II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN DI DARAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Hukum Pengangkutan. A.1. Pengertian Pengangkutan Secara Umum

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

ABSTRAK. Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

Dokumen Perjanjian Asuransi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUHPdt semua perjanjian yang dibuat secara sah

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

I. PENDAHULUAN. hukum) saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT AKIBAT KETERLAMBATAN PENGIRIMAN BARANG. Suwardi, SH., MH. 1

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

BAB II MENGENAI PERJANJIAN JUAL BELI YANG DIATUR DALAM BUKU III KUH PERDATA

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

PERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku Legal Staff di JNE Cabang Medan. 1. Bagaimana proses pengiriman barang yang dilakukan JNE

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

Transkripsi:

1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar sejumlah provisi kepada ekspeditur. 1 Berdasarkan perjanjian ekspedisi yang telah dikemukakan di atas, unsur- unsur dari suatu perjanjian ekspedisi yaitu : 1. Ada pihak pihak Pihak-pihak dalam perjanjian ekspedisi adalah ekspeditur sebagai pihak yang mencarikan pengangkut dan pengirim sebagai pemilik barang; 2. Ada persetujuan dari pihak pihak itu Persetujuan dalam perjanjian ekspedisi adalah persetujuan untuk mencarikan pengangkut dalam rangka pengiriman barang; 3. Ada tujuan yang akan dicapai Tujuan perjanjian ekspedisi bagi pengirim adalah barang yang dikirim selamat sampai tujuan. Sedangkan bagi ekspeditur adalah memperoleh keuntungan yang dibayar oleh pengirim agar perusahaannya dikenal oleh masyarakat luas; 4. Ada prestasi yang dilaksanakan 1 Purwosutjipto, op.cit hal 13.

2 Kewajiban ekspeditur adalah mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim dan melaksanakan segala urusan pengiriman barang. Sedangkan Hak ekspeditur adalah menerima provisi dari pengirim. Kewajiban pengirim adalah membayar provisi kepada ekspeditur dan berhak mendapatkan angkutan yang baik untuk barang-barangnya. Sehingga pengiriman tersebut berjalan lancar; 5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan Perjanjian ekspedisi tidak mengharuskan dilaksanakan tertulis, jadi dapat juga dilaksanakan secara lisan maupun tulisan berdasarkan kesepakatan pihakpihak. Perjanjian ekspedisi yang dibuat oleh ekspeditur dengan pengirim barang harus tertuang dalam bentuk lisan maupun tulisan dan ada syarat syarat tertentu sebagai isi pelaksanaan perjanjian. Isi perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan undang undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal 1320 KUHPdt menentukan bahwa perjanjian dianggap sah apabila memenuhi empat syarat, yaitu : 2 a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; c. Suatu hal tertentu; d. Suatu sebab yang halal. Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua 2 Pasal 1320 KUHPdt.

3 syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Oleh karena itu dalam suatu perjanjian harus memenuhi keempat dari syarat tersebut, baik subjektif maupun objektif. Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Namun apabila syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum. Unsur pertama sahnya perjanjian adalah kesepakatan para pihak. Kesepakatan merupakan pangkal dari diadakannya perjanjian atau persetujuan. Perjanjian ekspedisi antara JNE dengan pengirim barang didasarkan atas kesepakatan atau persetujuan kehendak pihak-pihak, baik mengenai objek perjanjian maupun syarat-syarat perjanjian. Sesuai dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam mengadakan suatu perjanjian, maka pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian bebas untuk menentukan syarat-syarat dan ketentuan sebagai isi perjanjian sejauh tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPdt). Demikian halnya dengan perjanjian ekspedisi, pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian mempunyai kemampuan yang bebas tersebut untuk mengadakan suatu perjanjian ekspedisi. Adanya kesepakatan para pihak sebagai syarat pertama untuk syahnya perjanjian dianggap tidak sah jika perjanjian tersebut terjadi karena adanya paksaan atau

