BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kampus merupakan salah satu sarana pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian M.Anas Hendrawan, 2014 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Kerja Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemimpin adalah jabatan yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nyata terbentang antara negara Thailand dengan negara Indonesia tidaklah

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

PERAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIK PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon

PEDOMAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

UNDANG-UNDANG UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG ORIENTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI MATERI KE-3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

I.PENDAHULUAN. kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi yang diatur dalam surat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Faktanya orang tidak bisa hidup sendiri. Sebagian besar tujuan hidupnya dapat terpenuhi apabila ada keterbatasan dalam upaya mencapai tujuan. Banyak motivasi yang mendorong seseorang untuk masuk dalam suatu organisasi. Beberapa tujuan dapat diperoleh apabila seseorang masuk kedalam kelompok, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat kerohanian. Tujuan seseorang bergabung dalam suatu kelompok organisasi adalah: a) kelompok atau organisasi sering dipakai untuk memecahkan masalahmasalah, (b) mencegah kesepian dan kerenggangan, (c) kelompok dapat memberikan bantuan pada saat kesusahan / menjumpai masalah, (d) kelompok dapat memberikan tujuan dan nilai hidup yang lebih baik, perilaku, dan kesetaraan kelompok, (e) kelompok sosial, kerja dan bermacam-macam kelompok lainnya memberikan prestige, status dan pengakuan. Organisasi adalah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah organisasi, posisi seorang pemimpin memiliki peran sangat vital. Tugas penting dari seorang pemimpin adalah sebagai pengambil suatu keputusan demi kelangsungan organisasi yang dia pimpin. Sadar atau tidak, banyak hal yang kita lakukan sebenarnya berhubungan erat dengan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya suatu 1

2 ketika, dalam waktu bersamaan kita diperhadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti kuliah atau menghadiri suatu seminar, mengikuti kuliah atau menghadiri rapat kepengurusan organisasi, mengikuti kuliah atau menghadiri kegiatan organisasi, dan contoh lainnya yang sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan. Namun dalam pembahasan kali ini dipersempit pada wilayah keorganisasian dalam arti oraganisasi mahasiswa, berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti di lapangan diketahui bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang memiliki wewenang sebagai lembaga eksekutif yang menaungi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), sehingga pengambilan keputusan tertinggi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang berkenaan kegiatan yang di lakukan oleh UKM dan juga permasalahan yang terkait dengan kemahasiswaan. Badan Eksekutif Mahasiswa tidak hanya sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa yang proaktif, tetapi juga sebagai media penyalur ide-ide dan gagasan cemerlang para kaum muda terdidik untuk maju. Oleh karena itu, disusun adanya program kerja sebagai bentuk kegiatan nyata yang diharapkan bermanfaat bagi organisasi BEM itu sendiri, UKM-UKM, para mahasiswa, pihak universitas, dan tentunya masyarakat. Peristiwa yang menjadi sorotan saat ini berkaitan dengan kegiatan BEM di berbagai Universitas di Indonesia tidak luput dari sejumlah aksi yang berdampak negatif bagi orang lain, seperti munculnya tindakan kekerasan, pengrusakan fasilitas umum dan kampus, bahkan melontarkan kata-kata yang kurang pantas sebagai kaum terdidik, misalnya aksi demonstrasi yang dilakukan oleh BEM

3 Universitas Hasanudin di Makasar yang menuntut pembatalan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) di depan gedung rektorat kampus, Senin, 6 April 2009 berakhir ricuh (Abi,2009). Kejadian yang sama terjadi di Surakarta, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Besar (Forbes) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS di depan Gedung Dekanat Fakultas Ekonomi UNS, Senin (28/3/2011) diwarnai kericuhan. Mereka mengecam aksi pembekuan BEM FE oleh pihak Dekanat sejak Desember 2010 lalu (Anita,2011). Hal serupa dilakukan oleh BEM dan DPM UMS yang mengadakan aksi demonstrasi pada 26 Oktober 2010 yang berakhir ricuh, mereka menggelar aksi momentum menjelang satu tahun pemerintahan SBY (Pabelan Pos, 2009). Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa kegiatan BEM yang seharusnya positif akan tetapi cenderung ke arah tindakan anarkis (reaktif). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengambilan keputusan yang kurang tepat, sehingga tindakan mahasiswa yang seharusnya proaktif menjadi reaktif. Pengambilan keputusan dalam berorganisasi merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam berorganisasi. Kehidupan berorganisasi yang terdiri dari beberapa individu yang memiliki cara pandang serta pemikiran yang benerka ragam. Perlu adanya suatu kata mufakat agar organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya, untuk itu perlu diperhatikan proses pengambilan keputusan dalam berorganisasi.

