BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (Studi literatur dari hasil-hasil penelitian kuantitatif)

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah seluruh mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Transkripsi:

40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak, berdiri pada tahun 2007 dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan kecamatan Kebonagung kabupaten Demak. Pada tahun 2010 MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak terakreditasi. Jumlah kelas di MA Yasua Kebonagung terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa pada tahun 2014/2015 sebanyak 205 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 89 dan siswa perempuan sebanyak 116 yang diampu oleh 4 guru negeri, 11 guru swasta, dan 9 guru TU atau lainnya. MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak terdapat kurikulum pndidikan seks tetapi tidak berdiri sendiri, diberikan melalui mata pelajaran Biologi, ada beberapa materi yang diberikan yaitu reproduksi sehat, proses kehamilan, dan organ-organ reproduksi yang diberikan di kelas XI semester 1. Rata-rata umur siswa di MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak antara umur 15-18 tahun. B. Hasil dan Pembahasan Univariat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Agustus 2014 di MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak. Penelitian dilakukan terhadap 67 siswa laki-laki dan perempuan dengan cara membagikan kuesioner dengan 20 pernyataan tentang pengetahuan dampak seks bebas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disajikan data sebagai berikut : 40

41 1. Umur Dari hasil penelitian diperoleh data umur siswa berkisar 14-18 tahun dengan rata-rata 16,15 tahun dan simpangan baku 1,077 tahun. Setelah dikategorikan menurut Poltekes Depkes Jakarta (2010) adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Variabel Frekuensi Persentase 10-13 tahun 0 0,0 14-16 tahun 41 61,2 17-19 tahun 26 38,8 Jumlah 67 100,0 Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah remaja pertengahan (14-16) sebanyak 41 siswa (61,2%). Berdasarkan teori dari Poltekes Depkes Jakarta (2010) masa remaja terbagi atas masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun), masa remaja akhir (17-19 tahun). 2. Pengetahuan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skor pengetahuan tentang dampak seks bebas berkisar antara 7 sampai dengan 18 rata-rata 13,55 dan simpangan baku 0.606. Setelah dikategorikan menurut Arikunto (2006) menjadi :

42 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Dampak Seks Bebas No Pengetahuan Frekuensi Persentase 1 Baik 9 13,4 2 Cukup 42 62,7 3 Kurang 16 23,9 Jumlah 67 100,0 Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan tingkat pengetahuan siswa MA Yasua Kebonagung tentang dampak seks bebas kategori cukup yaitu sebanyak 42 siswa (62,7%), kategori kurang sebanyak 16 siswa (23,9%) dan 9 siswa (13,4%) dalam kategori baik.dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di MA Yasua Kebonagung yaitu pada kategori cukup. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil penelitian Citra dengan judul Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di MA 1 Surakarta Tahun 2012, terdapat 75% siswa mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini lebih rendah yaitu 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup. Penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Persepsi tentang Seks Bebas Pranikah pada Mahasiswa DIII Kebidanan dan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang (Noviasari, 2012) hanya 20% responden yang mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup.

43 Adapun data mengenai pernyataan pengetahuan tentang dampak seks bebas di MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Tiap Pernyataan Pengetahuan tentang Dampak Seks Bebas No Pernyataan Salah Benar Pengertian Seks Bebas n % n % 1. Seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan dengan banyak pasangan/ berganti-ganti pasangan 6 9.0 61 91.0 Faktor yang Mempengaruhi Seks Bebas 2. *Seks bebas bukan merupakan bentuk penyaluran hasrat seksual karena perubahan hormon pada remaja 20 29.9 47 70.1 3. Meningkatnya informasi dan rangsangan dari media massa yang semakin bebas mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks bebas 2 3.0 65 97.0 4. *Pendidikan orang tua tentang seks tidak 21 31.3 46 68.7 No. Pernyataan Salah Benar mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks bebas Dampak Seks Bebas Bagi Diri Sendiri n % n % 5. *Seks bebas yang berakibat kehamilan pada remaja, tidak berpengaruh terhadap kejadian pengguguran kandungan/aborsi. 23 34.3 44 65.7 6. Depresi dan tidak percaya diri merupakan dampak seks bebas terhadap kejiwaan seseorang 5 7.5 62 92.5 7. *Seks bebas bukan pemicu terjadinya penyakit menular seksual (PMS) 14 20.9 53 79.1 8. Seks bebas menyebabkan kesempatan melanjutkan pendidikan hilang karena dikeluarkan dari sekolah 5 7.5 62 92.5 9. *Seks bebas tidak dapat menyebabkan HIV/AIDS 5 7.5 62 92.5 Dampak Seks Bebas Bagi Keluarga 10. Bayi yang dilahirkan dari hasil hubungan seks bebas tidak akan terganggu kesehatanya 50 74.6 17 25.4 11. *Bayi yang dilahirkan dari hasil hubungan seks bebas cenderung di sia-siakan ibunya. 61 91.0 6 9.0 12. Seseorang yang hamil/melahirkan bayi karena seks bebas akan menambah beban 7 10.4 60 89.6

