BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

IDENTIFIKASI PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN LAYANG PASTEUR-SURAPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN BANDUNG - CIMAHI

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang sangat

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas perekonomian terus meningkat begitu pula dengan aktifitas kendaraan guna

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

TERMINAL BUS TIPE A KOTA SURAKARTA

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta Barat adalah salah satu Kota Administratif di Propinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

TERMINAL BUS PURWOKERTO (Pendekatan Konsep Post Modern)

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan pada penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota sangat ditunjang oleh pertumbuhan dan perkembangan infrastruktur yang dimiliki oleh kota tersebut. Salah satu infrastruktur yang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota adalah infrastruktur transportasi. Infrastruktur transportasi meliputi sarana (moda) dan prasarana (jalan), dimana dengan koordinasi yang baik antara sarana dan prasarana tersebut akan menciptakan suatu sistem transportasi. Menurut Manheim (1979), sistem transportasi pada suatu wilayah akan mempengaruhi perkembangan dan perubahan sistem sosial ekonomi setempat dan sebaliknya ketika terjadi perubahan sistem sosial ekonomi maka akan mempengaruhi perubahan sistem transportasi pada suatu wilayah. Di kota-kota besar, jenis dan jumlah kegiatan yang dilakukan penduduknya sangat beragam dan berintensitas tinggi sehingga masyarakat cenderung melakukan banyak pergerakan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Bukan hanya penduduk kota setempat saja yang banyak melakukan pergerakan didalam kota, namun penduduk yang berada dipinggiran kota juga akan melakukan aktivitas dengan melakukan pergerakan menuju pusat kota. Hal tersebut dikarenakan di pusat kota terdapat berbagai macam fasilitas yang lebih berkualitas dan juga kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan yang tinggi. Dengan demikian maka penduduk membutuhkan pelayanan infrastruktur transportasi yang memadai bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat kota untuk memudahkan mereka melakukan aktivitasnya di pusat kota. Pemerintah berusaha untuk terus mengembangkan infrastruktur transportasi untuk dapat memberikan pelayanan pada penduduknya untuk dapat 1

2 beraktivitas. Berbagai usaha dilakukan pemerintah agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi dan mengatasi persoalan-persoalan yang timbul. Salah satu infrastruktur transportasi yang memiliki peran penting dalam mendukung terjadinya pergerakan adalah jaringan jalan. Jaringan jalan yang ada akan menentukan karakteristik pergerakan para penggunanya. Salah satu bentuk usaha dalam meningkatkan supply transportasi yang dapat mempengaruhi perubahan sosial dan ekonomi pada suatu wilayah adalah adanya pembangunan jaringan jalan baru (Manheim, 1979). Sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan, maka jumlah pergerakanpun juga semakin meningkat. Apabila peningkatan tersebut tidak diikuti dengan penambahan jalan, akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara penyediaan dan permintaan. Dengan adanya jaringan jalan baru akan semakin memudahkan setiap individu untuk melakukan pergerakan menuju tempat mereka beraktivitas. Usaha pemerintah setempat dengan membangun jaringan jalan baru harus melihat permasalahan yang ada secara komprehensif, tidak hanya fokus pada penyelesaian persoalan transportasi yang timbul, tetapi juga harus melihat bagaimana pengaruhnya pada penduduk khususnya yang berpotensial untuk menggunakan fasilitas tersebut. Sehingga usaha pemerintah setempat dalam pembangunan jaringan jalan baru, diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat dan dapat merubah keadaan sosial dan ekonomi penduduk. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang masih terus berkembang dan tumbuh. Dengan tingkat aktivitasnya yang tinggi dan sangat beragam, maka tingkat pergerakan yang terjadi akan terus meningkat. Untuk dapat mengimbangi pergerakan yang terjadi maka pemerintah kota perlu membuat infrastruktur transportasi yang memadai agar masyarakat dapat melakukan aktivitas mereka masing-masing. Sistem jaringan jalan yang terbentuk di Kota Bandung adalah sistem jaringan jalan radial, dimana dengan sistem ini akan terjadi kecenderungan ketidakmerataan aktivitas yang terjadi. Akibatnya adalah terjadinya konsentrasikonsentrasi kegiatan, yaitu konsentrasi kegiatan ekonomi yang berada di selatan dan utara sehingga menimbulkan beberapa permasalahan pergerakan pada