4 Pengambilan keputusan tidak hanya memerlukan kecerdasan intelektual namun diperlukan juga kecerdasan emosi yang tinggi. Organisasi memegang peranan dalam proses interaksi dengan orang lain. Dunia organisasi mengajarkan mahasiswa untuk mampu bersosialisasi, saling membantu, dan bertukar pendapat. Melalui organisasi ekstrakurikuler, kecerdasan emosional seseorang dapat terbentuk. Kecerdasan emosional merupakan ketrampilan yang dimiliki seseorang untuk mengelola emosinya dengan baik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan, terutama yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasan, watak, dan naluri moral. Di dalam organisasi terdapat sejumlah aturan yang berlaku dalam organisasi yang dinyatakan akan membantu menciptakan suatu budaya yang resonan, cerdas emosi dan efektif (Goleman dkk, 2009). Berkaitan dengan hubungan antara manusia, organisasi memegang peranan dalam proses interaksi dengan orang lain. Proses interaksi antara manusia, dibutuhkan berbagai macam ketrampilan agar proses interaksi berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu bentuk kecerdasan emosional. Goleman (dalam Syahrini, dkk, 2007) menyatakan bahwa kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasan, watak, dan naluri moral. Kecerdasan emosional merupakan kesanggupan untuk mengendalikan dorongan emosi, membaca perasan terdalam orang lain, memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya. Kecerdasan emosional berperan besar dalam suatu tindakan termasuk dalam pengambilan keputusan secara rasional. Individu yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi akan lebih luas pengalaman dan pengetahuannya dibandingkan

5 individu yang lebih rendah kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional merupakan ketrampilan yang dimiliki seseorang untuk mengelola emosinya dengan baik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan, terutama yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Craig (2004) memaparkan bahwa seseorang yang tinggi tingkat intelegensi emosionalnya mampu tetap tenang dan terpusat serta memelihara kesadaran dirinya di hadapan orang lain. Selain itu, orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi juga mempunyai kualitas belas kasih, mendahulukan kepentingan orang lain, disiplin diri, optimis, fleksibel, dan kemampuan memecahkan berbagai masalah serta menangani stres. Mereka mampu membaca dan memantau perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Komposisi yang seimbang dari mahasiwa tidak hanya memiliki IQ yang tinggi tetapi juga diimbangi EQ. Berdasarkan banyak penelitian, IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosi memberi kontribusi 80%. Pembangunan karakter mahasiswa tidak hanya duduk dikelas, menghapal perkataan dosen, dan mengejar nilai. Terdapat dinamika lain yaitu kepemimpinan dan proses pendewasaan, lewat organisasi kemahasiswaan kecerdasan emosi terbentuk. Dunia organisasi mengajarkan mahasiswa untuk mampu bersosialisasi, saling membantu, dan bertukar pendapat. Keuntungan lainya mahasiswa siap diterjunkan ditengah masyarakat dan langsung dengan cepat mengaplikasikan ilmunya (Dukarno, 2009). Dalam organisasi kedudukan pemimpin sangat penting dalam mengambil keputusan, jenis kelamin berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam

6 mengambil keputusan, pada dasarnya pria dan wanita memiliki kemampuan kognisi yang sama, tiap individu memiliki potensi masing-masing yang akan berkembang seiring dengan proses perkembangan hidupnya yang akan berkorelasi dengan lingkungan di mana ia berada. Beberapa teori menjelaskan bahwa secara umum pria lebih unggul bidang aritmatika dan spasial, sedangkan wanita biasanya lebih unggul dalam bidang linguistik. Namun secara umum keduanya memiliki kesempatan untuk berprestasi dan unggul dengan kemampuan masing-masing. Tidak dapat dipungkiri masyarakat kita hingga saat ini hidup dan berkembang dengan stereotype utama tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Umumnya perempuan dianggap sebagai sosok yang emosional, penuh perasaan, sedangkan seorang laki-laki itu tidak terpengaruh oleh emosional perasaan mereka dan cenderung lebih logis. Stereotype ini sangatlah kuat dan meresap kesannya pada budaya kita (Shields, dalam Santrock, 2003). Banyak pengalaman emosional yang menemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan mereka, laki-laki sering menunjukkan ketegasan dan logika mereka dalam mengambil sebuah keputusan sedangkan perempuan cenderung menggunakan perasaan mereka yang lembut dalam menghadapi masalah. Menurut teori klasik Erikson (dalam Santrock 2003) mengenai perkembangan identitas, pembagian dunia kerja antara dua jenis kelamin ditunjukkan pada pernyataan bahwa aspirasi individu remaja putra lebih berorientasi terhadap komitmen karir, ideologi sedangkan remaja putri lebih terpusat pada hal afiliasi. Adanya keyakinan bahwa hubungan dan adanya ikatan

