PENGELOLAAN KEUANGAN BAGI MASYARAKAT KELOMPOK USAHA PARIWISATA BAHARI KEPULAUAN TIDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
AKUTANSI UKM BAGI KELOMPOK USAHA KRIPIK IKAN, KRUPUK IKAN, DAN DODOL RUMPUT LAUT KEPULAUAN TIDUNG

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK USAHA NATA DE COCO DAN SYRUP DI KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

Bab I PENDAHULUAN. perjalanan, rumah makan, dan lain sebagainya. Pariwisata secara etimologi berasal

PELATIHAN UNIT COST SEBAGAI DASAR PENETPAN TARIF BAGI BIDAN PRAKTEK SWASTA DI WILAYAH KELURAHAN PENATIH,DENPASAR

BAB V PENUTUP. Hasil pembahasan dari gambaran sebaran dan pengujian hipotesis mengenai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Artikel Liburan ke Pulau Pari

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA CIPANAS GARUT

BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tulang punggung ekonomi didasarkan pada suatu anggapan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

Transkripsi:

PENGELOLAAN KEUANGAN BAGI MASYARAKAT KELOMPOK USAHA PARIWISATA BAHARI KEPULAUAN TIDUNG Dihin Septyanto 1, I in Endang Mardiani 2, Lia Amalia 3, Yosevin Karnawati 4 1,2,3,4 Fakultas Ekonomi, Universitas Esa Unggul, Jakarta Jalan Arjuna Utara No. 9 Kebon Jeruk 11510 Jakarta Barat dihin.septyanto@esaunggul.ac.id Abstrak Tujuan utama pengabdian masyarakat adalah melakukan pengelolaan penentuan tarip pelayanan pariwisata bahari sebagai penentuan harga jual pariwisata Pulau Tidung agar dapat terjangkau oleh konsumen dan wisatawan domestik dan mancanegara, membentuk penataan pengelolaan keuangan dalam bisnis wisata bahari berdasarkan pendekatan sistem akuntansi baik secara manual maupun komputerisasi, serta pengembangan pengetahunan masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan keuangan, yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masayarakat Pulau Tidung yang mandiri.metode pengabdian masyarakan menggunakan Rapid Rural Appraisal dengan rencana tindak pemberdayaan usaha pariwisata melalui pelatihan kegiatan usaha wisata bahari dalam penentuan tarip jasa wisata bahari, pembinaan dalam pengelolaan keuangan bisnis wisata bahari, serta pendampingan dalam penyusunan sistem akuntansi jasa wisata bahari baik secara manual maupun komputerisasi.hasil kegiatan pelatihan perencanaan dan pengelolaan keuangan serta modal kerja UKM untuk meningktakan kinerja keuangan perusahaan berjalan dengan lancar karena peserta antusias mengikuti acara hingga selesai dan merasakan manfaat pelatihan bagi kemajuan usaha mereka. Kata kunci: wisata bahari, pengelolaan keuangan, modal kerja Pendahuluan Analis Situasi Indonesia terkenal sebagai Negara archipelago dengan banyak pulau dan suku bangsa, adapun serta kebudayaan menjadikan keunggulan daya tarik untuk menjadi tempat singgah sebagai salah satu negeri yang indah dan menjadi salah satu faktor penunjang dalam pariwisata Indonesia. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan industri pelayanan jasa sebagai andalan Bangsa Indonesia untuk peningkatan devisa Negara. Salah satunya adalah Pulau Tidung yang berada pada Kecamatan kepulauan Seribu Selatan. Pulau Tidung dapat di jadikan alternatif wisata bahari di kepulauan seribu. Nuansa laut berwarna biru kehijauan dan biru gelap pertanda laut dalam. Pantai ini tidak berombak besar karena gugusan karang dan terumbu karang yang mengelilingi mampu menahan ombak, cukup aman untuk berenang. Ekosistem terumbu karang pulau ini masih mempunyai keindahan yang cukup baik, khususnya apabila melakukan kegiatan snorkeling/diving. Bersepeda ria, memancing dan wisata keliling pulau sekitarnya. Laut Kepulauan Seribu masih bening sehingga terumbu karang terlihat jelas dari permukaan. Pulau Tidung merupakan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pulau Tidung di perkirakan lebarnya hanya sebesar 200 M dan panjanganya hanya sekitar 5 KM, dan terbagi dua yaitu Tidung Besar dan Tidung Kecil. Pulau Tidung dapat dijadikan pariwisata Bahari sehingga sektor pariwisata mendukung pembukaan lapangan usaha, yang juga menjadi penggerak pemasukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kep. Seribu, seperti dari perdagangan, restoran, souvenir dan hotel. Obyek wisata bahari Pulau Tidung sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan dan daya tarik wisata ke Kepulauan Seribu Selatan. Begitu banyaknya obyek wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan Seribu apabila dikembangkan secara profesional akan sangat mungkin jira Pulau tidung menjadi primadona kunjungan wisatawan baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional dengan melihat pada potensi yang ada. Didukung oleh letak geografis Kabupaten Kepulauan Seribu yang strategis dan kondisi 54

