K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR TAHUN 2010 T E N T A N G

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2014 PROPINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR 1 TAHUN 2014

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR.

KATA PENGANTAR. Sekian dan terima kasih. Padang, 14 Januari 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Wakil Ketua,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DPRD KABUPATEN KARO NOMOR : 22 TAHUN 2015 T E N T A N G TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Re

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI JAMBI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 155 TAHUN 2004 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5/KEP/DPRD/2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

Transkripsi:

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Barat Nomor 28/SB/2004 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat perlu diganti dengan melakukan penyesuaian kembali sebagaimana mestinya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a di atas, perlu menetapkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat. : 1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112) jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979, tentang Pemindahan Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat dari Bukittinggi ke Padang (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3146); 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4251); 4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277); 1

5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4310); 7. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4340); 10.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4417), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4569); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD; 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.23-613 Tahun 2004 tentang Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.23-667 Tahun 2004 tentang Peresmian Pengangkatan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 18); 2

16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 27). 17. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 25). Memperhatikan : Pendapat Akhir Fraksi-Fraksi dan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat pada Rapat Paripurna tanggal 2 Februari 2006. M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT. B A B KETENTUAN UMUM I Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Provinsi Sumatera Barat; 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Gubernur adalah Kepala Daerah Sumatera Barat; 5. Wakil Gubernur adalah Wakil Kepala Daerah Sumatera Barat; 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 7. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat; 8. Anggota DPRD adalah Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat; 9. Panitia Musyawarah adalah alat kelengkapan yang dibentuk DPRD Provinsi Sumatera Barat; 10. Panitia Anggaran adalah alat kelengkapan yang dibentuk DPRD Provinsi Sumatera Barat; 11.Komisi adalah alat kelengkapan yang dibentuk DPRD Provinsi Sumatera Barat; 12. Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan yang dibentuk DPRD Provinsi Sumatera Barat; 13. Alat Kelengkapan Lain adalah alat kelengkapan yang dibentuk DPRD Provinsi Sumatera Barat secara khusus sesuai dengan kebutuhan dan bersifat tidak tetap; 3

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; 15.Sekretariat DPRD adalah Sekretariat DPRD Provinsi Sumatera Barat; 16.Sekretaris DPRD adalah Sekretaris DPRD Provinsi Sumatera Barat; B A B SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN DPRD II Bagian Pertama Susunan Pasal 2 (1) DPRD terdiri atas anggota Partai Politik perserta Pemilihan Umum yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. (2) DPRD terdiri dari alat kelengkapan dan Fraksi-Fraksi. Bagian Kedua Keanggotaan Pasal 3 (1) Jumlah anggota DPRD sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) sebanyak 55 (lima puluh lima) orang. (2) Keanggotaan DPRD diresmikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden. Pasal 4 Anggota DPRD berdomisili di Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Pasal 5 (1) Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi dalam Rapat Paripurna Istimewa; (2) Anggota DPRD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna Istimewa. Pasal 6 Sumpah/janji sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 5 adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota (Ketua/Wakil Ketua) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya; bahwa saya akan memegang teguh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang-undangan; bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi serta berbakti kepada bangsa dan negara; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4

Pasal 7 Pada waktu pengucapan Sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dipakai kata-kata tertentu sesuai dengan agama masing-masing yaitu : a. bagi penganut agama Islam didahului dengan pengucapan kalimat Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah ; b. bagi penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan pengucapan kalimat Semoga Tuhan menolong saya ; c. bagi penganut agama Budha didahului dengan pengucapan kalimat Demi Hyang Adi Budha ; d. bagi penganut agama Hindu didahului dengan pengucapan kalimat Om Atah Paramawisesa. Pasal 8 Tata cara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 terdiri dari tata urutan acara, tata pakaian dan tata tempat. Pasal 9 Tata urutan acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD hasil Pemilihan Umum adalah : a. pembukaan rapat oleh Pimpinan DPRD; b. pembacaan keputusan peresmian pemberhentian dan pengangkatan anggota DPRD oleh Sekretaris DPRD; c. pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD, dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi Provinsi Sumatera Barat; d. penandatanganan berita acara sumpah/janji Anggota DPRD secara simbolis oleh satu orang dari masing-masing kelompok agama dan Ketua Pengadilan Tinggi; e. anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji menempati kursi Anggota DPRD yang telah disediakan; f. pengumuman Pimpinan Sementara DPRD oleh Sekretaris DPRD; g. serah terima Pimpinan DPRD dari Pimpinan Lama kepada Pimpinan Sementara secara simbolis dengan penyerahan palu pimpinan; h. sambutan Pimpinan Sementara DPRD; i. sambutan Menteri Dalam Negeri yang dibacakan oleh Kepala Daerah; j. pembacaan doa; k. penutupan rapat oleh Pimpinan Sementara DPRD; dan l. pemberian ucapan selamat. Pasal 10 Tata urutan acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD yang berhalangan dan Pengganti Antar Waktu (PAW) adalah : a. pembukaan rapat oleh Pimpinan DPRD; b. pembacaan keputusan peresmian pemberhentian dan pengangkatan anggota DPRD oleh Sekretaris DPRD; c. pengucapan sumpah/janji dipandu oleh Pimpinan DPRD; d. penandatanganan berita acara sumpah/janji; e. sambutan Gubernur; 5

f. pembacaan doa; g. penutupan rapat oleh Pimpinan DPRD; h. pemberian ucapan selamat. Pasal 11 Tata Pakaian yang dipakai pada Rapat Paripurna Istimewa dalam acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD adalah : a. Ketua Pengadilan Tinggi/Pimpinan DPRD sebagai pemandu memakai pakaian sesuai ketentuan dari instansi yang bersangkutan; b. Gubernur memakai pakaian sipil lengkap dengan peci nasional; c. Anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji memakai pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita memakai pakaian nasional; dan d. undangan, bagi anggota TNI/Polri memakai pakaian dinas upacara, undangan sipil memakai pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita memakai pakaian nasional. Pasal 12 Tata Tempat pada Rapat Paripurna Istimewa dalam acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD adalah: a. Pimpinan DPRD duduk disebelah kiri Gubernur, Wakil Gubernur dan Ketua Pengadilan Tinggi atau Pejabat yang ditunjuk disebelah kanan Gubernur; b. Anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji duduk di tempat yang telah disediakan; c. Setelah pengucapan sumpah/janji Pimpinan Sementara DPRD duduk di sebelah kiri Gubernur; d. Pimpinan DPRD yang lama dan Ketua Pengadilan Tinggi atau Pejabat yang ditunjuk duduk di tempat yang telah disediakan; e. Anggota DPRD yang lama duduk pada tempat yang telah disediakan; f. Sekretaris DPRD duduk di belakang Pimpinan DPRD; g. Para undangan dan anggota DPRD lainnya duduk pada tempat yang telah disediakan; dan h. Wartawan media cetak dan elektronik disediakan tempat tersendiri. Pasal 13 Masa Jabatan Anggota DPRD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat Anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji. B A B KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG III Bagian Pertama Kedudukan Pasal 14 (1) DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. (2) DPRD sebagai unsur lembaga pemerintahan daerah memiliki tanggung jawab yang sama dengan Pemerintah Daerah dalam membentuk Peraturan Daerah untuk kesejahteraan rakyat. 6

DPRD mempunyai fungsi : a. Legislasi; b. anggaran, dan c. pengawasan. Bagian Kedua Fungsi Pasal 15 Pasal 16 (1) Fungsi Legislasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 huruf a adalah legislasi daerah yang merupakan fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah bersama Gubernur. (2) Fungsi Anggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 huruf b adalah fungsi DPRD bersam-sama Pemerintah Daerah untuk menyusun dan menetapkan APBD yang di dalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD. (3) Fungsi Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 huruf c adalah fungsi DPRD untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, Peraturan Daerah, dan Peraturan Gubernur serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 17 (1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang : a. membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Gubernur untuk mendapat persetujuan bersama; b. membahas dan menyetujui rancangan Peraturan Daerah tentang APBD bersama dengan Gubernur; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, Peraturan Gubernur, APBD, kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di Daerah; d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur dan Wakil Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri; e. memilih Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Gubernur; f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah; h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; i. membentuk panitia pengawas pemilihan Gubernur; j. melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur; 7

k. memberikan persetujuan terhadap kerjasama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; (2) Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundangundangan. DPRD mempunyai Hak : a. interpelasi b. angket; dan c. menyatakan pendapat. B A B IV HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Pertama Hak DPRD Pasal 18 Pasal 19 (1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 huruf a adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. (2) Hak angket sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 huruf b adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Gubernur yang penting dan strategi serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (3) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 huruf c adalah hak DPRD sebagai lembaga untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Paragraf 1 Hak Interpelasi Pasal 20 (1) Sekurang-kurangnya lima orang Anggota DPRD dapat menggunakan hak interpelasi dengan mengajukan usul kepada DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur secara lisan maupun tertulis mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat secara tertulis yang menjelaskan secara singkat dan jelas tentang substansi persoalannya, ditanda tangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok oleh Sekretariat DPRD, selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan DPRD. (3) Usul meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), oleh Pimpinan DPRD disampaikan pada Rapat Paripurna setelah mendapatkan pertimbangan dari Panitia Musyawarah. 8

