JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2013 VOLUME 1, NO. 1. ISSN ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Segiempat

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penerapan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memperhatikan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Pada penelitian ini peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA MATERI STATISTIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA MATERI STATISTIKA

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjabarkan hasil-hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Metode suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian,

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PMR PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 2 KEPOHBARU BOJONEGORO

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. muncul dalam proses belajar mengajar di kelas pada saat penerapan model

BAB III METODE PENELITIAN. mengambarkan situasi yang mungkin muncul dalam proses belajar mengajar di

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume I, Nomor 2, Hal , November 2016

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif pada penelitian ini adalah untuk menganalisis data aktivitas

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

EFEKTIVITAS PENDEKATAN THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PELITA HARAPAN RANTEPAO

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. sampai dengan Mei Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI BERWISATA PADA MATERI PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan pembelajaran. Mambaul Ulum Simorejo yang berjumlah 22 siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MURDER PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data kualitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif bertujuan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VII-B SMP MUHAMMADIYAH 13 SURABAYA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development. dengan model integrated learning berbasis masalah.

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

BAB III METODE PENELITIAN. data yang diperoleh tentang aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar, dan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN METODE KUMON PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN DI SMAN-1 KRIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan di paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI QUICK ON THE DRAW PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Model Pembelajaran Kontekstual dengan Setting Pembelajaran Kooperatif

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua kali pertemuan melalui

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

BAB III METODE PENELITIAN. karena akan dicari pengaruh pemberian Suggestopedia terhadap nilai Tes

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

Transkripsi:

ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SUB MATERI POKOK SUDUT PUSAT DAN SUDUT KELILING DI KELAS VIII-A SMPN 9 MOJOKERTO Abdillah, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon 0812 2006 0857, E-mail: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa pendapat yang menyatakan bahwa melalui pengalaman belajar siswa dapat secara langsung menanamkan konsep yang diinginkan oleh guru. Pengalaman yang baik dalam proses pembelajaran adalah pengalaman langsung yang diperoleh melalui benda sebenarnya atau dengan contoh-contoh. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan alat peraga sebagai alat bantu untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut : (1) Bagaimanakah aktivitas siswa selama pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling? (2) Bagaimanakah kinerja siswa dalam pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling? (3) Bagaimanakah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling? (4) Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling? (5) Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling? Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMPN 9 Mojokerto yang berjumlah 51 siswa yang dipilih dari 5 kelas dengan sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh meliputi data pengamatan aktivitas siswa, data kinerja siswa, data pengamatan pengelolaan pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling, data hasil tes belajar siswa, dan data tentang amgket respon siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Aktivitas siswa yang paling dominan adalah mendengarkan guru (30,3%), berhubungan dengan alat peraga (19,7%), dan mengerjakan LKS (18,8%) (2) Jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kinerja 1 dengan benar adalah sebanyak 49 siswa (96,08%), jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 2 dengan benar adalah sebanyak 46 siswa (90,20%). (3) Hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikategorikan baik. (4) Tes hasil belajar menunjukkan bahwa sebanyak 27 siswa dari 51 siswa atau 52,94% dinyatakan tuntas belajar. (5) Hasil angket respon siswa adalah positif. Kata kunci: pembelajaran induktif, alat peraga INTEGRAL PAGE 1

