BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di. berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perusahaan yang telah disepakati oleh semua karyawan. Karyawan yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan untuk mencapai tujuan organisasional sebagian besar ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

2015 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP LOYALITAS PEGAWAI DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan.

PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. instansi tak dapat melaksanakan aktivitasnya. Dengan pegawai yang terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB I PENDAHULUAN. yang menggerakkan dinamika organisasi, semakin besar organisasi, masalah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta kerangka berfikir.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai sumber daya dominan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia mampu menciptakan berbagai macam inovasi dan merupakan komponen utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara profesional, di harapkan pegawai bekerja secara produktif.

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karyawan menjadi pelaku yang menunjang tercapainya tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini tidak sekedar berjalan sangat cepat tetapi bersifat tidak pasti. Tipe-tipe

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki. Salah satu sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pegawai merupakan hasil atau prestasi kerja pegawai yang dinilai dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap perusahaan yang merupakan sebuah organisasi bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan maka akan dapat diketahui kesalahan-kesalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan profesionalisme. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bernegara seperti organisasi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi,

I. PENDAHULUAN. mencapai kualitas pendidikan adalah guru. Guru adalah figur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan. strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk kerja, manusia mempunyai kecenderungan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtunuwu (2015)

BAB I PENDAHULUAN. atau instansi sering mengalami kendala yang meliputi perubahan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. individu menjadi tenaga kerja ahli yang terampil dan berkualitas. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi disamping modal, material, mesin, dan sumber daya lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENGANTAR. yang kuat ingin maju. Tekad dan ketegasan itu telah dibuktikan sejak kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dari peran pimpinan dalam mengelola bawahannya. Hasil aktivitas pegawai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik. Bagi masyarakat yang kurang maju atau tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan. Permasalahan yang masih menghadang dan perlu diatasi dalam penyelenggaraan pendidikan nasional adalah rendahnya kualitas hasil pendidikan di segenap jenjang pendidikan. Masalah peningkatan mutu pendidikan merupakan hal mendesak yang perlu diatasi, terlebih lagi mengingat situasi global yang ditandai dengan iklim kompetitif antar bangsa di dunia yang semakin tajam dalam memperebutkan sumber daya berkualitas yang terbatas. Berbagai unsur yang terkait dengan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, memerlukan pengembangan untuk mendukung upaya peningkatan mutu tersebut, salah satu unsur tersebut adalah guru. Menurut Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia tentang kode etik guru Indonesia (2013), guru adalah jabatan profesi yang mulia dengan tugas utama adalah bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan 1

2 mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Rendahnya kualitas peserta didik sekarang sangat dapat dirasakan, hal ini sudah barang tentu akibat rendahnya kualitas guru, disamping pandangan masyarakat kepada guru bukanlah pahlawan tanpa tanda jasa, tapi guru dipandang sebagai pahlawan minta jasa, dan jasa guru dilawan dan ditantang. Untuk itu, guru perlu didudukkan kepada fungsi dan perannya (Nasharuddin, 2005). Setiap menjalankan aktivitas atau kegiatan sehari-hari, masalah disiplin sering didefinisikan dengan tepat, baik waktu maupun tempat. Apa pun bentuk kegiatan itu, jika dilaksanakan dengan tepat waktu. Demikian pula dengan ketepatan tempat, jika dilaksanakan dengan konsekuen, maka predikat disiplin tersebut telah merasuk ke dalam jiwa seseorang. Terlaksananya misi dan tujuan suatu organisasi, khususnya pada proses belajar mengajar di MTS Negeri Bukit Raya, guru harus memiliki disiplin kerja yang baik. Disiplin kerja dalam hal ini dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Disiplin kerja guru merupakan aspek yang sangat menentukan bagi keberhasilan pendidikan. Disiplin kerja secara tepat hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi terhadap guru saat ini, karena hasil evaluasi disiplin kerja menunjukkan tingkat pengelolaan seseorang dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