4 pemerasan (dwang), kehilafan atau kekeliruan (dwaling) dan penipuan (bedrug). 3 Akibat hukum dari perbuatan itu adalah perjanjian tersebut dapat dimintai pembatalan oleh hakim. Jika pembatalan tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan, sepanjang tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan, perjanjian itu tetap berlaku bagi pihak-pihak. Syarat kedua untuk sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPdt adalah kecakapan pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam hal ini berarti masing-masing pihak yang terkait dalam perjanjian harus menguasai pengetahuan dal hal-hal yang akan diatur dalam perjanjian. Dalam hal ini pihak yang terlibat yaitu JNE sebagai ekspeditur yang merupakan sebuah perusahaan berbadan hukum dan pengirim barang (baik perorangan maupun badan hukum) harus cakap dan telah sesuai dengan syarat kedua yaitu cakap hukum untuk mengadakan suatu perjanjian. Akibat hukum dari ketidakcakapan atau ketidak wenangan pihak dalam membuat perjanjian yang telah dibuat, maka dapat dimintakan pembatalan oleh hakim. Artinya bahwa perjanjian tersebut tetap berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya apabila pembatalan tersebut tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan. Untuk syarat ketiga sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPdt yaitu suatu hal tertentu, Artinya dalam suatu perjanjian terdapat hal-hal yang diperjanjikan atau hal yang biasa disebut sebagai objek perjanjian. Objek tersebut 3 Pasal 1321 KUHPdt.

5 dapat berupa benda maupun suatu prestasi tertentu atau setidaknya dapat ditentukan, untuk menetapkan kewajiban dan hak kedua belah pihak apabila timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Apabila syarat ini tidak dipenuhi dalam perjanjian maka akibat hukumnya adalah perjanjian tersebut batal demi hukum. Syarat keempat untuk syahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPdt adalah suatu sebab yang halal. Suatu perjanjian haruslah mengenai hal-hal yang baik atau halal apabila dilaksanakan tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan kesusilaan. 4 Maka dengan kata lain, hal-hal yang diperjanjikan dalam perjanjian tersebut, baik isi maupun maksud dari tujuan perjanjian itu tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Perjanjian ekspedisi yang telah disepakati oleh JNE dengan pengirim barang, ditentukan juga bahwa barang muatan yang berbahaya, barang yang dilarang, barang-barang yang menurut peraturan dikenakan pembatasan, barang yang dapat menggangu stabilitas keamanan serta barang-barang yang bertentangan dengan kesusilaaan tidak akan diangkut. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang menimbulkan suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya. 5 Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak 4 Pasal 1337 KUHPdt. 5 Subekti, Pokok- Pokok Hukum Perdata, ( PT Inter Masa : Jakarta, 2001), hal 22.

6 melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 6 Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 7 Hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia mengenal beberapa asas, diantaranya adalah asas kebebasan berkontrak. Asas tersebut menjelaskan bahwa setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam, dan isi perjanjian sepanjang masih memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPdt, dan juga tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, serta kesusilaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 (1) KUHPdt. Ketentuan Pasal 1338 (1) KUHPdt ini menggambarkan bahwa Buku III KUHPdt bersifat terbuka. Perjanjian yang dibuat antara JNE dengan pengirim barang disebut dengan perjanjian ekspedisi, sedangkan perjanjian antara JNE (ekspeditur) atas nama pengirim barang dengan pihak pengangkut disebut perjanjian pengangkutan. Ekspeditur mengikatkan diri melalui perjanjian untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim barang, dan pengirim barang mengikatkan dirinya untuk membayar sejumlah provisi kepada JNE. B. Pihak Pihak Terkait dalam Pengiriman Barang 1. Pengirim KUHD maupun KUHPdt tidak mengatur definisi pengirim secara umum. Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya 6 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Sumur Bandung : Jakarta, 1960), hal 9. 7 Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan, (Citra Aditya Bakti : Bandung, Cet. II, 1990) hal 78.

7 pengangkutan barang dan atas dasar itu berhak memperoleh pelayanan pengangkutan dari pengangkut. 8 Pengirim adalah orang yang mengirim; orang yang menyampaikan 9. Pengirim dapat berstatus sebagai pemilik barang sendiri atau orang lain yang bertindak atas nama pemilik barang. Selain itu pengirim dapat juga berstatus sebagai penjual dalam perjanjian jual beli yang berkewajiban menyerahkan barang melalui jasa pengangkutan. Pengirim dapat juga berstatus sebagai manusia pribadi, perusahaan perseorangan atau sebagai perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum. Berdasarkan uraian di atas, pengirim adalah pemilik barang yang memberikan kuasa kepada ekspeditur untuk menyelenggarakan urusan pengiriman barang dan bertindak sebagai pemegang dokumen angkutan serta membayar biaya pengiriman kepada ekspeditur. 2. Ekspeditur (PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung) Ekspeditur adalah pengusaha yang menjalankan perusahaan persekutuan badan hukum dalam bidang usaha ekspedisi muatan barang. 10 Sebagai perwakilan dari 8 Abdulkadir Muhammad, op. cit, hal 76. 9 http://kamusbahasaindonesia.org/pengirim diunduh Tanggal 27 Februari 2013, Pukul 09.22 WIB. 10 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal 36-37.