PENDAHULUAN Mengajar matematika bukanlah hal yang sulit bila guru menguasai materi dan dapat menggunakan metode yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut. Guru yang tidak menguasai materi yang diajarkan pasti tidak dapat mengajar dengan baik sedangkan guru yang memilih metode yang tidak sesuai untuk materi yang akan diajarkan, mengakibatkan siswa kurang mengerti materi tersebut. Jika hal tersebut sering diterima oleh siswa maka siswa akan menjadi malas dan tidak mengerti materi yang telah diterima. Dengan demikian timbul persepsi siswa bahwa matematika itu sulit. Guru hendaknya membantu siswa dalam memahami dan mengerti suatu konsep atau rumus dengan memberikan contoh-contoh atau alat peraga yang sesuai dengan konsep. Dengan demikian siswa tidak hanya menghafal rumus atau konsep tetapi mengerti rumus/konsep tersebut. Hal ini meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika karena mereka menemukan sendiri konsep/rumus tersebut. Arsyad mengungkapkan bahwa melalui pengalaman belajar siswa dapat secara langsung menanamkan konsep yang diinginkan oleh guru. Pengalaman yang baik dalam proses pembelajaran adalah pengalaman langsung yang diperoleh melalui benda sebenarnya. Tetapi banyak juga pengalaman yang tidak dapat diberikan secara langsung kepada siswa dikarenakan banyak kejadian atau bendabenda yang sifatnya abstrak. Pengalaman yang seperti ini dapat diberikan dengan benda pengganti yaitu alat peraga. Sebagai salah satu media pembelajaran, alat peraga digunakan untuk membantu siswa memahami konsep matematika yang abstrak melalui benda kongkret 1. Dalam pembelajaran seperti di atas, guru berperan sebagai pengarah dan pemberi kemudahan serta memberi dukungan dan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide dan strategi mengajar yang sesuai dengan materi agar siswa lebih mudah menerima pelajaran. Guru tidak hanya memberikan siswa pengetahuan jadi, tetapi secara aktif harus membangun pengetahuan dalam pikiran siswa untuk belajar sendiri. Guru harus dapat membuat siswa termotivasi dan terangsang untuk 1 Yuli Retnti.2005. INTEGRAL PAGE 2

dapat mengemukakan apa yang mereka pikirkan. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Soedjadi mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika terutama di jenjang SLTP, diperlukan penggunaan pola pikir induktif. Ini berarti dalam penyajian matematika di jenjang ini perlu dimulai dengan contoh-contoh, yaitu hal-hal yang khusus, selanjutnya secara bertahap menuju kepada suatu simpulan atau sifat yang umum. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran induktif yang diungkapkan oleh Soemiadji. Pembelajaran induktif merupakan strategi pembelajaran yang direncanakan dan sangat cocok untuk mengembangkan keterampilan berfikir melalui observasi, membandingkan, penemuan pola, dan menggeneralisasikan 2. Lingkaran merupakan materi pelajaran yang diajarkan pada siswa SMP kelas 2 semester genap. Pada materi lingkaran ini, penulis memilih sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling. Agar sub materi pokok ini dapat dicerna dengan baik oleh siswa maka penulis menerapkan model pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga. Model Pembelajaran Induktif merupakan strategi yang cocok jika digabungkan dengan alat peraga karena tujuan dari model ini adalah untuk mengembangkan ketrampilan berfikir melalui observasi, membandingkan, penemuan pola dan menggeneralisasi. Untuk itu penulis ingin mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Alat Peraga pada Sub Materi Pokok Sudut Pusat dan Sudut Keliling Di Kelas VIII-A SMPN 9 Mojokerto. Alat Peraga dalam Penelitian Dalam penelitian ini alat peraga yang akan digunakan adalah alat peraga contoh dan non contoh. Alat peraga contoh antara lain berupa dua lingkaran yang didalamnya terdapat sudut pusat dan sudut keliling yang menghadap busur yang sama, sebuah lingkaran yang didalamnya terdapat tiga sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran, dan sebuah lingkaran yang didalamnya terdapat 2 Soemiadji. Model Induktif, (Surabaya: Unipress UNESA. 1998). hlm. 1 INTEGRAL PAGE 3

tiga sudut keliling yang menghadap busur yang sama. Sedangkan alat peraga non contoh adalah berupa empat lingkaran yang didalamnya tidak terdapat kriteriakriteria seperti dalam alat peraga contoh. Lingkaran tersebut terbuat dari triplek yang bagian atasnya dilapisi kertas asturo agar lebih menarik. Untuk membuat sudut pusat dan sudut keliling, kita menggunakan kertas asturo yang berbeda warna. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar dibawah ini : Alat peraga contoh : Alat peraga contoh untuk Rencana Pembelajaran I Alat peraga contoh untuk Rencana Pembelajaran II Alat peraga non contoh : Alat peraga non contoh untuk Rencana Pembelajaran I INTEGRAL PAGE 4

Alat peraga non contoh untuk Rencana Pembelajaran II Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Alat Peraga Pada pembelajaran Induktif, terdapat langkah-langkah yang bertujuan agar siswa dapat mengobservasi contoh-contoh dan mengidentifikasi pola-pola yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut lalu kemudian menyimpulkan. Jika contohcontoh tersebut kita sajikan dengan menggunakan alat peraga maka siswa akan lebih mudah untuk mengidentifikasi pola-pola yang ada dalam contoh-contoh tersebut karena siswa tidak hanya membayangkan saja tetapi siswa akan terlibat aktif dengan melakukan pengamatan sendiri serta keikutsertaan seluruh sense dapat membantu siswa memahami ide, konsep, rumus, atau teorema sampai membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kita bisa mengaitkan pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga karena tujuan dari pembelajaran induktif sesuai dengan tujuan dari alat peraga. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif. Agar penelitian memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka diperlukan suatu rancangan penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan rancangan penelitian One Shot Case Study (Arikunto, 1998:83) yaitu sebagai berikut : INTEGRAL PAGE 5

Keterangan : X : Pembelajaran Indukif dengan menggunakan alat peraga, yang diberikan pada sebuah kelas, dan selama kegiatan pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan selama dua kali pertemuan O : Uji akhir untuk melihat hasil belajar siswa setelah pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga.pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling kemudian siswa diberi angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung 3. Prosedur dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahapan yaitu : 1. Tahap persiapan Peneliti mengadakan survei ke SMPN 9 Mojokerto, untuk mendapatkan informasi apakah pembelajaran yang dilakukan selama ini menggunakan alat peraga atau tidak, dan ternyata selama ini pembelajaran yang dilakukan tidak menggunakan alat peraga sehingga peneliti berinisiatif untuk menggunakan alat peraga. Kemudian peneliti memilih materi lingkaran sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling untuk digunakan dalam penelitian karena selain materi tersebut cocok digunakan dalam penelitian, materi tersebut diajarkan pada saat peneliti mengadakan penelitian. Setelah itu, peneliti membuat perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Tetapi sebelum perangkat dan instrumen digunakan dalam penelitian, perangkat dan instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Khusus untuk perangkat, disamping dikonsultasikan kepada dosen pembimbing juga dikonsultasikan kepada guru bidang studi matematika kelas VIII SMPN 9 Mojokerto. Setelah perangkat dan instrumen pembelajaran direvisi, maka dapat digunakan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti memilih satu kelas dari lima kelas yang ada di sekolah tersebut dan dipilih kelas VIII-A sebagai subyek penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah : Siswa kelas VIII-A diberi sebuah perlakuan yaitu pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga. Proses pembelajaran induktif dengan Cipta, 1993). 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka INTEGRAL PAGE 6

menggunakan alat peraga dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dua jam pelajaran atau 2 x 40 menit, pertemuan kedua tiga jam pelajaran atau 3x 40 menit. Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan oleh seorang pengamat, yaitu mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika UNESA semester 4. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti menetapkan 6 orang siswa yang terpilih berdasarkan tingkat kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah masing-masing 2 orang) untuk dilakukan pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran. Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga yang dilakukan oleh seorang pengamat, yaitu oleh guru kelas VIII SMPN 9 Mojokerto. Pada kegiatan pembelajaran, siswa diberi lingkaran-lingkaran yang berbeda jari-jarinya beserta petunjuk kerja untuk melakukan observasi, analisis, dan pengambilan kesimpulan sesuai dengan langkah-langkah yang ada didalam petunjuk kerja. Setelah mengambil kesimpulan dari hasil analisis, siswa diberi tes hasil belajar sebagai tes penerapan materi yang telah dipelajari. Setelah melakukan tes, siswa diberi angket untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga. 3. Tahap analisis data Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar petunjuk kerja, lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil pengamatan aktivitas siswa, data hasil pengamatan kemampuan guru mengelola kelas, data tes hasil belajar, dan data angket respon siswa. Selanjutnya seluruh data tersebut dianalisis dengan analisis statistik deskriptif. Analisis data aktivitas siswa. INTEGRAL PAGE 7

Data hasil pengamatan aktivitas siswa dideskripsikan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. menghitung rata-rata frekuensi setiap indikator selama pertemuan dari laporan pengamat. 2. mencari persentase setiap indikator dengan cara membagi besarnya frekuensi dengan jumlah frekuensi lalu dikalikan seratus persen untuk setiap indikator. data aktivitas siswa Si = N Xi x 100% Keterangan : Si = Persentase frekuensi aktivitas siswa butir ke-i Xi = Frekuensi aktivitas siswa butir ke-i hasil pengamatan seorang pengamat N = Jumlah semua aktivitas siswa Analisis kinerja siswa Analisis data tentang kinerja siswa menggunakan persentase, yaitu banyaknya siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja atau yang tidak dapat mengisinya dibagi dengan banyaknya siswa dikalikan seratus persen. Analisis data pengamatan pengelolaan pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga. Data tentang pengelolaan kelas dilakukan oleh seorang pengamat dengan kriteria penilaian : sangat baik (skor 4), baik (skor 3), kurang baik (skor 2), tidak baik (skor 1). Rubrik penilaian pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga dilakukan penilaian setiap aspek yang sedang diamati berdasarkan rencana pembelajaran (dapat dilihat pada lampiran). Rata-rata tiap kategori selama dua kali pertemuan digunakan untuk mengambil kesimpulan tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas selama pembelajaran berlangsung. Kesimpulan tentang pengelolaan kelas ditentukan dengan menggunakan kategori sebagai berikut : RTK = 0,00-1,49 Tidak baik RTK = 1,50 2,49 Kurang baik INTEGRAL PAGE 8

RTK = 2,50 3,49 Baik RTK = 3,50 4,00 Sangat baik 4 Dengan RTK : rata-rata tiap kategori Analisis data tes hasil belajar Siswa yang mendapat skor minimum 65 dikatakan tuntas dengan makna menguasai bahan yang diajarkan minimum 65 %, sedangkan untuk siswa yang mendapat skor kurang dari 65 dinyatakan tidak tuntas atau belum menguasai materi yang diajarkan. (berdasarkan aturan yang diterapkan sekolah yang diteliti) Analisis data angket respon siswa Analisis data angket siswa menggunakan persentase (%). Yaitu banyaknya siswa yang merespon secara positif atau negatif dibagi banyaknya siswa keseluruhan kemudian dikali seratus persen. Respon siswa dianggap positif jika persentase banyaknya siswa yang merespon secara positif diperoleh lebih besar atau sama dengan 85 persen 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel. 1. Analisis Frekuensi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Alat Peraga No Komponen Proses Pembelajaran Rata-rata Frekuensi Pertemuan Pertemuan 1 2 X Persentase (%) 1 Aktivitas siswa 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru. 4,7 5 4,9 30,3 2. Membaca buku/lembar petunjuk kerja alat peraga. 0,5 0,7 0,6 3,8 3. Menggunakan alat peraga sesuai dengan petunjuk. 0,8 0,8 0,8 5 4 Lince, Ranak. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Di Kelas II SLTP. Tesis. Tidak dipublikasikan. (Surabaya: Pascasarjana Unesa. 2001). hlm. 50 5 Manoy, Janet Trineke. Efektivitas Model Pembelajaran Diskusi Untuk Matematika Pokok Bahasan Lingkaran I Di Kelas 2 SLTP. Tesis. Tidak dipublikasikan. (Surabaya: Pascasarjana Unesa. 2000). hlm.38 INTEGRAL PAGE 9