(4) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3), para pengusul diberi kesempatan menyampaikan penjelasan lisan atas usul permintaan keterangan tersebut. (5) Pembicaraan mengenai sesuatu usul meminta keterangan dilakukan dengan memberi kesempatan kepada : a. Anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui Fraksi; b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para Anggota DPRD; (6) Usul permintaan keterangan sebelum memperoleh keputusan DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulannya. (7) Keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan keterangan kepada Gubernur ditetapkan dalam Rapat Paripurna. (8) Apabila Rapat Paripurna menyetujui usul permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan DPRD menyampaikan Keputusan DPRD tersebut beserta lampirannya kepada Gubernur secara resmi. Pasal 21 (1) Gubernur wajib memberikan keterangan lisan maupun tertulis terhadap permintaan keterangan kepada Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (8) dalam Rapat Paripurna. (2) Pimpinan DPRD mengundang Panitia Musyawarah untuk menetapkan jadwal pemberian jawaban terhadap usul permintaan keterangan baik lisan maupun tertulis oleh Gubernur sebagaimana dimaksud ayat (1). (3) Setiap Anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan atas keterangan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Atas pertanyaan Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberi kesempatan kepada Gubernur untuk memberikan jawaban atau tambahan keterangan. (5) Atas jawaban Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4), DPRD dapat menyatakan pendapatnya. (6) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan secara resmi oleh DPRD kepada Gubernur. (7) Pernyataan pendapat DPRD atas keterangan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dijadikan bahan oleh DPRD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan untuk Gubernur dijadikan bahan dalam penetapan pelaksanaan kebijakan. Paragraf 2 Hak Angket Pasal 22 (1) Sekurang-kurangnya lima orang Anggota DPRD dapat mengusulkan hak angket untuk mengadakan penyelidikan terhadap kebijakan Gubernur yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun secara singkat, jelas, dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberi Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD, selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan DPRD. 9

(3) Usul melaksanakan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), oleh Pimpinan DPRD disampaikan pada Rapat Paripurna setelah mendapatkan pertimbangan dari Panitia Musyawarah. (4) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud ayat (3), para pengusul diberikan kesempatan untuk menyampaikan penjelasan lisan/tertulis atas usul melaksanakan penyelidikan tersebut. (5) Pembicaraan mengenai sesuatu usul mengadakan penyelidikan, dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada Anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui Fraksi dan selanjutnya pengusul memberikan jawaban atas pandangan Anggota DPRD. (6) Usul mengadakan penyelidikan sebelum memperoleh keputusan DPRD, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulnya. (7) Keputusan persetujuan atau penolakan atas usul penyelidikan kepada Gubernur dan atau Wakil Gubernur dapat disetujui atau ditolak yang ditetapkan dalam Rapat Paripurna. (8) Apabila usul mengadakan penyelidikan disetujui sebagai permintaan penyelidikan DPRD, maka DPRD menyatakan pendapat untuk mengadakan penyelidikan dan menyampaikan secara resmi kepada Gubernur. Pasal 23 Pelaksanaan hak angket sebagaimana dimaksud Pasal 18 huruf b, dilakukan setelah diajukan hak interpelasi sebagaimana dimaksud Pasal 18 huruf a dan mendapatkan persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah Anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota DPRD yang hadir; Pasal 24 (1) Dalam menggunakan hak angket sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (2) dibentuk Panitia Angket yang terdiri atas semua unsur fraksi yang ditetapkan dengan Keputusan DPRD dalam Rapat Paripurna. (2) Jumlah Anggota Panitia Angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mewakili fraksi secara proporsional dimana 1 (satu) orang mewakili 5 (lima) orang anggota dengan sisa 3 (tiga) orang anggota atau lebih dibulatkan menjadi 1 (satu). (3) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota Panitia Angket, ditetapkan dengan Keputusan DPRD dalam Rapat Paripurna. (4) Panitia Angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari dan menyampaikan hasil kerjanya kepada DPRD dalam Rapat Paripurna. Pasal 25 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Angket sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 dapat memanggil, mendengar, dan memeriksa seseorang yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang sedang diselidiki serta untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki. (2) Setiap orang yang dipanggil, di dengar dan diperiksa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan Panitia Angket, kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal telah dipanggil dengan patut 3 (tiga) kali secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud ayat (2) Panitia Angket dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang undangan. 10