8 pengirim atau penerima barang, ekspeditur mengurus berbagai macam dokumen yang diperlukan guna memasukkan atau mengeluarkan barang. Ekspeditur adalah seorang perantara yang bersedia untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi seorang pengirim. 11 Ekspeditur adalah mereka yang berusaha menyelenggarakan angkutan orang lain atas nama sendiri atau tidak atas nama sendiri, bertanggung jawab atas pengiriman yang harus dilaksanakan sebaik mungkin dan segera dan atas mereka yang disuruhnya. 12 JNE adalah sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang pengiriman barang yang didirikan pada tahun 1990. Apabila melihat kebelakang mengenai perkembangan usaha JNE, ternyata JNE sudah berusia puluhan tahun. Sejalan dengan perkembangan zaman, JNE juga ikut berkembang. Pada tahun 1993 JNE membangun jaringan domestik, dan mulai membuka cash counter di beberapa kota di Indonesia Pada tahun 1994. Perkembangan JNE Cabang Bandar Lampung sendiri berdiri pada tahun 2000 berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi, kemudian pada tahun 2003 berpindah lokasi di Jalan MS Batubara No.7, kemudian seiring berkembangnya operasional dan penjualan, pada tahun 2010 kantor berpindah ke Jalan Diponegoro No. 77 D. 3. Pengangkut Pengangkut adalah Badan Usaha Angkutan Udara, pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga 11 Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia / Hukum Pengangkutan, (Djambatan : Jakarta, 1991) hal 12. 12 Tirtodiningrat, Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, (PT Pembangunan : Jakarta, 1984) hal 33.

9 berdasarkan ketentuan Undang-Undang Tentang Penerbangan, dan/atau badan usaha selain Badan Usaha Angkutan Udara yang memuat kontrak perjanjian angkutan udara niaga. 13 Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk meyelenggarakan pengangkutan orang atau barang. 14 Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk mengangkut barang dan menerima bayaran dari pengirim. Pengangkut dapat melakukan pengiriman barang sendiri atau menunjuk pihak lain untuk mengangkut barang milik pengirim. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengangkut adalah perusahaan penerbangan yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengangkut barang. 4. Penerima Barang Penerima barang adalah pihak yang dituju oleh pengirim barang, dapat berbentuk perusahaan maupun perorangan yang telah mengadakan perjanjian jual beli atau kepentingan lainnya. Dalam KUHD tidak terdapat definisi secara umum mengenai penerima barang. Dilihat dari perjanjian ekspedisi, penerima barang adalah pihak yang tidak mengikatkan diri pada pengangkut, tetapi dapat saja telah mengadakan perjanjian dengan pengirim barang. 13 Pasal 1 Angka (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. 14 Abdulkadir Muhammad, op. cit. hal 61.

10 Penerima adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 15 1. Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang; 2. Dibuktikan dengan penguasaan dokumen angkutan ; 3. Membayar atau tanpa membayar biaya angkutan. Penerima adalah pihak yang dapat diketahui dari dokumen perjanjian. Selain itu dari dokumen pengangkut juga dapat diketahui bahwa penerima adalah sebagai pihak ketiga yang berkepentingan, penerima juga adalah pihak yang memperoleh kuasa (hak) untuk menerima barang yang dikirimkan kepadanya. C. Objek Pengiriman Barang Objek adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujan. 16 Objek hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan objek pengiriman dan pengangkutan barang adalah barang muatan, alat pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak pihak terkait. 1. Barang Muatan Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh undang undang. Barang muatan pada JNE dibedakan atas 4 (empat) jenis berdasarkan sifat dan karakteristiknya : 15 Abdulkadir Muhammad, op.cit. hal 77. 16 Ibid hal 59.

11 a. Barang/Kiriman biasa; b. Barang/ kiriman HVS (Hight Value Shipment) 17 tapi tidak mudah rusak, contoh : dokumen berharga, STNK, pakaian yang harganya mahal, dsb; c. Barang/ Kiriman bukan HVS (Hight Value Shipment) tapi mudah rusak, contoh : gelas, piring,cairan bernilai rendah; d. Barang/ kiriman HVS (Hight Value Shipment) dan mudah rusak, contoh : elektronik mahal; Pemuatan barang HVS atau High Value Shipment selanjutnya disingkat menjadi HVS perlu dilakukan dengan teliti, hati-hati dan tidak dicampur dengan barangbarang biasa. Pengiriman barang HVS harus diberitahukan dengan rinci kepada ekspeditur, sebab ekspeditur dan pengangkut tidak bertanggungjawab atas kerugian yang timbul akibat kelalaian pengirim. 2. Biaya Pengiriman Dalam perjanjian ekspedisi biaya pengiriman termasuk juga di dalamnya biaya pengangkutan yang harus dibayarkan kepada pengangkut, adalah biaya kontrak prestasi terhadap penyelenggaraan urusan pengiriman barang yang dibayar oleh pengirim kepada ekspeditur. Perhitungan jumlah biaya angkutan ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut: 18 17 Yang dimaksud HVS ( Hight Value Shipment) adalah : 1. Jika nilai/ harganya lebih besar dibandingkan dengan ongkos 10 kali dengan ongkos kirimnya. 2.Dokumen dokumen yang dianggap berharga. PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung, Agent Handbook cetakan ke 1, 2012, hal 10. 18 Abdulkadir Muhammad. Op.cit. hal 136.

12 1. Jenis angkutan, yaitu angkutan darat, perairan, dan udara. Setiap jenis angkutan tarif biaya angkutan berbeda ; 2. Jenis alat angkut, yaitu kereta api, bus, truck, kapal dan pesawat udara pelayanan dan penikmatanya berbeda sehingga berbeda pula biaya angkutan; 3. Jarak angkutan, jauh dekatnya angkutan menentukan juga tarif biaya angkutan ; 4. Waktu angkutan, yaitu cepat atau lambat menentukan besar atau kecil biaya angkutan; Sifat muatan, yaitu berbahaya, mudah rusak, mudah pecah, mudah terbakar, mudah meledak, resiko kerugian lebih besar demikian menentukan besar pula biaya tarif angkutan. Biaya angkutan telah disepakati dalam perjanjian ekspedisi dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim. Sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar sejumlah prestasi kepada ekspeditur atas jasa pelayanan yang telah dilakukan oleh ekspeditur dalam proses pengiriman barang. 3. Dokumen Pengiriman Barang Dokumen merupakan suatu identitas dari barang-barang yang dikirim. Dalam proses pengiriman barang dari pengirim sampai ke bandara, diperlukan dokumendokumen yang harus diurus oleh JNE. Dokumen-dokumen itu adalah:

13 a.tanda Terima Pengiriman Barang. Dokumen ini memuat tentang informasi barang, tujuan serta biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman barang termasuk biaya pengangkutan maupun asuransi. Dokumen ini juga dilengkapi syarat-syarat standar pengiriman barang yang memuat hak dan kewajiban pengirim dan JNE. Dokumen ini menjadi suatu tanda bukti bahwa telah terjadi kesepakatan antara pengirm dengan JNE untuk mengadakan pengiriman barang. b. Airway bill Airway bill yaitu dokumen penting untuk pengangkutan barang yang berfungsi sebagai tanda bukti penerimaan barang oleh pengangkut sebagai tanda bukti untuk di angkut, atau sebagai faktur /kwitansi biaya pengangkutan sebagai surat muatan udara. 19 D. Tanggung Jawab JNE Ekspeditur bertanggung jawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan oleh pengirim untuk menyelenggarakan pengiriman selekas-lekasnya dengan rapi pada barang-barang yang telah diterimanya dari pengirim, mengindahkan segala upaya 19 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A Junaidi Kepala Bagian Operasional JNE Cabang Bandar Lampung, Tanggal 24 April 2013, Pukul 14.00 WIB.