4. Mengadakan observasi terhadap alat peraga 2 1,5 1,8 10,9 5. Menulis hal yang relevan dg kegiatan belajar mengajar 0 0,2 0,1 0,6 6. Berdiskusi/bertanya pada teman. 1,8 1,7 1,8 10,9 7. Menganalisis data hasil observasi. 0,3 0,5 0,4 2,5 8. Bertanya pada guru. 0,5 0,5 0,5 3,1 9. Menyimpulkan hasil analisis dengan teman sebangku. 0,7 1 0,9 5,3 10. Mengerjakan LKS. 3 3 3 18,8 11. Menjawab pertanyaan guru. 0,5 0,7 0,6 3,8 12. Bukan kategori diatas ( Memperhatikan teman,percakapan yg tidak relevan, berjalan-jalan di kelas,dll) 1,2 0,5 0,9 5,3 Ket : X = rata-rata frekuensi dua kali pertemuan Presentase aktivitas siswa terbesar selama dua kali pertemuan adalah mendengarkan guru yaitu sebesar 30,3%. Sedangkan presentase terbesar kedua adalah presentase aktivitas siswa berhubungan dengan alat peraga yaitu sebesar 19,7%. Selanjutnya terbesar ketiga adalah mengerjakan LKS yaitu sebesar 18,8%. Hal ini bisa terjadi karena dalam Rencana Pembelajaran, kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru, menggunakan/berhubungan dengan alat peraga, dan mengerjakan LKS memiliki waktu yang banyak. Tabel. 2. Analisis Pengelolaan Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Alat Peraga pada Sub Materi Pokok Sudut Pusat dan Sudut Keliling NO Aspek Pembelajaran Kategori Penilaian Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ratarata Kategori 1 Pendahuluan a. Menyampaikan Sangat 3 4 3,5 pendahuluan Baik b. Memotivasi siswa c. Mengkaitkan dengan pembelajaran yang lalu Rata-rata 3 3,33 3,17 Baik INTEGRAL PAGE 10

2 Kegiatan Inti Tahap I a. Memberikan contoh/objek yang bisa diamati siswa 4 4 4 b. Membimbing siswa untuk mengemukakan hal yang diamati Tahap II 3 c. Membagikan alat peraga dan petunjuk kerja siswa d. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya e. Meminta siswa untuk mengamati alat peraga f. Membimbing siswa mengemukakan hasil pengamatan Tahap III 3 g. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan Tahap IV 3 h. Meminta siswa untuk mengerjakan LKS i. Membahas LKS Sangat Baik 4 3 3 Baik bersama-sama Rata-rata 3,22 3,11 3,17 Baik 3 Penutup a. Membimbing siswa membuat rangkuman 4 3 3 Baik b. Menyampaikan tujuan pembelajaran c. Memberikan tugas rumah Rata-rata 3,33 3 3,17 Baik Dari Tabel dapat diperoleh rata-rata kategori untuk setiap pengelolaan pembelajaran. Untuk kegiatan pendahuluan, kategori yang diberikan oleh pengamat rata-ratanya adalah 3,17. Sesuai dengan penjelasan pada bab III yang berarti kemampuan guru dalam melakukan kegiatan pendahuluan adalah baik. INTEGRAL PAGE 11

Kategori untuk kegiatan inti adalah 3,17 yang menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melakukan kegiatan inti adalah baik. Kegiatan guru dalam menutup pembelajaran mendapat rata-rata 3,17 yang berarti kriteria kemampuan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran adalah baik. Tabel. 3. Analisis Hasil Kinerja Siswa Selama Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Alat Peraga PETUNJUK KERJA 1 PETUNJUK KERJA 2 TIDAK DAPAT DAPAT TIDAK DAPAT DAPAT JUMLAH SISWA 49 2 46 5 PERSENTAS E (%) 96,08 3,92 90,20 9,08 Dari Tabel menunjukkan bahwa jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 1 dengan benar adalah sebanyak 49 siswa dari 51 siswa atau sebesar 96,08%. Dan jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 2 dengan benar adalah sebanyak 46 siswa dari 51 siswa atau sebesar 90,20%. Jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 1 dibanding dengan jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 2 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan ada langkahlangkah pada petunjuk kerja 2 yang membingungkan siswa yaitu point 3 dimana siswa diminta membuat sudut siku-siku dari selembar kertas. Tabel. 4. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Alat Peraga pada Sub Materi Pokok Sudut Pusat dan Sudut Keliling Di Kelas VIII-A SMPN 9 Mojokerto SKOR YANG DIPEROLEH JUMLAH NO. ABSEN KET TIAP SOAL 1 2 3 4 SKOR 1 20 5 25 5 55 TIDAK TUNTAS 2 20 5 5 20 50 TIDAK TUNTAS 3 5 0 10 5 20 TIDAK TUNTAS 4 20 5 25 30 80 TUNTAS 5 20 10 10 35 75 TUNTAS 6 20 5 10 15 50 TIDAK TUNTAS 7 20 5 5 30 60 TIDAK TUNTAS 8 20 5 25 15 65 TUNTAS INTEGRAL PAGE 12

