan oleh kalangan profesi yang bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai relevansi informasi akuntansi (value relevance) mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. Nilai relevansi informasi akuntansi (value relevance) mempunyai arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai relevansi informasi akuntansi (value relevance) mempunyai arti kemampuan informasi akuntansi untuk menjelaskan nilai perusahaan (Beaver, 1968 dalam Margani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan pendanaan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki suatu tantangan untuk terus meningkatkan kualitas informasi akuntansi disetiap perusahaan yaitu dengan melakukan penyajian dan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri serta arus globalisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk mampu bergerak sejalan dengan perkembangan tersebut. Selain itu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan agar dapat bertahan dan semakin berkembang. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 IFRS (International Financial Reporting Standards) IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah diperlukan terutama pada saat ini dimana perusahaan perusahaan multinasional mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Biaya modal ekuitas merupakan salah satu komponen biaya yang penting bagi perusahaan yang dapat berdampak pada keputusan investasi. Karena biaya modal ekuitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi pada awal abad 20 menyebabkan banyaknya pluralisme dan pergerakan dari produk, manusia dan ide dalam waktu bersamaan. Perekonomian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor, yaitu: kualitas standar akuntansi yang bagus dan perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. faktor, yaitu: kualitas standar akuntansi yang bagus dan perlindungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Motivasi Kualitas laba akuntansi yang baik, setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: kualitas standar akuntansi yang bagus dan perlindungan investor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan informasi keuangan dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang sangat bermanfaat bagi pemangku kepentingan yang terdiri dari pihak ekstern dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia telah melakukan konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara.

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 Dalam beberapa dekade belakangan ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena bagi dunia bisnis. Dampak globalisasi terlihat jelas dengan adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna laporan keuangan. Masing-masing pengguna memiliki beragam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of Twenty) yang dilaksanakan di Washington DC pada 15 November 2008, salah satu kesepakatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia yang semakin berkembang dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan dalam negeri yang melakukan ekspansi usaha seperti diversifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang disediakan perusahaan, terkait dengan kinerja manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan, adalah laporan keuangan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory),

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan disajikan sebagai hasil pertanggungjawaban manajemen kepada investor atas sumber daya yang mereka kelola. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan bahasa universal untuk bisnis karena akuntansi digunakan hampir di seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia sehingga akuntansi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS) menjadi topik yang hangat di tanah air. Pertemuan G-20 tahun 2008 di Washington (USA) menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang berskala besar maupun yang berskala kecil, untuk mengetahui perkembangan dan kelangsungan usaha

Lebih terperinci

BAB I bermanfaat bagi pemakainya? IASB (International Accounting Standard Board)

BAB I bermanfaat bagi pemakainya? IASB (International Accounting Standard Board) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai informasi akuntansi merupakan sederetan angka yang memiliki makna atau nilai kebermanfaatan keputusan. Dengan apakah suatu informasi akuntansi dapat dikatakan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam menyusun laporan keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam perlakuan, metode,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai dengan adanya kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah mengarahkan Indonesia kepada penggunaan standar akuntansi yang berskala global. Globalisasi ini pun menuntut adanya transparansi dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. untuk pengambilan keputusan oleh berbagai macam pihak berkepentingan seperti

BAB 1. Pendahuluan. untuk pengambilan keputusan oleh berbagai macam pihak berkepentingan seperti BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan pada sebuah perusahaan disusun untuk tujuan tertentu. Menurut FASB, tujuan pelaporan keuangan adalah untuk membantu membuat keputusan, menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang terbuka banyak melibatkan perusahaan dalam suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang terbuka banyak melibatkan perusahaan dalam suatu rangkaian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka. Perekonomian terbuka adalah terjadinya perdagangan internasional. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 56 mengenai laba per saham atas pernyataan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas merupakan suatu bukti nyata bahwa perekonomian saat ini telah menuju pada sebuah perekonomian global, dimana setiap kegiatan ekonomi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan digunakan manajemen untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam mengelola sumber daya perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, seringkali menyebabkan standar akuntansi yang digunakan oleh suatu negara berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia dimulai dari tahun 2008. Konvergensi IFRS ke dalam standar akuntansi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Melalui laporan keuangan, manajemen perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laba merupakan salah satu informasi potensial terkandung dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Informasi perusahaan adalah hal yang esensial bagi investor dalam proses pembuatan keputusan. Salah satu sumber informasi yang diandalkan oleh investor adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami perusahaan. Perusahaan keluarga memiliki karakteristik kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham (Karnadi, 1993). Nilai pemegang saham akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Financial Accounting Standard Boards (FASB) dan International Accounting Standard Boards (IASB) menyatakan pelaporan keuangan bertujuan menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kornel (2014) berpendapat bahwa beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran dalam pengukuran akuntansi menuju pengukuran berbasis nilai wajar. Penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan, walaupun ada pula perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalnya pada perusahaan mereka. Akuntansi mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. modalnya pada perusahaan mereka. Akuntansi mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, pasar modal di dunia sudah sangat luas. Berbagai perusahaan dari negara berlomba-lomba menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menguji relevansi nilai pajak tangguhan sebagai dampak perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Perubahan PSAK ini terjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS (International Financial Reporting Standard).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk menyediakan berbagai keterangan mengenai data ekonomi. Keterangan ini disediakan untuk siapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG International Financial Reporting Standards selanjutnya disingkat dengan IFRS dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global. Penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengetahui perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengetahui perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi dan konvergensi IFRS. Kedua hal tersebut akan menjadi dasar dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang

I. PENDAHULUAN. operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang muncul. Selain

Lebih terperinci

Pengaruh Keandalan Akrual pada Persistensi Laba dan Harga Saham. Lovelinez Briliane S. Nurwahyuningsih Harahap. Universitas Indonesia.

Pengaruh Keandalan Akrual pada Persistensi Laba dan Harga Saham. Lovelinez Briliane S. Nurwahyuningsih Harahap. Universitas Indonesia. Pengaruh Keandalan Akrual pada Persistensi Laba dan Harga Saham. Lovelinez Briliane S. Nurwahyuningsih Harahap Universitas Indonesia Abstraksi Penelitian ini mengamati keandalan akrual dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya laju pertumbuhan bisnis saat ini menuntut Indonesia untuk menyetarakan standar keuangan serta penyusunan laporan keuangan mengikuti standar internasional

Lebih terperinci

: LOLLI ADRIANI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

: LOLLI ADRIANI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal terhadap Earnings Response Coefficient (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Mahasiswa Program Strata Satu (S-1) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibukukan oleh perusahaan setiap tahunnya (Siahaan 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dibukukan oleh perusahaan setiap tahunnya (Siahaan 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang telah go public wajib mempublikasikan laporan keuangannya sebagai informasi untuk membantu investor dalam membuat keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 11 BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Laporan keuangan adalah ringkasan data moneter sebuah perusahaan yang

Bab I Pendahuluan. Laporan keuangan adalah ringkasan data moneter sebuah perusahaan yang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah ringkasan data moneter sebuah perusahaan yang menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak perusahaan yang ingin menjual sahamnya kepada umum dengan persyaratan tertentu sehingga kepemilikan perusahaan tersebut tidak hanya dimiliki oleh seorang pemilik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja sebuah perusahaan. Laporan keuangan merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Sehingga muncul organisasi yang bernama International

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Sehingga muncul organisasi yang bernama International BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbedaan antar negara mengakibatkan adanya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku internasional. Sehingga

Lebih terperinci