Jawa Barat Tahun perlu regional, nasional, dolar AS per. Bahan sangat. menurunkan inflasi. pembangkit listrik diperkirakan III - 1

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/ Ketua Tim Pelaksana Pengendali PNPM Mandiri Jakarta, 3 November 2008

BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

Pemerintah Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo Mei 2012

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

SURVEI PERSEPSI PASAR

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kondisi Perekonomian Indonesia

[Type the company name]

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

Transkripsi:

BAB II II ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 perlu memperhitungkan berbagai kondisi yang terjadi baik lokal, regional, nasional, maupun internasional. Dengan terjadinya krisis ekonomi global sebagai imbas krisis keuangan Amerika Serikat, diprediksikan akan berdampak pula pada kondisi perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut menjadi asumsi yang mendasari penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009. Sebagai implikasi ketidakpastian ekonomi global dan nasional, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan masih memungkinkan adanya penyesuaian. 3.1. Kondisi Eksternal Berdasarkan asumsi makro APBN Tahun 2009, yang merupakan kondisi eksternal Jawa Barat, kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain : Pertama, memperhatikan perkembangan harga minyak dunia yang menunjukkan kecenderungan menurun, harga minyak dunia tahun 2009 diasumsikan 80 dolar AS per barel. Pada kisaran harga tersebut diprediksi Pemerintah akan melakukan penurunan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, sebagai akibat kenaikan harga minyak dunia yang sangat drastis dalam kurun waktu satu tahun belakangann ini. Dengan demikian penurunan harga BBM bersubsidi yang direncanakan mulai diberlakukan 1 Desember 2008 diharapkan akan membantu memperbaikii kondisi ekonomi nasional termasuk menurunkan inflasi. Kedua, selain BBM, tarif dasar listrik sangat signifikan untuk mempengaruhi kondisi perekonomian. Padaa tahun 2009, beberapa perusahaan pembangkit listrik bertenaga batubara akan mulai beroperasi. Dengan kewajiban untuk memberikan dukungan terhadap proyek percepatan kelistrikan untuk proyek-proyek Tarif Dasar Listrik (TDL), namun pemberian insentif dan disinsentif penggunaan listrik akan diperluas penggunaannya. Ketiga, pada tahun 2009, penerimaan negara dan hibah diperkirakan mencapai 18,3 18,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sementara belanja negara diperkirakan mencapai 20 20,5% terhadap PDB, sehingga target defisit APBN Tahun 2009 diperkirakan berada pada kisaran 1,0 1,3% dari PDB. Tingkat defisit yang relatif pembangkit listrik tersebut, diprediksi Pemerintah tidak akan menaikkan III - 1

tinggi ini akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan pembiayaan, namunn memberikan keleluasaan dalam menentukan besarnya pengeluaran Pemerintah. Keempat,, nilai tukar rupiah diasumsikan berada pada kisaran Rp. 9.400,00 per dolar AS, sedangkan tingkatt suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan sebesar 7,25 7,,75 %. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong sektor riil untuk lebih berperan dalam pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi, dan meningkatkan kemampuan ekonomi yang akan memperluas lapangan kerja dan mengurangi jumlah penduduk miskin. Kelima, laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 diperkirakan sebesar 6,0 % yang dipacu oleh meningkatnya investasi dan pertumbuhan volume dan harga ekspor komoditas nonmigas. Keserasian peraturan pusat dan daerah serta peningkatan pengelolaan APBD diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan investasi yang pada saatnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi secara agregat. Sedangkan laju inflasi diperkirakan sebesar 6,2 %. Keenam, berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan diharapkan terkait dengan prioritas untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Angka Pengangguran Terbuka Nasional diperkirakan dapat ditekan sebesar 5,1 % dan tingkat kemiskinan turun menjadi sekitar 8,2 % pada tahun 2009. Namun demikian, mempertimbangkan bahwaa asumsi dasar ekonomi APBN yang telah disepakati tersebut belum mengakomodasi krisis ekonomi dunia yang diperkirakan masih akan dirasakan dampaknya di Indonesia, maka Pemerintah merencanakan melaksanakan revisi target perekonomian makro. Pemerintah mengusulkan akan mengubah asumsi dasar ekonomi makro yang telah ditetapkan, antara lain yaitu pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 5,5-6,1 %, inflasi diasumsikan akan naik menjadi 7 %, harga jual minyak dunia menjadi sebesar 85 dolar AS per barel, dan nilai tukar dolar AS menjadi Rp. 9. 500,00 per dolar AS. 3.2. Kondisi Internal Kondisi internal Jawa Barat yang diperkirakan berpengaruh terhadap kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Jawa Barat antara lain sebagai berikut : Pertama, memperhatikan kecenderungan laju pertumbuhan penduduk (LPP) Jawa Barat yang terus mengalami penurunan, laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 1,6 % - 1,7 %. Dengan LPP tersebut, diperkirakan jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2009 menjadi sebesar 42,86-42,95 juta jiwa. Namun demikian, LPP belum dapat menurun maksimal karena faktor migrasi sulit dikendalikan secara optimal karena III - 2