3 Bagaimanakah sikap para guru tentang aturan disiplin? Banyak guru yang masih merasa bahwa kewajiban guru adalah mengajar dan kewajiban mengajar sudah dilaksanakan selama 24 jam tatap muka. Tentang kewajiban 37,5 jam mereka menganggap itu urusan lain dan itu bukan kewajiban guru. Pendapat yang seperti itu patut disayangkan karena sudah semestinya guru dengan status sebagai PNS membawa konsekwensi pada aturan disiplin PNS yang berlaku secara umum baik PNS non-guru maupun guru. Kalau memang masih ada guru yang berkata bahwa peraturan disiplin PNS bukanlah untuk guru maka etos dan komitmen PNS perlu dipertanyakan. Apalagi kalau ada guru yang sampai tega mengatakan 24 jam tatap muka itu terlalu banyak (Murman, 2013). Keberadaan guru honorer diharapkan dapat membantu meningkatkan tujuan pendidikan di sekolah. Menurut wawancara peneliti bulan Februari 2014 pada seorang guru honor, disimpulkan bahwa guru honorer bekerja tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan guru. Salah satu contohnya adalah sekolah mempekerjakan guru matematika yang sesungguhnya memiliki keahlian bidang kimia, sehingga mengurangi rasa tanggung jawab sebagian guru PNS. Akibatnya, tidak jarang di sekolah ini ditemukan para guru PNS lebih banyak memanfaatkan guru-guru honor mengajar, sementara mereka asik ngobrol dan melakukan aktivitas lain. Disiplin guru yang rendah dapat terlihat dari tanggung jawab guru untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Salahsatu indikasi rendahnya disiplin guru ini dapat dilihat dari Rekapitulasi Kehadiran MTsN Bukit Raya Pekanbaru (Lampiran) yang peneliti peroleh selama kurun waktu tiga bulan terakhir yaitu

4 bulan September sampai dengan November 2014. Beberapa hal yang diukur dalam rekapitulasi kehadiran adalah jumlah hadir, ceklok pagi-siang, jumlah sakit, ijin, dinas, cuti, dan kosong/absen. Hasil dari pengukuran tersebut disimpulkan pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 1.1 Persentase Rekapitulasi Absen bulan September, Oktober dan November 2014 MTsN Bukit Raya Pekanbaru No. Bulan Kehadiran (%) Absen (%) 1. September 97,88 % 2,12 % 2. Oktober 97,96 % 2,04 % 3. November 95,52 % 4,48 % Sumber: Analisis Laporan Total Absensi Elektrik MTsN Bukit Raya Pekanbaru September s/d November 2014 Gambar 1.1 Persentase Rekapitulasi Absen bulan September, Oktober dan November 2014 MTsN Bukit Raya Pekanbaru REKAPITULASI ABSENSI 5,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% ABSEN; 2,12% ABSEN; 2,04% ABSEN; 4,48% SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER ABSEN Idealnya, sikap guru adalah memulai dari diri sendiri, memulai dari hal yang kecil, dan memulai dari saat ini. Oleh karena itu, sikap diri yang sangat diperlukan dalam pengembangan profesionalisme salah satunya adalah disiplin yang tinggi (Nasharuddin, 2013). Nitisemito (1996 ) menyatakan bahwa disiplin

5 kerja merupakan tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan organisasi baik yang tertulis atau tidak tertulis. Disiplin ini sangat diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan, guru diharapkan mampu bekerja dengan baik dalam menyelesaikan pekerjaannya, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Hasil penelusuran yang peneliti lakukan pada tanggal 9 Desember 2014 di MTS Negeri Bukit Raya Pekanbaru mengenai hasil data absensi elektrik kehadiran guru di sekolah membuktikan ada beberapa guru yang tidak hadir atau tanpa keterangan saat jam kerja. Hasibuan (2013) menyatakan penegakan disiplin merupakan sesuatu yang penting bagi suatu organisasi sebab dengan kedisiplinan akan membuat pekerjaan yang dilakukan semakin efektif dan efisien. Bila kedisiplinan tidak dapat ditegakkan, kemungkinan tujuan yang telah diterapkan oleh suatu organisasi tidak akan tercapai. Sebagaimana layaknya sikap guru, kedisiplinan kerja tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Menurut Veithzal (2007) mengatakan banyak dijumpai dalam keseharian guru PNS baik di sekolah negeri juga swasta yang tidak hadir akibat kurangnya disiplin waktu. Budaya seperti ini mengakibatkan produktivitas sumberdaya manusia menurun dan menyebabkan banyak sekali kegagalan-kegagalan hasil dalam meraih target yang telah ditentukan. Efek jangka panjang adalah kurang bersaingnya pendidikan dalam negeri terhadap pendidikan luar karena kurangnya kredibilitas yang ditunjukan sekolah negeri maupun lembaga pendidikan swasta. Mengingat kedudukan dan peran strategis guru, maka upaya peningkatan mutu pendidikan pun langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh

6 komitmen organisasi. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, dan keyakinan dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Mowday, dkk, dalam Luthans, 2006). Komitmen organisasi adalah sejauh mana keberpihakan seseorang memihak kepada tujuan organisasi, serta berniat memelihara keanggotaannya (Robbins, 2002). Keterlibatan ini akan tercermin pada tingkat aktivitas seseorang demi kepentingan organisasi (Sutrisno, 2010). Keprofesionalan kerja guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya merupakan indikasi adanya komitmen di dalam diri guru. Hal ini didukung oleh pendapat Steers dan Porter (1983) yang menyatakan bahwa organisasi (sekolah) akan mendapatkan dampak positif dari adanya komitmen pegawai (guru) yang tinggi terhadap organisasi karena pegawai tersebut akan menunjukkan kegigihan yang kuat untuk tetap bekerja pada organisasi dan akan berusaha mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nouri dan Parker (dalam Rahayu, 2013) merumuskan bahwa komitmen organisasi yang tinggi merupakan sebuah bentuk penerimaan karyawan terhadap tujuan organisasi dan kesediaan untuk berusaha demi kepentingan organisasi guna meningkatkan performa manajerial. Dengan demikian, komitmen organisasi mampu mendorong seorang karyawan untuk menunjukkan perilaku yang positif seperti, meningkatkan disiplin kerja, mematuhi kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan organisasi, membangun

7 hubungan yang baik dengan rekan kerja, serta meningkatkan pencapaian dalam pekerjaan (dalam Rahayu, 2013). Menurut Allen & Meyer (1990) komitmen organisasi itu bersifat multidimensi, yaitu; komitmen afektif, continiuance dan normatif. Komitmen afektif adalah keterikatan secara emosional guru, identifikasi dan keterlibatan dalam organisasi; komitmen continiuance adalah komitmen berdasarkan biaya yang berhubungan dengan keluarnya guru dari organisasi; komitmen normatif adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu. Penelitian ini dilakukan di MTS Negeri Bukit Raya yang merupakan salah satu lembaga pendidikan di Pekanbaru. Peneliti ingin melihat apakah komitmen organisasi berhubungan dengan disiplin kerja guru yang bekerja di sekolah itu. Hal tersebut, ternyata sesuai dengan survey pendahuluan yang peneliti lakukan dengan mendatangi sekolah tersebut sebelumnya yang ternyata masih terdapat guru yang mangkir. Meskipun belum dapat diketahui banyaknya namun sudah terlihat ada guru yang duduk-duduk di samping kantor mengobrol bahkan ada yang sambil merokok sedangkan itu pada jam kerja. Kemudian, peneliti menemukan banyak guru yang masih ngobrol bersama dalam ruangan kantor pada jam kerja dan masih banyak guru wanita yang meninggalkan kantor sebelum jam pulang kantor. Hal itu semua mungkin mencerminkan ketidak disiplinan yang mungkin akan memiliki hubungan dengan komitmen organisasi.

8 Berdasarkan paparan di atas membuktikan bahwa masih rendahnya disiplin kerja guru saat ini dan hal ini harus benar-benar dipahami dengan kesadaran tinggi tentang arti dari komitmen organisasi sendiri. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah unsur komitmen terhadap organisasi yang merupakan topik menarik bagi sejumlah ilmuan dan praktisi. Dasar ketertarikan para ilmuan menelaah tentang komitmen terhadap organisasi adalah karena diduga berdampak langsung dan positif terhadap organisasi, seperti masalah absensi dan perpindahan kerja, juga terkait dengan loyalitas, motivasi dan keterlibatan kerja, dan menumbuhkan kemauan bekerja keras, kreatif dan inovatif. Dengan kata lain, kajian tentang komitmen terhadap organisasi berguna untuk memahami dedikasi guru terhadap sekolah tempat guru bekerja (Haryanto, 2010). Ini artinya bahwa seorang guru yang mempunyai komitmen terhadap organisasi, memaknai kerja dengan hal yang luhur mengindikasikan bahwasanya guru dekat dengan kedisiplinan kerja yang akan dicapai dan dekat dengan perasaan puas terhadap pekerjaan yang dicapainya. Atas latar belakang dan fenomena itu maka peneliti tertarik mengambil judul: hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada guru MTS Negeri Bukit Raya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada guru MTS Negeri Bukit Raya?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja guru MTS Negeri Bukit Raya. D. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ulang kembali beberapa penelitian serupa, yaitu: 1. Wardhani, R.K. 2011, berjudul Hubungan antara Komitmen Organisasi dengan Disiplin Kerja pada Karyawan PT.X. Menggunakan dua variabel yang sama. Beberapa perbedaan yaitu metode sampling, menggunakan purposive sampling. Selain itu, subjek penelitian berbeda dengan penelitian ini yaitu karyawan PT.X, sedangkan penelitian ini subjeknya adalah guru. Perbedaan lainnya terdapat dalam aspek-aspek yang diukur yaitu aspek komitmen organisasi dari teori Baron & Greenberg (1989) yang terdiri dari 29 aitem, sedangkan skala disiplin kerja disusun mengacu pada aspek-aspek dari teori Lateiner & Levine (1971) terdiri dari 45 aitem. Met ode analisis data berbeda dengan penelitian ini dimana penelitian tersebut menggunakan product moment dari Spearman, sedangkan penelitian ini menggunakan product moment dari Pearson. 2. Wibowo, M.H.P., dan Wibisono, S. 2012. Hubungan antara Komitmen Organisasi dengan Disiplin Kerja karyawan kontrak PT. Patra Niaga Depot Rewulu di Yogyakarta. Menggunakan dua variabel yang sama dengan penelitian ini. Beberapa perbedaan yaitu subjek penelitian yaitu karyawan PT. Patra Niaga Depot Rewulu di Yogyakarta, sedangkan penelitian ini

10 subjeknya adalah guru. Perbedaan lainnya terdapat dalam aspek-aspek yang diukur yaitu aspek yang diungkap oleh Poter dan Smith ( Winahyu, 2007), sedangkan skala disiplin kerja disusun mengacu pada aspek-aspek dari teori Lateiner & Levine (1971). Metode analisis data berbeda dengan penelitian ini dimana penelitian tersebut menggunakan product moment dari Spearman, sedangkan penelitian ini menggunakan product moment dari Pearson. 3. Haryanto, 2010 tentang hubungan antara komitmen organisasi dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Terdapat kesamaan yaitu metode yang digunakan adalah kuantitatif korelasi dari Pearson untuk mengetahui hubungan variabel. Terdapat perbedaan diantaranya subjek penelitian yaitu Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan Kembangan Jakarta Barat, sedangkan penelitian ini subjeknya adalah guru. Perbedaan lainnya adalah teknik sampling yaitu simple random sampling, sedangkan penelitian ini adalah penelitian populasi. 4. Muhajir Lelo Nasution (2 012), tentang hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen afektif terhadap organisasi dan kedisiplinan pada guru. Terdapat kesamaan subjek penelitian yaitu guru sekolah dan metode yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Perbedaannya terletak pada metode analisis yang digunakan pada penelitian tersebut adalah multi variate sedangkan peneliti menggunakan metode dengan korelasi product moment.

11 Hasil penelitian ini merupakan penelitian dengan subjek guru. Sehingga perbedaan penelitian ini terletak kepada subjek, lokasi, dan skala peneliti pakai dari Mowday, dkk ( dalam Luthans, 2006), serta disiplin kerja berdasarkan indikator oleh Hasibuan (2013). E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi di bidang psikologi organisasi dan psikologi pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan peran komitmen organisasi dengan disiplin kerja guru. 2. Praktis a. Bagi guru. Dapat memberi masukan bagi guru mengenai bagaimana komitmen organisasi di sekolah sebagai organisasi, sehingga guru berusaha meningkatkan disiplin kerja. b. Bagi Kepala Sekolah. Dapat memberi masukan pada kepala sekolah pada pentingnya komitmen organisasi dengan disiplin kerja guru sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai tujuan sekolah yang digambarkan dengan tingginya kinerja guru sebagai pemegang peranan tinggi dalam pendidikan.