BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)

Semiotika, Tanda dan Makna

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma dalam penelitian perjalanan spiritual keimanan tokoh utama

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

ABSTRACT. Semiotics, Signifier, Signified, Denotation, Connotation. yang terlintas di dalam hati. Bloomfield (1996:3-4) mengatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

11ILMU. Modul Perkuliahan XI. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Semiotik. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang-lambang yang dikirimkan komunikator hanya ditangkap oleh

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. yang tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan (Tim Dosen PKN,

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji label halal pada beberapa kemasan makanan.

Pesan, Tanda, dan Makna dalam Studi Komunikasi. Alimuddin A. Djawad STKIP PGRI Banjarmasin Jl. Sultan Adam, Komp. H.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Infotainment berarti informasi-entertainment. Dimana menyuguhkan informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif,

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah) tidak melebar kepada hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(26 November February 1913) By: Ubaidillah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metode riset ini memiliki makna asal dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara ketat untuk meningkatkan nilai lembaga atau perusahaan. dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang menjadi sasarannya. Dalam berkomunikasi, orang menyatakan

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi/data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB II SEMIOTIK. A. Sistem Kerja Semiotik dalam Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU (SIMBOL DAN BAHASA)

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURAL PADA IKLAN TOP COFFEE. Tri Pujiati 1. Abstrak

SEMIOTIKA #2. C.S. Pierce

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Ilham, Mohamad Sahril dan Nini

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce)

BAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

Ferdinand de Saussure

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

Transkripsi:

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Data Berkaitan Fungsi Produk Rancangan Tabel 3.1. Data Perancangan. RINCIAN DATA Data Objek Perancangan SIFAT DATA MANFAAT DATA DALAM PERANCANGAN KESIAPAN DATA Primer Sekunder Sudah Belum Mengetahui dan Polyflex GID memahami fungsi dasar dari material bahan sablon Stiker GID Cat Minyak GID Mengetahui dan Material Karpet memahami karakter serta kandungan material Warna Menyajikan pesan 16

Karpet visual Menguatkan dan Sign/Tanda mempertegas fungsi material glow in the dark Memudahkan dan memperindah dalam penempatan Tata Letak komposisi tampilan 17

B. Kelompok Data Berkaitan dengan Estetika Fungsi Produk Rancangan Beberapa simbol-simbol yang digunakan dalam evakuasi Gambar 3.1Tanda petunjuk arah evakuasi (http://i663.photobucket.com/albums/uu353/cakrawijaya/katalog%20rambu/picture311.jpg) Dalam bab ini juga dibahas tentang teori-teori dasar yang melatar belakangi konsep yang akan dibuat untuk mendapatkan data yang valid sehingga dapat menghasilkan arti serta peruntukan yang diinginkan. Teori tanda Kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. Pengamatan masalah semiotika sebenarnya sudah tumbuh sejak tahun 330-264 SM, yaitu melalui kajian Zeno, tokoh aliran Stoa yang berasal dari Kition di Pulau Cyprus. Ia mengadakan penelitian lewat tanda-tanda tangis dan tertawa. Hasil penelitian Zeno ini membuahkan perbedaan tanda dari aspek penanda dan petandanya. Berdasarkan pengamatan Zeno ini tangis seseorang yang terlihat dalam bentuk penampilannya merupakan penandanya. Hal ini disebabkan bahwa 18

ekspresi tangis itu secara cepat dapat diamati melalui gerak, penampilan, suara atau nada tangisnya. Dibalik gerak ekspresi lahiriah, yaitu makna atau maksud tujuan menangis, merupakan petandanya. Mengapa ia menangis?, apa sebabnya ia menangis?, adalah tujuan penelusuran makna yang terpahamkan dari tangis seseorang. Hal ini pun termasuk kajian petandanya. Bermula dari kajian Zeno tentang tangis dan tawa itu ilmu semiotika mulai dikembangkan. Seorang uskup Roma yang hidup sekitar abad kelima Masehi, Saint Augustinus,selaku pemimpin agama terkemuka, meletakkan dasar sistem tanda di dalam mengkaji Al-kitab. Berkat kegiatan dan ketekunannya yang tidak pernah mengenal lelah, Augustinus menerjemahkan bahasa Al-kitab Ibrani ke dalam bahasa Roma. Terlahir dari konsep-konsep beliaulah sampai sekarang Al-kitab dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Pada akhir abad delapan belas filsuf Jerman yang dilupakan, J.H Lambert, telah menggunakan kata semiotika. Namun dapatlah dikatakan, bahwa semiotika merupakan cabang ilmu yang relatif lebih muda. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya baru lebih sering dan lebih sistematis dipelajari pada abad kedua puluh. Semiotika modern mempunyai dua orang peletak dasar, yang satu kita sebut Charles Sanders Peirce, dan yang satunya lagi ialah Ferdinand de Saussure. Dan sebenarnya, diantara mereka tidaklah saling mengenal. Kenyataan bahwa mereka tidak saling mengenal menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan yang penting dalam penerapan konsep-konsep, antara hasil karya para ahli semiotika yang berkiblat pada Peirce di satu pihak, dan hasil karya para pengikut Saussure di pihak yang lain. Ketidaksamaan itu, terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar: Peirce adalah ahli filsafat dan logika, sedangkan Saussure adalah cikal bakal linguistik umum. Peirce mengusulkan kata semiotika yang sebenarnya telah digunakan oleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abad ke delapan belas sebagai sinonim kata logika. Menurut Peirce, logika harus mempelajari bagaimana orang 19

