HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT ALAM DAN PUPUK N TERHADAP KELARUTAN P, CIRI KIMIA TANAH DAN RESPONS TANAMAN PADA TYPIC DYSTRUDEPTS DARMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SP-36 PADA ULTISOL UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Z

PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT ALAM DAN PUPUK N TERHADAP KELARUTAN P, CIRI KIMIA TANAH DAN RESPONS TANAMAN PADA TYPIC DYSTRUDEPTS DARMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK SISA PEMANFAATAN ABU SEKAM SEBAGAI SUMBER SILIKA (Si) UNTUK MEMPERBAIKI KESUBURAN TANAH SAWAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

A. PENDAHULUAN. Jurnal Geografi Vol. 1 No.1 Agustus

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAHAN METODE PENELITIAN

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

DEGRADASI LAHAN PADA KEBUN CAMPURAN DAN TEGALAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

Dynamics of N NH 4 and N NO 3 Effect of Urea and Lime CaCO 3 Application in Inceptisols Taken from Kwala Bekala and Relation To Growth of Maize

I. PENDAHULUAN. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah

Jurusan Agroteknologi. UPN Veteran Yogyakarta Weblog: Sumarsih07.wordpress.com

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kesuburan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Beberapa Sifat KimiaTanah Gambut dalam Pot yang Diberi Raw Mix Semen dan Mikroorganisme Efektif M-Bio

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Hasil Analisis Sampel Tanah Awal

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelarutan P dari Fosfat Alam Rataan hasil pengukuran kadar P dari perlakuan FA dan pupuk N pada beberapa waktu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 4, 6 dan 8. Tabel 1. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Kelarutan P Perlakuan 1 MSI (ppm P) 3 MSI (ppm P) MSI (ppm P) Kontrol 11.43 b 7.94 b 4.3 b FA 2.42 a 24.37 a 27.18 a Urea 1.94 b 12.3 b 4.68 b Urea + FA 29.28 a 3.2 a 41.73 a ZA 11.18 b 6.96 b 4.61 b ZA + FA 32.21 a 28.7 a 29.8 a Ket. : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk N berpengaruh nyata terhadap kelarutan P pada minggu 1, 3 dan setelah inkubasi (Tabel Lampiran 4, 6 dan 8). Tabel 1 diatas terlihat bahwa kelarutan P pada pemberian pupuk FA yang dikombinasikan dengan Urea semakin meningkat seiring dengan meningkatnya lama waktu inkubasi. Sedangkan untuk perlakuan pemberian pupuk FA yang dikombinasikan dengan ZA mempunyai pola pelarutan P yang semakin menurun dengan meningkatnya lama waktu inkubasi. Akan tetapi hal ini belum mencerminkan kelarutan P dari FA. Oleh karena itu untuk menunjukkan kelarutan P dari FA akibat pemberian pupuk N maka ditentukan berdasarkan selisih kadar P-tersedia/P-Bray 1 antara perlakuan yang dipupuk N dan FA dengan perlakuan pupuk N saja seperti yang tertera pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa kelarutan P dari FA secara umum semakin meningkat seiring dengan meningkatnya lama waktu inkubasi baik pada perlakuan FA dengan Urea maupun dengan ZA. Pada perlakuan FA yang dikombinasi dengan pupuk N nampak bahwa kombinasi pupuk ZA dengan FA memberikan kelarutan P dari FA tertinggi pada minggu ke-1 dan ke-3 setelah inkubasi (MSI)

dibandingkan dengan perlakuan Urea dengan FA. Sedangkan pada minggu ke-, kelarutan P dari FA yang tertinggi adalah perlakuan Urea dengan FA. Tingginya pelarutan FA akibat pemberian pupuk ZA pada 1 MSI dan 3 MSI disebabkan oleh pengaruh pemasaman tanah yang dihasilkan dari pupuk ZA dimana dari hasil proses nitrifikasi pada pupuk ZA mampu menghasilkan 4H + dibandingkan Urea yang hanya menghasilkan 2H + seperti yang ditunjukkan pada reaksi berikut ini : Urea (NH 2 ) 2 CO + 4O - 2 > 2NO 3 + 2H + + CO 2 + H 2 O Ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 + 4O - 2-2 > 2NO 3 + SO 4 + 4H + + 2H 2 O 4 37, 3 Kadar P-tersedia (ppm P) 3 2 2 1 1 21,3 21,79 18,34 17,9 24,97 Urea ZA 1 MSI 3 MSI MSI Minggu Setelah Inkubasi (MSI) Gambar 2. Pengaruh Pemberian Pupuk N terhadap Kelarutan P dari FA Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk N satu minggu terlebih dahulu dari FA (W2) mempunyai kelarutan P yang lebih tinggi dari perlakuan pemberian pupuk N secara bersamaan waktu dengan FA (W1). Perlakuan W2 cenderung mempunyai pola pelarutan P yang semakin meningkat dengan meningkatnya lama waktu inkubasi sedangkan perlakuan W1 mempunyai pola pelarutan P yang semakin menurun.

