BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. 1 Skizofrenia adalah suatu penyakit mental berat, dikarakteristikkan dengan penurunan yang progresif terhadap fungsi pasien dan hubungan dengan dunia luar. Meskipun beberapa pasien sembuh, penyakit biasanya diikuti oleh perjalanan kronis dan relaps. 2 Kebanyakan pasien mengalami episode akut ( dikarakteristikkan dengan tampaknya kedua simtom psikotik, yaitu simtom positif dan negatif) yang diikuti oleh periode-periode stabil, dengan remisi yang parsial atau lengkap. Simtomsimtom positif paling berespons terhadap pengobatan. Simtom-simtom negatif sering tidak memberikan respons terhadap obat antipsikotik standar dan dihubungkan dengan hasil pasien yang buruk dan lamanya perawatan. 3 Penggunaan obat antipsikotik atipikal telah mengalami peningkatan selama beberapa tahun belakangan ini untuk pengobatan skizofrenia. Dibandingkan dengan obat antipsikotik standar (misalnya haloperidol, klorpromazin, dan flupenazin), umumnya antipsikotik atipikal memiliki risiko lebih rendah terhadap timbulnya simtom ekstrapiramidal akut, diskinesia tardif dan hiperprolaktinemia. 3 Pada umumnya antipsikotik atipikal dipilih sebagai pengobatan lini pertama untuk skizofrenia, walaupun antipsikotik konvensional secara relatif
masih luas digunakan. 4 Quetiapine adalah antipsikotik generasi kedua 5,6 yang menunjukkan efikasi klinik untuk pengobatan skizofrenia. 5 Obat atipikal lini pertama seperti quetiapine menunjukkan efikasi paling tidak sama dengan obat konvensional dalam mengurangi simtom-simtom positif. Obat atipikal lini pertama juga berhubungan dengan meningkatnya tolerabilitas yang dihubungkan dengan menurunnya efek yang merugikan. 4 Antagonis reseptor dopamin menghasilkan efek yang sangat dramatis terhadap simtom positif pada skizofrenia ( misalnya halusinasi, waham dan agitasi). 7 Keputusan mengenai pilihan terapi bukan saja mempertimbangkan efikasi dan tolerabilitas terhadap beberapa antipsikotik yang tersedia, tetapi juga kecepatan onset. Aspek pengobatan yang terpenting dari suatu gangguan adalah pengurangan yang cepat pada gejala-gejala positif, negatif dan kognitif. Respons yang cepat terhadap pengobatan adalah penting dalam mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya, serta biaya pengobatan. Respons pengobatan dalam 1 sampai 2 minggu pertama juga dapat berhubungan dengan kepatuhan pasien yang lebih besar dimana pasien mengalami pengurangan gejala-gejala dengan cepat, sehingga pasien kemungkinan lebih mematuhi pengobatan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa antipsikotik atipikal memiliki onset of action yang lebih cepat daripada antipsikotik konvensional. 8 Penelitian yang dilakukan oleh Small dkk pada tahun 2004 yang meneliti onset of action quetiapine pada minggu pertama pengobatan skizofrenia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengobatan pasien dengan quetiapine menunjukkan respons yang lebih besar terhadap simtom-simtom positif dalam minggu pertama pengobatan dibandingkan placebo(p<0,05). Ada beberapa
definisi menyatakan respons bila perbaikan paling sedikit 15%, 20% atau 30% pada skor simtom positif di dalam BPRS. 8 Suatu studi open label yang dilakukan selama 15 bulan menggunakan quetiapine dengan variable dose yang hasilnya menunjukkan adanya suatu respons yang cepat dilaporkan dalam butir penurunan permusuhan, kegelisahan dan gangguan tidur pada hari pertama sampai hari ketiga pengobatan dengan mengabaikan dosis awal. Juga dilaporkan halusinasi yang mengalami perbaikan setelah satu minggu dan waham setelah tiga minggu, meskipun dosis > 800mg/hari dilaporkan perlu untuk menghilangkan simtom-simtom ini. 9 Penelitian yang dilakukan oleh Stern dkk pada tahun 1993 yang meneliti lamanya respons pengobatan haloperidol pada pasien skizofrenik, menunjukkan bahwa adanya perubahan penurunan yang bermakna pada skor total BPRS dan skor subskala psikosis, ketegangan, anergia dan tidak ada perubahan pada subskala depresi dan permusuhan pada hari ketiga pengobatan. 10 Penelitian yang dilakukan oleh Palao dkk pada tahun 1992 yang meneliti respons haloperidol terhadap simtom positif dibandingkan simtom negatif pada skizofrenia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang diberi haloperidol dengan fixed dose (10, 20, atau 30 mg/hari) selama 3 minggu pengobatan mengalami penurunan simtom positif 40 % atau lebih menggunakan SAPS. 11 Dalam dua studi banding tersamar ganda yang terpisah 6 hingga 8 minggu, quetiapine (300 hingga 600 mg per hari) dibandingkan dengan haloperidol mengenai efikasi dalam menurunkan simtom-simtom psikotik. Quetiapine dan haloperidol menghasilkan penurunan yang jelas dalam rerata skor PANSS, dan