Jawa Barat masih merupakan daerah tujuan pencari kerja dan tempat menimba ilmu. Strategi yang diterapkan adalah perlu dilakukan optimalisasi pengendalian laju pertumbuhan alami dan pengendalian laju pertumbuhan migrasi, terutama migrasi masuk dengan lebih mengintensifkan gerakan keluarga berencana serta diimbangi dengan kampanye perilaku hidup bersih dan sehat. Kedua, dengan telah dituntaskannya anggaran program role sharing penyediaan saranaa prasarana pendidikann pada tahun 2008, maka pada tahun 2009 mulai dirintis Program Wajib Belajar Duabelas Tahun di kabupaten/kota terpilih. Karena itu pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 % dari belanja daerah disertai bantuan-bantuan program pendidikan lainnya perlu menjadi perhatian Pemerintah Daerah. Ketiga, Jawa Barat merupakan daerah endemik untuk penyakit menular tertentu yang bagi Jawa Barat menjadi kejadian luar biasa. Untuk mengatasinya, upaya promotif dan preventif harus menjadi fokus perhatian. Keempat,, pelaksanaan Pemilu tahun 2009 perlu didukung oleh ketertiban umum dan penciptaan iklim yang kondusif, dalam rangka mengantisipasi pelaksanaan Pemilu terutama pada masa kampanye. Meskipun partisipasi pemilih tidak mempengaruhi legitimasi hasil Pemilu, tetapi perlu perhatian pada pendataan pemilih yang akurat, karena pada Pemilu Nasional 2004 masalah pendaftaran pemilih tersebut menjadi isu penting. Diperkirakan padaa Pemilu Nasional Tahun 2009 tingkat partisipasi pemilih akan menurun menjadi 73-75 % dibandingkan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu Nasional 2004 sebanyak 95 %, mengingat sistem pendataan pemilih yang belum tertata dengan baik; tingkat kejenuhann pemilih, karena pelaksanaan pemilu yang cukup sering, antara pemilu gubernur, pemilu bupati/walikota, dan pemilu nasional; atau disebabkan sosialisasi yang kurang. Dengan prediksi tersebut, besaran belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 akan meningkat terutama dalam program pendidikan politik masyarakat dan program pemeliharaan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat serta pencegahan tindak kriminal. Kelima, dengan ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Organisasi Perangkat Daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Urusan dan Kewenangan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Kelembagaan Perangkat Daerah, perlu ditindaklanjuti dengan penataan aparatur pasca penataan organisasi. Selain itu, perlu juga disusun tata hubungan, tata laksana, standar prosedur operasional dan standar pelayanan minimal dalam aspek penyelenggaraan pemerintahan. Terbentuknya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang baru, akan III - 3