Kadar P-tersedia (ppm P) 8 7 6 4 3 2 1 22,12 2,61 18,3 16,27 14,73 68,11 1 MSI 3MSI MSI Waktu inkubasi (minggu) W1 W2 Gambar 3. Pengaruh Waktu Pemberian Pupuk N dan FA terhadap Kelarutan P. Pengaruh Pupuk N dan Fosfat Alam terhadap Ciri Kimia Tanah Reaksi Tanah Rataan hasil pengukuran ph tanah setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji BNT pada taraf α =. disajikan pada Tabel 2. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 1. Pada Tabel 2 terlihat bahwa ph tanah pada pemberian pupuk N berupa Urea maupun ZA tanpa diberikan FA cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol seiring dengan meningkatnya takaran dari kedua pupuk tersebut. Nilai ph tanah dari pemberian pupuk Urea cenderung masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ph tanah akibat dari pemberian pupuk ZA. Hasil Penelitian ini memiliki kecenderungan yang sama dengan hasil penelitian Maryam et al. (1998) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea dengan takaran 2 ppm N pada tanah Ultisol Lampung cenderung menaikkan ph dari nilai ph 4.4 pada perlakuan kontrol menjadi 4.8 walaupun pada takaran 1 ppm N ph tanah berada dibawah ph pada perlakuan kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena pada awal reaksi Urea dalam tanah terjadi hidrolisis pupuk Urea yang menghasilkan OH- seperti yang ditunjukkan pada reaksi berikut ini (Follet et al. 1981) : CO(NH 2 ) 2 + 3 H 2 O CO 2 + 2 NH + 4 + 2 OH -.

Tabel 2. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap ph Tanah Pupuk N P N 4.44 i 4.79 e.6 b U1 4.67 fg 4.86 d.6 b U2 4.71 f. bc.2 a Z1 4.3 h 4.7 fg. bc Z2 4.64 g 4.8 de 4.99 c Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. FA Dari Tabel 2 terlihat bahwa peningkatan takaran FA baik yang dikombinasikan dengan pupuk N maupun yang tidak dikombinasikan menunjukan adanya kenaikan ph tanah. Kenaikan ph tanah dari kombinasi pupuk Urea dan FA secara umum cenderung lebih tinggi kenaikannya dibanding dengan kombinasi pupuk ZA dan FA. Pada Gambar 4 tampak bahwa pada takaran FA, naiknya takaran pupuk N dari N1 ke N2 menaikkan nilai ph tanah baik pada kombinasi Urea dengan FA maupun ZA dengan FA sebaliknya pada takaran fosfat alam, kenaikan ph hanya terjadi pada kombinasi Urea dengan FA sedangkan kombinasi ZA dengan FA terjadi penurunan ph seiring dengan meningkatnya takaran pupuk N. Secara umum Gambar 4 menunjukkan bahwa kenaikan ph akibat pemberian pupuk Urea dengan fosfat alam masih lebih tinggi dibanding pemberian pupuk ZA dengan fosfat alam. Kenaikan ph tanah dengan adanya penambahan FA disebabkan karena dalam proses pelarutan FA akan melepaskan anion-anion seperti PO -3 4, CO -2 3 dan F -. Anion-anion tersebut kemudian akan mengikat kation H + sehingga jumlah H + dalam larutan tanah akan berkurang yang berarti akan menaikkan ph tanah. Penurunan jumlah H + ini juga akan diikuti dengan meningkatnya kadar OH - dalam larutan tanah, sehingga akan meningkatkan ph tanah.