Pasal 26 (1) Apabila hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4) diterima oleh DPRD dan ada indikasi tindak pidana, DPRD menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Apabila dari hasil penyidikan Gubernur dan atau Wakil Gubernur berstatus sebagai terdakwa, Presiden memberhentikan sementara Gubernur dan atau Wakil Gubernur yang bersangkutan dari jabatannya. (3) Apabila Keputusan Pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menyatakan Gubernur dan atau Wakil Gubernur bersalah, Presiden memberhentikan Gubernur dan atau Wakil Gubernur yang bersangkutan dari jabatannya. (4) Apabila Keputusan Pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menyatakan Gubernur dan atau Wakil Gubernur tidak bersalah, Presiden mencabut pemberhentian sementara serta merehabilitasi nama baik Gubernur dan atau Gubernur. Pasal 27 Seluruh hasil kerja Panitia Angket bersifat rahasia. Pasal 28 (1) DPRD dalam melakukan penyelidikan terhadap Gubernur dan atau Wakil Gubernur sebagaimana dimaksud pada Pasal 22, berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah daerah, badan hukum atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah, bangsa dan negara. (2) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, badan hukum atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi permintaan DPRD. (3) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, badan hukum atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan panggilan paksa oleh pejabat Kepolisian Negara RI atau penyidik Kejaksaan atas permintaan Pimpinan DPRD sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (4) Dalam hal panggilan paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandra sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Dalam hal pejabat yang disandra sebagaimana dimaksud pada ayat (4), habis masa jabatannya atau berhenti dari jabatannya, yang bersangkutan dilepas dari penyandraan demi hukum. Paragraf 3 Hak Menyatakan Pendapat Pasal 29 (1) Sekurang-kurangnya lima orang Anggota DPRD dapat mengajukan usul pernyataan pendapat terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta penjelasannya disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD, dengan disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul serta diberi Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD. 11

(3) Usul pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), oleh Pimpinan DPRD disampaikan dalam Rapat Paripurna setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah. (4) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3), para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul pernyataan pendapat tersebut. (5) Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada : a. Anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi; b. Gubernur untuk memberikan pendapat; c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota dan pendapat Gubernur. (6) Sebelum usul pernyataan pendapat memperoleh Keputusan DPRD, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulnya. (7) Pembicaraan diakhiri dengan Keputusan DPRD dalam Rapat Paripurna yang menerima atau menolak usul pernyataan pendapat tersebut menjadi pernyataan pendapat DPRD; (8) Apabila DPRD menerima usul pernyataan pendapat, Keputusan DPRD dapat berupa : a. pernyataan pendapat; b. saran penyelesaiannya; dan c. peringatan. Anggota DPRD mempunyai hak; Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Anggota DPRD Pasal 30 a. mengajukan Rancangan Peraturan Daerah; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; e. membela diri; f. imunitas; g. protokoler; dan h. keuangan dan administratif. Pasal 31 (1) Sekurang-kuranya lima orang Anggota DPRD dapat mengajukan suatu usul prakarsa Rancangan Peraturan Daerah. (2) Usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah disertai penjelasan secara tertulis diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD. (3) Usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) oleh Pimpinan DPRD disampaikan pada Rapat Paripurna, setelah mendapat petimbangan dari Panitia Musyawarah. 12

(4) Dalam Rapat Paripurna, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan dalam Rapat Paripurna dengan memberikan kesempatan kepada : a. Anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan; b. Gubernur untuk memberikan pendapat; c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD dan pendapat Gubernur; (6) Selama usul prakarsa belum diputuskan menjadi prakarsa DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan dan atau mencabutnya kembali. (7) Pembicaraan diakhiri dengan Keputusan DPRD dalam Rapat Paripurna yang menerima atau menolak usul prakarsa menjadi prakarsa DPRD. (8) Tata cara pembahasan Rancangan Peraturan Daerah atas prakarsa DPRD mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 150, Pasal 151 huruf b, Pasal 152 huruf b. Pasal 32 (1) Setiap Anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan kepada Gubernur bertalian dengan pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD baik secara lisan maupun tertulis. (2) Pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun singkat dan jelas disampaikan kepada Pimpinan DPRD melalui Sekretariat DPRD. (3) Pimpinan DPRD mengadakan rapat untuk menilai pertanyaan yang diajukan guna memutuskan layak tidaknya pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk ditindaklanjuti. (4) Apabila keputusan Rapat Pimpinan DPRD menyatakan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu ditindaklanjuti, Pimpinan DPRD setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah meneruskan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepada Gubernur. (5) Apabila jawaban atas pertanyaan dimaksud oleh Gubernur disampaikan secara tertulis, tidak dapat diadakan lagi rapat untuk menjawab pertanyaan. (6) Anggota DPRD yang mengajukan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat meminta supaya pertanyaan dijawab oleh Gubernur secara lisan. (7) Apabila Gubernur menjawab secara lisan dalam rapat yang ditentukan oleh Panitia Musyawarah, maka Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat mengemukakan lagi pertanyaan secara singkat dan jelas agar Gubernur dapat memberikan jawaban yang lebih jelas. (8) Jawaban Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat diwakilkan kepada Wakil Gubernur dan atau Sekretaris Daerah. Pasal 33 (1) Setiap Anggota DPRD dalam rapat-rapat DPRD berhak mengajukan usul dan pendapat secara leluasa kepada Pemerintah Daerah maupun kepada Pimpinan DPRD. (2) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun dan kepatutan sebagai wakil rakyat. 13