9 20 5 25 35 85 TUNTAS 10 20 0 25 20 65 TUNTAS 11 20 5 5 35 65 TUNTAS 12 5 5 25 5 40 TIDAK TUNTAS 13 20 5 25 35 85 TUNTAS 14 20 5 25 30 80 TUNTAS 15 20 5 5 35 65 TUNTAS 16 20 5 10 20 55 TIDAK TUNTAS 17 20 5 5 35 65 TUNTAS 18 20 5 5 35 65 TUNTAS 19 20 5 5 35 65 TUNTAS 20 5 5 25 5 40 TIDAK TUNTAS 21 20 0 25 10 55 TIDAK TUNTAS 22 20 5 25 35 85 TUNTAS 23 20 0 0 25 45 TIDAK TUNTAS 24 20 5 5 35 65 TUNTAS 25 20 5 25 30 80 TUNTAS 26 20 5 25 5 55 TIDAK TUNTAS 27 20 0 5 15 40 TIDAK TUNTAS 28 20 0 5 10 35 TIDAK TUNTAS 29 20 5 25 10 60 TIDAK TUNTAS 30 20 5 25 30 80 TUNTAS 31 20 5 25 10 60 TIDAK TUNTAS 32 20 10 25 35 90 TUNTAS 33 20 5 5 35 65 TUNTAS 34 20 5 5 30 60 TIDAK TUNTAS 35 5 5 25 35 70 TUNTAS 36 20 5 25 30 80 TUNTAS 37 20 5 25 5 55 TIDAK TUNTAS 38 20 5 25 35 85 TUNTAS 39 20 5 25 5 55 TIDAK TUNTAS 40 20 5 25 30 80 TUNTAS 41 20 5 5 30 60 TIDAK TUNTAS 42 20 10 25 35 90 TUNTAS 43 20 5 5 30 60 TIDAK TUNTAS 44 10 0 15 10 35 TIDAK TUNTAS 45 20 5 5 35 65 TUNTAS 46 20 0 25 10 55 TIDAK TUNTAS 47 20 0 5 20 45 TIDAK TUNTAS 48 5 0 25 5 35 TIDAK TUNTAS 49 20 25 5 35 85 TUNTAS 50 20 5 5 35 65 TUNTAS 51 20 5 25 30 80 TUNTAS INTEGRAL PAGE 13

Dari Tabel menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 65 keatas adalah sebanyak 27 siswa atau 52,94% dari 51 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah 65 sebanyak 24 siswa atau sebanyak 47,06%dari 51 siswa. Dengan demikian menunjukkan bahwa 27 siswa dinyatakan tuntas dalam arti menguasai materi yang telah diajarkan minimum 65% dan 24 siswa dinyatakan tidak tuntas dalam arti belum menguasai materi yang telah diajarkan. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa setelah pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga, siswa yang dinyatakan tuntas belajar lebih banyak dibandingkan siswa yang dinyatakan tidak tuntas belajar. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa bisa menjawab dengan benar soal no 1, 2, dan 3. Hal ini kemungkinan disebabkan karena soal no 1, 2, dan 3 termasuk kategori mudah dan sedang. Sedangkan untuk soal no 2, sebagian besar siswa tidak dapat menjawab dengan benar karena soal ini termasuk kategori sulit. Tabel. 5. Persentase Respon Siswa Terhadap Pembelajaran NO 1 2 3 4 5 6 Pertanyaan Bagaimana perasaanmu selama mengikuti pembelajaran dengan alat peraga? Apakah kamu senang dengan alat peraga yang digunakan? Bagaimana pendapatmu tentang cara guru menyajikan materi pembelajaran? Apakah dengan menggunakan alat peraga kamu lebih memahami tentang hubungan sudut pusat dan sudut keliling? Apakah setelah pembelajaran dengan alat peraga kamu dapat menjelaskan/mengerti bagaimana hubungan sudut pusat dengan sudut keliling? Apakah setelah pembelajaran dengan alat peraga, kamu dapat menghitung besar sudut pusat dan sudut keliling Prosentase Senang Prosentase Tidak Senang 98 2 96 4 86 14 Prosentase Ya Prosentase Tidak 90 10 88 12 88 12 INTEGRAL PAGE 14

