BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB 3 TINJAUAN KABUPATEN KLATEN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN,

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Analisis Isu-Isu Strategis

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Daftar Tabel. Halaman

BAB IV GAMBARAN UMUM

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN KE DEPAN

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun


Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM Kondisi Umum merupakan gambaran kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara keseluruhan. Kondisi umum dilihat dari profil geografi, demografi, ekonomi dan profil sosial dan budaya. 2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi 2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110 26 14-110 48 33 Bujur TImur dan 7 32 19-7 48 33 Lintang Selatan. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali : Kabupaten Sukoharjo : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta) Dari sisi bentangan garis katulistiwa, Kabupaten Klaten terletak antara 7 0 32`19 Lintang Selatan sampai 7 0 48`33 Lintang Selatan dan antara 110 0 26`14 Bujur Timur sampai 110 0 47`51 Bujur Timur. 2.1.2 Kondisi Topografi Kondisi Fisik dasar Kabupaten Klaten digambarkan melalui beberapa kondisi, yang diuraikan sebagai berikut : a) Kondisi Topografi Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76 1.60 m dpl (di atas permukaan laut). Kabupaten Klaten, secara geografis terbagi ke dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu: BUKU PUTIH SANITASI II - 1

1. Wilayah lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yang meliputi Kecamatan Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung. 2. Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo. 3. Wilayah berbukit / gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang hanya meliputi sebagian Kecamatan Bayat, Cawas dan Gantiwarno. Dari sisi topografi wilayah Kabupaten Klaten, dapat dirinci sebagai berikut: 1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) meliputi sebagian dari kecamatan-kecamatan: Juwiring, Karangdowo dan Cawas. 2. Wilayah dengan ketinggian antara 100 200 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan: Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (di bagian barat), Trucuk, Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di bagian selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (di bagian timur), Polanharjo (di bagian timur), Delanggu, Juwiring (di bagian barat) dan Wonosari (di bagian barat). 3. Wilayah dengan ketinggian antara 200 400 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan Manisrenggo, Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko, Kebonarum (di bagian utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat), Tulung (sebagian besar) dan Polanharjo (bagian barat). 4. Wilayah dengan ketinggian antara 400 1000 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan: Kemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil) dan Tulung (sebagian kecil). 5. Wilayah dengan ketinggian 1.000 2000 m dpl berada di Kecamatan Kemalang. Gambaran Luas Daerah di Kabupaten Klaten berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Laut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Luas Daerah di Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Laut (dalam Ha dan meter dpl) Luas (Ha) Berdasar Ketinggian (meter dpl) No. Kecamatan 100-200- 400-1000- 1500- Jumlah 100 2000 200 400 1000 1500 2000 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 01. Prambanan 0 2.168 275 0 0 0 0 2.443 02. Gantiwarno 0 2.564 0 0 0 0 0 2.564 03. Wedi 0 2.438 0 0 0 0 0 2.438 04. Bayat 0 3.943 0 0 0 0 0 3.943 05. Cawas 232 1.125 0 0 0 0 0 3.447 BUKU PUTIH SANITASI II - 2

06. Trucuk 62 3.319 0 0 0 0 0 3.381 07. Kalikotes 0 1.298 0 0 0 0 0 1.298 08. Kebonarum 0 472 495 0 0 0 0 967 09. Jogonalan 0 2.240 430 0 0 0 0 2.670 10. Manisrenggo 0 20 2.318 358 0 0 0 2.696 11. Karangnongko 0 22 2.224 428 0 0 0 2.674 12. Ngawen 0 816 881 0 0 0 0 1.697 13. Ceper 0 2.445 0 0 0 0 0 2.445 14. Pedan 176 1.741 0 0 0 0 0 1.917 15. Karangdowo 2.828 95 0 0 0 0 0 2.923 16. Juwiring 1.042 1.937 0 0 0 0 0 2.979 17. Wonosari 1.054 2.060 0 0 0 0 0 3.114 18. Delanggu 0 1.878 0 0 0 0 0 1.878 19. Polanharjo 0 2.030 354 0 0 0 0 2.384 20. Karanganom 0 882 1.524 0 0 0 0 2.406 21. Tulung 0 0 2.612 588 0 0 0 3.200 22. Jatinom 0 0 2.948 605 0 0 0 3.553 23. Kemalang 551 0 554 3062 975 325 250 5.166 24. Klaten Selatan 0 1.407 15 0 0 0 0 1.443 25. Klaten Tengah 0 892 0 0 0 0 0 892 26. Klaten Utara 0 1.038 0 0 0 0 0 1.038 Jumlah 5.945 36.830 14.630 5.041 975 325 250 65.556 Sumber: Klaten Dalam Angka tahun 2010. b) Kondisi Struktur Geologi/Jenis Tanah Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten, terdiri dari 5 ( lima) macam, yaitu : a. Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah kecamatan Bayat. b. Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom. c. Grumusol Kelabu Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan. d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk berupa batu kapur napal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan kalikotes sebelah selatan. e. Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, dan Wedi. Dari kondisi Kabupaten Klaten wilayahnya dapat ditemui 2 endapan yaitu : a. Endapan Vulaknik Gunung Merapi BUKU PUTIH SANITASI II - 3

Endapan ini merupakan hasil erupsi Gunung Merapi yang menghampar sampai ke tenggara Kabupaten Klaten. Ketebalan endapan di bagian puncak berkisar antara 0,1 6,5 meter, sedangkan pada lerengnya berkisar antara 0,5 1,0 meter. Endapan vuklanik ini umumnya berupa pasir, krikil, berangkal dan bongkah-bongkah batuan beku. Daerah penyebaran endapan vulkanik ini relative sangat subur. b. Endapan Alluvial Secara umum endapan ini berupa sungai maupun endapan hasil transportasi yang berasal dari pelapukan batu-batuan yang lebih tua. Penyebaran endapan sungai ini terdapat di kali Dengkeng dan sekitarnya berupa : lempung, pasir kerikil dan kerakal. 2.1.3 Hidrologi Suplai air tanah maupun air tawar seluruhnya datang dari hujan yang berasal dari penguapan air laut, yang merupakan bagian dari proses siklus hidrologi. Hujan yang jatuh akan meresap ke dalam tanah, sebagian menjadi air tanah yang mengisi aguifer (formasi tanah yang mengandung dan menghantarkan air tanah) dan sebagian besar mengalir di permukaan sebagai run off (surface flow dan sub surface flow), dalam kenyatannya siklus hidrologi ini sangat rumit meskipun pada dasarnya hidrologi adalah bagian dari ilmu bumi, namun pada hakekatnya hidrologi harus berhubungan dengan atmosfir sebagai medium yang meneruskan air ke muka bumi maupun dari muka bumi. Wilayah kabupaten Klaten termasuk dalam wilayah DAS Bengawan Solo yaitu Sub DAS Bengawan Solo hulu. Ada beberapa sumber air yang terdapat di Kabupaten Klaten dan sangat bermanfaat untuk keperluan rumah tangga, irigasi, industry serta kepentingan-kepentingan lainnya. Sungai-sungai besar yang mengalir dari atas/pegunungan menuju dan bermuara di Bengawan Solo diantaranya : Kali Dengkeng, Kali Simping, Kali Pusur, Kali Brambang, dan Kali Soko. Sungai-sungai tersebut mempunyai beberapa anak sungai pada bagian hulunya. Kecuali pemanfaatan air beserta sumber-sumber air tersebut, terutama ditujukan untuk menjaga kelestarian serta mencegah pencemaran terhadapnya. Dengan adanya banyak sungai (air permukaan) yang mengalir diwilayah Kabupaten Klaten tersebut akan membawa manfaat dan pengaruh terhadap kedalaman air tanah. Adanya sungai-sungai tersebut merupakan suatu cara untuk menaikkan kedalaman air tanah sebagai discharge atau sebagai pengisi yang merupakan suplai air tanah, di samping untuk kegiatan pengairan serta kegiatankegiatan lainnya. BUKU PUTIH SANITASI II - 4