7 emosional merupakan hal yang lebih penting bagi remaja putri, sedangkan pada remaja putra otonomi dan prestasi bernilai lebih penting. Sekarang ini pilihan bagi remaja putri lebih meningkat sehingga kerap membuat adanya pertentangan dan kebingungan, khususnya bagi remaja putri yang berharap untuk bisa berhasil mengintegrasikan antara peran dalam keluarga dengan peran dalam pekerjaan atau karir (Giligan, dalam Santrock, 2003). Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga setiap individu membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, meskipun merupakan suatu keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun. Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa diambil atau dilakukan karena individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Pengambilan keputusan merupakan kunci kehidupan dan kegiatan yang paling dari semua kegiatan dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidup. Seiring pengambilan keputusan yang diambil, yang semula mungkin dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan seseorang. Dibutuhkan banyak faktor sebagai pertimbangan agar keputusan yang diambil benar-benar tepat. Kematangan pengambilan keputusan adalah suatu proses pilihan alternatif tindakan seseorang dalam cara yang efisien dalam situasi tertentu. Pengambilan keputusan yang bersifat rutin sehari-hari pun individu kadang-kadang hanya melakukan pilihan alternatif melalui judgment sederhana, padahal keputusan

8 tersebut diperlukan suatu prosedur problem solving dengan tahapan yang sistematis. Pengambilan keputusan selalu dilakukan oleh setiap orang dalam hidup mereka, banyak stereotype yang membedakan pengambilan keputusan antara perempuan dan laki-laki selalu terjadi antara keduanya. Perempuan juga dapat menjadi seorang yang sukses seperti juga apa yang dilakukan oleh laki-laki, tidak hanya laki-laki yang dapat menggunakan logika dan juga kognitif mereka bahkan menjadi pemimpin, bahkan perempuan dengan sisi perasaan dan afeksi yang yang berbeda dengan pria dapat menjadi seorang pengambil keputusan yang baik. Swan dkk (dalam Anik, 1989), mengatakan bahawa dalam pengambilan keputusan dalam membeli dapat dilakukan secara rasional dan emosional, antara rasiaonal dan emosional merupakan hal yang terpisah bahwa antara respon kognisi dan afeksi adalah tidak tergantung. Sementara itu dilihat dari perbedaan antara pria dan wanita, baik itu secara psikologis maupun sosiologis dapat diterangkan bahwa pria rasional, lebih tegas, agresif, tidak tergantung, berprestasi, kompetitif (Mussen dkk, 1987), sedangkan wanita itu emosional, pasif, sensitif, menekankan pada aspek interpersonal, konform, lebih mudah terpengaruh (Kartini Kartono, 1986). Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik permasalahan yaitu Apakah ada hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan proses pengambilan keputusan pada pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Universitas Muhammadiyah Surakarta?.

9 Oleh karena itu penulis mengajukan judul penelitian Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Proses Pengambilan Keputusan pada Pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan kemampuan pengambilan keputusan pada pimpinan (ketua, sekretaris, dan bendahara) Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pengambilan keputusan pada Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Mengetahui tingkat kecerdasan emosi pada pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4. Mengetahui tingkat pengambilan keputusan pada Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pimpinan Universitas dan Pimpinan Fakultas Bagi pimpinan Universitas dan pimpinan Fakultas, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan oleh Fakultas bahwa kecerdasan

10 emosi pada mahasiswa yang berorganisasi memiliki peranan yang penting dalam proses pengambilan keputusan dalam berorganisasi. 2. Bagi pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Bagi pimpinan BEM, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika mengambil suatu keputusan dalam berorganisasi dengan melibatkan kecerdasan emosi, serta sebagai bahan pertimbangan untuk menyeleksi pimpinan berikutnya. 3. Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya kecerdasan emosi dalam proses pengambilan keputusan dan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih pimpinan berikutnya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Memberikan perluasan cakrawala pada ilmu pengetahuan, khususnya pada disiplin ilmu psikologi sosial dan organisasi tentang kecerdasan emosi dengan proses pengambilan keputusan, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya.