PF-07: EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY- INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) memilki peran yang

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

ANALISIS GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VII

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA PADA KONSEP SUHU DAN KALOR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Observasi penulis pada kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran fisika.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

EFEKTIVITAS DAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURAN KELAS VII SEMESTER I

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

Evriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA POKOK BAHASAN INTERFERENSI CAHAYA BERBASIS DISCOVERY-INQUIRY UNTUK SISWA KELAS XII IPA MAN 3 MALANG

PF-05: OPTIMALISASI PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL LEVEL OF INQUIRY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIANGET

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA SMA DENGAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN CONSTRUCTIVE FEEDBACK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

PENGARUH MODE LEARNING CYCLE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

Jurnal Biology Science & Education 2015 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI SISWA SMP, SMA DAN SMK DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PF-07: EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY- INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA Muhamad Gina Nugraha 1*), Kartika Hajar Kirana 2, Duden Saepuzaman 1 1 Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, JlDr Setiabudhi No229, Bandung 40154 2 Departemen Fisika FMIPA UNPAD, Jl Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor 45363 * ) Email: muhamadginanugraha@yahoocom Abstrak Hasil studi pendahuluan menemukan proses pembelajaran fisika pada populasi penelitian didominasi dengan metode ceramah Dalam metode ini pembelajaran berlangsung satu arah dan lebih menekankan penyampaian materi pembelajaran, akibatnya kompetensi yang dimiliki siswa kurang terlatih, salah satunya kompotensi berpikir rasional Model pembelajaran discovery-inquiry yang lebih menekankan pencarian pengetahuan secara aktif dapat dijadikan salah satu alternatif untuk melatihkan dan meningkatkan keterampilan berpikir rasional (KBR) siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektifitas model pembelajaran discovery-inquiry terhadap keterampilan berpikir rasional siswa serta tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan Desain penelitian yang digunakan adalah one group time series design dengan sampel penelitian satu kelas siswa-siswi di salah satu SMA Negeri kota Bandung Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran discovery-inquiry cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa dengan rata-rata nilai normal () 0,57, dan analisis angket menunjukkan 97% siswa menyenangi pembelajaran discovery-inquiry Siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Kata kunci : pembelajaran discovery-inquiry, keterampilan berpikir rasional 1 Pendahuluan Fisika sebagai bagian dari IPA merupakan studi yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan [1] Bruner (1966) mengemukakan bahwa pembelajaran melalui proses penemuan akan menghasilkan potential intelektual dimana siswa belajar mengembangkan keterampilan berpikirnya dan memecahkan masalah [2] Salah satu keterampilan berpikir yang mendasar ialah keterampilan berpikir rasional (KBR) Novak (1979) mengemukakan bahwa berpikir rasional merupakan sekumpulan aktifitas mental mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, meliputi 10 keterampilan yaitu menghapal (recalling), meramalkan (imagining), mengklasifikasi (classifying), menggeneralisasi (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analyzing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing) dan menyimpulkan (inferring) [3][4] Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa sebagian besar proses pembelajaran fisika dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah/ pembelajaran satu arah yang lebih menekankan pada penyampaian materi pembelajaran, siswa tidak di beri kesempatan untuk menemukan sendiri konsep fisika yang dipelajarinya, siswa secara langsung menerima pengetahuan yang sudah jadi yang disampaikan guru, akibatnya keterampilan berpikir rasional siswa kurang terlatih Untuk menyelesaikan masalah tersebut, diperlukan suatu proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan menekankan proses penemuan Salah satu model pembelajaran yang diprediksi dapat melatihkan keterampilan berpikir rasional siswa ialah model pembelajaran discoveryinquiry yang pada hakikatnya merupakan penggabungan model pembelajaran discovery dan inquiry Sund (1973) berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip Proses mental tersebut adalah mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan lain sebaya Sedangkan inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan [5] Lebih 43