3 beberapa titik (Firmansyah, 1997). Pusat kegiatan ini selanjutnya menyebar ke timur dan barat. Selama ini pergerakan timur-barat hanya dilayani Jl.Siliwangi dan Jl.Wastukencana, kedua jalan tersebut tingkat pelayanannya sudah sangat rendah, apalagi setelah dibukanya jalan tol Padalarang-Cileunyi (Dyah R, 1996). Oleh karena itu pemerintah Kota Bandung berusaha untuk meningkatkan pelayanan pergerakan timur-barat Kota Bandung yang terjadi. Pemerintah Kota Bandung membuat suatu kebijakan dengan membangun jalan layang Pasteur- Surapati, yang akan menghubungkan Jl.Pasteur dan Jl.Surapati melalui JI. Cikapayang dengan harapan pembangunan jalan baru ini akan meningkatkan pelayanan untuk pergerakan timur-barat Kota Bandung dan dapat memberikan akses yang lebih mudah bagi penduduk dalam melakukan aktivitas. Selain itu pembangunan jalan layang Pasteur-Surapati merupakan salah satu usaha pengembangan infrastruktur transportasi berdasarkan arahan pengembangan Metropolitan Bandung. Pembangunan jalan layang Pasteur-Surapati akan memberikan kemudahan bagi penduduk yang tinggal jauh dari pusat kota untuk dapat melakukan aktivitasnya di pusat kota. Kota Bandung yang berada pada simpul konstelasi transportasi regional, mengakibatkan volume lalu lintas di Kota Bandung ditentukan oleh dua jenis pergerakan, yaitu pergerakan penduduk Kota Bandung (pergerakan internal) dan pergerakan regional yang melewati Kota Bandung (pergerakan menerus) (Zulfadli A, 2004). Pergerakan yang terjadi di Kota Bandung bukan hanya pergerakan yang dilakukan oleh penduduk Kota Bandung, namun penduduk yang berada di sekitar Kota Bandung (Bandung Metropolitan Area) juga melakukan pergerakan menuju Kota Bandung untuk memenuhi aktivitas dasar mereka. Hal ini dikarenakan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi merupakan salah satu kota besar dan berkembang di Indonesia memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang lebih memadai dan berkualitas dibandingkan dengan fasilitas sarana dan prasarana yang ada di wilayah-wilayah di sekitar Kota Bandung atau wilayah Metropolitan Bandung (Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung). Selain itu dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai Metropolitan Bandung, maka Kota Bandung sebagai kota inti harus dapat memberikan pelayanan infrastruktur yang memadai.