7 8 9 10 suatu lingkaran? Apakah kamu berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti yang telah kamu ikuti tadi? Apakah kegiatan belajar mengajar seperti yang telah kamu ikuti merupakan hal yang baru? Apakah lks yang digunakan dalam pembelajaran ini dapat membantu kalian dalam belajar? Setelah mengikuti pembelajaran dengan alat peraga, apakah pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit? 96 4 61 39 92 8 14 86 Sebanyak 44 siswa dari 51 siswa atau 86% siswa menyatakan bahwa setelah mengikuti pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga, mereka merasa matematika bukan pelajaran yang sulit. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga pada sub materi pokok sudut pusat dan sudut keliling, yang telah dilaksanakan dikelas VIII-A SMPN 9 Mojokerto dapat disimpulkan : 1. Secara keseluruhan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mendengarkan guru yaitu sebesar 30,3%, berhubungan dengan alat peraga yaitu sebesar 19,7%, dan mengerjakan LKS yaitu sebesar 18,8%. 2. Jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 1 dengan benar adalah sebanyak 49 siswa dari 51 siswa atau sebesar 96,08%. Dan jumlah siswa yang dapat mengisi petunjuk kerja 2 dengan benar adalah sebanyak 46 siswa dari 51 siswa atau sebesar 90,20%. 3. Dari hasil pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga menunjukkan bahwa kemampuan guru dari tiap-tiap kegiatan seperti menyampaikan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup masing-masing memperoleh kategori baik. Dengan demikian rata-rata INTEGRAL PAGE 15

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran induktif menggunakan alat peraga dikategorikan baik. 4. Data hasil tes akhir siswa menunjukkan bahwa sebanyak 27 siswa dari 51 siswa atau 52,94% siswa dinyatakan tuntas. Sedangkan sebanyak 24 siswa dari 51 atau 47,06% siswa dinyatakan tidak tuntas. 5. Berdasarkan hasil angket, diperoleh bahwa hasil respon siswa positif terhadap pembelajaran induktif dengan menggunakan alat peraga. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cholik, Sugijono. 2004. Matematika untuk SMP Kelas VII. Erlangga : Jakarta. Darhim. 1992. Work shop Matematika. Universitas Terbuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Jannah, Ulfatul. 2004. Penggunaan Alat Peraga Dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Pada Pokok Bahasan Simetri Di Kelas I SLTP Negeri I Galis Pamekasan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya. UPRES Unesa. Kemp, Jerrold E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran, terj. Asril Marjohan. Bandung: ITB. Kurikulum 2004. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Menengah Pertama. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kusaeri. 2000. Penerapan Pendekatan Diskusi Dalam Pembelajaran Persamaan Kuadrat Pada Siswa Kelas 1 SMU Negeri 13 Surabaya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana Unesa. Lince, Ranak. 2001. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Di Kelas II SLTP. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana Unesa. Manoy, Janet Trineke. 2000. Efektivitas Model Pembelajaran Diskusi Untuk Matematika Pokok Bahasan Lingkaran I Di Kelas 2 SLTP. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana Unesa. Moleong, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung. Mustaji. 1996. Media Pendidikan Dan Latihan. University Press IKIP Surabaya : Surabaya. Nurhayati, Siti. 2005. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Sub Pokok Bahasan Trapesium Di Kelas VII SMP Negeri Benjeng Gresik. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya. UPRES Unesa. Soemiadji. 1998. Model Induktif, Surabaya: Unipress UNESA. INTEGRAL PAGE 16