Nilai ph 6 4 3 2 1 4,79 4,86 4,7 4,8 N U1 U2 Z1 Z2 Nilai ph 6 4 3 2 1,6,6,2, 4,99 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 4. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap ph Tanah Kenaikan ph dari proses pelarutan FA ini dapat digambarkan sebagai berikut (Chien 1992) (x)h + Ca 1-.42x Na.3x MgO 12x (PO 4 ) 6-x (CO 3 ) x F 2+.4x (1-.42)Ca +2 +.3xNa + +.12xMg +2-3 + (6-X)PO 4 + xco -2 3 + (2+.4x)F - Kemudian anion PO -3 4, CO -2 3 dan F - ini akan beraksi dengan H + : PO -3 4 + 2 H + -2 H 2 PO 4 CO -2 3 + 2 H + H 2 O + CO 2 F - + H + HF

Aluminium Dapat Dipertukarkan Rataan hasil pengukuran Al-dd setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji BNT pada taraf α =. disajikan pada Tabel 3. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 12. Dari Tabel 3 diketahui bahwa pemberian FA baik yang disertai dengan pemberian pupuk N atau tanpa pupuk N nyata menurunkan Al-dd. Hal yang serupa terjadi juga pada perlakuan pemberian pupuk N dengan tanpa pemberian FA yang mana peningkatan takaran pupuk N cenderung menurunkan kadar Al-dd. Penurunan Al-dd ini senada dengan adanya kenaikan ph tanah seperti yang tertera pada Tabel 2. Tabel 3. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Al-dd Pupuk N P FA (me Al/1 g) N 3.21 d 1.2 bc.47 ab U1 2.72 d 1.3 bc.3 ab U2 1.73 c.83 b.19 a Z1 3.11 d 1.2 c.4 ab Z2 3.3 d 1.2 bc.4 ab Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. Penurunan kadar Al-dd tanah dengan penambahan FA erat kaitannya dengan meningkatnya ph tanah akibat pengaruh dari FA. Menurunnya kadar Al-dd tanah dengan penambahan FA kemungkinan juga disebabkan karena terbentuknya ikatan antara Al dengan P (Al-P). Mineralisasi FA melepas ion P yang menjadi P dapat ditukar atau berikatan dengan Al dan Fe membentuk ikatan Al-P dan Fe-P yang bersifat tidak larut.

Al-dd (me/1 g) 1,6 1,4 1,2 1,8,6,4,2 1,2 1,2 1,2 1,3,83 N U1 U2 Z1 Z2 Al-dd (me/1 g) 1,6 1,4 1,2 1,8,6,4,2,47,3,4,4,19 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap Al-dd Pada Gambar terlihat bahwa pemberian pupuk Urea dengan FA memberikan efek penurunan kadar Al-dd tanah yang lebih baik dibandingkan antara pupuk ZA dan FA. Pola penurunan kadar Al-dd ini mirip dengan pola kenaikan ph tanah seperti pada Gambar 3 dimana kenaikan ph akibat pemberian pupuk Urea dengan FA cenderung menaikkan ph tanah yang lebih tinggi dari kombinasi antara ZA dengan FA. P-tersedia Hasil analisis ragam pengukuran P-tersedia setelah diberi perlakuan pupuk N dan FA disajikan pada Lampiran 14. Tabel 4 menyajikan rataan pengaruh pupuk N dan FA serta hasil uji BNT pada taraf α =..

Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar P tersedia pada pemberian pupuk N baik Urea maupun ZA tanpa pemberian FA cenderung lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Kadar P tersedia akibat pemberian pupuk ZA secara umum masih lebih rendah dibandingkan dengan kadar P tersedia dari pemberian pupuk Urea. Penurunan ini sejalan dengan terjadinya penurunan Al-dd jika diberikan pupuk N tanpa FA. Diduga terjadi ikatan antara Al dengan P membentuk endapan tidak larut. Tabel 4. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap P Tersedia Pupuk N P FA ppm P N 3.2 e 34.6 de 69.1 bc U1 2.77 e 34.39 de 71.19 b U2 2.84 e 37.64 d 6.81 c Z1 1.8 e 37.14 d 69.87 bc Z2 2.16 e 33.68 de 76.76 a Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yangdiikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi antara pupuk ZA pada takaran 1 ppm N dengan FA takaran 2 ppm P (Z2) menghasilkan kadar P tersedia yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 76.76 ppm P atau terjadi peningkatan kadar P tersedia sebesar 24 kali dibanding kontrol. Dari Tabel 4 juga terlihat adanya peningkatan kadar P-tersedia baik pada pemberian FA yang disertai dengan pupuk N maupun tanpa pupuk N seiring dengan meningkatnya takaran FA yang diberikan. Dari Gambar 6 terlihat adanya peningkatan kadar P tersedia pada setiap kenaikan takaran pupuk N pada takaran FA yang tetap tetapi pada perlakuan pupuk ZA dengan dan pupuk Urea dengan mengalami penurunan kadar P tersedia dengan meningkatnya takaran kedua pupuk tersebut. Peningkatan ini menunjukkan adanya pelarutan FA akibat penambahan pupuk N. Sedangkan penurunan kadar P-tersedia disebabkan terjadinya ikatan antara P dengan Ca yang berasal dari pelarutan FA selain dengan Al.

P-tersedia (ppm P) 8 7 6 4 3 2 1 34,6 34,39 37,64 37,14 33,68 N U1 U2 Z1 Z2 P-tersedia (ppm P) 8 7 6 4 3 2 1 76,76 69,1 71,19 69,87 6,81 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 6. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap P-tersedia Basa Dapat Dipertukarkan Rataan hasil analisis kandungan basa-basa Ca dan Mg setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji beda nyata terkecil pada taraf α =. disajikan pada Tabel. Analisis ragam disajikan pada Lampiran 16 dan 18. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian FA dan pupuk N memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar Ca-dd dan Mg-dd. Dari Tabel terlihat bahwa pemberian pupuk Urea tanpa FA cenderung menunjukkan kadar Ca-dd dan Mg-dd yang lebih besar dibanding dengan kontrol sebaliknya dengan pemberian pupuk ZA kadar Ca-dd dan Mg-dd cenderung lebih kecil dari kontrol seiring dengan meningkatnya takaran dari kedua pupuk tersebut walaupun secara uji statistik nilai-nilai tersebut tidak menunjukkkan beda nyata dengan kontrol.

Tabel. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Ca-dd dan Mg-dd Pupuk N FA P Ca Mg Ca Mg Ca Mg (me/1g) N.7 d.26 b 3.11 b.32 ab 4.61 a.32 ab U1.68 d.32 ab 2.13 c.32 ab 4.74 a.23 b U2 1.1 d.28 ab 3.11 b.33 a 4.68 a.29 ab Z1.47 d.22 b 3.7 b.21 b 4.37 a.26 b Z2.4 d.2 b 2.7 bc.24 b 4.38 a.26 b Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. Tabel terlihat juga bahwa peningkatan takaran FA baik yang dikombinasikan dengan pupuk N maupun yang tanpa dikombinasikan dengan pupuk N cenderung diikuti dengan kenaikan kadar Ca dan Mg dapat dipertukarkan. Kenaikan kadar Ca dan Mg ini disebabkan oleh terjadinya proses pelarutan dari FA yang melepaskan kation-kation Ca dan Mg yang dikandungnya. Gambar 7 menunjukkan bahwa pada takaran FA, kenaikan takaran pupuk Urea cenderung lebih besar kadar Ca maupun Mg dapat dipertukarkan sedangkan pada kadar Ca-dd lebih kecil dan kadar Mg lebih besar. Sebaliknya, kenaikan takaran pupuk ZA pada takaran FA menunjukkan kadar Ca-dd yang lebih kecil dan kadar Mg-dd yang lebih besar. Sedangkan pada hanya terjadi kenaikan kadar Ca. Kadar Ca-dd dan Mg-dd yang lebih kecil pada pemberian pupuk ZA diduga disebabkan terjadinya ikatan antara Ca dan Mg yang larut dari 2- FA dengan SO 4 yang berasal dari pupuk ZA.

Ca-dd (me/1 g) 4 3 2 1 3,11 2,13 3,11 3,7 2,7 N U1 U2 Z1 Z2 4,61 4,74 4,68 4,37 4,38 Ca-dd (me/1 g) 4 3 2 1 N U1 U2 Z1 Z2,3,32,32,33 Mg-dd (me/1 g),3,2,2,1,1,,24,21 N U1 U2 Z1 Z2 Mg-dd (me/1 g),3,3,2,2,1,1,,32,29,26,26,23 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 7. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap Ca-dd dan Mg-dd

Pengaruh Pupuk N dan Fosfat Alam terhadap Bobot Kering Tanaman, Serapan P dan N Tanaman serta Efisiensi P dan N Bobot Kering Tanaman Rataan hasil pengukuran bobot kering tanaman setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji BNT disajikan pada Tabel 6. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 2. Pemberian FA dan pupuk N memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman. Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot kering tanaman pada pemberian pupuk N tanpa FA cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. Pola penurunan bobot kering ini mirip dengan pola penurunan pada kadar P tersedia seperti yang terdapat pada Tabel 4. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya ketidakseimbangan hara dalam tanah dimana P menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya takaran FA baik yang dikombinasikan dengan pupuk N maupun yang tidak dikombinasikan, terjadi kenaikan bobot kering tanaman. Kenaikan bobot kering tanaman ini disebabkan oleh terjadinya perubahan ciri kimia tanah yang makin baik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tabel 6. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Bobot Kering Tanaman Pupuk N P (g/pot) N 1.3 e 22.8 d 29.37 c U1.94 e 23.1 d 32.74 b U2 1.6 e 2.9 d 37.3 a Z1 1.17 e 27.3 c 34.9 ab Z2 1.4 e 26.4 cd 36. a Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. FA

Gambar 8 menunjukkan bahwa peningkatan takaran pupuk N pada setiap dosis FA yang tetap umumnya diikuti dengan kenaikan bobot kering tanaman. Kombinasi antara ZA dan FA umumnya menghasilkan bobot kering yang lebih tinggi dibanding dengan kombinasi antara Urea dan FA. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya unsur S yang disumbangkan dari pupuk ZA yang bisa membantu meningkatkan bobot kering tanaman. Bobot kering (g/pot) 4 3 3 2 2 1 1 2,9 27,3 26,4 22,8 23,1 N U1 U2 Z1 Z2 Bobot kering (g/pot) 4 3 3 2 2 1 1 37,3 34,9 36, 32,74 29,37 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 8. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap Bobot Kering Tanaman Serapan P-tanaman Rataan hasil pengukuran serapan P berasal dari tanah dan serapan P berasal dari pupuk setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji BNT disajikan pada Tabel 7. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 22 dan 24. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk N dan FA memberikan pengaruh yang nyata terhadap serapan P tanaman yang berasal dari

tanah (P-bdt) maupun yang berasal dari pupuk (P-bdp). Serapan P yang berasal dari tanah pada perlakuan pupuk N tanpa pemberian FA cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Kondisi ini mempunyai kemiripan dengan kadar P tersedia yang tertera pada Tabel 4. Hal ini diduga disebabkan oleh terjadinya ikatan antara Al dengan P membentuk endapan tidak larut. Tabel 7. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Serapan P-bdt dan P-bdp Pupuk N FA P P-bdt P-bdp P-bdt P-bdp P-bdt P-bdp (mg P/pot) N 1.4 c e 7.98 b 24.6 d 14.37 ab 36.3 bc U1.9 c e 11.83 b 24.4 d 11.9 b 43.2 b U2.84 c e 14.26 ab 34.4 c 1.1 b 49.2 ab Z1.66 c e 8.79 b 31.74 cd 18.2 a 38.81 bc Z2 1.6 c e 16.1 ab 34.8 c 13.93 ab 2.9 a Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa peningkatan takaran FA baik yang dikombinasi dengan pupuk N maupun tidak secara umum menurunkan jumlah serapan P-bdt seiring dengan meningkatnya takaran FA yang diberikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya ikatan antara P yang berasal dari tanah dengan Al. Dari Tabel 7 dan Gambar 9 terlihat bahwa serapan P-bdt semakin naik dengan semakin besarnya perlakuan FA jika dikombinasikan dengan N1, tetapi cenderung turun jika dikombinasikan dengan N2 pada perlakuan FA pada dosis. Sebaliknya serapan P-bdp nyata semakin tinggi dengan semakin besarnya pemberian FA baik yang dikombinasikan dengan N1 maupun N2. Hal ini diduga akibat terjadinya persaingan penyerapan unsur hara P yang berasal dari pupuk dengan unsur hara P yang berasal dari tanah. Hal ini berarti semakin tinggi takaran pupuk P yang diberikan maka akan menekan laju penyerapan P yang berasal dari tanah.