berpengaruh terhadap besaran belanja, terutama bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian. Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2009 ini disusun sesuai dengan Peraturan Daerah tentang OPD. Keenam, pembangunan infrastruktur dan stabilitas politik mempengaruhi kuatnya keyakinan pelaku ekonomi terhadap kondisivitas wilayah Jawa Barat untuk menanamkan investasi. Karena itu, agar terjadi peningkatan investasi baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), anggaran untuk pembangunan infrastruktur dan untuk menjaga stabilitas politik di Jawa Barat menjadi perhatian pada Tahun 2009. Ketujuh, pada tahun 2009, diasumsikan kondisi perekonomian regional makro akan mengalami penurunan, dengan penjelasan sebagai berikut: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (adhk) 2000 merupakan gambaran aktifitas ekonomi riil yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai 9 sektor lapangan usaha, didalamnya terdapat tiga sektor lapangan usaha yang dominan di Jawa Barat yaitu industri pengolahan; perdagangan; hotel; restoran; serta pertanian. Pada tahun 2009 LPE Jawa Barat diprediksikan mengalami perlambatan menjadi sebesar 5,5-5,8 % dengan nilai PDRB adhk sebesar Rp. 304,13 305,77 Trilyun. Hal ini disebabkan, dari sisi pengeluaran terdapat kecenderungan penurunan ekspor, impor dan investasi karena pengaruh krisis ekonomi global dan dari sisi produksi terdapat kecenderungan penurunan nilai tambah pada sektor industri pengolahan yang merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar padaa PDRB Jawa Barat. Strategi yang dilakukan adalah secara internal, Jawa Barat melakukan pengendalian ketahanan pangan, memelihara investasi yang ada dan meningkatkan kesempatan kerja. Sementara, secara eksternal Pemerintah Pusat diantaranya perlu menerapkan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi, sebagai dampak krisis ekonomi global diperkirakan akan menaikkan tingkat inflasi pada tahun 2009 akibat meningkatnya hargaa dan menurunnya nilaii tukar rupiah terhadap mata uang asing. Kelompok pengeluarann yang paling mempengaruhi inflasi adalah bahan makanan dan makanan jadi. Pada tahun 2009 tingkat inflasi Jawa Barat diprediksikan sebesar 10,0 12,0 %. Strategi yang akan dilakukan antaraa lain melalui penyediaan dana talangan untuk pengadaan gabah dan pupuk; cadangan pangan daerah; dan operasi pasar untuk bahan pokok. Penduduk Miskin, pada tahun 2009 persentase penduduk miskin terhadap total penduduk diasumsikan mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2008 yaitu pada kisaran III - 4

13,0 14,0 %. Strategi yang perlu dilakukan adalah mempertahankan daya beli masyarakat melalui pelaksanaan program-program penanggulangan penduduk miskin seperti BOS Provinsi, beasiswa, bantuan buku murah, bantuan seragam sekolah, JAMKESMAS, fasilitasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, fasilitasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH), fasilitasi Raskin, peningkatan cadangan pangan daerah, bantuan permodalan melalui Gerakan Multi Aktifitas Agribisnis (GEMAR), fasilitasi Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan program lainnya yang dapat menahan penambahan jumlah penduduk miskin sebagai imbas krisis ekonomi global. Pengangguran, pada tahun 2009 persentase pengangguran diperkirakan akan meningkat menjadi 9,0-10,0 % terhadap total jumlah angkatan kerja. Hal ini dilandasi oleh asumsi adanya pemutusan hubungann kerja (PHK) yang saat ini terjadi terutama pada industri yang berbahan baku impor dan penjualan produk berorientasi ekspor. Strategi yang akan dilakukan untuk menangani jumlah pengangguran antara lain melalui program pemberian kerja sementara yang bersifat padat karya, peningkatan kesempatan kerja, serta program desa membangun dan menumbuhkann semangat kemandiriann dan berdaya saing melalui budaya masyarakat bekerja. Investasi, krisis ekonomi global diperkirakan akan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan investasi di Jawa Barat, terutama penanaman modal dalam negeri karena pengaruh nilai tukar rupiah dan meningkatnya suku bunga perbankan. Seiring dengan menurunnya ekspor produk-produelektronik) dan menurunnya harga produk agroindustri di pasaran dunia akan sangat mempengaruhi menurunnya tingkat investasi. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan investasi diprediksikan berada pada kisaran 6,0 8,0 % dengan nilai investasi total sebesar Rp. 97,59 101,07 Trilyun. Strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan investasi antara lain melalui peningkatan promosi terpadu, memberikan kemudahan proses perijinann melalui Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), memberikan dorongan terhadap peningkatan produktifitas dan akses UKM pada sumberdaya pembiayaan, percepatan pembangunann infrastruktur dasar terutama untuk meningkatkan akses jalan ke sentra-sentr ra produksi dan penyediaan energi. Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional dan regional yang masih dibayangi oleh dampak krisis keuangan global, maka diperkirakan kondisi perekonomia an investasi di bidang industri manufaktur (tekstil, garmen, sepatu, Jawa Barat tahun 2009 masih dalam kondisi anomali yang cenderung abnormal. Ini berarti, bahwa pada perencanaan anggaran tahun 2009, perlu kehati-hatian dan III - 5