4 Agar para penduduk ini dapat melakukan pergerakan menuju pusat Kota Bandung untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya, maka mereka membutuhkan akses yang baik dan mudah yang dapat menghubungi tempat tinggal mereka dengan pusat kegiatan yang mereka tuju. Perkembangan fisik Kota Bandung yang telah melampaui kemampuan kapasitas ruangnya telah menciptakan pertumbuhan permintaan pergerakan dari wilayah eksternal Kota Bandung. Limpahan kebutuhan ruang, terutama untuk kebutuhan perumahan, mendorong tumbuhnya permukiman di wilayah Kota Cimahi dengan sebagian lokasi tempat bekerja pemukimnya tetap di Kota Bandung. Fenomena ini telah menciptakan volume pergerakan ulang-alik yang sangat besar pada jaringan jalan utama dan satu-satunya jaringan arteri yakni Jalan Raya Cimahi (Marvilano, 2004). Pergerakan Cimahi-Bandung ini bahkan lebih besar daripada pergerakan internal Kota Cimahi, juga merupakan volume pergerakan eksternal Kota Cimahi yang paling besar (Studio Transportasi Cimahi 2003; dan LPPM-ITB, 2004). Dengan demikian penduduk wilayah Metropolitan Bandung yang tinggal jauh dari pusat kota Bandung yang akan terlayani secara langsung dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati salah satunya adalah penduduk Kota Cimahi, dimana salah satu akses bagi penduduk Kota Cimahi untuk masuk menuju pusat kota Bandung adalah melalui jalan Pasteur. Adanya pembangunan jalan layang Pasteur-Surapati diharapkan akan mengurangi beban jalan yang sudah ada dan memberikan akses yang lebih mudah bagi mereka menuju pusat Kota Bandung untuk melakukan aktivitasnya. Saat ini belum terdapat suatu kajian yang menjelaskan bagaimana adanya peningkatan supply transportasi akan mempengaruhi karakteristik pergerakan penggunanya. Selama ini kebijakan yang dikeluarkan pemerintah biasanya bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan fokus pada bidangbidang tertentu saja, khususnya permasalahan di bidang transportasi itu sendiri. Pada akhirnya hal ini cenderung menimbulkan permasalahan-permasalahan di bidang lain. Kebijakan yang dibuat pada akhirnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh golongan penduduk karena berbagai keterbatasan yang mereka miliki, padahal seharusnya dengan adanya kebijakan tersebut mereka akan sangat

5 diuntungkan. Seharusnya pemerintah dapat melihat secara komprehensif apa saja permasalahan yang ada dan yang akan terjadi. Sehingga kebijakan yang dibuat dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada, dan tidak terfokus pada satu permasalahan di satu bidang tertentu saja. 1.2 Rumusan Permasalahan Manusia melakukan berbagai macam aktivitas untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Untuk dapat memenuhi aktivitas tersebut masyarakat membutuhkan infrastruktur yang dapat memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas tersebut. Salah satu infrastruktur yang berperan penting dalam memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitasnya adalah infrastruktur transportasi. Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang dapat mempengaruhi pergerakan dari masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Perencanaan jaringan jalan yang baik akan memberikan perjalanan yang efektif dan efisien bagi penggunanya, baik waktu dan biayanya. Seiring dengan pertumbuhan kota maka akan timbul berbagai permasalahan khususnya pada bidang transportasi. Pemerintah melakukan berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di bidang transportasi adalah dengan meningkatkan supply transportasi, yaitu salah satunya dengan membangun jaringan jalan baru. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar dengan tingkat pergerakan yang tinggi. Dengan volume jumlah kendaraan yang terus meningkat maka akan mengurangi tingkat pelayanan jalan. Salah satu usaha peningkatan kapasitas jalan di Kota Bandung adalah dengan pembangunan jalan layang Pasteur-Surapati (PASUPATI). Saat ini terjadi kecenderungan bahwa usaha peningkatan infrastruktur transportasi hanya untuk mengatasi permasalahan di bidang transportasi saja, seperti untuk mengatasi kemacetan, tetapi seharusnya usaha peningkatan transportasi juga harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap penggunanya, baik pengaruh terhadap pergerakannya maupun pengaruh terhadap keadaan sosial dan ekonominya.