dijumpai lebih banyak pasien yang diobati dengan quetiapine menunjukkan respons klinik ( 20 % penurunan dalam skor total PANSS, p = 0,043). Sebagai tambahan, pasien-pasien yang diobati dengan quetiapine memiliki lebih sedikit sindroma ekstrapiramidal yang timbul dalam pengobatan yang berhubungan dengan efek yang merugikan (p<0,001) dibandingkan dengan pasien yang diobati dengan haloperidol. 12 Suatu meta-analysis memperlihatkan data PANSS untuk empat percobaan acak, tersamar ganda yang membandingkan quetiapine dengan haloperidol pada pasien skizofrenik. Jumlah persentase menunjukkan perbaikan dari awal hingga akhir di dalam skor total PANSS ( dengan menggunakan analisa least squares mean). Quetiapine(n=334) menunjukkan perbaikan yang lebih bermakna bila dibandingkan dengan haloperidol (n=372) [p<0,05]. 13 Suatu meta-analysis memperlihatkan percobaan klinis dengan menggunakan quetiapine sebagai kontrol dibandingkan dengan tiga plasebo dan lima haloperidol yang hasilnya menunjukkan bahwa quetiapine lebih unggul secara bermakna (p<0,05) terhadap plasebo dalam memperbaiki simtom psikotik. Meta-analysis ini mendukung penggunaan quetiapine sebagai lini terdepan pengobatan untuk skizofrenia. 14 Suatu meta-analysis multisentra memperlihatkan lima percobaan acak, tersamar ganda yang membuktikan bahwa quetiapine sama efektif dengan haloperidol dalam perbaikan simtom-simtom agitasi pada pasien skizofrenia. 13 Pada percobaan acak tersamar ganda, secara keseluruhan quetiapine ( 750 mg / hari) setidaknya sama efektif dengan klorpromazin ( 750 mg / hari) dan memiliki efikasi yang sama dengan haloperidol ( 16 mg / hari ) pada pasien
skizofrenia akut. Quetiapine secara umum ditemukan efektif terhadap simtomsimtom positif dan negatif. 1 Pada pasien skizofrenia akut di dalam percobaan tersamar ganda dengan menggunakan quetiapine hingga 800 mg/hari, atau risperidon hingga 8 mg/hari, secara umum terdapat perbaikan psikopatologi, simtom-simtom positif dan negatif pada skizofrenia. 3 Baru-baru ini tiga analisa post-hoc yang melakukan percobaan selama 6 minggu, dengan perbandingan terhadap plasebo, dimana quetiapine secara bermakna memperbaiki hostility dan agresi (p <0,05) serta menurunkan simtomsimtom positif (p <0,001). 15 Pada analisa post-hoc yang melakukan percobaan selama 6 minggu, multisentra, tersamar ganda, percobaan acak dengan kontrol plasebo, membandingkan quetiapine dengan haloperidol, hasilnya mendukung bahwa quetiapine (hingga 750 mg/hari) adalah efektif menurunkan permusuhan dan agitasi di antara pasien-pasien skizofrenik yang pernah dirawat dengan eksaserbasi akut. 16
1.2. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pemberian quetiapine lebih baik dalam menurunkan skor PANSS sub skala positif pada pasien skizofrenik dibandingkan dengan haloperidol? 2. Apakah pemberian quetiapine memiliki waktu yang lebih cepat dalam menurunkan tingkat keparahan sub skala positif pada pasien skizofrenik dibandingkan dengan haloperidol? 1.3. Hipotesis 1. Quetiapine lebih baik dalam menurunkan skor PANSS sub skala positif pada pasien skizofrenik dibandingkan dengan haloperidol 2. Quetiapine memiliki waktu yang lebih cepat dalam menurunkan tingkat keparahan sub skala positif pada pasien skizofrenik dibandingkan dengan haloperidol. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk membandingkan efek quetiapine dan haloperidol dalam menurunkan simtom-simtom positif pada pasien skizofrenik.
Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah quetiapine lebih baik dibandingkan haloperidol dalam menurunkan skor PANSS sub skala positif pada pasien skizofrenik. 2. Untuk mengetahui apakah quetiapine memiliki waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan haloperidol dalam menurunkan tingkat keparahan sub skala positif pada pasien skizofrenik. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Dengan mengetahui efikasi suatu obat maka kita lebih rasional dalam memilih obat untuk menurunkan simtom-simtom positif pada pasien skizofrenik. 2. Respons pengobatan yang cepat, dapat mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya serta biaya pengobatan, sehingga pasien kemungkinan lebih mematuhi pengobatan. 3. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.