kecermatan Pemerintah Daerah dengann memperhatikan asumsi-asumsi dasar sebagai bahan pengambilan kebijakan. Hal ini berimplikasi pada penerapan program dan kegiatan yang tepat sasaran sebagai upaya meminimalkan dampak krisis ekonomi global yaitu dengan melaksanakan program dan kegiatan yang mempunyai daya ungkit terhadap target peningkatann Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terutama komponenn daya beli. Secara lengkap asumsi-asumsi dasar penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2009 dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 berikut ini. No Tabel 3.1 Asumsi-Asumsi Dasar dalam Penyusunan RAPBD Jawaa Barat Tahun 2009 INDIKATOR 1. a. Jumlah Penduduk Realisasi Tahun 2007 1) 41,48 juta jiwa Asumsi Asumsi Tahun 2008 Tahun 2009 2) 42,4 juta jiwa 42,86-42,95 Juta Jiwa (BPS Agustus 2008 utk pengukuran 2008 : 42,19 juta jiwa) b. Laju Pertumbuhan 1,99 % 1,6-1,7% 1,83 % (BPS Agustus 2008 utk pengukuran Penduduk 2008 : 1,71 %) 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,41 % 6,0-6.5 % 5,5-5,8 % 3. Inflasi 5,10 % 11,39 % 10,0-12,0 % 4. PDRB adh Konstan Tahun Rp. 304,13 Trilyun Rp. 273,999 Trilyun Rp 293,03 Trilyun 2000 Rp. 305,77 Trilyun 5. % Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk 13,555 % 13,01 % (BPS Maret 2008) 13-14 % 6. Laju Pertumbuhan Investasi 15,20 % 12,0-14,0 % 6,0-8,0 % 7. % Pengangguran 6,27 % 8,5-9,8% 9,0-10,0% 8. Investasi Total Rp. 97,59 Trilyun 87,13 Trilyun Rp 96,57 Trilyun Rp. 101,07 Trilyun Catatan : 1. Realisasi Pencapaian Indikator menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Prov. Jabar 2. Asumsi asumsi dasar berdasarkan analisiss Bapeda Prov. Jabar. Berdasarkan Peraturan capaian Indeks Pembangunann Manusia (IPM) sebagai gambaran pencapaiann peningkatan kesejahteraan masyarakat yang Daerah merupakan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, target perwujudan peran kepentingan (Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Dunia Usaha dan masyarakat) dapat dijelaskan sebagaimana Tabel 3.2 berikut ini. lintas Rencana pemangku Tabel 3.2 Target IPM dalam Penyusunan RAPBD tahun 2009 No INDIKATOR Realisasi Target Target Tahun 2007 1) Tahun 2008 2) Tahun 2009 2) 1. IPM a. Indeks Pendidikan b. Indeks Kesehatan c. Indeks Dayaa Beli 70,69 80,21 70,97 60,90 71,31 80,66 71,88 61,40 72,39 82,02 72,80 62,34 Keterangan : 1) = BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 2) = Target Pencapaian sesuai dengan RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 III - 6

Selanjutnya, dengan memperhatikan prediksi bahwa apabila kondisi perekonomian tahun 2009 membaik, maka Pemerintah Daerah dan DPRD Provinsi Jawa Barat berkomitmen untuk mencapai target yang lebih tinggi dibandingkan asumsi dasar yang telah ditetapkan, terutama pada capaian angka kemiskinan yang diinginkan dapat lebih rendah yaitu sebesar 12-13% %, angka pengangguran diharapkan dapat dikurangi menjadi 7,5-8,5% dan laju pertumbuhan investasii dapat ditingkatkan menjadi 12-13% %. Penjelasan terhadap target sebagaimana pada Tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3 Target Presentase Penduduk Miskin, Pengangguran dan Laju Pertumbuhan Investasi Tahun 2009 (Apabila Kondisi Perekonomian Tahun 2009 Membaik) No INDIKATOR 1. % Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk 2. % Penganggurann 3. Laju Pertumbuhan Investasi Realisasi Target Tahun 2007 1) Tahun 2009 2) 13,55 % 12-13 % 6,27 % 15,20 % 7,5-8,5 % 12-13 % Keterangan : 1) Realisasi Pencapaian Indikator menurut BPS Prov. Jabar 2) Target berdasarkan Komitmen Pemerintah Daerah dan DPRD Provinsi Jawa Barat, apabilaa kondisi perekonomian tahun 2009 membaik III - 7