6 Adanya PASUPATI dapat dimanfaatkan oleh mereka yang berpotensial untuk menggunakannya. Salah satu yang berpotensial untuk menggunakan PASUPATI adalah penduduk Kota Cimahi. Dengan demikian akan timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Siapakah penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan PASUPATI? Bagaimana karakteristik penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan PASUPATI? Bagaimana karakteristik pergerakan penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan PASUPATI, dari sebelum adanya PASUPATI dan sesudah adanya PASUPATI? Apakah adanya PASUPATI akan mempengaruhi karakteristik pergerakan penduduk yang potensial untuk menggunakannya? 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi pengaruh adanya pembangunan PASUPATI terhadap karakteristik pergerakan penggunanya. Studi ini menggunakan kasus jalan layang Pasteur-Surapati sebagai jaringan jalan baru dan merupakan salah satu bentuk peningkatan supply transportasi, dan penduduk Kota Cimahi yang merupakan penduduk yang tinggal di wilayah Metropolitan Bandung yang akan terlayani secara langsung dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati dalam melakukan aktivitasnya di Kota Bandung. Dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati akan memberikan akses bagi masyarakat Kota Cimahi untuk menuju pusat kegiatan di Kota Bandung dalam rangka melakukan aktivitas dasar mereka. Sasaran yang ingin dicapai dari studi ini adalah : Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati Mengidentifikasi karakteristik (sosial dan ekonomi) penduduk Kota Cimahi yang potensial menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati

7 Mengidentifikasi karakteristik pola pergerakan penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan PASUPATI, pada saat sebelum dan sesudah adanya PASUPATI Mengidentifikasi pengaruh pembangunan jalan layang Pasteur-Surapati terhadap karakteristik pergerakan penduduk Kota Cimahi yang potensial menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati. Studi ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai usaha pemerintah dalam pembangunan infrastruktur transportasi agar dapat lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat secara keseluruhan. 1.4 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup pada studi ini meliputi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Pada ruang lingkup wilayah akan dijelaskan mengenai wilayahwilayah yang akan menjadi objek dari studi dan pada ruang lingkup materi akan dijelaskan mengenai materi-materi yang akan dibahas dalam studi ini. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Pembangunan jaringan jalan baru merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada suatu kota khususnya permasalahan transportasi. Namun adanya pembangunan jalan baru tidak hanya akan mengatasi permasalahan transportasi yang terjadi, hal tersebut juga akan berdampak pada sistem sosial penduduk setempat. Sesuai dengan studi yang akan dilakukan, maka ruang lingkup wilayah ini adalah jalan layang Pasteur-Surapati sebagai salah satu usaha pemerintah dalam peningkatan supply transportasi. Oleh karena itu akan dilihat kebijakan pembangunan, rencana pembangunan, tujuan pembangunan, wilayah pelayanan, dampak pembangunan dan hal lain yang berhubungan dengan jalan layang Pasteur-Surapati. Melihat kedudukan dari jalan layang Pasteur-Surapati yang berada di Kota Bandung, maka pembahasan wilayah juga akan meliputi pola

8 jaringan jalan Kota Bandung, dimana didalamnya juga terdapat jalan layang Pasteur-Surapati. Selain akan menjelaskan mengenai jalan layang Pasteur-Surapati, ruang lingkup wilayah dari studi ini juga meliputi penduduk Kota Cimahi, khususnya mereka yang potensial sebagai pengguna jalan layang Pasteur-Surapati, sebagai objek studi dalam menganalisis bagaimana karakteristik pergerakan mereka sebelum dan sesudah adanya jalan layang Pasteur-Surapati. Sehingga pada akhirnya kita dapat mengetahui siapa saja penduduk Kota Cimahi yang terlayani dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati dan sejauh mana adanya jalan layang Pasteur-Surapati ini dapat mempengaruhi karakteristik pergerakan mereka. 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Pada studi ini akan membahas mengenai infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi. Sesuai dengan studi ini maka penjelasan akan dimulai dengan infrastruktur yang merupakan pelayanan yang diberikan kepada penduduk. Setelah itu akan dibahas lebih mendalam mengenai infrastruktur transportasi sebagai salah satu infrastruktur yang memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan individu. Kemudian pembahasan akan fokus pada prasarana jalan sebagai salah satu komponen dasar dari transportasi yang akan menentukan pergerakan dari penduduk. Setelah itu akan dibahas mengenai hubungan antara aktivitas penduduk dan pola pergerakan yang akan dilakukan penduduk. Pada studi ini akan dibahas mengenai apa saja faktor yang mendorong individu melakukan aktivitas, dan aktivitas apa saja yang merupakan aktivitas dasar mereka. Setelah itu akan dibahas mengenai pola pergerakan penduduk yang dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan setiap individu. Setelah itu pada penelitian ini akan melihat pengaruh dari adanya peningkatan supply transportasi berupa pembangunan jaringan jalan baru terhadap karakteristik pergerakan penggunanya. Pada penelitian ini ingin melihat apakah dengan adanya jaringan jalan baru dapat merubah karakteristik pergerakan pengguna dan variabel-variabel apa saja yang akan dipengaruhinya.