2.2. Administratif Secara Administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 ( dua puluh enam ) Kecamatan, 391 ( tiga ratus Sembilan puluh satu ) desa dan 10 ( sepuluh ) Kelurahan. Jumlah Rukun Tetangga ( RT ) sebanyak 9.559 RT, dan Rukun Warga ( RW ) sebanyak 3.663 RW. Sedangkan berdasarkan luas wilayah Desa/Kelurahan. Pedukuhan, Blok Sensus menurut kecamatan pada tahun 2010 dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 2.2 Luas Wilayah, Desa / Kalurahan, Pedukuhan, Blok Sensus Menurut Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Desa / Village Kalurahan Dukuh BS Biasa / Cencus Block BS Khusus /Cencus Block LuasWilayah ( Km2 ) / Area ( Km2 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01 Prambanan 16-183 147-24,43 02 Gantiwarno 16-149 122-25,64 03 Wedi 19-178 164-24,38 04 Bayat 18-228 174-39,43 05 Cawas 20-238 189-34,47 06 Trucuk 18-171 239-33,81 07 Kalikotes 7-99 99-12,98 08 Kebonarum 7-65 61-9,67 09 Jogonalan 18-202 160-26,70 10 Manisrenggo 16-252 113-26,96 11 Karangnongko 14-35 97-26,74 12 Ngawen 13-124 121-16,97 13 Ceper 18-42 184-24,45 14 Pedan 14-151 143-19,17 15 Karangdowo 19-161 135-29,23 16 Juwiring 19-208 182-29,79 17 Wonosari 18-149 175-31,14 18 Delanggu 16-37 130-18,78 19 Polanharjo 18-44 125-23,84 20 Karanganom 19-48 141-24,06 21 Tulung 18-185 141-32,00 22 Jatinom 17 1 207 157-35,53 23 Kemalang 13-214 105-51,66 24 Klaten Selatan 11 1 112 117 1 14,43 25 Klaten Tengah 3 6 97 117 1 8,92 26 Klaten Utara 6 2 124 120-10,38 Jumlah / Total 2010 391 10 3.703 3.658 2 655,56 2009 391 10 3.703 3.658 2 655,56 2008 391 10 3.703 3.192 5 655,56 2007 391 10 3.703 3.192 5 655,56 2006 391 10 3.703 3.192 5 655,56 Sumber: BPS KabupatenKlaten 2010 Peta wilayah administratif Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 2.1. BUKU PUTIH SANITASI II - 5

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Klaten BUKU PUTIH SANITASI II - 6

2.3. Kependudukan Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2010 sebesar 1.307.562 jiwa, naik sebesar 3.652 jiwa atau 0,28% bila dibandingkan tahun 2009. Kenaikkan penduduk ini, menyebabkan kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 1.995 per Kilo meter persegi. Apabila dilihat dari jenis kelamin, penduduk laki laki sebesar 640.187 jiwa, naik sebesar 0,35%, perempuan sebesar 667.375 jiwa, naik sebesar 0,21 bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Apabila dilihat dari kelompok umur, maka kelompok umur 15-19 sebesar 134.644 jiwa mendo-minasi penduduk Kabupaten Klaten. Jumlah kepala keluarga tahun 2010 sebesar 377.234 kepala keluarga. Keadaan ini menyebabkan rata - rata jiwa per keluarga sebesar 3,47 orang per keluarga. Sedangkan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk kabupaten Klaten dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1983-2010 Tahun / Year Jumlah Penduduk ( Jiwa ) / Population ( Person ) Pertumbuhan Penduduk ( Jiwa ) / Growth of Population ( Person ) Persentase / Persentage (1) (2) (3) (4) 1983 1.124.869 12.334 1,10 1984 1.138.542 13.673 1,20 1985 1.149.171 10.269 0,89 1986 1.154.788 5.617 0,49 1987 1.161.255 6.437 0,55 1988 1.166.618 5.393 0,46 1989 1.172.976 6.358 0,54 1990 1.179.047 6.071 0,51 1991 1.184.619 5.572 0,47 1992 1.189.964 5.345 0,45 1993 1.196.501 6.537 0,55 1994 1.202.742 6.241 0,52 1995 1.216.009 13.267 1,09 1996 1.223.439 7.430 0,61 1997 1.228.640 5.201 0,42 1998 1.234.113 5.473 0,44 1999 1.242.711 8.598 0,69 2000 1.257.682 14.971 1,19 2001 1.265.295 7.613 0,60 2002 1.271.530 6.235 0,49 2003 1.277.297 5.767 0,45 2004 1.281.786 4.489 0,35 2005 1.286.058 4.272 0,33 2006 1.293.242 7.184 0,56 2007 1.296.987 3.745 0,29 2008 1.300.494 3.507 0,27 2009 1.303.910 3.416 0,26 2010 1.307.562 3.652 0,28 Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010 BUKU PUTIH SANITASI II - 7