bernalar. Penalaran itu, menurut hipotesis teori Peirce yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Dalam persfektik ini, orang mempunyai kemungkinan yang luas dalam keanekaragaman tanda; di antaranya tanda-tanda linguistik merupakan kategori yang penting, tetapi bukan satu-satunya kategori. Dengan mengembangkan teori semiotika, Peirce memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya. Ia memberi tempat yang penting, meskipun bukan yang utama pada tanda-tanda linguistik. Hal ini yang berlaku bagi tanda pada umumnya, berlaku pula bagi tanda linguistik. Sebaliknya, Saussure mengembangkan dasar-dasar teori linguistik umum. Kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagai sistem tanda. Sebagai tambahan, ia menyatakan bahwa teori tentang tanda-tanda linguistik perlu menemukan tempatnya dalam teori yang lebih umum, dan untuk hal ini ia mengusulkan nama semiologi. Ketika para pengikut Saussure secara bertahap menyusun teori semiotika umum yang telah diramalkan kehadirannya oleh Saussure, mereka mengambil model linguistik. Hal ini tidak hanya karena Saussurelah yang telah mengilhami mereka, tetapi juga karena pada waktu mereka mengerjakan teori, linguistik telah berkembang sangat pesat. Baik secara implisit maupun secara eksplisit, para ahli semiotika yang berkiblat pada Saussure menganggap bahwa tanda-tanda linguistik mempunyai kelebihan dari sistem semiotika lainnya. Peirce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda. Lebih tepatnya, ia telah memberikan dasar-dasar yang kuat pada teori tersebut di dalam tulisan yang tersebar dalam berbagai teks dan dikumpulkan dua puluh lima tahun sesudah kematiannya dalam Oeuvres Completes (Karya Lengkap), teks-teks tersebut mengandung pengulangan dan pembetulan. Peirce menghendaki agar teorinya yang bersifat umum ini dapat diterapkan pada segala macam tanda. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia memerlukan konsep-konsep baru. Untuk 20

melengkapi konsep itu, ia menciptakan kata-kata baru yang ditemukannya sendiri. Dari penggunaan kata-kata inilah ahli semiotika dari kubu Peirce dapat dikenali. Ahli semiotik dari kubu Saussure menggunakan kosakata yang berbeda. Mereka menggunakan istilah-istilah pinjaman dari linguistik. Pada masa sesudah Saussure, teori linguistik yang paling banyak menandai studi semiotika adalah teori Hjelmslev, seorang strukturalis asal Denmark. Pengaruh itu tampak, terutama dalam semiologi komunikasi (Prieto, Buyssens, Mounin). Teori ini merupakan pendekatan kaum semiotika yang hanya memperhatikan tandatanda yang disertai maksud (signal), yang digunakan dengan sadar oleh mereka yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima), dan sistem semiotika dari rambu-rambu lalu-lintas memberikan suatu contoh penggunaan tanda-tanda seperti ini. Pengaruh Hjelmslev terlihat lagi dalam penelitian mereka yang menaruh perhatian pada tanda-tanda tanpa maksud (berupa symptom) yang sering dihasilkan oleh pengirim tanpa didasarinya. Para ahli semiotika ini tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda yang disampaikan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna sekunder (konotasi) yang juga mempunyai tanda itu. Roland Barthes adalah pemuka yang paling terkenal dari aliran semiotika ini, yang dapat disebut dengan semiotika konotasi. Sebagaimana Saussure, Barthes meyakini bahwa hubungan antara sebuah penanda dan petanda bukanlah terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat arbitrer, yaitu hubungan yang terbentuk berdasarkan konvensi, maka sebuah penanda pada dasarnya membuka berbagai peluang petanda atau makna. Roland Barthes menyatakan bahwa apapun jenis tanda yang digunakan dalam sistem pertandaan, menurut semiotik struktural, ia tetap harus menyandarkan dirinya pada hubungan struktural, ia tetap harus menyandarkan dirinya pada hubungan struktural dalam sistem langue. Dalam tahap ini Roland Barthes masih 21