9 1.5 Metodologi Studi Pada metodologi studi ini akan dibagi menjadi metode dalam pengumpulan data, metode survey lapangan, dan metode dalam mengolah dan menganalisis data. 1.5.1 Metode Pengumpulan data Pada studi ini penulis akan membutuhkan informasi-informasi yang dapat mendukung studi yang akan dilakukan. Dalam memperoleh informasi tersebut penulis menggunakan data sekunder dan data primer sebagai bahan analisisnya. Untuk mendapatkan data sekunder maka akan dilakukan survey sekunder ke dinas-dinas terkait. Data sekunder ini meliputi data mengenai kependudukan Kota Cimahi, tingkat kesejahteraan penduduk Kota Cimahi, gambaran umum wilayah Kota Cimahi, dan gambaran umum mengenai jaringan jalan yang menghubungkan antara Kota Cimahi dengan Kota Bandung. Selain itu juga akan dibutuhkan data sekunder mengenai latar belakang pembangunan dari jalan layang Pasteur- Surapati dan tujuan pembangunannya. 1.5.2 Metode Survey Lapangan Untuk data primer dengan melakukan kuesioner, akan disebarkan kepada penduduk Kota Cimahi yang beraktivitas kesehariannya di Kota Bandung dan dalam melakukan pergerakannya menggunakan PASUPATI untuk menuju tujuannya. Dipilihnya responden penduduk Kota Cimahi dikarenakan Kota Cimahi yang memiliki status sebagai Kota Inti dalam konteks Bandung Metropolitan Area bersama dengan Kota Bandung, maka tingkat pergerakan menuju Kota Bandung akan sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan berbagai fasilitas yang berkualitas dan lapangan pekerjaan yang menjanjikan tersedia di Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selain itu mudahnya akses masuk menuju Kota Bandung dari Kota Cimahi akan mendukung terjadinya pergerakan menuju Kota Bandung dari Kota Cimahi. Pada survey ini akan disebarkan 250 kuesioner kepada penduduk Kota Cimahi yang tersebar dalam 3 kecamatan dan 15 kelurahan. Responden yang

10 dipilih dalam penelitian ini adalah penduduk Kota Cimahi yang melakukan pergerakan menuju Kota Bandung, dan dalam melakukan pergerakan, responden tersebut potensial untuk menggunakan PASUPATI. Sebanyak 35 kuesioner akan diberikan kepada responden pengguna kendaraan pribadi berupa mobil, 115 kuesioner diberikan kepada responden pengguna kendaraan pribadi sepeda motor, dan 100 kuesioner diberikan kepada responden pengguna angkutan kota. Pembagian jumlah kuesioner ini didasarkan pada data kepemilikan kendaraan yang penulis peroleh melalui data sekunder. 1.5.3 Metode Analisis Pada penelitian ini setelah penulis mendapatkan data-data yang diinginkan maka tahap pertama untuk menganalisisnya adalah dengan melakukan analisis deskrptif terhadap data sekunder yang diperoleh maupun data hasil kuesioner. Setelah melakukan analisis deskriptif terhadap data-data yang diperoleh, maka penulis dapat mengerucutkan siapa sebenarnya penduduk Kota Cimahi yang potensial menggunakan PASUPATI. Setelah didapatkan informasi mengenai siapa saja penduduk Kota Cimahi yang potensial menggunakan PASUPATI maka langkah selanjutnya adalah penulis membandingkan supply yang menghubungkan Kota Cimahi dan Kota Bandung maupun supply yang berhubungan dengan adanya pembangunan PASUPATI, sebelum adanya PASUPATI dengan keadaannya setelah adanya pembangunan PASUPATI. Pada tahap ini penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh.

