VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS CRITICAL VALUE FACTORS

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Ekonomi Pertanian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, artinya petani memegang peran

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN LOGO UNIVERSITAS JAMBI

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

Transkripsi:

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : - sumber dana : BOPTN Universitas Jember Tahun 2014 1 Staf Pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember Analisis Rantai Nilai ( VCA ) meliputi kegiatan yang terjadi karena hubungan dengan pemasok (Supplier Keterkaitan ), dan hubungan dengan konsumen ( Consumer Linkages ), artinya mulai dari bahan baku untuk penanganan penjualan. Walaupun kegiatan ini sangat sangat tergantung pada satu sama lain, penerapan VCA untuk meningkatkan industri kopi di Indonesia khususnya di Kabupaten Jember masih diimplementasikan secara parsial. Masalah utama dalam pengembangan sektor pertanian adalah terkait dengan pemulihan ekonomi yang masih sangat tergantung pada produk primer. Studi ini menunjukkan bahwa dengan mengoptimalkan penerapan VCA, nilai akuisisi pendapatan akan meningkat 2-3 kali lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem bisnis yang saling terkait dan mengejar kegiatan produktif aktor utama untuk mendapatkan nilai tambah dari produksi kopi. Penelitian ini menyajikan konsep VCA, tahap analisis, pelaksanaan VCA, dan prospek untuk pengembangan usaha. Dalam mewujudkan dampak positif dari VCA di industri kopi disarankan agar setiap desa membangun lembaga atau koperasi ekonomi dan sosial yang didirikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat seperti yang dilakukan dalam penelitian lokal. Keyword : Analisis rantai nilai, industri kopi

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER EXECUTIVE SUMMARY Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : - sumber dana : BOPTN Universitas Jember Tahun 2014 kontak email : dkawima@gmail.com 1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember LATAR BELAKANG Pertanian merupakan basis perekonomian di Indonesia. Namun pada kenyataannya secara riil sumbangsih sektor pertanian dalam perekonomian yang diukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan nasional dari tahun demi tahun justru mengecil. Hal ini bukanlah berarti nilai dan peranannya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu secara absolut tetap selalu meningkat. Kecuali itu peranan sektor ini dalam menyerap tenaga kerja masih tetap menduduki peringkat pertama. Mayoritas penduduk Indonesia, yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki kontribusi langsung dalam hal pembentukan Product Domestic Regional Bruto (PDRB), penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Selain itu, sektor pertanian juga berperan dalam penyediaan bahan pangan dan perolehan devisa melalui ekspor hasil pertanian. Namun demikian sekali lagi, sistem pertanian di Indonesia masih memerlukan upaya perbaikan dan revitalisasi agar terjadi percepatan atau akselerasi peningkatan produktivitas dan daya saing pelaku usaha pertanian. Kinerja perdagangan komoditas pertanian dilihat dari neraca perdagangan luar negeri (ekspor dikurangi impor) komoditas pertanian yang meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan selama tahun 2004 sampai dengan 2008 terlihat mengalami surplus baik dari sisi volume neraca perdagangan maupun nilai neraca perdagangan. Sementara rata-rata pertumbuhan nilai neraca perdagangan terlihat mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 11,62% per tahun yang diikuti oleh peningkatan pertumbuhan nilai ekspor sebesar 10,33% per tahun dan nilai impor sebesar 8,53% per tahun (Departemen Pertanian, 2009). Dari keempat sub sektor pada sektor pertanian, sub sektor perkebunan menjadi andalan nasional karena setiap tahunnya neraca perdagangan sub sektor perkebunan selalu mengalami surplus, sehingga dapat menutupi defisit yang dialami oleh sub sektor lainnya. Terjadinya surplus tersebut karena lebih dari 90% nilai ekspor komoditas pertanian berasal dari komoditas perkebunan dengan persentase impor yang lebih kecil, sementara untuk sub sektor lainnya persentase impor lebih tinggi dibandingkan