Serapan P-bdt (mg/pot) 2 1 1 16,1 14,26 11,83 7,98 8,79 N U1 U2 Z1 Z2 Serapan P-bdt (mg/pot) 2 1 1 18,2 14,37 13,93 11,9 1,1 N U1 U2 Z1 Z2 Serapan P-bdp (mg/pot) 6 4 3 2 1 34,4 31,74 34,8 24,6 24,4 N U1 U2 Z1 Z2 Serapan P-bdp (mg/pot) 6 4 3 2 1 2,9 49,2 43,2 36,3 38,81 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 9. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap Serapan P-bdt dan P-bdp

Pada Gambar 9 terlihat bahwa pada keadaan takaran FA tetap, peningkatan takaran pupuk N baik Urea maupun ZA meningkatkan jumlah P yang diserap tanaman yang berasal dari FA. Secara umum serapan P-bdp dari kombinasi ZA dengan FA menghasilkan serapan yang lebih tinggi dibanding Urea dengan FA Peningkatan jumlah P yang diserap dari FA ini mengindikasikan adanya pelarutan FA dari setiap kenaikan takaran pupuk N yang diberikan. Hedley et al. (1989) menyatakan bahwa kombinasi Urea atau ZA dengan FA meningkatkan penyerapan P oleh tanaman pada tanah-tanah dengan pengikatan P yang rendah maupun tinggi. Serapan N-tanaman Rataan hasil pengukuran serapan N berasal dari tanah dan serapan N berasal dari pupuk setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji beda nyata terkecil disajikan pada Tabel 8. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 26 dan 28. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk N dan FA memberikan pengaruh yang nyata terhadap serapan N berasal dari tanah maupun serapan N yang berasal dari pupuk. Pada Tabel 8 dan Gambar 1 terlihat bahwa peningkatan takaran FA sampai taraf pada kombinasi dengan pupuk N takaran N1 maupun N2, jumlah N yang diserap oleh tanaman yang berasal dari tanah (N-bdt) cenderung naik, sedangkan N yang diserap dari pupuk cenderung naik pada kemudian menurun pada dosis. Penurunan jumlah N yang diserap dari pupuk pada perlakuan FA pada dosis kemungkinan disebabkan terjadi kehilangan N akibat naiknya ph tanah pada dosis FA yang lebih tinggi. Peningkatan jumlah N yang diserap dari tanah oleh tanaman lebih besar dibandingkan jumlah N yang diserap dari pupuk. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan kondisi kimia tanah yang disebabkan oleh adanya pemberian fosfat alam dimana ph tanah menjadi meningkat sehingga mikroorganisme menjadi lebih aktif didalam mendekomposisi bahan organik sehingga terjadi penambahan jumlah N yang berasal dari tanah.

Tabel 8. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Serapan N-bdt dan N-bdp Pupuk N FA P N-bdt N-bdp N-bdt N-bdp N-bdt N-bdp (mg N/pot) N 2.78 d e 226.64 c e 273.21 ab e U1 14.49 d 1.86 e 217.88 c 62 d 29.12 b 63.84 d U2 17.94 d 6. e 27.6 bc 14.1 a 34 a 131.23 b Z1 21.8 d 4.92 e 277.4 ab 84.24 c 288.84 ab 78.42 cd Z2 18.47 d 8.97 e 279.33 ab 1.96 a 268.9 b 142.78 ab Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. Efisiensi Pemupukan P Rataan hasil efisiensi pemupukan P setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji BNT disajikan pada Tabel 9. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 29 dan 3. Tabel 9. Pengaruh Pupuk N dan FA terhadap Efisiensi Pemupukan P Pupuk N P % N d 3.84 bc 2.9 c U1 d 3.91 bc 3.43 bc U2 d.1 a 3.92 bc Z1 d.6 ab 3.1 c Z2 d. a 4.21 b Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. FA Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk N dan FA memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi pemupukan P. Tabel 9