lanjut, Gulo (2002) menyatakan inquiry merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa dalam mencari dan menyelidiki, secara sistematis, kritis, logis dan analitis [6] Martinello, Cook dan Pugliese menambahkan bahwa dalam pembelajaran inquiry siswa melakukan investigasi dunia nyata secara aktif yang dicirikan dengan kegiatan seperti pemeriksaan, eksplorasi dan investigasi [7] Amien (1987) mengemukakan bahwa model pembelajaran discovery-inquiry memungkinkan siswa untuk menggunakan segala potensinya (kognitif, afektif dan psikomotor), terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA serta dapat melatih proses mental lainnya yang mencirikan seorang ilmuwan [8] Dengan model pembelajaran discovery-inquiry, penemuan pengetahuan dengan cara observasi, eksperimen dan pemecahan masalah dapat tercapai, pengetahuan yang didapatkan siswa akan lebih bermakna karena dalam model pembelajaran ini, siswa sendiri yang mencari dan menemukan pengetahuannya Lebih lanjut Bruner mengatakan bahwa metode pembelajaran penemuan merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan hakikat manusia untuk selalu mencari pengetahuan secara aktif [9] Langkah-langkah dalam model pembelajaran discovery-inquiry ialah stimulasi (stimulation), perumusan masalah (problem statement), pengumpulan data (data collection), analisis data (data processing), verifikasi (verification), dan generalisasi (generalization) 2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain penelitian one group time series design dengan pola seperti ditunjukkan tabel 1 [10] Tabel 1 Desain Penelitian one group time series t Treatment t T 1 T 2 T 3 X 1, X 2, X 3 T 1 T 2 T 3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI-IPA di salah satu SMA yang berada di kota bandung, sedangkan sampel penelitian ialah 45 siswasiswi kelas XI-IPA 1 di SMA tersebut Pada kelas sampel penelitian diimplementasikan model pembelajaran discovery-inquiry sebanyak tiga seri pembelajaran yang diawali dengan pretes dan diakhiri postes Keterampilan berpikir rasional siswa diukur menggunakan instrument tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 38 butir soal yang telah divalidasi dan diujicoba Efektifitas model pembelajaran discovery-inquiry dalam meningkatkan keterampilan berpikir rasional diperoleh melalui analisis ternormalisasi dari skor pretes dan postes menggunakan persamaan [11]: T Ti g f SI - Ti (1) Dengan: <g> = ternormalisasi, T f = skor postes, T i = skor pretes, dan SI= skor ideal (Skor maksimum) Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran model discovery-inquiry diperoleh melalui angket dalam bentuk pernyataan tertutup yang harus di jawab ya atau tidak disertai dengan alasan jawaban tersebut 3 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keterampilan berpikir rasional (KBR) siswa mengalami peningkatan seperti terlihat dari skor pada tabel 2 Tabel 2 keterampilan berpikir rasional No Pembelajaran Seri ke- Rerata Kategori 1 Seri 1 0,48 Sedang 2 Seri 2 0,58 Sedang 3 Seri 3 0,67 Sedang Rata-rata 0,57 Sedang Pencapaian keterampilan berpikir rasional siswa untuk setiap seri pembelajaran dapat dilihat dari distribusi skor tes seperti ditunjukkan gambar 1 Skor Tes Berpikir Rasional 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Skor - KBR 45 72 50 79 Gambar 1 Distribusi skor pretes dan postes keterampilan berpikir rasional (KBR) siswa tiap seri pembelajaran Berdasarkan tabel 2 peningkatan KBR siswa setelah diimplementasikan model pembelajaran discovery-inquiry terjadi pada semua seri 54 85 Seri 1 Seri 2 Seri 3 Seri Pembelajaran Series1 Series2 44

