BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, yaitu sektor

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), pasal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan fasilitas-fasilitas

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak adalah salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri dari: realisasi pendapatan negara mencapai 39,63%, penerimaan non pajak sebesar 26,75% sedangkan penerimaan dari sektor pajak adalah sebesar 46,17%. Dari sumber nota perhitungan anggaran negara APBN 2006 Departemen Keuangan Republik Indonesia, penerimaan negara dari sektor pajak untuk beberapa jenis pajak, pajak penghasilan menempati peringkat tertinggi yaitu sebesar Rp 210.713.560.000,- (56,25%) dibandingkan dengan PPN sebesar Rp 128.307.600.000,- (34,26%), PBB sebesar Rp 15.727.900.000,- (4,19%), pajak lainnya sebesar Rp 2.772.800.000,- (2,67%), dan pajak ekspor Rp 16.991.500.000,- (4,53%). Menurut undang-undang no.16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan yang lebih lanjut diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.545/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan di bidang perpajakan, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan yang melaksanakan pemeriksaan disebut pemeriksa pajak, yang adalah 1

2 pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak. Tujuan pemeriksaan pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.545/KMK.04/2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan pemenuhan perpajakan ini terlihat pada besarnya pajak yang dibayar setiap bulan atau setiap tahun oleh wajib pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut Self Assessment System, dimana wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Menurut sistem ini, wajib pajak yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur tangan dalam penentuan besarnya pajak yang terhutang, kecuali wajib pajak tersebut melanggar ketentuan yang berlaku, maka akan dikenakan sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Setelah melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak yang berwenang, maka memungkinkan terjadinya penyelewengan / penggelapan pajak oleh wajib pajak sehingga dituntut kesadaran sendiri dari wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Salah satu jenis pajak yang diperiksa oleh pemeriksa pajak adalah pajak penghasilan (PPh), karena hampir setiap wajib pajak badan dalam negeri memiliki

3 kewajiban terhadap pajak penghasilan. Selain itu, pajak penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi terbesar kepada penerimaan negara. Telah ada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ronny Salomo Maresa (Mei, 2004) berjudul Pengaruh Persepsi Pemeriksa Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan PPh Pasal 23. Objek penelitiannya yaitu pemeriksa pajak yang berada di seksi pemotongan dan pemungutan PPh yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan pemeriksaan pajak khususnya untuk jenis PPh pasal 21. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan Rank Spearman yaitu sebesar 0,754. Mengacu kepada tabel interpretasi koefisien korelasi, nilai tersebut termasuk dalam kategori kuat yang berarti menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 23. Sedangkan koefisien determinasi sebesar 56,8516%, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 23 dipengaruhi oleh faktor pemeriksaan pajak, dan sisanya sebesar 43,1484% merupakan koefisien residu, yang menunjukkan besarnya pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 23. Dengan memperhatikan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Perbandingan Pajak Penghasilan Terhutang Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak.

4 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, masalah yang dapat penulis identifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. 2. Apakah terdapat perbedaan Pajak Penghasilan Terhutang sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak. 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah-masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. 2. Untuk membuktikan secara signifikan apakah terdapat perbedaan Pajak Penghasilan Terhutang sebelum dan sesudah dilakukannya pemeriksaan. 1.4 Kegunaan Penelitiaan Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman mengenai pemeriksaan pajak serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh.

5 2. Bagi pemeriksa pajak, sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan melalui peningkatan profesionalisme kerja. 3. Bagi wajib pajak, diharapkan dapat lebih memahami dan mematuhi pelaksanaan kewajiban perpajakan PPh. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Menurut Rochmat Soemitro yang di kutip oleh Ricard Burton dan Wirawan B Ilyas (2005:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu: 1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang. 2. Sifatnya dapat dipaksakan. 3. Tidak ada kontra prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh si pembayar pajak. 4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta) dan, 5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan umum.

6 Unsur dapat dipaksakan artinya bahwa bila utang pajak tidak dibayar, maka uang pajak dapat ditagih dengan menggunakan unsur pemeriksaan seperti dengan mengeluarkan surat paksa serta dengan melakukan penyitaan, sedangkan terhadap pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditujukan jasa timbal balik tertentu. Akan tetapi sebelum sampai pada tahap itu, aparat pajak biasanya melakukan kegiatan pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Kewajiban wajib pajak khususnya kewajiban yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan, yang dibuat dalam undang-undang perpajakan adalah: 1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai pemotong pajak penghasilan, menurut pasal 2 undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan oleh wajib pajak terhadap pihak lain dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan. 3. Kewajiban mengisi dan menyampaikan SPT masa / tahunan PPh pasal 21. Dalam pasal 3 ayat (1) Undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata

7 uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke KPP tempat wajib pajak terdaftar. 4. Kewajiban membayar atau menyetor pajak, menurut pasal 10 ayat (1) undangundang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara melalui kantor pos atau Bank, BUMN, atau BUMD, atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan Menteri Keuangan. 5. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, pasal 28 ayat (1) undangundang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 6. Kewajiban menaati pemeriksaan, pasal 29 ayat (3) undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan yang lebih lanjut diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.545/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan di bidang perpajakan, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak dapat dilakukan oleh 4 (empat) unit di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, yaitu: 1. Kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak (KPDJP). 2. Kantor wilayah (Kan Wil). 3. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa).

8 4. Kantor pelayanan pajak (KPP) yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK). Pemeriksaan pajak dengan ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK) dalam rangka menguji kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh, dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang berada pada seksi pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan. Pemeriksaan sederhana dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lambat 6 (enam) minggu. Dengan adanya pemeriksaan pajak, fiskus dapat menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan pemeriksaan dapat memberikan dampak pada kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak, dengan tetap mengacu kepada profesionalisme kerja pemeriksa pajak, sesuai dengan tata cara pemeriksaan di bidang perpajakan. Pemeriksaan pajak ini juga merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk menghitung penghasilan pajak terhutang. Sesuai dengan tujuan dari pemeriksaan pajak selain menguji tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut, pemeriksaan ini juga dapat melihat berapa besar penghasilan pajak terhutang. Dengan adanya pemeriksaan pajak ini maka jumlah pajak penghasilan terhutang akan mengalami peningkatan. Berdasarkan kerangka pemikiran, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut : Terdapat Perbedaan Pajak Penghasilan Terhutang sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan pajak

9 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak.penelitian ini secara bertahap dimulai dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2007.