alam yang sangat indah sangat memungkinkan pariwisata untuk berkembang pesat. Perekonomian Pulau Tidung semakin meningkat dengan peningkatan wisatawan yang menikmati eksotisme pulau tersebut. Wisatawan yang berkunjung makin lama makin banyak seiring dengan terekposnya Pulau Seribu dalam musim-musim tertentu, seperti liburan dan week-end. Kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu selama liburan diperkirakan mengalami peningkatan dengan rata-rata sekitar 3.000 hingga 5.000 per minggu. Namun, jumlah pengunjung bisa mencapai 15 ribu hingga 20 ribu wisatawan dalam seminggu di saat musim liburan. Potensi ini tidak diimbangi dengan fasilitas yang cukup untuk mengakomodasi jumlah wisatawan yang semakin meningkat, seperti kecukupan tersedianya fasilitas losmen atau penginapan atau hotel yang memadai secara kuantitas dan kualitas. Proses ini memberikan implikasi kepada harga pariwisata yang ditawarkan bersaing tidak wajar sehingga harga paket pariwisata bahari bersifat trial error sehingga penentuan tarip jasa pariwisata tidak tepat. Implikasinya pelayanan pariwisata dalam hal harga pariwisata harus dikelola untuk disesuaikan menurut tarip jasa yang tepat. Karena salah satu indikator pelayanan yang memadai adalah memberikan harga pelayanan pariwisata dengan tarif yang memadai yang wajar. Dalam memutuskan besarnya tarif yang diberikan atau untuk menyusun besarnya harga pelayanan pariwisata maka perhitungan unit cost (biaya satuan) akan sangat membantu. Penentuan unit cost dalam analisis biaya diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya yang benar benar dibutuhkan untuk menghasilkan suatu jasa, disamping tujuan lainnya seperti menilai efisiensi dalam anggaran (Supriyanto, 2000). Biaya satuan (unit cost) sangat penting artinya karena merupakan salah satu dasar dalam menentukan tarif pelayanan disamping faktor kemampuan dan kemauan membayar dari masyarakat. Biaya satuan memiliki tujuan (Gani Ascobat, dkk, 2002 ) untuk menetapkan harga pokok standar, Sebagai dasar penetapan harga jual produk atau jasa, untuk menentukan kebijakan cara penjualan produk atau jasa bila diperlukan perluasan. Kebijakan ini diperlukan untuk menghindari persaingan yang tidak sehat. Permasalahan Mitra Wisata Pulau Tidung melibatkan semua pihak mulai dari aparat desa, karang taruna, hingga masyarakat untuk membangun sebuah wisata rakyat yang menguntungkan bagi semua pihak. Seperti studi kasus di wisata bahari Pulau Tidung masyarakat lokal telah diberi kepercayaan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Seribu Selatan untuk melakukan usaha wisata bahari sehingga masyarakat lokal telah banyak terlibat dalam usaha-usaha pengelolaan. Tetapi selama ini usaha dan pengelolaan wisata bahari masih sederhana, sehingga pengelolaan yang melibatkan masyarakat tersebut terlihat belum kentara hasilnya. Hal ini terjadi karena pemberdayaan masyarakat lokal kurang terbina dengan baik, walaupun telah ada beberapa bantuan pembangunan sarana dan prasarana dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu yang mencoba melakukan penguatan lembaga pengelola dan pembangunan masyarakat (community development) dalam pengelolaan obyek wisata alam. Selama ini, kegiatan pariwisata di Pulau Tidung masih dikelola secara tradisional dan parsial. Villa-villa dan tempat penginapan hanya terisi pada akhir pekan saja, sedangkan pada hari-hari biasa, Pulau Tidung seperti Pulau mati, yang hanya di huni oleh segelintir penduduk. Pengelolaan Pulau tidung yang tradisional dan parsial menyebabkan standardisasi pariwisata tidak terjaga, sehingga sangat sulit untuk mengemas Pulau Tidung menjadi brand pulau wisata yang dapat dijual. Harga berwisata di Pulau Tidung tergolong murah apabila wisatawan datang dalam rombongan. Seperti sewa sepeda maupun peralatan menyelam menerapkan harga yang sama walaupun dari pihak penyewa yang berbeda-beda. Sementara harga penginapan sangat fleksibel. Tarip satu kamar Rp. 300.000 bisa untuk lima orang dan akan berbeda harganya bila untuk individu. Pulau tidung sebagai obyek wisata bahari harus dapat memberikan pelayanan pariwisata yang berkualitas. Untuk menjaga kesinambungan pelayanan pariwisata yang berkualitas, pengelola pariwisata harus dapat menentukan besaran tarif yang dapat menjamin total pendapatan lebih besar daripada total pengeluaran. Apabila tarif terlalu rendah, dapat 55