Jumlah Kepala Keluarga, Penduduk akhir tahun dan rata-rata anggota Kepala Keluarga menurut kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Tabel 2.4. Kepala Keluarga, Penduduk Akhir Tahun dan Rata-rata Anggota Kepala Keluarga Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Kepala Keluarga / Head of Family Penduduk Akhir Tahun / Last Year Population Rata-rata Jiwa / KK (%) (1) (2) (3) (4) 001 Prambanan 17.008 49.393 2,90 02 Gantiwarno 14.058 41.111 2,92 03 Wedi 14.382 56.025 3,90 04 Bayat 20.628 64.214 3,11 05 Cawas 18.247 66.196 3,63 06 Trucuk 22.695 82.778 3,65 07 Kalikotes 10.159 38.003 3,74 08 Kebonarum 6.791 21.496 3,17 09 Jogonalan 16.109 58.402 3,63 10 Manisrenggo 12.938 42.210 3,26 11 Karangnongko 12.011 37.912 3,16 12 Ngawen 15.364 44.825 2,92 13 Ceper 20.611 63.985 3,10 14 Pedan 13.802 48.989 3,55 15 Karangdowo 13.792 51.077 3,70 16 Juwiring 14.997 61.348 4,09 17 Wonosari 17.372 62.859 3,62 18 Delanggu 14.364 44.889 3,13 19 Polanharjo 13.131 46.305 3,53 20 Karanganom 12.739 49.245 3,87 21 Tulung 14.328 54.708 3,82 22 Jatinom 14.930 57.592 3,86 23 Kemalang 11.399 35.106 3,08 24 Klaten Selatan 11.657 42.204 3,62 25 Klaten Tengah 13.748 44.045 3,20 26 Klaten Utara 9.974 42.645 4,28 Jumlah / Total 2010 377.234 1.307.562 3,47 2009 367.585 1.303.910 3,55 2008 352.949 1.300.494 3,68 2007 336.588 1.293.242 3,84 2006 340.091 1.286.058 3,78 Sumber: Klaten dalam angka 2010 BUKU PUTIH SANITASI II - 8

Sedangkan jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Laki Laki / Male Wanita / Female Jumlah / Total Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) 01 Prambanan 23.661 25.732 49.393 91,95 02 Gantiwarno 19.603 21.508 41.111 91,14 03 Wedi 27.082 28.943 56.025 93,57 04 Bayat 31.458 32.756 64.214 96,04 05 Cawas 32.358 33.838 66.196 95,63 06 Trucuk 41.081 41.697 82.778 98,52 07 Kalikotes 18.676 19.327 38.003 96,63 08 Kebonarum 10.355 11.141 21.496 92,94 09 Jogonalan 29.178 29.224 58.402 99,84 10 Manisrenggo 20.367 21.843 42.210 93,24 11 Karangnongko 18.436 19.476 37.912 94,66 12 Ngawen 22.299 22.526 44.825 98,99 13 Ceper 31.472 32.513 63.985 96,80 14 Pedan 24.198 24.791 48.989 97,61 15 Karangdowo 25.205 25.872 51.077 97,42 16 Juwiring 30.063 31.285 61.348 96,09 17 Wonosari 30.230 32.629 62.859 92,65 18 Delanggu 22.356 22.533 44.889 99,21 19 Polanharjo 22.715 23.590 46.305 96,29 20 Karanganom 24.183 25.062 49.245 96,49 21 Tulung 26.945 27.763 54.708 97,05 22 Jatinom 28.116 29.476 57.592 95,39 23 Kemalang 17.328 17.778 35.106 97,47 24 Klaten Selatan 20.601 21.603 42.204 95,36 25 Klaten Tengah 21.408 22.637 44.045 94,57 26 Klaten Utara 20.813 21.832 42.645 95,33 Jumlah / Total 2010 640.187 667.375 1.307.562 95,93 2009 637.939 665.971 1.303.910 95.79 2008 635.528 664.966 1.300.494 95.50 2007 633.552 663.435 1.296.987 95.50 2006 631.231 662.011 1.293.242 95.50 Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010 Proyeksi Distribusi dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data perkembangan penduduk wilayah Kabupaten Klaten 5 tahun terakhir, memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,363 % per tahun, dan proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 hingga 2030 dengan menggunakan rumus bunga berganda, yaitu sebesar 1.403.361 jiwa, dan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Mendasarkan BUKU PUTIH SANITASI II - 9

proyeksi penduduk serta penyediaan ruang pengembangan sebesar 429 ha, maka kepadatan bruto rata-rata sebesar 21 jiwa/ha dan kepadatan netto sebesar 69 jiwa/ha. Tabel 2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010-2030 No Kecamatan 2010 2015 2020 2025 2029 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Prambanan 49.636 50.361 51.282 52.220 53.175 2 Gantiwarno 41.292 41.895 42.662 43.442 44.237 3 Wedi 55.920 56.737 57.774 58.831 59.907 4 Bayat 64.317 65.256 66.450 67.665 68.903 5 Cawas 66.613 67.586 68.822 70.081 71.363 6 Trucuk 82.890 84.100 85.639 87.205 88.800 7 Kalikotes 37.661 38.211 38.910 39.622 40.346 8 Kebonarum 21.498 21.812 22.211 22.618 23.031 9 Jogonalan 58.298 59.150 60.232 61.333 62.455 10 Manisrenggo 42.070 42.684 43.465 44.260 45.070 11 Karangnongko 38.435 38.996 39.709 40.436 41.175 12 Ngawen 44.743 45.397 46.227 47.073 47.934 13 Ceper 64.299 65.239 66.432 67.647 68.884 14 Pedan 49.218 49.936 50.850 51.780 52.727 15 Karangdowo 51.391 52.142 53.096 54.067 55.056 16 Juwiring 61.661 62.562 63.706 64.872 66.058 17 Wonosari 63.119 64.041 65.212 66.405 67.620 18 Delanggu 44.840 45.495 46.327 47.174 48.037 19 Polanharjo 46.382 47.060 47.920 48.797 49.689 20 Karanganom 49.437 50.159 51.077 52.011 52.962 21 Tulung 54.973 55.776 56.796 57.835 58.893 22 Jatinom 57.755 58.599 59.671 60.762 61.873 23 Kemalang 34.933 35.444 36.092 36.752 37.424 24 Klaten Selatan 41.829 42.440 43.216 44.007 44.812 25 Klaten Tengah 44.197 44.843 45.663 46.498 47.349 26 Klaten Utara 42.548 43.170 43.959 44.763 45.582 Jumlah 1.309.957 1.329.090 1.353.400 1.378.154 1.403.361 Sumber: Perda RTRW 2.4. Pendidikan Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarananya merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia sendiri ataupun pembangunan ekonomi. Pendidikan ataupun pengetahuan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh BUKU PUTIH SANITASI II - 10

beberapa komponen yang di antaranya adalah angka partisipasi sekolah, angka putus sekolah dan angka melek huruf. Sebagaimana dikemukakan di muka, aspek pendidikan dapat dilihat dari berbagai faktor, diantaranya angka partisipasi sekolah yang ditampilkan dalam kelompok umur, yakni kelompok 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun dan 19-24 tahun. Walaupun tidak merupakan sesuatu yang mutlak, kelompok partisipasi sekolah 7-12 tahun akan dapat diparalelkan sebagai angka partisipasi sekolah untuk SD/MI. Kelompok 13-15 tahun akan mempresentasikan angka partisipasi sekolah untuk tingkat SLTP/MTs, kelompok umur 16-18 tahun akan menunjukkan angka partisipasi sekolah untuk tingkat SMU/SMK/MA. Sedangkan kelompok umur 19-24 tahun akan menunjukkan angka partisipasi sekolah untuk tingkat perguruan tinggi/akademi dengan berbagai jenjang pendidikan S-0 (D-I, D-II, D-III), D-IV, S-1. Berikut ini adalah beberapa indikator pendidikan di Kabupaten Klaten selama tahun 2007-2009. Tabel 2.7 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 No. Sekolah, Guru dan Murud 2007 2008 2009 Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Jumlah Sekolah a. SD 772 27 769 37 766 40 b. SMP 65 43 65 41 65 42 c. SMA 16 15 16 15 16 15 d. SMK 9 43 9 42 10 42 02. Jumlah Guru a. SD 8.373 334 8.393 449 7.615 460 b. SMP 3.084 776 3.083 722 3.074 746 c. SMA 1.017 363 1.039 353 1.042 343 d. SMK 545 1.410 580 1.382 657 1.352 03 Jumlah Murid a. SD 103.226 4.938 102.244 5.927 102.017 6.446 b. SMP 41.460 7.958 40.953 7.418 40.361 7.110 c. SMA 12.175 2.951 12.147 2.588 12.024 2.053 d. SMK 6.641 18.980 7.388 18.838 8.476 18.002 Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Bila dilihat pada tabel tersebut terjadi penurunan jumlah SD Negeri dari 772 pada Tahun 2007 menjadi 766 di tahun 2009. sementara disisi lain, terjadi peningkatan SD swasta dari 27 pada Tahun 2007 menjadi 40 SD di Tahun 2009. Untuk tingkatan pendidikan menengah, baik SMP maupun SMK swasta, terjadi penurunan jumlah sekolah. Jumlah SMP swasta di tahun 2007 sebanyak 43 menjadi 42 pada tahun 2009. Demikian halnya dengan SMK swasta menurun dari BUKU PUTIH SANITASI II - 11

sebanyak 43 menjadi 42 pada Tahun 2009. Beberapa indikator pendidikan yang lain, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.8 Beberapa Indikator Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun 2007 2009 INDIKATOR PENDIDIKAN 2007 2008 2009 (1) (2) (3) (4) Penduduk Usia 7 12 tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah - Masih Sekolah - Tidak Sekolah Lagi 0,4 99,3 0,3 0,0 99,3 0,7 0,0 99,5 0,5 Penduduk Usia 13 15 tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi 0,6 96,3 3,1 0,0 96,0 4,0 0,4 91,8 7,8 Penduduk Usia 16 18 tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah - Masih Sekolah - Tidak Sekolah Lagi 1,2 71,3 27,5 0,8 70,8 28,4 0,4 73,0 26,6 Penduduk Usia 19 24 tahun (persen) Tidak / Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi 0,4 12,5 87,1 0,0 11,5 88,5 0,3 14,5 85,2 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009. Tabel 2.9 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Klaten Selama Tahun 2007-2009 Sekolah Tingkat Pendidikan 2007 2008 2009 Negeri (1) (2) (3) (4) (5) SD SMP SMU SMK 53 105 5 20 57 21 8 55 JUMLAH DI NEGERI 183 141 144 46 42 6 50 Swasta SD SMP SMU SMK 2 74 14 358 2 17 19 138 3 42 11 338 JUMLAH DI SWASTA 448 212 394 KESELURUHAN 541 353 538 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Klaten Tahun 2009. Pada Indeks pendidikan seperti yang telah diungkapkan di bagian sebelumnya, terjadi sedikit penurunan dari 76,74 di tahun 2008 menjadi 76,33 di tahun 2009. Turunnya Indeks Pendidikan ini dipengaruhi oleh Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf dimana angka Rata-rata Lama Sekolah sedikit turun dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,75 menjadi BUKU PUTIH SANITASI II - 12

7,38, sedangkan Angka Melek Huruf meningkat dari 89,28 menjadi 89,9 persen. Gambaran rerata lama sekolah dan angka melek huruf di Kabupaten Klaten, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.2 Rerata Lama Sekolah di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 (dalam tahun) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009. Gambar 2.3 Tingkat Melek Huruf Orang Dewasa di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 (dalam persen) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009 2.5. Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, sebagaimana pada kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR): tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk BUKU PUTIH SANITASI II - 13

menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif (BPS Kab. Klaten (2010). IPM Kabupaten Klaten Tahun 2009). Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Klaten selama ini. Di antaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku hidup sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air bersih. Salah satu indikator kesehatan dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH), dimana Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Variabel AHH diharapkan dapat mencerminkan Lama Hidup sekaligus Hidup Sehat suatu masyarakat dan estimasi umur yang bisa dicapai oleh bayi yang baru dilahirkan. Usia hidup panjang tanpa ditunjang oleh kesehatan tentunya hanya akan menjadi beban, sehingga membicarakan masalah usia harapan hidup, tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. AHH di Kabupaten Klaten tahun 2009 adalah 71,40 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2008 yang sebesar 71,14 tahun. Angka harapan hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate / IMR) dimana pada tahun 2009 ini IMR lebih rendah dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,3 / 1000 kelahiran hidup menjadi 6,5 / 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan angka kematian bayi di Kabupaten Klaten. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu melahirkan merupakan cerminan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Gambaran perkembangan UHH di Kabupaten Klaten selama tahun 2007-2009 selengkapanya dapat dilihat pada bagian berikut. BUKU PUTIH SANITASI II - 14

Gambar 2.4 Usia/Angka Harapan Hidup (UHH / AHH) di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 (dalam satuan tahun) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009. Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan Angka/Usia Harapan Hidup (AHH / UHH) penduduk dari suatu wilayah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan, terpenuhinya kebutuhan gizi dan kalori, kemampuan mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Dalam hal ketersediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Klaten, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.10 Sarana Kesehatan di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 Sarana Kesehatan 2007 2008 2009 (1) (2) (3) (4) - Rumah Sakit 7 7 7 - Rumah sakit jiwa 1 1 1 - Puskesmas 34 34 34 - Puskesmas Pembantu 82 86 86 - Rumah Bersalin Swasta 18 19 19 - Balai Pengobatan Swasta 6 28 28 Sumber: Klaten Dalam Angka Tahun 2009 Selain jumlah fasilitas kesehatan, kualitas kesehatan juga diukur dari jumlah kematian bayi lahir dan ibu melahirkan. Selama 3 (tiga) tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah ibu melahirkan. Pada tahun 2007 sebanyak 17.584 orang, kemudian menjadi 18.932 di Tahun 2008, dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi 19.459. Peningkatan ini tentu menyebabkan jumlah bayi lahir juga meningkat. Jumlah kelahiran bayi pada Tahun 2007 sebanyak 17.584 jiwa, kemudian naik di tahun 2008 menjadi 18.794 jiwa dan pada Tahun 2009 meningkat BUKU PUTIH SANITASI II - 15

menjadi 19.334 bayi lahir. Peningkatan jumlah kelahiran bayi ini ternyata diimbangi dengan penurunan angka kematian bayi dari 253 di tahun 2007, kemudian menurun menjadi 138 bayi meninggal di tahun 2008, dan menurun lagi pada Tahun 2009 menjadi sebanyak 125 kematian bayi. Demikian halnya, juga terjadi penurunan kematian ibu melahirkan selama 3 tahun terakhir. Pada Tahun 2007 jumlah kematian ibu melahirkan sebanyak 23 orang, menurun di tahun 2008 menjadi 7 orang dan pada Tahun 2009 menjadi 4 orang. Gambaran beberapa indikatir kesehatan di Kabupaten Klaten, selengkapnya daoat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11 Jumlah Kelahiran, Kematian Bayi, Ibu Melahirkan dan Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Klaten Tahun 2007 2009 Uraian Indikator Kesehatan 2007 2008 2009 Jumlah Kelahiran Jumlah Kematian Bayi Jumlah Ibu Melahirkan Jumlah Kematian Ibu maternal Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten (1) (2) (3) (4) 17.515 253 17.515 23 18.794 138 18.932 7 19.334 125 19.459 4 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Angka Kematian Ibu Bersalin (MMR) turun pada tahun 2009 dibanding tahun 2008 mengalami penurunan, dari sejumlah 7 kematian menjadi 4 kematian. Meskipun demikian, masih adanya kematian ibu bersalin tetap perlu menjadi perhatian, mengingat usaha pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi maupun kematian ibu melahirkan dihadapkan pada kemampuan mengatasi permasalahan status ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta status gizi dan pelayanan kesehatan. Status gizi berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran: Balita Kekurangan Energi Protein (KEP), Balita Kekurangan Vitamin A (KVA), Ibu hamil KEK, Ibu hamil kekurangan Zat Besi, Penderita GAKY anak Sekolah, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Wanita Usia Subur Anemia. BUKU PUTIH SANITASI II - 16

2.6. Sosial Masyarakat a. Kesejahteraan Masyarakat Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap beberapa indikator sosial, yang mencakup: (i) Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (ii) Tingkat Kemiskinan; dan (iii) Rasio Penduduk yang Bekerja. Gambaran rincian terhadap fokus kesejahteraan sosial di Kabupaten Klaten, secara umum adalah sebagai berikut: 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Berbagai program pembangunan khususnya dalam pembangunan manusia yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Klaten selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup baik, salah satunya diukur dari indikator Indek Pembangunan Manusia (IPM). Pemanfaatan IPM sebagai alat pemantauan juga merupakan alat paling penting dalam manajemen pembangunan, karena IPM dapat memperlihatkan dampak pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya. IPM sebagai suatu ukuran yang mengkaitkan pertumbuhan ekonomi dengan kualitas fisik untuk mengambarkan tingkat kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat merupakan alat ukur yang sensitif karena juga dapat mengukur dampak krisis ekonomi pada kehidupan penduduk. IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun dari 3 (tiga) komponen esensial untuk kehidupan manusia, yaitu: (i) Usia hidup panjang dan sehat (diukur dengan Angka Harapan Hidup ketika lahir), (ii) Pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan Angka Melek Huruf (literacy rate) dan Rata-rata lama sekolah yang ditempuh oleh penduduk usia 15 tahun ke atas (Mean years of schooling), dan (iii) Standar hidup layak yang diukur dengan komsumsi perkapita riil yang sesuaikan (PPP Purchasing Power Parity dalam rupiah). Hasil penghitungan IPM Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 Uraian Komponen Pembentuk IPM Tahun 2007 2008 2009 (1) (2) (3) (4) Usia Harapan Hidup (Tahun) 70,93 71,15 71,40 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 7,70 7,75 7,38 Angka Melek Huruf (Persen) 89,28 89,28 89,90 Pengeluaran Perkapita yang telah disesuaikan (Rupiah) 638.070 641.860 645.700 Indeks Harapan Hidup (IHH) 76.55 76,92 77,33 Indeks Pendidikan (IP) 76,63 76,74 76,33 BUKU PUTIH SANITASI II - 17

Indeks Kemampuan Daya Beli (PPP) 64,26 65,13 66,20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,48 72,93 73,29 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Klaten Tahun 2009. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bahwa IPM di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 secara total mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 72,48 pada tahun 2007; menjadi sebesar 72,93 pada tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 73,29 pada tahun 2009. Dilihat dari 3 (tiga) komponen pendukungnya maka terjadi peningkatan pada beberapa indeks, yaitu Indeks Harapan Hidup (IHH) dari sebesar 76,55 pada tahun 2007, menjadi sebesar 76,92 di tahun 2008 dan tahun 2009 naik lagi menjadi sebesar 77,33. Indeks Pendidikan (IP) justru mengalami penurunan dari 76,74 pada tahun 2008 menjadi sebesar 76,33 pada tahun 2009, sedangkan Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami peningkatan dari 64,26 pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,13 pada tahun 2008, selanjutnya untuk tahun 2009 meningkat lagi menjadi sebesar 66,20. 2. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu fokus utama dalam Tujuan Pembangunan Global atau Millenium Development Goals (MDGs). Jika dilihat berdasarkan pentahapan Keluarga Sejahtera (KS), menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2009 terjadi penurunan keluarga Pra Sejahtera dan peningkatan dalam Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III dan KS Plus). Jumlah keluarga Pra Sejahtera yang pada tahun 2007 sebanyak 89.881 KK turun menjadi 78.179 KK di Tahun 2009. Peningkatan terjadi di kelompok jumlah Keluarga Sejahtera I (KS I) yang pada tahun 2007 sebanyak 69.923 KK, pada tahun 2009 bertambah menjadi sebesar 72.997 KK. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. BUKU PUTIH SANITASI II - 18

120,000.00 100,000.00 80,000.00 60,000.00 40,000.00 20,000.00 0.00 2007 2008 2009 Pra Sejahtera 89,881.00 83,723.00 78,179.00 KS I 69,923.00 71,948.00 72,997.00 KS II 113,411.00 113,821.00 113,293.00 KS III+III Plus 57,426.00 69,815.00 78,940.00 Pra Sejahtera KS I KS II KS III+III Plus Gambar 2.5 Perkembangan Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Klaten Tahun 2007 2009 (dalam satuan Kepala Keluarga / KK) Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Jumlah Penduduk Miskin, yang biasa diartikan sebagai penjumlahan penduduk dalam kategori Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) juga bisa dilihat menurut kecamatan di Kabupaten Klaten. Dari Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin, untuk kategori peringkat 5 besar, masing-masing ada di Kecamatan Bayat, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Cawas. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Miskin (Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) Berdasar Kecamatan (dalam satuan KK) No Kecamatan Pra sejahtera KS I KS II KS III KS II+ Jumlah PS+KSI Ranking 1 Prambanan 3,222 3,733 3,040 2,188 605 12,788 6,955 6 2 Gantiwarno 3,571 2,902 2,138 2,563 203 11,377 6,473 9 3 Wedi 3,212 2,668 3,039 4,634 906 14,459 5,880 13 4 Bayat 13,574 2,152 623 245 133 16,727 15,726 1 5 Cawas 4,495 3,161 7,731 1,975 53 17,415 7,656 5 6 Trucuk 6,034 6,500 5,309 2,027 311 20,181 12,534 2 7 Kalikotes 2,098 1,918 2,990 1,991 142 9,139 4,016 20 8 Kebonarum 815 1,463 1,990 1,137 229 5,634 2,278 26 9 Jogonalan 2,460 4,434 3,480 4,883 126 15,383 6,894 7 10 Manisrenggo 3,383 2,734 3,567 945 52 10,681 6,117 12 11 Karangnongko 2,589 2,181 1,681 3,042 143 9,636 4,770 18 12 Ngawen 1,883 2,190 4,098 2,119 788 11,078 4,073 19 13 Ceper 2,374 4,007 6,777 3,162 433 16,753 6,381 11 BUKU PUTIH SANITASI II - 19

14 Pedan 2,166 3,031 4,847 2,720 262 13,026 5,197 15 15 Karangdowo 4,014 1,213 4,584 3,245 145 13,201 5,227 14 16 Juwiring 2,879 3,509 6,882 2,349 410 16,029 6,388 10 17 Wonosari 2,886 3,998 7,125 2,008 224 16,241 6,884 8 18 Delanggu 1,331 2,192 3,649 3,478 378 11,028 3,523 21 19 Polanharjo 484 2,624 7,128 734 74 11,044 3,108 23 20 Karanganom 2,771 2,132 4,114 3,442 243 12,702 4,903 16 21 Tulung 2,452 2,392 6,307 1,640 104 12,895 4,844 17 22 Jatinom 6,786 2,121 3,377 1,830 874 14,988 8,907 3 23 Kemalang 4,825 2,915 1,349 537 2 9,628 7,740 4 24 Klaten Selatan 1,244 1,563 7,774 1,555 303 12,439 2,807 25 25 Klaten Tengah 1,104 1,814 5,728 3,248 1,407 13,301 2,918 24 26 Klaten Utara 1,071 2,401 3,494 2,616 951 10,533 3,472 22 Jumlah 2008 83,723 71,948 112,821 60,313 9,501 338,306 155,671 Jumlah 2006 89,881 69,923 113,411 49,278 8,145 330,638 159,804 Sumber: Klaten Dalam Angka 2010 3. Rasio Penduduk yang Bekerja Kualitas dan efektifitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai korelasi positif yang cukup erat dengan suksesnya program-program pembangunan. Dalam hal ini gambaran profil SDM merupakan suatu informasi masukan untuk mengevaluasi pembangunan ekonomi pada tahap sebelumnya, dan merencanakan tahapan pembangunan berikutnya. Masalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu mendapat perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan, karena di dalam kelompok angkatan kerja ini terdapat kelompok penduduk yang bertindak sebagai pelaku ekonomi. Karakteristik angkatan kerja ini sangat besar pengaruhnya bagi kesejahteraan penduduk, terutama jika dilihat secara ekonomi makro. Semakin besar jumlah tenaga kerja dalam satu negara, maka semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka pengangguran akan terjadi. Di samping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif, sehingga nilai ratio ketergantungan akan cenderung menurun. Namun semua ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi. Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Secara teori, penduduk dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu: (i) penduduk usia kerja, dan (ii) penduduk bukan usia kerja, BUKU PUTIH SANITASI II - 20

Gambaran beberapa indikator kependudukan dan ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten selama tahun 2007-2009, selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel berikut. Tabel 2.14 Beberapa Indikator Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009 INDIKATOR KETENAGAKERJAAN 2007 2008 2009 (1) (2) (3) 4) Jumlah Penduduk Usia Kerja (jiwa/orang) 954.888 954.433 957.307 Kegiatan utama penduduk usia kerja (%) - Bekerja - Mencari pekerjaan - Sekolah - Mengurus rumah tangga - Lainnya 58,89 2,25 11,45 15,67 11,74 66,7 2,2 6,8 15,3 9,0 59,53 2,40 16,26 14,96 6,85 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja / TPAK (%) 61,14 68,9 61,93 Tingkat Pengangguran Terbuka / TPT (%) 3,68 3,19 3,88 Lapangan Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri - Listrik, Gas dan Air Minum - Konstruksi - Perdagangan - Angkutan - Lembaga Keuangan - Jasa dan Lainnya Status Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%) - Berusaha sendiri - Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Berusaha Dibantu Buruh Tetap - Buruh/karyawan dan Pekerja Bebas - Pekerja Keluarga 23,34 1,06 24,20 0,15 8,13 23,94 1,81 0,72 16,65 20,04 20,06 3,18 45,63 11,09 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009 23,3 1,8 22,3 0,7 6,5 22,4 2,6 1,1 19,2 22,4 16,3 2,7 48,6 10,0 23,65 1,38 22,36 0,09 8,09 24,31 2,25 2,06 15,80 23,93 13,92 1,99 48,33 11,83 b. Agama Kehidupan keagamaan yang harmonis, sangat didambakan oleh seluruh umat beragama di Kabupaten Klaten. 93,19% penduduk Kabupaten Klaten memeluk agama Islam, 3,17% memeluk agama Katholik, 2,83% beragama Kristen Protestan, 0,75 beragama Hindu dan sebanyak 0,05% beragama Budha. BUKU PUTIH SANITASI II - 21

Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Klaten, yang bertambah hanya masjid, naik sebesar 2,53% bila dibandingkan terhadap tahun 2009, sedangkan jumlah sarana ibadah yang lain tidak mengalami perubahan. Kecamatan / Sub District Tabel 2.15 Penduduk Menurut Kecamatan dan Pemeluk Agama Di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Islam / Moslem Katholik /Katholik Protestan / Christian Hindu Budha Jumlah/Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01 Prambanan 46.750 1.172 1.215 88 168 49.393 02 Gantiwarno 37.280 2.023 1.300 508-41.111 03 Wedi 51.627 2.051 1.630 717-56.025 04 Bayat 62.376 1.440 331 67-64.214 05 Cawas 64.008 1.222 868 98-66.196 06 Trucuk 81.432 432 888 24 2 82.778 07 Kalikotes 37.003 601 378 14 7 38.003 08 Kebonarum 15.748 2.838 1.843 1.067-21.496 09 Jogonalan 49.664 4.986 2.022 1.705 25 58.402 10 Manisrenggo 40.995 287 782 146-42.210 11 Karangnongko 32.653 2.033 1.657 1.569-37.912 12 Ngawen 41.900 1.532 723 670-44.825 13 Ceper 60.166 2.800 923 43 53 63.985 14 Pedan 46.927 516 1.265 266 15 48.989 15 Karangdowo 48.142 210 1.887 838-51.077 16 Juwiring 59.540 849 702 256 1 61.348 17 Wonosari 59.950 1.194 1.675 26 14 62.859 18 Delanggu 42.315 643 1.836 66 29 44.889 19 Polanharjo 45.376 371 512 46-46.305 20 Karanganom 48.423 321 501 - - 49.245 21 Tulung 54.263 184 261 - - 54.708 22 Jatinom 55.846 813 314 619-57.592 23 Kemalang 33.707 705 532 162-35.106 24 Klaten Selatan 34.252 3.505 3.951 432 64 42.204 25 Klaten Tengah 32.618 5.417 5.680 117 213 44.045 26 Klaten Utara 35.621 3.368 3.368 263 25 42.645 Jumlah / Total 2010 1.218.582 41.513 37.044 9.807 616 1.307.562 2009 1.215.352 41.726 37.044 9.340 448 1.303.910 2008 1.211.422 42.142 36.756 9.608 567 1.300.494 2007 1.210.877 37.814 36.104 11.507 684 1.296.987 2006 1.204.526 41.970 34.989 11.221 536 1.293.242 Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten / Diolah Kembali Tabel 2.16 Sarana Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Masjid /Moscue Surau /Mushola Gereja Khatolik / Kapel / Church Gereja Kristen Ptotestan / Church Pure dan Vihara / Vihara (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Prambanan 94 92 6 8 2 02 Gantiwarno 76 45 3 3 3 03 Wedi 131 49 2 2 3 04 Bayat 132 103 2 1 2 BUKU PUTIH SANITASI II - 22

05 Cawas 128 130 4 5 1 06 Trucuk 148 117 6 - - 07 Kalikotes 74 26 1 - - 08 Kebonarum 36 39 1 1-09 Jogonalan 100 84 5 8 4 10 Manisrenggo 86 112 2 - - 11 Karangnongko 69 90 4 4 1 12 Ngawen 117 47 2 2 4 13 Ceper 102 120 3 1 1 14 Pedan 79 68 9 1 2 15 Karangdowo 72 87 4-6 16 Juwiring 118 104 1 3 2 17 Wonosari 101 86 5 3-18 Delanggu 78 69 5 1 1 19 Polanharjo 165 101 1 2 1 20 Karanganom 103 96 3 1-21 Tulung 165 36 4 - - 22 Jatinom 117 67 4 4 2 23 Kemalang 58 54 1 1 1 24 Klaten Selatan 90 23 6 8 3 25 Klaten Tengah 62 35 11 7 2 26 Klaten Utara 97 35 3 2 3 Jumlah / Total 2010 2.598 1.915 98 68 44 2009 2.534 2.101 98 70 44 2008 2.507 1.892 68 92 41 2007 2.486 1.770 68 92 49 2006 2.386 1.847 60 100 49 Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten 2.7. Perekonomian 2.7.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Klaten selama tahun 2010 dapat dilihat pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 yaitu sebesar 1,73%. Dibandingkan tahun 2009, pertumbuhan tahun 2010 lebih rendah, hal ini disebabkan karena adanya serangan hama wereng coklat yang menyerang tanaman padi hingga 4.409 Ha. Cuaca ekstrim yang terjadi pada tahun 2010 juga merupakan salah satu penyebab turunnya PDRB di sektor Pertanian. Demikian juga, dengan telah diselesaikannya pembangunan infrastruktur pada tahun 2010, menyebabkan penurunan di sektor Bangunan / Konstruksi. 3 ( tiga ) sektor yang pertumbuhannya paling tinggi yairu sektor Jasa jasa sebesar 8,23%, Listrik dan Air Minum sebesar 7,89% dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,30%. Sedangkan 3 ( tiga ) sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling kecil yaitu sektor Bangunan / Konstruksi sebesar -10,18%, Sektor Pertanian sebesar 9,15% dan Angkutan dan Komunikasi sebesar 5,36%. BUKU PUTIH SANITASI II - 23

Tabel 2.17 Pertumbuhan Ekonomi Agregat Tahun 2000 2010 BERLAKU KONSTAN Tahun TAHUN DASAR 2000 Nilai % Pertumbuhan Nilai % Pertum- (juta Rp) (juta Rp) buhan (1) (2) (3) (4) (5) 2000 3.332.343,53-3.332.343,53-2001 3.837.399,33 15,16 3.477.045,38 4,34 2002 4.404.119,84 14,77 3.612.899,26 3,91 2003 4.915.533,76 11,61 3.791.474,35 4,94 2004 5.475.849,75 11,40 3.975.792,87 4,86 2005 6.520.828,29 19,08 4.158.205,16 4,59 2006 7.504.499,43 15,09 4.253.788,00 2,30 2007 8.349.253,36 11.,26 4.394.688,02 3,31 2008 9.491.601,49 13,68 4.567.200,96 3,93 2009 10.358.526,02 9,13 4.761.018,67 4,24 2010 11.272.386,97 8,82 4.843.247,28 1,73 Sumber : Klaten Dalam Angka 2010 Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Solo Raya tahun 2010 dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 2.18 Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Solo Raya Tahun 2010 ( Jutaan Rupiah ) R i n c i a n Berlaku Konstan 2000 (1) (2) (3) Propinsi 444.396.468,19 186.995.480,65 K l a t e n 11.272.386,97 4.843.247,28 Sukoharjo 9.911.509,17 4.978.263,31 Surakarta 9.941.136,57 5.103.886,25 Karanganyar 9.223.851,60 5.452.435,49 Boyolali 8.101.684,50 4.248.048,20 Wonogiri 6.302.822,89 2.998.123,41 Sragen 6.746.779,80 3.068.863,66 Sumber : Klaten dalam Angka 2010 BUKU PUTIH SANITASI II - 24

Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Agregat Tahun 2006 2010 ( Atas Dasar Harga Konstan 2000 ) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4.24 3.93 3.31 2.3 1.73 2006 2007 2008 2009 2010 Tabel 2.19. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Klaten Tahun 2009 2010 ( % ) LAPANGAN USAHA 2009 2010 (1) (2) (3) 1. Pertanian 4,81 9,15 2. Penggalian 7,19 6,85 3. Industri Pengolahan 3,30 6,35 4. Listrik dan Air Minum 7,61 7,89 5. Bangunan / Konstruksi -2,72-10,18 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,82 8,85 7. Angkutan dan Komu-nikasi 8,63 5,36 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,77 7,30 9. Jasa jasa 8,10 8,23 P D R B 4,24 1,73 BUKU PUTIH SANITASI II - 25

2.7.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Klaten. Perekonomian Kabupaten Klaten tahun 2010, menurut Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku didominasi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 26,51%, sektor Industri Pengolahan sebesar 20,59% dan sektor Pertanian sebesar 18,30%. Sedangkan sektor sektor yang kontribusinya kecil adalah sektor Listrik dan Air Minum sebesar 1,15%, sektor Penggalian sebesar 1,81% dan sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 3,23%. Tabel 2.20. Struktur Ekonomi Kabupaten Klaten Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 2010 ( % ) LAPANGAN USAHA 2009 2010 (1) (2) (3) 1. Pertanian 19,64 18,30 2. Penggalian 1,75 1,81 3. Industri Pengolahan 20,05 20,59 4. Listrik dan Air Minum 1,12 1,15 5. Bangunan / Konstruksi 8,63 7,46 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,68 26,51 7. Angkutan dan Komu-nikasi 3,21 3,23 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,90 4,05 9. Jasa jasa 16,02 16,91 Sumber : Klaten Dalam Angka 2010 Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto. Inflasi merupakan salah satu alat untuk melihat perubahan harga. Inflasi Produk Domestik Regional Bruto tahun 2010 diperoleh dengan membagi antara Indeks Implisit tahun 2010 dan tahun 2009. Indeks Implisit merupakan hasil bagi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dengan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000. Indeks Implisit tahun 2010 sebesar 232,74%, sedang tahun 2009 sebesar 217,57%, jadi inflasi PDRB tahun 2010 = 6,97%. BUKU PUTIH SANITASI II - 26

Tabel 2.21. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klaten Tahun 2009 2010 ( % ) LAPANGAN USAHA 2009 2010 (1) (2) (3) 1. Pertanian 194,51 217,11 2. Penggalian 278,35 292,19 3. Industri Pengolahan 225,67 237,05 4. Listrik dan Air Minum 338,58 349,03 5. Bangunan / Konstruksi 227,00 238,01 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 201,20 213,54 7. Angkutan dan Komu-nikasi 241,88 251,16 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 226,83 238,63 9. Jasa jasa 250,01 265,30 Sumber : Klaten Dalam Angka 2010 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita merupakan hasil bagi PDRB dan penduduk pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita menurut harga berlaku tahun 2010 sebesar Rp. 8.635.310,07 naik sebesar 8,57% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Sedang jika dilihat atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 3.710.211,70 naik sebesar 1,50% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Tabel 2.22. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tahun 2000-2010 BERLAKU KONSTAN 2000 T A H U N % Pertum- % Pertum- Nilai (Rupiah) Nilai (Rupiah) buhan buhan (1) (2) (3) (4) (5) 2000 2.656.913,59-2.656.913,59-2001 3.040.848,95 14,45 2.755.295,68 3,70 2002 3.472.177,09 14,18 2.848.384,33 3,38 2003 3.856.046,44 11,06 2.974.265,23 4,42 2004 4.279.722,86 10,99 3.107.333,54 4,47 2005 5.078.862,92 18,67 3.238.691,91 4,23 2006 5.805.021,37 14,30 3.290.470,00 1,60 2007 6.444.304,16 11,01 3.392.004,66 3,09 BUKU PUTIH SANITASI II - 27

2008 7.380.450,42 14,53 3.516.704,93 3,68 2009 7.953.322,11 7,76 3.655.531,20 3,95 2010 8.635.310,07 8,57 3.710.211,70 1,50 Sumber : Klaten dalam Angka 2010 2.8. Visi Dan Misi Belajar dari sejarah, dan berangkat dari potensi yang dimiliki, maka visi pembangunan daerah Kabupaten Klaten yang dirumuskan dalam RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2010-2015 adalah: Terwujudnya Klaten Yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo. Visi tersebut mengandung makna: 1. Masyarakat Klaten yang TOTO TITI : terwujudnya tatanan kehidupan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kehidupan sosial yang harmonis, kehidupan perekonomian yang dinamis, kehidupan politik yang demokratis dan kondusif serta menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kepemerintahan yang menerapkan 10 prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good Governance dan Clean Goverment) meliputi: Partisipasi, Penegakan Hukum, Transparansi, Kesetaraan, Daya tanggap, Wawasan kedepan, Akuntabilitas, Pengawasan, Efisiensi dan Efektivitas, Profesionalisme. 2. Masyarakat Klaten yang TENTREM: Klaten yang TENTREM merupakan terwujudnya tatanan kehidupan yang aman dan damai sebagai prasyarat bagi berlangsungnya pembangunan yang merupakan proses dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan sejahtera. 3. Masyarakat yang KERTORAHARJO: Klaten yang KERTO RAHARJO merupakan terwujudnya tatanan kehidupan yang sejahtera, tercukupinya kebutuhan material dan spiritual dalam naungan Rahmat dan Ridho Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk mewujudkan visi tersebut dijabarkan dan diindikasikan sebagai berikut : 1. WAREG dalam arti terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi masyarakat secara menyeluruh. 2. WARAS dalam arti terpenuhinya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih bermutu dan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Klaten. BUKU PUTIH SANITASI II - 28

3. WASIS dalam arti terwujudnya pendidikan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat sehingga secara signifikan akan mendorong terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil dan berwatak. 4. WUTUH dalam arti terpenuhinya kebutuhan sandang dengan segala manifestasinya bagi masyarakat sehingga semakin mampu mewujudkan tingkat peradaban yang baik. 5. WISMA dalam arti terpenuhinya papan/perumahan yang lebih layak dan semakin bermutu serta dapat terjangkau bagi lapisan masyarakat, baik di wilayah perkotaan dan pedesaan serta didukung oleh terwujudnya lingkungan yang sehat, tertata dan BERSINAR. Dengan rumusan visi yang mempunyai jangka menengah dan rumusan misi yang diharapkan dapat mewujudkan visi diperlukan suatu arah dan strategi pembangunan daerah, untuk mengimplementasikannya dengan menyusun langkah-langkah yang berisikan tujuan, sasaran dan program indikatif. Program indikatif tersebut juga dapat dirumuskan dalam suatu agenda daerah, yang akan dijabarkan dalam program- kegiatan pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan. Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten selama kurun waktu 2010-2015 adalah sebagai berikut: 1. Misi 1: Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat (Wareg, Waras, Wasis, Wisma dan Wutuh). 2. Misi 2: Mengupayakan terpenuhinya sarana prasarana kebutuhan sosial dasar masyarakat. 3. Misi 3: Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan materiil dan spiritual dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 4. Misi 4: Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri dalam pembangunan. 5. Misi 5: Menumbuhkan kehidupan perekonomian yang dinamis dengan menumbuhkan kehidupan perekonomian rakyat yang berbasis sumber daya lokal, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi kemiskinan. 6. Misi 6: Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi pemerintahan. BUKU PUTIH SANITASI II - 29