ekspornya, dengan persentase nilai impor rata-rata 2004 2008 yang terbesar terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 39,07% (Departemen Pertanian, 2009). Demikian pula halnya dari sisi volume ekspor, sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap total volume ekspor sektor pertanian yaitu lebih dari 90% volume ekspor komoditas pertanian berasal dari komoditas perkebunan dan bila dilihat volume impor sub sektor perkebunan sebesar 17,39% yang berarti lebih rendah dibandingkan volume ekspornya, sementara untuk sub sektor lainnya persentase impor lebih tinggi dibandingkan ekspornya, dengan persentase volume impor yang terbesar terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 68,04%. Secara rinci nilai surplus sub sektor perkebunan tahun 2004 sebesar US$ 7,78 milyar mengalami kenaikan menjadi US$ 22,83 milyar pada tahun 2008 atau mengalami rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 10,28%, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun nilai ekspor naik sebesar 10,17 % dan nilai impor naik sebesar 9,79 %. Sementara itu bila dibandingkan dengan sub sektor pertanian yang lain, nilai neraca perdagangan sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan selalu mengalami defisit, dengan rata-rata pertumbuhan nilai neraca perdagangan tahun 2004 s/d 2008 sub sektor tanaman pangan dan peternakan mengalami kenaikan sebesar 7,73% dan 7,24 % yang berarti defisit semakin meningkat, sedangkan rata-rata pertumbuhan nilai neraca perdagangan sub sektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 1,19% yang berarti defisit makin berkurang (Departemen Pertanian, 2009). Salah satu jenis perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat adalah perkebunan kopi. Kopi merupakan salah satu komoditi non migas, yang belakangan ini memiliki pasar yang cukup menjanjikan di pasaran dunia. Menurut AAK (1980 : 19), perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian. Hasil kebun yang banyak dihasilkan di Indonesia adalah kopi. Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai salah satu kabupaten yang menyumbang PDRB dari sektor pertanian dengan produk unggulannya adalah kopi. Hal ini dikarenakan keadaan topografinya yang sangat mendukung untuk di budidayakanya tanaman kopi sehingga salah satu komoditas ekspor nonmigas yang menjadi unggulan Jawa Timur adalah kopi. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan nafkah bagi sekitar 25 juta keluarga petani kopi di seluruh dunia. Bahkan beberapa negara produsen menggantungkan pendapatannya pada ekspor kopi karena hampir 75% dari total ekspornya merupakan ekspor komoditi kopi (Mamilianti, 2010). Ekspor kopi Jawa Timur tahun lalu meningkat 51% menjadi 68,22 8 ton. Jumlah itu merupakan ekspor tertinggi Jawa Timur dibanding dengan tahun--tahun sebelumnya yang hanya berkisar antara 45.000 ton - 50.000 ton per tahun. Kenaikan ekspor dipicu meningkatnya permintaan di pasar dunia akibat turunnya produksi di dua negara pengekspor utama kopi, yaitu Brasil dan Vietnam (Kompas, Kamis 23 Februari 2006). Hal itu mengakibatkan naiknya harga kopi di terminal kopi London dari 600 dollar Amerika Serikat (AS) - 700 dollar AS per ton menjadi 1.100 dollar AS per ton. Pasar ekspor terbesar kopi Jatim adalah Jepang, Italia, Jerman, AS, dan Taiwan. Meski demikian, pasar di Jepang turun dari