menyebabkan total pendapatan rendah pula, dan apabila lebih rendah dari total pengeluaran, pasti akan menimbulkan kesulitan keuangan. Secara umum, salah satu faktor penentu besaran tarif pelayanan pariwisata adalah kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar pelayanan pariwisata bahari serta adanya tarif pesaing. Sebagai penyedia jasa pelayanan pariwisata bahari, pengelola pariwisata Pulau Tidung sebaiknya tidak mengesampingkan respon masyarakat dan tarif pesaing dalam menentukan besaran tarif. Berdasarkan hal tersebut diatas, permasalahan yang terdapat pada pengelolaan obyek wisata bahari Pulau Tidung oleh pengelola pariwisata adalah sebagai berikut: 1. Belum adanya studi ekonomi mengenai penentuan tarip jasa pariwisata yang menjadi dasar harga pariwisata Pulau Tidung. Penentuan Tarip jasa pariwisata dilakukan secara trial-error. 2. Belum menerapkan pengelolaan keuangan dalam bisnis jasa pariwisata berdasarkan pendekatan sistem akuntansi 3. Belum menerapkan sistem perpajakan yang baik untuk self assesment. Tujuan Program Tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat di Pulau Tidung adalah: 1. Melakukan pendampingan dan pembinaan dalam pengelolaan keuangan bisnis wisata bahari. 2. Melakukan pendampingan dalam penyusunan modal kerja yang likuid dalam bisnis wisata bahari. 3. Melakukan pendampingan dan pembinaan dalam proses penyusunan laporan perencanaan keuangan dan modal kerja wisata bahari. 4. Pengembangan pengetahunan masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan keuangan, yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masayarakat Pulau Tidung yang mandiri. Metode Pelaksanaan Untuk mendukung tujuan, Tim dari Universitas Esa Unggul akan melakukan pelatihan, pendampingan dan pembinaan berkaitan dengan penentuan tarip jasa pariwisata, akuntansi, serta perpajakan, yaitu: 1. Pendekatan quality awareness Kualitas pelayanan merupakan faktor yang penting untuk dapat mendatangkan wisatawan dan mempertahankan wisatawan untuk kembali menikmati pariwisata Pulau Tidung. Tujuan aktivitas tersebut adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang betapa pentingnya kualitas pelayanan pariwisata yang akan diterima oleh para wisatawan. Kualitas pelayanan terkait dengan harga pelayanan pariwisata. Penentuan besarnya tarif untuk menyusun besarnya harga pelayanan pariwisata maka perhitungan unit cost diperlukan. Pentingnya adalah mengetahui besarnya biaya yang benar benar dibutuhkan untuk menghasilkan suatu jasa pariwisata (Supriyanto, 2000) serta disamping faktor kemampuan dan kemauan membayar dari masyarakat. Implikasi harga pelayanan adalah dasar penetapan harga jual jasa pariwisata serta menentukan kebijakan cara penjualan produk bila diperlukan perluasan. Kebijakan ini diperlukan untuk menghindari persaingan yang tidak sehat. Bentuk dari quality awareness adalah sosialisasi pelayanan pariwisata dan workshop, serta melibatkan aparat pemerintahan setempat untuk mengorganisasi semua penduduk yang memiliki fasilitasfasilitas komersial. 2. Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA) untuk menyusun tindakan Pendampingan, Pelatihan, dan Pembinaan Metoda penyusunan data dan rencana pengembangan Rapid Rural Appraisal (RRA). Rapid Rural Appraisal (RRA) merupakan suatu kegiatan sistematik dan terstruktur yang dilakukan oleh peneliti atau tenaga ahli dari berbagai disiplin dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data secara cepat dan efisien tentang fenomena kehidupan dan sumberdaya masyarakat di pedesaan. RRA memfokuskan pada upaya dan peran yang lebih besar kepada tim peneliti (expert) untuk melakukan pengkajian secara mendalam. Masyarakat cenderung ditempatkan sebagai objek kajian yang akan menjadi bahan bagi tim untuk menyusun asumsi, deskripsi dan kerangka tindakan. 56