Pasal 34 (1) Setiap Anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna. (2) Setiap Anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi anggota atau Pimpinan dari alat kelengkapan DPRD. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku sepanjang telah diatur secara khusus dalam pasal-pasal tertentu. Pasal 35 (1) Setiap Anggota DPRD berhak membela diri terhadap dugaan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peraturan Tata Tertib DPRD. (2) Hak membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sebelum pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan. Anggota DPRD mempunyai kewajiban; a. mengamalkan Pancasila; Pasal 36 b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan daerah; e. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah; f. menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; g. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; h. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih di daerah pemilihannya; i. mentaati Peraturan Tata Tertib DPRD; j. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait. Pasal 37 Pemberian pertanggungjawaban Anggota DPRD secara moral dan politis sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 huruf h, dilakukan dalam kegiatan masa reses di daerah pemilihannya yang dilaksanakan untuk menyerap secara langsung masukan dan aspirasi, sebagai bahan dalam rapat-rapat masa persidangan. Bagian Ketiga Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Pasal 38 (1) Pimpinan dan Anggota DPRD memperoleh kedudukan protokoler dalam acara resmi. (2) Acara resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. acara resmi pemerintah yang diselenggarakan di daerah; b. acara resmi pemerintah daerah yang menghadirkan pejabat pemerintah; c. acara resmi pemerintah daerah dihadiri oleh pejabat pemerintah daerah. 14

Pasal 39 (1) Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD terdiri dari : a. uang representasi; b. uang paket; c. tunjangan jabatan; d. tunjangan Panitia Musyawarah; e. tunjangan Komisi; f. tunjangan Panitia Anggaran; g. tunjangan Badan Kehormatan; h. tunjangan alat kelengkapan lainnya. (2) Selain penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan tunjangan kesejahteraan, tunjangan khusus, uang jasa pengabdian dan belanja penunjang kegiatan DPRD sesuai Peraturan Perundangundangan. Pasal 40 Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD selanjutnya diatur dengan Peraturan Daerah. BAB V PENGGANTIAN ANTAR WAKTU Pasal 41 (1) Anggota DPRD berhenti antar waktu sebagai anggota karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri sebagai anggota atas permintaan sendiri secara tertulis; dan c. diusulkan oleh partai politik yang bersangkutan; (2) Anggota DPRD diberhentikan antar waktu, karena : a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; b. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai calon Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang Pemilihan Umum; c. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau melanggar Kode Etik DPRD; d. tidak melaksanakan kewajiban Anggota DPRD; e. melanggar larangan bagi Anggota DPRD; dan f. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melanggar tindak pidana dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun penjara atau lebih. Pasal 42 (1) Usul pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e, dilaksanakan setelah ada Keputusan DPRD berdasarkan rekomendasi dari Badan Kehormatan. (2) Apabila Pimpinan DPRD tidak menyampaikan usul pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris DPRD menyampaikan usulan dimaksud. 15

(3) Usul pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (1) huruf c, didasarkan atas Keputusan Dewan Pimpinan Pusat partai politik sesuai dengan mekanisme yang berlaku pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga partai politik yang bersangkutan. (4) Proses yang dilakukan oleh Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat dan atau pemilih. (5) Proses yang dilakukan oleh Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan. (6) Apabila DPRD menyetujui rekomendasi dari Badan Kehormatan untuk memberhentikan Anggota DPRD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) oleh karena terbukti bersalah, usul pemberhentian tersebut disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Pasal 43 (1) Pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat dan atau pemilih disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan Badan Kehormatan melalui Sekretaris DPRD dalam kedudukannya sebagai Sekretaris Badan Kehormatan. (2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh pengadu dengan mencantumkan nama jelas, nomor KTP dan alamat lengkap serta dilampiri dengan bukti-bukti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPRD. (3) Pengaduan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diabaikan oleh Badan Kehormatan. Pasal 44 (1) Pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ayat (5) ditetapkan dalam rapat pleno Anggota Badan Kehormatan secara musyawarah maupun pemungutan suara. (2) Sebelum Badan Kehormatan mengambil keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota DPRD yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan. Pasal 45 (1) Anggota DPRD yang berhenti atau diberhentikan antar waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) digantikan oleh calon pengganti dengan ketentuan : a. calon pengganti dari Anggota DPRD yang terpilih memenuhi bilangan pembagi pemilihan atau memperoleh suara lebih dari setengah bilangan pembagi pemilihan adalah calon yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama dalam daftar peringkat perolehan suara pada daerah pemilihan yang sama; b. calon pengganti dari Anggota DPRD yang terpilih selain yang dimaksud pada huruf a, adalah calon yang ditetapkan berdasarkan nomor urut berikutnya dari daftar calon di daerah pemilihan yang sama; c. apabila calon pengganti sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b mengundurkan diri atau meninggal dunia, diajukan calon pengganti pada urutan peringkat perolehan suara atau urutan daftar calon berikutnya. 16