32,26 persen menjadi 19,13 persen. Hal itu selain diakibatkan ekspor terbagi ke beberapa negara lain, juga karena penetrasi ekspor kopi dari pesaing utama Indonesia, yaitu Vietnam. (Mamilianti, 2010). Daerah utama penghasil kopi di Jawa Timur antara lain Malang, Banyuwangi, Lumajang dan Jember. Kabupaten Jember merupakan penghasil kopi diurutan keempat di Jawa Timur. Kabupaten Jember dapat diklasifikasikan sebagai daerah yang menganut tipe agraris karena sektor pertanian di Kabupaten Jember merupakan sektor yang memiliki peranan cukup besar (leading sector) atau menjadi sektor primer dengan 44,18 persen dari total nilai tambah yang tercipta di tahun 2010. Sedangkan sektor sekunder hanya menyumbang sebesar 11,55 persen dan sektor tersier menyumbang sebesar 40,45 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jember (Badan Pusat Statistik, 2010: 32). Lahan sebagai salah satu input atau faktor produksi merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi itu keluar. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian. (Hosanna, 2009:28). Kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi kopi sehari-hari menyebabkan tingginya permintaan akan biji kopi. Untuk itu pengetahuan manajemen pengelolaan usaha tani kopi perlu diketahui oleh petani mulai dari teknik budidaya sampai dengan pemasaran hasil panen. Usaha pertanian dalam kegiatan produksi kopi diperoleh melalui proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Dalam segi waktu, usaha perkebunan membutuhkan periode yang lebih panjang dibandingkan dengan tanaman lainya di bidang tanaman pangan dan sebagian tanaman holtikultura (Daniel, 2001:49). Kelembagaaan lahan dan tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap produktivitas lahan dan biaya usahatani. Para petani terbiasa hidup dengan saling membantu, kerjasama tenaga kerja tersebut melembaga menjadi kelembagaan tenaga kerja. Kelembagaan tenaga kerja di dalamnya terkandung kaidah-kaidah baik formal atau informal yang mengatur penggunaan tenaga kerja dalam suatu masyarakat. (Suwarto, 2008:268). Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sering dihadapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang relatif rendah, keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya keterampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani. Tenaga kerja merupakan faktor pendukung dalam pertanian kopi. Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani kopi berasal dari anggota rumah tangga petani kopi tersebut walaupun ada yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani kopi. Mereka yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani kopi mencari penghasilan dengan bekerja dilahan orang lain karena tidak mempunyai lahan kopi. Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani kopi tidak memerlukan pendidikan khusus. Dengan modal mampu mengetahui jenis kopi yang siap petik/panen mereka sudah bisa dan dapat bekerja sebagai petani kopi. Memetik kopi yang ada di pohon, mengumpulkan hasil kopi yang dipetik sebelumnya,

memilahnya ke dalam karung dan mengeringkan kopi merupakan kegiatan yang dilakukan tenaga kerja selama proses panen kopi. Tenaga kerja akan memperoleh pendapatan atau penghasilan bisa diambil per hari atau pada masa panen berakhir. Pendapatan yang diperoleh berbeda-beda tergantung banyak luas lahan yang dimiliki dan banyak tidaknya kemampuan memetik kopi. Jika masa panen kopi tiba maka dibutuhkan biaya produksi, dimana biaya produksi yang dikeluarkan dipergunakan untuk membeli bahan-bahan saat panen pada perkebunan kopi. Meskipun demikian, pendapatan petani kopi belum seimbang dengan hasil produksi yang diperoleh sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan pendapatan petani kopi dengan tersedianya informasi yang cukup tentang potensi pasar dan karakteristik penyebaran dari hasil produksi kopi khususnya untuk kopi biji rakyat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji siapa saja pihak yang terlibat dalam industri kopi biji rakyat di Kabupaten Jember serta perannya dalam pengembangan kegiatan ekonomi wilayah yang nantinya mengarah pada implikasi kebijakan pengembangan usaha kopi dalam rangka meningkatkan pendapatan petani kopi biji rakyat. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama periode tahun 2013. Pada tahap awal, fokus utama dari kegiatan penelitian adalah pada Value Chain Analysis (VCA). Pada VCA, seluruh rantai pasok pada industri kopi biji rakyat di Kabupaten Jember telah dikaji. Hasil atau output dari VCA adalah value factors peningkatan nilai pada industri kopi biji rakyat di Kabupaten Jember. Pada tahap berikutnya, rancangan action plan yang telah diidentifikasi pada kegiatan penelitian tahun 2013 ini akan ditindaklanjuti dengan menyusun (merumuskan) model implementasi value chain (sudah dipresentasikan untuk diusulkan dalam Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2014). Pengembangan model tersebut dilakukan dengan confirmatory approach yaitu dengan cara melibatkan seluruh komponen pada rantai pasok pada industri kopi biji melalui Focus Group Discussion (FGD). Dalam forum tersebut diharapkan akan diperoleh feedback dari peserta untuk selanjutnya dilakukan perbaikan model bila diperlukan. Pengembangan model implementasi value chain akan dilakukan dengan menunjuk satu sentra produksi kopi rakyat untuk dijadikan pilot project. Pada akhir penelitian akan dilakukan tahapan monitoring dan evaluasi dengan mengundang kembali para pelaku yang terlibat dalam value chain. Pada akhirnya, model tersebut diharapkan dapat ditetapkan sebagai model permanen dan menjadi acuan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani kopi rakyat di Kabupaten Jember. Pada akhirnya, model tersebut diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani kopi rakyat di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan dalam proses pengumpulan datanya, yaitu participant observation, semi-structured interviews, dan focus group discussion. Participant observation dilakukan dengan cara mengamati secara langsung aliran pasok input, pengolahan pada usaha tani kopi rakyat, dan aliran pasok output. Semi-structured interviews dilakukan dengan cara melakukan wawancara