Metoda RRA digunakan untuk menyusun rencana tindak kesiapan masyarakat Pulau Tidung dalam menyongsong dan mengembangkan pantai Siung sebagai kawasan tujuan wisata, terutama rencana tindak yang berkaitan dengan bagaimana kelompok usaha pariwisata mengatasi masalah penentuan tarip jasa pariwisata, pengelolaan keuangan dan akuntansi, serta aspek perpajakan. Kegiatan tersebut meliputi pelatihan dan pendampingan kegiatan pelayanan pariwisata berbagai jenis yang ada di Pulau Tidung sejak menerima wisatawan, melayani wisatawan, sampai wisatawan meninggalkan Pulau Tidung. RRA akan dihasilkan rencana tindak pemberdayaan usaha pariwisata yang dilanjutkan dalam pendampingan sebagai berikut: 1. Melakukan pendampingan dan pembinaan dalam pengelolaan keuangan bisnis wisata bahari. 2. Melakukan pendampingan dalam penyusunan modal kerja yang likuid dalam bisnis wisata bahari. 3. Melakukan pendampingan dan pembinaan dalam proses penyusunan laporan perencanaan keuangan dan modal kerja wisata bahari. Usulan program pelatihan, pembinaan dan pendampingan proses pengelolaan usaha wisata bahari Pulau Tidung berbasis masyarakat akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan keuangan usaha wisata bahari. Adapun hasil dari proses tersebut adalah Terciptanya pengelolaan keuangan yang akuntabel. Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan pelatihan dibagi dalam 3 tahap selama 2 hari. Pada hari pertama diawali dengan regisrasi dan pembukaan. Selanjutnya, dilanjutkan dengan pemberian materi pertama dengan topik materi Pengantar Pengelolaan Keuangan dan Modal Kerja bagi UKM. Materi ini membahas pentingnya perencanaan dan pengelolaan keuangan bagi UKM. Materi pertama kedua ini juga disampaikan dengan topik transaksi-transaksi modal kerja dan pelaporan modal kerja UKM. Pelatihan hari kedua materi disampaikan oleh pemateri dengan topik praktik pengelolaan keuangan UKM. Kemudian, pada hari terakhir pelatihan ini peserta diminta mencatat transaksi bisnis keuangan dan modal kerja berdasarkan bisnis masing-masing dan selanjutnya menyusun pelaporan modal kerja. Pada sesi terakhir ini kegiatan pelatihan diakhiri pada jam 15.00.Selanjutnya sisa pelatihan 7,5 jam digunakan untuk pendampingan kepada pesrta pelatihan pengelolaan keuangan UMKM secara mandiri di masing-masing tempat. Pembahasan Pelaksanaan pelatihan pada hari pertama berjalan dengan lancar. Materi pertama yang diberikan adalah pengenalan atau pendahuluan mengenai keuangan UMKM. Pemateri memberikan penjelasan pentingnya perencanaan keuangan dan pengelolaannya serta modal kerja yang likuid bagi UMKM. Sebagian besar audiens belum mengerti fungsi keuangan dan modal kerja, bahkan sebagian besar peserta pelatihan menganggap bahwa perencanaan keuangan dan pengelolaannya adalah bidang yang rumit, susah, merepotkan, menghabiskan waktu. Materi pertama ini diisi dengan penguatan pentingnya perencanaan dan pengelolaan keuangan bagi usaha kecil (UMKM). Pada sesi ini terjadi diskusi yang menarik antara audiens dengan pemateri mengenai konsep dasar keuangan untuk usaha. Beberapa audiens memiliki persepsi berebda tentang usaha atau entitas. Berdasarkan diskusi konsep entitas ini akhirnya diperoleh pemahaman konsep entitas. Setelah diperoleh kesepakatan tentang konsep entitas, dilanjutkan dengan fungsi perencanaan dan pengelolaan serta pelaporan keuangan bagi entitas. Setelah acara ISHOMA selama satu jam acara dilanjutkan dengan materi kedua mengenai transaksi-transaksi dalam modal kerja untuk likuiditas usaha. Pada sesi ini, masing-masing audiens diminta menjelaskan aktivitas operasi masing-masing usaha mereka. Selanjutnya diidentifikasi aktivitasaktivitas ekonomi dan aktivitas nonekonomi. Berdasarkan aktivitas ekonomi yang telah diidentifikasi, selanjutnya dilakukan pencatatan akuntansi dan modal kerja yang 57