(2) Apabila tidak ada lagi calon dalam daftar calon Anggota DPRD pada daerah pemilihan yang sama, pengurus partai politik yang bersangkutan dapat mengajukan calon baru sebagai pengganti dengan ketentuan : (3) calon pengganti diambil dari daftar calon Anggota DPRD dari daerah pemilihan yang terdekat dalam Kabupaten/Kota yang bersangkutan; (4) calon pengganti sebagaimana dimaksud pada huruf a dikeluarkan dari daftar calon Anggota DPRD dari daerah pemilihannya; (5) Apabila tidak ada lagi calon dalam daftar calon Anggota DPRD dari daerah pemilihan di Kabupaten/Kota yang sama, pengurus partai politik yang bersangkutan dapat mengajukan calon baru yang diambil dari daftar calon Anggota DPRD dari Kabupaten/Kota yang terdekat. (6) Anggota DPRD pengganti antar waktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota yang digantikannya. Pasal 46 (1) Pimpinan DPRD menyampaikan kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Sumatera Barat nama Anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antar waktu yang diusulkan oleh pengurus partai politik yang bersangkutan untuk di verifikasi. (2) Pimpinan DPRD setelah menerima rekomendasi Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Sumatera Barat menyampaikan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur, guna mendapatkan keputusan peresmian pemberhentian dan peresmian pengangkatan sebagai Anggota DPRD. (3) Peresmian pemberhentian dan peresmian pengangkatan penggantian antar waktu Anggota DPRD ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden, selambat-lambatnya satu bulan sejak diterimanya usulan pemberhentian dan pengangkatan dari Pimpinan DPRD. (4) Sebelum memangku jabatannya, Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua/Wakil Ketua DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 10. (5) Penggantian Anggota DPRD antar waktu tidak dapat dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota yang diganti kurang dari empat bulan dari masa jabatan Anggota DPRD. B A B KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS FRAKSI VI Pasal 47 (1) Setiap Anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi. (2) Fraksi merupakan pengelompokan Anggota DPRD berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi di DPRD. (3) Fraksi bukan merupakan alat kelengkapan DPRD. Pasal 48 (1) Pembentukan Fraksi dapat dilakukan oleh partai politik yang memperoleh kursi di DPRD sekurang-kurangnya 4 (empat) orang untuk setiap Fraksi. (2) Partai politik yang perolehan kursinya tidak cukup untuk membentuk fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib bergabung dengan Fraksi yang ada atau dapat membentuk Fraksi gabungan dengan jumlah anggota sekurangkurangnya 4 (empat) orang. 17

(3) Fraksi yang ada wajib menerima Anggota DPRD dari partai politik lain yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 (satu) Fraksi. (4) Dalam hal fraksi gabungan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) setelah dibentuk, kemudian tidak lagi memenuhi syarat sebagai Fraksi gabungan, maka seluruh anggota fraksi gabungan tersebut wajib bergabung dengan Fraksi atau fraksi gabungan lain yang memenuhi syarat. (5) Partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk Fraksi hanya dapat membentuk 1 (satu) Fraksi. (6) Apabila di DPRD tidak terdapat partai politik yang memenuhi ketentuan untuk membentuk Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai politik yang memperoleh kursi dengan jumlah anggota terbanyak pertama dapat membentuk Fraksi. (7) Apabila di DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdapat partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama sama, partai politik yang bersangkutan masing-masing dapat membentuk Fraksi. Fraksi-fraksi dalam DPRD terdiri dari : a. Fraksi Partai Golongan Karya b. Fraksi Partai Amanat Nasional c. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan d. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera e. Fraksi Partai Bulan Bintang Pasal 49 f. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan g. Fraksi Bintang Demokrat Pasal 50 (1) Pimpinan Fraksi terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Fraksi. (2) Pimpinan Fraksi dipilih dari dan oleh anggota Fraksi setelah berkonsultasi dengan partai politik yang bersangkutan. (3) Susunan Pimpinan dan keanggotaan Fraksi ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan DPRD diumumkan dalam Rapat Paripurna DPRD. (4) Apabila terjadi perubahan susunan Pimpinan dan keanggotaan Fraksi, maka perubahannya ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan DPRD dan diumumkan dalam Rapat Paripurna. Fraksi bertugas : Pasal 51 a. menentukan dan mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan Fraksi; b. menetapkan anggotanya yang akan duduk di Komisi-komisi dan Panitia-panitia sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. melakukan pengawasan terhadap kehadiran dan kinerja anggotanya dalam setiap kegiatan DPRD; d. menyampaikan pemandangan umum Fraksi dan pendapat akhir Fraksi dalam proses pembahasan Ranperda dan pembahasan masalah lain yang diperlukan; e. menerima aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada Pimpinan DPRD melalui Sekretariat DPRD untuk diproses sesuai ketentuan yang berlaku; f. memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu, berkenaan dengan bidang tugas DPRD, baik diminta maupun tidak; 18

(1) Alat Kelengkapan DPRD terdiri dari : a. Pimpinan; b. Panitia Musyawarah; c. Komisi; d. Badan Kehormatan; e. Panitia Anggaran; dan f. Alat kelengkapan lainnya; BAB VII ALAT KELENGKAPAN DPRD Pasal 52 (2) Alat-alat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengatur tata kerjanya sendiri dengan persetujuan Pimpinan DPRD. Bagian Pertama Kedudukan, Susunan dan Tugas Pimpinan Pasal 53 (1) Pimpinan DPRD terdiri atas seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua. (2) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh Anggota DPRD dalam Rapat Paripurna. (3) Hasil Pemilihan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan DPRD. Pasal 54 (1) Selama Pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh Pimpinan Sementara DPRD. (2) Pimpinan Sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD. (3) Apabila terdapat lebih dari satu partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD. (4) Apabila Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak terdapat kesepakatan untuk menentukan Ketua dan Wakil Ketua Sementara, Sekretaris DPRD menetapkan seorang yang tertua dan termuda usianya dari Partai Politik yang bersangkutan. (5) Pimpinan Sementara DPRD mempunyai tugas : a. memimpin rapat-rapat DPRD; b. memfasilitasi pembentukan Fraksi; c. menyusun Rancangan Peraturan Tata Tertib DPRD; d. memproses pemilihan Pimpinan DPRD defenitif ; e. melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud Pasal 68 (6) Selambat-lambatnya tiga puluh hari kerja setelah pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD, Pimpinan Sementara DPRD telah melaksanakan Pemilihan Pimpinan DPRD defenitif. 19

Pasal 55 (1) Calon Pimpinan DPRD hanya dapat dicalonkan dari dan oleh Fraksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) berdasarkan urutan besarnya jumlah anggota Fraksi sampai dengan urutan keempat. (2) Masing-masing Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak mengajukan satu orang calon Pimpinan DPRD. (3) Pengajuan Calon Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Fraksi. Pasal 56 (1) Calon Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 55 disampaikan oleh Pimpinan Fraksi kepada Pimpinan Sementara DPRD untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dengan Keputusan Pimpinan Sementara DPRD. (2) Pemilihan Pimpinan DPRD dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil. (3) Untuk melaksanakan pemilihan calon Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk Panitia Tekhnis Pemilihan yang terdiri dari unsurunsur Fraksi dan ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Sementara DPRD. Pasal 57 (1) Pemilihan Pimpinan DPRD dilaksanakan dalam Rapat Paripurna yang dihadiri secara fisik oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah Anggota DPRD. (2) Apabila anggota DPRD yang hadir belum mencapai quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), rapat ditunda paling lama satu jam dengan dibuat berita acara penundaan. (3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga tercapai, rapat ditunda paling lama satu jam lagi dengan dibuat berita acara penundaan kedua. (4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum juga tercapai, Pemilihan Pimpinan DPRD tetap dilaksanakan, dengan dihadiri oleh sekurangkurangnya setengah dari jumlah seluruh Anggota DPRD. (5) apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum juga tercapai, rapat ditunda paling lama tiga hari dan pada rapat berikutnya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4). Pasal 58 (1) Calon Pimpinan DPRD yang mendapat suara terbanyak secara berurutan sesuai dengan jumlah unsur Pimpinan DPRD, ditetapkan sebagai Ketua dan Wakil Ketua DPRD. (2) Apabila pada urutan pertama calon Pimpinan DPRD terdapat lebih dari satu orang yang memperoleh suara yang sama, untuk menentukan Ketua DPRD dilakukan Pemilihan ulang terhadap calon yang memperoleh suara yang sama, sehingga calon yang mendapatkan suara terbanyak pertama menjadi Ketua DPRD dan terbanyak kedua menjadi Wakil Ketua DPRD. (3) Calon terpilih Ketua dan Wakil Ketua DPRD yang telah ditetapkan dengan Keputusan DPRD diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden. (4) Pimpinan DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 7 yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi Provinsi Sumatera Barat dalam Rapat Paripurna Istimewa. (5) Masa jabatan Pimpinan DPRD mengikuti masa jabatan Anggota DPRD. 20