Serapan N-bdt (mg/pot) 3 3 2 2 1 1 27,6 277,4 279,33 226,64 217,88 N U1 U2 Z1 Z2 Serapan N-bdt (mg/pot) 3 3 2 2 1 1 34 273,21 288,84 29,12 268,9 N U1 U2 Z1 Z2 Serapan N-bdp (mg/pot) 16 14 12 1 8 6 4 2 14,1 1,96 84,24 62 N U1 U2 Z1 Z2 Serapan N-bdp (mg/pot) 16 14 12 1 8 6 4 2 142,78 131,23 78,42 63,84 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 1. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA terhadap Serapan N-bdt dan N-bdp

menunjukkan bahwa peningkatan takaran FA baik yang dikombinasikan dengan pupuk N maupun yang tidak dikombinasikan, efisiensi dari pemupukan P semakin kecil dengan meningkatnya takaran FA yang diberikan. Semakin kecilnya efisiensi pemupukan P ini disebabkan karena kenaikan serapan P-bdp pada perlakuan FA dari dosis ke tidak proporsional dengan pemberian dosis dan (Tabel 7). Hal ini kemungkinan karena ada sebagian P yang larut dari FA bereaksi kembali dengan Al. Hal ini senada dengan penurunan Al pada perlakuan tersebut (Tabel 3). Gambar 11 menunjukkan bahwa setiap peningkatan takaran pupuk N baik Urea maupun ZA pada takaran FA yang sama maka efisiensi dari pemupukan P akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya pelarutan FA akibat pemberian pupuk N sehingga jumlah hara P didalam tanah meningkat pula yang menyebabkan efisiensi pemupukan P ikut meningkat. Hal ini mempunyai kemiripan dengan serapan P-bdp yang tertera pada Gambar 9. Efisiensi Pemupukan P (%) 6 4 3 2 1,1,,6 3,84 3,91 N U1 U2 Z1 Z2 Efisiensi Pemupukan P (%) 6 4 3 2 1 3,92 4,21 2,9 3,43 3,1 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 11. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA Terhadap Efisiensi Pemupukan P

Efisiensi Pemupukan N Rataan hasil efisiensi pemupukan N setelah diberi perlakuan FA dan pupuk N serta hasil uji BNT disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 31 dan 32. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk N dan FA berpengaruh nyata terhadap efisiensi pemupukan N. Tabel 1 menunjukkan bahwa kenaikan takaran FA pada setiap takaran pupuk N tetap secara umum menunjukkan adanya penurunan efisiensi pemupukan N yang seiring dengan naiknya takaran FA. Penurunan ini sama seperti dengan penurunan yang terjadi pada serapan N-bdp yang tertera pada Tabel 8. Penurunan ini kemungkinan disebabkan karena terjadinya kehilangan N dari pupuk N akibat kenaikan ph tanah pada perlakuan FA. Tabel 1. Pengaruh Pupuk N dan FA Terhadap Efisiensi Pemupukan N Pupuk N P % N c c c U1 1.49 c 49.6 b 1.7 b U2 2.42 c 61.8 ab 2.49 b Z1 3.93 c 67.39 a 62.73 ab Z2 3.9 c 62.39 ab 7.11 b Ket. : Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT. FA Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi takaran pupuk Urea yang diberikan pada takaran FA yang tetap maka efisiensi pemupukan N semakin tinggi. Sedangkan efisiensi N pada perlakuan FA dengan ZA pada takaran Z2 lebih kecil dibanding dengan Z1. Jika dibandingkan dengan serapan N-bdp pada Tabel 8, kenaikan N-bdp pada perlakuan FA yang dikombinasikan dengan ZA tidak proporsional dengan pemberian dosis N1 dan N2. Hal ini disebabkan karena ada sebagian N yang hilang pada perlakuan ZA yang disebabkan adanya

peningkatan kelarutan FA yang lebih tinggi pada dosis Z2 sehingga efisiensi pemupukan N menjadi turun.. Efisiensi Pemupukan N (%) 8 7 6 4 3 2 1 61,8 67,39 62,39 49,6 N U1 U2 Z1 Z2 Efisiensi Pemupukan N (%) 8 7 6 4 3 2 1 62,73 1,7 2,49 7,11 N U1 U2 Z1 Z2 Gambar 12. Pengaruh Perlakuan FA yang Dikombinasikan dengan Urea atau ZA Terhadap Efisiensi Pemupukan N