penting bagi kontinuitas usaha. Aktivitas yang diidentifikasi tersebut diawali dari aktivitas memulai usaha (investasi awal), transaksi pembelian bahan baku, pembelanjaan, pemasukan, dll. Setelah mencatat transaksi modal kerja dan pengelolaannya, materi berikutnya menyusun laporan perencanaan dan modal kerja. Sebagai latihan, peserta pelatihan diminta membuat laporan keuangan sederhana berdasarkan contoh yang ada. Latihan ini berakhir pada pukul 15.00 sore. Sebelum peserta pelatihan pulang, pemateri memberikan tugas berupa identifikasi transaksi yang terjadi di masing-masing usaha mereka. Pelatihan hari kedua materi praktik akuntansi UMKM yang dilanjutkan kembali dari materi sebelumnya. Pada akhir pelatihan, peserta diminta mengumpulkan mencatat transaksi bisnis berdasarkan bisnis masingmasing yang telah disiapkan dari rumah. Pada sesi awal ini peserta bertanya dan berdiskusi tentang transaksi dan pencatatan yang telah mereka buat. Beberapa dari perserta masih kebingungan mencatat dan membuat perencaan serta pengelolaannya. Sesi pertama ini cukup menyita waktu karena pembahasan transaksi dan pencatatan akuntansi dilakukan satu satu. Setelah semua peserta menyelesaikan pembuatan perencanaan dan pelaporan keuangan, peserta beristirahat untuk mekan siang dan melakukan ibadah siang. Setelah beristirahat diskusi dilanjutkan membahas penyusunan perencanaan dan pelaporan keuangan. Pada sesi terakhir ini peserta diminta menyusun perencanaan keuangan dan bagaimana melakukan pengelolaan keuangan berdasarkan transaksi dan rencana yang telah mereka buat. Pada sesi terakhir ini kegiatan pelatihan diakhiri pada jam 15.00.Selanjutnya sisa pelatihan 7,5 jam digunakan untuk pendampingan kepada pesrta pelatihan perencaaan dan pengelolaan keuangan UMKM secara mandiri di masing-masing tempat. Faktor Pendukung Kegiatan Secara umum acara pelatihan ini berjalan dengan lancar. Hal ini dicapai berkat dukungan Pemerintah Kepulauan Tidung yaitu fasilitas tempat serta bantuan dalam mengumpulkan audiens peserta. PemKab Kepulauan Tidung menyambut baik acara pelatihan ini sehingga berkeinginan agar pelatihan ini tetap berlanjut di masa yang akan datang untuk kemajuan anggotanya. Faktor Penghambat Kegiatan Acara PPM dapat terlaksana dengan lancar karena pembagian tugas telah dilakukan jauh hari sebelum acara ini dilaksanakan. Hambatan lain yang dijumpai tim PPM adalah keikutsertaan atau kehadiran peserta yang tidak seratus persen hadir, yaitu hanya 47 peserta yang hadir dari 54 undangan. Hal ini diduga karena beberapa peserta yang diundang memiliki kegiatan di tempat lain, seperti mengikuti pameran di luar kota, pelatihan yang diselenggarakan instansi lain. Kesimpulan Kegiatan pelatihan perencanaan dan pengelolaan keuangan serta modal kerja UMKM bagi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) untuk meningktakan kinerja keuangan perusahaan berjalan dengan lancar. Semua peserta antusias mengikuti acara hingga selesai dan merasakan manfaat pelatihan bagi kemajuan usaha mereka. Saran Pelatihan serupa dapat dilaksanakan kembali dengan peserta (audience) yang lebih banyak/luas, dan dengan topik lainnya. Di samping itu fasilitas untuk presentasi seperti LCD dan pengeras suara sebaiknya diperiksa kembali sebelum acara dilaksanakan. Daftar Pustaka Gani, Ascobat,dkk. 2002. Perencanaan dan penganggaran Kesehatan Terpadu (Integrated Health Planning and Budgeting), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta. Supriyanto, S., J.P. Widiada, N.Anita D,Thinni NR.Djasiki. 2000. Analisis Biaya satuan dan Penyesuaian Tarif Pelayanan Puskesmas, Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya. 58