11

12

13 Setelah itu penulis akan membandingkan karakteristik pergerakan dari pengguna PASUPATI antara pergerakan sebelum adanya PASUPATI dan pergerakan setelah adanya pembangunan PASUPATI. Pada tahap ini penulis akan menggunakan analisis tabulasi silang sehingga dapat dilihat perbandingannya antara sebelum dan sesudah adanya PASUPATI. Untuk mengetahui karakteristik pergerakan tersebut penulis menggunakan data hasil kuesioner. Dengan langkahlangkah tersebut, maka penulis dapat mengetahui apakah terdapat suatu pengaruh yang terjadi terhadap karakteristik pergerakan potensial pengguna dengan adanya peningkatan supply transportasi. 1.6 Manfaat Studi Secara umum pada studi ini ingin melihat apakah adanya pembangunan jaringan jalan baru telah dilakukan tepat sasaran dan memberikan manfaat pada masyarakat. Studi ini berusaha untuk mengetahui apakah dengan adanya suatu usaha pemerintah dalam meningkatkan supply transportasi dapat mempengaruhi karakteristik pergerakan dari penduduk yang potensial untuk menggunakan supply transportasi tersebut. Pada studi ini akan diklasifikasikan penduduk yang bagaimana yang potensial untuk menggunakan supply transportasi yang baru, sehingga nantinya akan diketahui karakteristik sosial dan ekonomi dari penduduk yang potensial untuk menggunakan supply transportasi tersebut. Selain itu pada studi ini akan mencoba melihat apakah adanya supply transportasi baru dapat merubah karakteristik pergerakan penduduk yang potensial untuk menggunakan supply transportasi tersebut. Dengan demikian kita mendapatkan suatu feedback dari penduduk mengenai bagaimana supply transportasi tersebut dapat bermanfaat bagi mereka, sehingga dapat diketahui apakah usaha pemerintah tersebut telah bermanfaat bagi masyarakata dan tepat sasaran. Adanya informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam nantinya jika ingin mengeluarkan suatu kebijakan baru.

14 TABEL 1-1 DATA DAN ANALISIS YANG DILAKUKAN Data Gambaran umum Kota Cimahi Gambaran umum karakteristik jaringan jalan Kota Bandung dan Jalan Layang PASUPATI Karakteristik pengguna PASUPATI Karakteristik pergerakan pengguna PASUPATI Jenis Data Sekunder Sekunder Primer Primer Cara Memperoleh Data RTRW Kota CImahi 2003-2013 RTRW Kota Bandung 2002-2012 Survey kuesioner Survey kuesioner Perubahan karakteristik pergerakan sebelum dan sesudah adanya PASUPATI Primer Hasil analisis Sumber: Hasil Analisis, 2008 Analisis yang Dilakukan Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif dan frekuensi Analisis deskriptif Analisis komparatif Keterangan Memaparkan secara umum : kondisi geografis dan batas-batas dari Kota Cimahi kependudukan Kota Cimahi keterkaitan Kota Cimahi dengan wilayah-wilayah sekitarnya (administratif dan fungsional) kondisi pola transportasi dan pergerakan Kota Cimahi status Kota Cimahi dalam konteks provinsi dan BMA Memaparkan secara umum : karakteristik jaringan jalan dan pola pergerakan Kota Bandung latar belakang dan tujuan pembangunan Jalan Layang PASUPATI dan status keberadaannya dalam konteks BMA Memaparkan siapa saja penduduk Kota Cimahi yang potensial menggunakan PASUPATI berdasarkan latar belakang setiap individu (sosial dan ekonomi) Memaparkan pola pergerakan penduduk yang potensial menggunakan PASUPATI dari sebelum adanya PASUPATI hingga saat ini ketika sudah ada PASUPATI (biaya transportasi, jarak tempuh, waktu tempuh, dan lain-lain) Memaparkan pengaruh adanya PASUPATI terhadap karakteristik pergerakan responden sebelum dan sesudah PASUPATI