Pasal 59 Sebelum Pemilihan calon Pimpinan DPRD dimulai, Pimpinan Sementara DPRD meminta kepada Sekretaris DPRD untuk membacakan Keputusan Pimpinan Sementara DPRD tentang calon Pimpinan DPRD yang berhak dipilih. Pasal 60 Tata cara pemilihan Pimpinan DPRD diaturdengan KeputusanDPRD. Pasal 61 (1) Setelah penghitungan suara selesai, disiapkan Berita Acara hasil penghitungan suara pemilihan calon Pimpinan DPRD yang ditanda tangani oleh Ketua Panitia Teknis, Saksi-saksi diketahui oleh Pimpinan Sementara DPRD. (2) Pimpinan Sementara DPRD mengumumkan calon terpilih Pimpinan DPRD, sesuai dengan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Calon terpilih Ketua dan Wakil Ketua DPRD yang telah ditetapkan dengan Keputusan DPRD diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden. (4) Calon Pimpinan terpilih Ketua dan Wakil Ketua DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji, yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi Sumatera Barat dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 62 Setelah Pimpinan DPRD mengucapkan sumpah/janjinya, maka Pimpinan Sementara DPRD menyerahkan jabatan Pimpinan kepada Pimpinan DPRD terpilih dalam Rapat Paripurna Istimewa. Pasal 63 Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Pimpinan DPRD; d. melanggar kode etik DPRD berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Kehormatan; e. dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 tahun penjara; f. ditarik keanggotaannya sebagai Anggota DPRD oleh partai politiknya. Pasal 64 (1) Pemberhentian Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 dilaporkan dalam Rapat Paripurna oleh Pimpinan DPRD. (2) Usul pemberhentian Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam Rapat Paripurna sebagaimana tatacara pemilihan Pimpinan DPRD seperti dimaksud pada Pasal 60. (3) Usul pemberhentian Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan dilengkapi dengan Berita Acara Rapat Paripurna. 21

Pasal 65 (1) Keputusan DPRD tentang usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk peresmian pemberhentiannya. (2) Pemberhentian Pimpinan DPRD diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Pasal 66 (1) Pengisian Pimpinan DPRD yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 ayat (1) dipilih dari dua orang calon yang diusulkan oleh Fraksi asal Pimpinan DPRD yang diberhentikan. (2) Pemilihan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 dan Pasal 58. (3) Calon Pimpinan DPRD yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai calon terpilih Pimpinan DPRD. (1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas : Pasal 67 a. memimpin rapat-rapat dan menyimpulkan hasil rapat untuk mengambil keputusan. b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua. c. menjadi juru bicara DPRD. d. melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPRD. e. mengadakan konsultasi dengan Gubernur dan instansi Pemerintah lainnya sesuai dengan putusan DPRD. f. mewakili DPRD dan atau alat kelengkapan DPRD di pengadilan. g. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. h. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Rapat Paripurna. (2) Pelaksanaan tugas Pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif. (3) Apabila Ketua dan Wakil Ketua meninggal dunia, mengundurkan diri secara tertulis, tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara bersama-sama, maka tugas-tugas Pimpinan DPRD dilaksanakan oleh Pimpinan Sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 54. Pasal 68 (1) Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPRD memegang Pimpinan sehari-hari. (2) Wakil-wakil Ketua membantu Ketua dalam menyelesaikan kegiatan DPRD. (3) Apabila Ketua berhalangan, maka tugas kewajibannya dilakukan oleh Wakil Ketua yang ditunjuk oleh Ketua DPRD. (4) Pembagian tugas Ketua dan Wakil Ketua DPRD diatur dengan Keputusan Pimpinan DPRD. (5) Pimpinan mengatur sedemikian rupa sehingga setiap hari kerja sekurangkurangnya ada seorang Pimpinan DPRD yang mengkoordinasikan kegiatan DPRD di kantor. 22