mempertahankan kaidah-kaidah strukturalisme, namun Barthes tidak terpaku pada konsep diadiksignifier signified Saussure. Barthes menyebut proses pemaknaan tanda dengan istilah signifikation (signifikasi). Bagi Barthes, signifikasi merupakan proses memadukan penanda dan petanda sehingga menghasilkan tanda. Siginifikasi tidak mempersatukan entitas-entitas yang unilateral, tidak pula memadukan dua terma semata-mata, sebab baik penanda maupun petanda itu sekaligus merupakan terma-terma dari relasi. Dengan demikian, kaum semiotika Prancis banyak yang terpengaruh oleh semiologinya Saussure, sedangkan semiotika Peirce kurang dikenal di Prancis. Walalupun, beberapa teksnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan sebagian peneliti tertarik pada gagasan-gagasan yang terdapat di dalamnya. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan bahwa gagasan-gagasan ini belum mendapat perhatian yang sepantasnya di Prancis. Di negerinya sendiri konsepsi Peirce cukup terlambat dikenal masyarakat. Tulisan-tulisan yang telah diterbitkan semasa hidupnya sangat sedikit, dan yang telah diterbitkan pun kurang mendapat perhatian. Baru setelah penerbitan anumerta Oeuvres Completes (Karya Lengkap), kemudian disebarluaskan oleh Charles Morris dengan tujuan melihat kemungkinan-kemungkinan penggunaan secara ilmiah. Dalam penyebarluasannya itu, teori Peirce telah mengalami banyak perubahan. Misalnya, dalam keinginannya untuk membangun semiotika behavioris, Morris telah mencampurkan konsep-konsep yang dibuatnya sendiri ke dalam konsepkonsep Peirce ke dalam istilah-istilah yang cukup sukar yang justru tidak menunjang keberhasilan usahanya. Konsep Peirce telah diperkenalkan di Eropa oleh Max Bense (Republik Federasi Jerman) yang menggunakannya ke dalam penelitian estetika dan analisis tekstual. Keberhasilannya masih sangat relatif karena hasil karya Bense tetap terisolasi dari karya teman-teman sejawatnya: pekerjaan Bense dan para pengikutnya tetap terbatas dalam kerja klasifikasi yang 22

cukup steril pada tipologi semiotika Peirce yang sangat rinci memang dengan mudah dapat membawa pada semacam keadaan mabuk taksonomi atau sematamata terbatas pada penggantian terminologi linguistik tradisional oleh terminologi Peirce. Terminologi Peirce ini terintegrasi secara lebih efektif dalam pemikiran Georg Klaus (Republik Demokrasi Jerman), ahli semiotika yang berorientasi marxis. Pada Saussure terdapat lima pandangan yang selanjutnya menjadi peletak dasar dari strukturalismelevi-strauss, yaitu pandangan tentang signifier (penanda) dan signified(petanda), form (bentuk) dan content (isi), langue (bahasasebagai sistem) dan parole(tuturan, ujaran), sinkronik dan diakronik, serta sintagmatik dan paradigmatik. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens dalam Alex Sobur, 2013). Tanda bahasa selalu mempunyai duasegi: Penanda atau petanda, signifier atau signified, signifiant atau sugnifie. Suatu penanda tanpa Mengenai form dan content, Saussure membandingkan dengan permainan catur. Dalam permainan catur, papan biji dan biji catur itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah fungsinya yang dibatasi aturan-aturan permainan. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh perbedaannya. Saussure dianggap cukup penting oleh Recoer, karena dia yang meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole (Recoer dalam Alex Sobur, 2013) sebagai dua pendekatan linguistik yang pada gilirannya nanti dapat menunjang pemikiran Recoer, khususnya dalam teori wacana. 23

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Prancis: langage, lague (sistem bahasa) dan parole (ujaran). Langage mengacu kepada bahasa pada umumnya yang terdiri atas langue dan parole. Langage adalah suatu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya, langage adalah bahasa pada umumnya. Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu (hidayat dalam Alex Sobur, 2013). Langue adalah sesuatu yang berkadar individual dan juga sosial universal. Langue dimaksudkan sebagai cabang linguistik yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (sign) bahasa atau ada juga yang menyebutnya sebagai kode-kode bahasa (Kleden-Probonegoro dalam Alex Sobur, 2013). Jika langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole adalah living specch, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Kalau langue bersifat kolektif dalam pemakaiannya tidak disadari oleh pengguna bahasa yang bersangkutan, maka parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa. 24

C. Data Berkaitan Teknis Produk Rancangan Table 3.2 Data Teknis Produk Rancangan RINCIAN DATA SIFAT DATA MANFAAT DATA DALAM PERANCANGAN KESIAPAN DATA Primer Sekunder Sudah Belum Data Teknis Perancangan Perangkat Lunak Sebagai Alat (Softwore) Penunjang Proses Desain Mengetahui dan Teknik Cutting mesin memahami Teknik Potong Menggunakan Mesin Mengetahui dan Teknik Mesin Press mengerti teknik tekan dan pengaturan suhu 25

D. Kelompok Data Berkaitan dengan Aspek Ekonomi Produk Rancangan Harga yang diperlukan untuk membuat sign on carpets sangatlah relatif karena bahan baku karpet yang sengaja memang dipilih untuk produksi massal. Tentunya dengan material glow in the dark yang menambah nilai tinggi dari karpet tersebut, Dan yang penting karpet yang menggunakan material glow in the dark ini dapat menyerap cahaya pada kondisi terang berguna dalam kondisi gelap Dan dampa kini yang sebagai inovasi positif terbaru dalam terobosan produk terkini. 26