15 1.7 Alur Pikir Penelitian Terjadinya pertumbuhan kota didukung oleh infrastruktur-infrastruktur yang terdapat di kota tersebut dan aktivitas-aktivitas yang terjadi di kota tersebut. Salah satu infrastruktur yang mendukung terjadinya pertumbuhan kota adalah infrastruktur transportasi dan dengan adanya aktivitas-aktivitas yang terjadi maka akan mendorong adanya pergerakan. Salah satu infrastruktur transportasi yang memiliki peran penting dan akan mendukung terjadinya pergerakan adalah jaringan jalan. Semakin tinggi tingkat pergerakan yang terjadi maka permintaan akan infrastruktur transportasi juga akan meningkat. Ketika permintaan yang meningkat namun supply tidak bertambah maka akan timbul suatu masalah. Timbulnya masalah tersebut akan mendorong pemerintah untuk mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Salah satu usaha tersebut adalah dengan meningkatkan supply transportasi berupa pembangunan jaringan jalan baru. Adanya pembangunan jaringan jalan baru akan menimbulkan beberapa pertanyaan, antara lain adalah siapa yang terlayani dengan adanya jaringan jalan tersebut dan bagaimana adanya jaringan jalan baru tersebut dapat mempengaruhi pergerakan para penggunanya. Jawaban dari pertanyaan tersebut diharapkan dapat memberikan respon balik kepada pemerintah atas kebijakan yang telah berlakukan. Dengan demikian hasil tersebut dapat dijadikan sebaai bahan pertimbangan bagi stakeholder terkait dalam merumuskan kebijakan-kebijakan lainnya di masa depan.

16 GAMBAR 1-2 KERANGKA PEMIKIRAN Sumber : Hasil Analisis, 2008

17 1.8 Sistematika Pembahasan Pada sub bab ini akan dijelaskan pembagian bab pada penelitian ini yang meliputi 5 bab, yaitu : BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari adanya penelitian ini, rumusan masalah yang ada, tujuan dan sasaran dari penelitian, ruang lingkup dari penelitian, dan metodologi yang digunakan dalam penelitian. BAB 2 TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN Pada bab tinjauan teori akan dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori-teori tersebut meliputi teori mengenai infrastruktur, transportasi, jaringan jalan, aktivitas dan karakteristik pergerakan penduduk kota, kesejahteraan dan kualitas kehidupan, dan hubungan antara transportasi dengan tingkat kesejahteraan penduduk. BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada bab ini akan dipaparkan secara umum gambaran wilayah studi dari penelitian ini. Gambaran tersebut meliputi gambaran umum Kota Cimahi, karakteristik penduduk Kota Cimahi, jaringan jalan Kota Cimahi, jaringan jalan Kota Bandung, dan gambaran umum adanya jalan layang Pasteur- Surapati. BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENGGUNA Pada bab ini akan dipaparkan hasil analisis dari data-data yang telah diperoleh. Hasil analisisya meliputi karakteristik dari pengguna, dimana karakteristiknya meliputi karakteristik sosial, ekonomi dan pergerakan

18 responden. Setelah itu akan dilihat apakah terdapat perubahan yang terjadi terhadap karakteristik pergerakan potensial pengguna antara sebelum adanya peningkatan supply transportasi dan sesudahnya, sehingga pada akhirnya kita dapat mendapatkan informasi apakah adanya peningkatan supply transportasi akan mempengaruhi karakteristik pergerakan potensial pengguna. BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENGGUNA Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selain itu pada bab ini juga penulis akan memberikan suatu rekomendasi solusi atas permasalahan yang terjadi. Setelah itu penulis juga akan memaparkan kelemahan-kelemahan dari studi ini, beserta dengan rekomendasi studistudi lanjutan dari penelitian ini yang dapat memperkuat hasil dari studi ini nantinya.