dengan para pelaku rantai pasok industri kopi biji. Focus group discussion dilakukan dengan cara melakukan diskusi terfokus untuk membahas topik tertentu dengan para pelaku rantai pasok industri kopi biji secara berkelompok. PEMAPARAN HASIL Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi para pelaku yang berperan dalam rantai pasok dalam industri biji kopi rakyat beserta karakterisktiknya dan juga value factors (faktor kritis yang menambah nilai) pada masing-masing rantai pasok untuk meningkatkan pendapatan petani kopi biji rakyat. Populasi penelitian ini adalah para pelaku rantai pasok pada industri kopi biji, khususnya yang terkait dengan usaha tani kopi rakyat, mulai dari pelaku pada sisi input (supplier input), sisi proses (petani kopi rakyat), dan sisi output (konsumen dan eksportir). Penentuan responden yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini menggunakan metode snowball sampling. Hasil atau output dari VCA adalah value factors peningkatan nilai pada industri kopi biji rakyat di Kabupaten Jember. Hasil identifikasi berbagai elemen yang terlibat dalam rantai pasok industri kopi di Kabupaten Jember terlihat bahwa pelaku utama dalam rantai pasok perkopian di Kabupaten Jember ini adalah petani kopi, pedagang pengumpul/pengepul, dan eksportir. Untuk pelaku di industri pengolahan kopi rakyat masih belum ada. Sedangkan peran pendukung dijalankan oleh pemerintah, pusat penelitian, dan pihak perguruan tinggi. Selanjutnya hasil value mapping dari penelitian Tahun Pertama ini akan ditindaklanjuti dengan melakukan pengembangan model tersebut menggunakan confirmatory approach yaitu dengan cara melibatkan seluruh komponen pada rantai pasok pada industri kopi biji melalui Focus Group Discussion. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Petani kopi belum mampu memperoleh manfaat yang lebih baik dan memberi nilai tambah bagi peningkatan pendapatan yang akan mereka peroleh dari rantai pasok yang terbentuk selama ini. Sejatinya petani adalah pelaku utama dalam rantai pasok industri kopi karena peran petani menentukan keberadaan biji kopi sebagai menjadi komoditas yang diperdagangkan. 2. Pengelolaan kopi rakyat layak untuk dikembangkan terus karena memiliki kekuatan sebagai sumber pendapatan utama dan memiliki peluang pasar yang tinggi (aspek ekonomi), dan pertumbuhan kelompok tani yang positif (aspek kelembagaan). Penerapan pertanian yang dilakukan dari proses penanaman sampai panen masih tradisonal dan sedikit yang sudah menggunakan teknologi pertanian. 3. Kebutuhan modal yang masih menggantungkan kepada pedagang pengepul sebagai pemilik modal sangat merugikan petani karena tidak bisa menentukan harga yang diinginkan petani bahkan yang terjadi harga biji kopi ditingkat petani jauh di bawah harga pasar. Keyword : Rantai Pasok, Kopi Biji Rakyat, Value Factors, Petani Kopi, Industri