44 No. Pernyataan Salah Benar ekonomi keluarga. n % n % 13. *Anak yang dilahirkan akibat hamil di luar nikah tidak akan mengalami ancaman kejiwaan atau tekanan di masyarakat. 19 28.4 48 71.6 Dampak Seks Bebas Bagi Masyarakat 14. *Seks bebas bukan merupakan pemicu remaja putus sekolah karena hamil diluar nikah 14 20.9 53 79.1 15. Akibat pengguguran kandungan yang tidak aman akan meningkatkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. 7 10.4 60 89.6 16. Upaya untuk mengurangi pelacuran/ pelecehan anak adalah menurunkan kemiskinan. 47 70.1 20 29.9 Cara Mengatasi Seks Bebas 17. *Ketersediaan informasi kesehatan reproduksi tidak dapat menanggulangi seks bebas 36 53.7 31 46.3 18. Seks bebas dapat diatasi dengan memperbanyak akses ke pelayanan kesehatan 16 23.9 51 76.1 19. *Meminimalkan informasi tentang kebebasan seks. Dalam hal ini media masa dan hiburan bukanlah cara mengatasi seks bebas 42 62.7 25 37.3 20. *Informasi kesehatan dari keluarga tidak mengatasi seks bebas 27 40.3 40 59.7 *: Pernyataan Unfavourable Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa ada beberapa pernyataan yang masih dijawab salah oleh responden baik itu pernyataan favourable maupun unfavourable. Pernyataan nomor 10 tentang dampak seks bebas bagi keluarga, sebagian besar responden menjawab salah yaitu 74,6%. Pernyataan nomor 11 tentang dampak seks bebas bagi keluarga, lebih banyak responden menjawab salah yaitu 91%. Pernyataan nomor 16 tentang dampak seks bebas bagi masyarakat, mayoritas responden menjawab salah yaitu 70,1%. Pernyataan nomor 17 tentang cara mengatasi seks bebas, separuh lebih responden menjawab salah yaitu 53,7%.

45 Pernyataan nomor 19 tentang cara mengatasi seks bebas, sebagian besar responden menjawab salah yaitu 62,7%. Dari 20 pernyataan yang terdapat dalam kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah dapat menjawab pernyataan dengan benar. Hanya ada beberapa pernyataan yang masih dijawab salah oleh responden, diantaranya nomor 10, 11, 16, 17, dan 19. Dari pernyataan-pernyataan tersebut, terdapat >50% responden menjawab pernyataan dengan salah, dan selain pernyataan tersebut sudah dijawab dalam kategori cukup dan baik. Mayoritas responden yang menjawab salah tersebut belum mengetahui dampak seks bebas bagi keluarga, dampak seks bebas bagi masyarakat, dan cara mengatasi seks bebas. Hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang dampak seks bebas termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 42 siswa (62,7%). Hal ini sesuai dengan teori pengetahuan menurut Notoadmodjo 2003 dalam Wawan & dewi 2011, Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil penelitian Citra dengan judul Tingkat

46 Pengetahuan Remaja Perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di MA 1 Surakarta Tahun 2012, terdapat 75% siswa mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini lebih rendah yaitu 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup. Penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Persepsi tentang Seks Bebas Pranikah pada Mahasiswa DIII Kebidanan dan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang (Noviasari, 2012) hanya 20% responden yang mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup. Pada kenyataannya dalam penelitian ini, responden belum mendapatkan informasi dan pendidikan tentang seks bebas terutama dampak seks bebas di sekolah. Padahal diteori dijelaskan bahwa informasi dan pendidikan merupakan faktor-faktor yang memperoleh pengetahuan. Dimana menurut Wawan dan Dewi (2011) Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Seks bebas akan menimbulkan pengaruh buruk baik bagi remaja maupun bagi keluarga dan masyarakat. Dampak seks bebas bagi keluarga diantaranya, menimbulkan aib keluarga, menambah beban ekonomi keluarga, dan pengaruh kejiwaan terhadap anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat dilingkungannyan (ejekan). Sedangkan dampak seks bebas bagi masyarakat antara lain, meningkatnya remaja putus

47 sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun, meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, menambah beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun. Cara mengatasi seks bebas pada remaja yaitu dengan mengikis kemiskinan, menyediakan informasi kesehatan reproduksi, memperbanyak akses pelayanan kesehatan, meningkatkan partisipasi remaja dengan mengembangkan pendidikan sebaya, meninjau ulang peraturan yang membuka peluang terjadinya reduksi atau pernikahan dini, meminimalkan informasi tentang kebebasan seks di media masa, dan menciptakan lingkungan keluarga yang informatif tentang penddidikan seks. Selain itu berdasarkan hasil wawancara siswa MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak terdapat kurikulum pendidikan seks tetapi tidak berdiri sendiri, diberikan melalui pelajaran biologi, beberapa materi yang diberikan yaitu reproduksi sehat, proses kehamilan, dan organ-organ reproduksi. Diberikan di kelas XI semester 1. Tidak membahas permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan seks bebas. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini memiliki beberapa hambatan yang bisa diperbaiki oleh peneliti selanjutnya, antara lain :

48 1. Pengambilan data dilaksanakan dalam 1 kelas dengan mengumpulkan semua responden, sehingga suasana gaduh dan responden tidak dapat mengerjakan kuesioner yang diberikan dengan tenang. 2. Dalam penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan tentang dampak seks bebas, namun tidak diteliti tentang sikap siswa terhadap dampak seks bebas.