14 untuk menjamin keselamatan barang-barang tersebut. 20 Dalam perjanjian ekspedisi, JNE bertanggung jawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan pengirim kepadanya untuk menyelenggarakan pengiriman. Tanggung jawab JNE berhenti pada saat barang-barang dari pengirim telah diterima oleh pihak bandara, dan berlanjut kembali pada saat pihak bandara menyerahkan kembali kepada pihak JNE cabang kota tujuan. JNE berusaha untuk membatasi tanggung jawabnya sekecil mungkin, yaitu hanya bertanggung jawab terhadap kerusakan-kerusakan dan kerugian sebagai akibat kesalahan-kesalahan atau kurang kehati-hatiannya, sehingga apabila kerusakan atau kerugian itu dilakukan oleh pihak pengangkut, JNE tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini JNE berkewajiban meneliti apakah barang-barang sebelum penyerahan kepada pihak pengangkut semuanya dalam keadaan baik, sehingga apabila terjadi kerusakan barang yang diangkut, maka JNE bebas dari pertanggungjawaban. Terhadap pengangkut yang terbukti melakukan kesalahan dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi, JNE memiliki hak untuk menuntut kompensasi. Tanggung Jawab adalah kewajiban yang harus dipenuhi sebagai realisasi dari perjanjian yang telah disepakati sebagai prestasi. Untuk mewujudkan prestasi, perlu ada tanggung jawab, disamping terdapat kewajiban berprestai, perlu juga di imbangi dengan rasa tanggung jawab. Tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam perjanjian maka dapat dikatakan wanprestasi. Wanprestasi artinya tidak 20 Pasal 87 KUHD.

15 memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. 21 Wanprestasi dapat berupa 4 (empat) macam yaitu : 22 a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c. melakukan apa yang dijanjikamnya tetapi terlambat; d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Akibat hukum karena wanprestasi adalah sanksi hukuman sebagai berikut : 23 a. membayar ganti kerugian; b. pembatalan perjanjian; c. peralihan resiko; d. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan pengadilan. 21 Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur yang menyebabkan wanprestasi disebabkan oleh dua hal yaitu: 1. Karena kesalahan debitur, baik sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun karena kelalalaian. 2. Karena keadaan memaksa (overmacht) force majeure, jadi diluar kemampuan debitur.. Abdulkadir Muhammad, op cit. hal 203. 22 Subekti Op.cit, hal 45 23 Ibid, hal 45.

16 E. Kerangka Fikir JNE Cabang Bandar Lampung Pengirim Perjanjian pengiriman barang Prosedur pelaksanaan pengiriman barang Terlaksana Tidak Terlaksana hakhak pengirim barang (Wanprestasi) Tanggung jawab JNE Berdasarkan bagan di atas, maka dapat diuraikan kerangka pikir sebagai berikut: Berkembang pesatnya transportasi udara di Indonesia yang sedemikian pesat mendorong pemerintah untuk memperbarui peraturan di bidang penerbangan dengan memperbarui Undang Undang Penerbangan dengan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan selanjutnya menjadi dasar dibuatnya peraturan-peraturan lebih khusus mengenai pengangkutan angkutan udara dengan menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Pengangkutan Angkutan Udara

17 JNE adalah sebuah perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara yang melayani jasa pengiriman barang yang berkewajiban mengirimkan barang dari pengirim melalui pengangkutan udara untuk diserahkan kepada penerima. Kewajiban JNE timbul karena adanya kesepakatan dalam peranjian pengiriman barang dengan pengirim. Sejak disepakati perjanjian Ekspedisi maka para pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. JNE sepakat mengurus dan melaksanakan pekerjaan mengangkut barang dari gudang ekspeditur ke bandara. Pengirim barang sepakat membayar provisi kepada ekspeditur. Apabila para pihak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dengan baik maka perjanjian itu berakhir. Tanggung jawab JNE harus dipenuhi apabila terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian dan tidak melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ekspedisi sehingga terjadi keterlambatan, kehilangan atau kerusakan barang yang telah diserahkan kepadanya, sehingga mengakibatkan kerugian bagi pengirim dan/atau penerima, maka JNE bertanggungjawab mengganti kerugian yang diderita oleh pengirim dan/ atau penerima barang, kecuali JNE dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut tidak disebabkan karena kesalahan pihaknya.