pembelajaran dengan efektifitas sedang Jika dibandingkan untuk setiap proses pembelajaran, skor KBR memiliki kecenderungan bertambah besar untuk setiap pembelajaran, yaitu mulai dari 0,48 pada pembelajaran seri pertama, 0,58 untuk seri 2, dan 0,67 untuk seri ketiga Hal ini menunjukkan pembelajaran discovery-inquiry memiliki efektifitas meningkatkan KBR siswa yang semakin baik untuk setiap pembelajaran yang dilakukan Peningkatan KBR siswa diiringi dengan pencapaian skor KBR yang cukup tinggi Berdasarkan gambar 1, pencapaian skor KBR siswa pada pembelajaran seri 1 berada pada kisaran 72, seri 2 berada pada kisaran 79, dan terus bertambah sampai pada kisaran 85 pada seri pembelajaran ketiga Peningkatan dan pencapaian KBR siswa yang cukup tinggi tidak lepas dari kegiatan pembelajaran dengan model discovery-inquiry yang mengajak siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, penyelidikan, percobaan, sampai pada proses siswa menemukan konsep fisika yang dipelajari Peningkatan dan pencapaian keterampilan berpikir rasional (KBR) siswa dapat juga dianalisis untuk setiap aspeknya seperti ditunjukkan pada tabel 3 Tabel 3 Rekapitulasi skor keterampilan berpikir rasional siswa No Aspek Keterampilan Berpikir Rasional (KBR) Proses Pembelajaran Seri 1 Seri 2 Seri 3 1 Menghapal 48,9 91,1 0,83 77,8 100,0 1,00 66,7 100,0 1,00 0,94 2 Meramalkan 48,9 81,1 0,63 33,3 82,2 0,73 48,9 86,7 0,74 0,70 3 Mengklasifikasi 46,7 75,6 0,54 68,9 95,6 0,86 60,0 91,1 0,78 0,73 4 Menggeneralisasi 42,2 58,9 0,29 62,2 80,0 0,47 57,8 97,8 0,95 0,57 5 Membandingkan 53,3 71,1 0,38 40,0 71,1 0,52 40,0 84,4 0,74 0,55 6 Mengevaluasi 36,7 52,2 0,25 31,1 55,6 0,35 51,1 80,0 0,59 0,40 7 Menganalisis 55,6 73,3 0,40 46,7 73,3 0,50 48,9 84,4 0,70 0,53 8 Mensintesis 51,1 80,0 0,59 35,6 55,6 0,31 52,2 60,0 0,16 0,35 9 Mendeduksi 33,3 75,6 0,63 57,8 86,7 0,68 66,7 93,3 0,80 0,71 10 Menyimpulkan 26,7 60,0 0,45 44,4 86,7 0,76 42,2 80,0 0,65 0,62 Ratarata Berdasarkan tabel 3, model pembelajaran discovery-inquiry memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan aspek-aspek KBR Merujuk pada kategori efektifitas pembelajaran yang ditetapkan Hake (1998) [11], diperoleh informasi bahwa peningkatan tertinggi terjadi untuk aspek menghapal, mengklasifikasi, dan mendeduksi, sedangkan tujuh aspek KBR yang lain termasuk kategori sedang Dari sepuluh aspek KBR, skor terbesar terjadi pada aspek menghapal (recalling) yaitu dengan skor rata-rata 0,94 Hal ini karena kemampuan menghapal merupakan kemampuan yang paling sederhana, siswa hanya menyatakan kembali informasi yang telah dipelajari Aspek KBR dengan skor terendah terjadi untuk aspek mensintesis (synthesizing) dengan skor rata-rata 0,35 Berbeda dengan aspek KBR lain, kemampuan mensintesis-pun memiliki kecenderungan turun untuk setiap pembelajaran Diprediksi hal ini karena siswa mengalami kesulitan dalam menyatukan informasi-informasi yang cukup banyak selama pembelajaran, sehingga tidak membentuk sesuatu yang utuh Selain itu, kemampuan mensintesis melibatkan banyak kemampuan yang lain, yaitu kemampuan mengklasifikasi, menggeneralisasi, membandingkan dan mengevaluasi Hasil Analisis tanggapan siswa terkait pembelajaran discovery-inquiry dapat dilihat pada tabel 4 berikut Tabel 4 Rekapitulasi analisis angket siswa No Pernyataan Respon Siswa Ya Tidak 1 Saya menyukai model pembelajaran yang telah dilakukan ( discovery-inquiry) 97 % 3 % 2 Saya senang jika kegiatan pembelajaran diawali dengan memunculkan 85 % 15 % permasalahan yang menuntut untuk dipecahkan 3 Saya senang melakukan percobaan/eksperimen karena dapat menambah keyakinan saya dalam mengambil dan menentukan jawaban dari suatu 90 % 10 % 45

No Pernyataan Respon Siswa Ya Tidak permasalahan 4 Model pembelajaran ini (discovery-inquiry) memberi kesempatan kepada saya 95 % 5 % untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ada 5 Model Pembelajaran ini membuat saya malas belajar 10 % 90 % 6 Model pembelajaran yang dilakukan membuat saya menjadi semangat belajar 85 % 15 % 7 Model pembelajaran yang dilakukan membuat saya pusing dan stres 13 % 87 % 8 Model pembelajaran yang telah dilakukan mendorong saya untuk berpikir 90 % 10 % 9 Model pembelajaran yang telah dilakukan membuat saya lebih mengerti dan 87 % 13 % memahami materi pembelajaran yang di ajarkan 10 Model pembelajaran yang dilakukan membuat saya tidak serius dalam 23 % 77 % memecahkan permasalahan yang ada 11 Ketika pembelajaran berlangsung, saya sering melihat jam tangan dan berharap 33 % 67 % agar waktu pembelajaran cepat selesai 12 Model pembelajaran yang dilakukan melatih saya untuk berpikir secara rasional (sesuai logika) 92 % 8 % Berdasarkan tabel 4, hampir semua siswa (97 %) menyukai model pembelajaran discovery-inquiry dengan berbagai alasan, antara lain pembelajaran tidak membosankan, menyenangkan, lebih memahami materi pembelajaran, memberikan kesempatan untuk menemukan sendiri, dan membuat belajar menjadi lebih semangat Hal ini sesuai dengan pernyataan Bruner bahwa pengetahuan yang didapatkan siswa dengan pembelajaran yang menekankan penemuan akan lebih tahan lama, mudah di ingat, lebih mudah diaplikasikan pada kondisi yang berbeda, dapat memunculkan motivasi belajar serta dapat melatih kecakapan berpikir secara terbuka [9] 4 Kesimpulan Model pembelajaran discovery-inquiry secara keseluruhan cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa, hal ini dilihat dari rata-rata skor yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,57 Ditinjau dari setiap aspek KBR, efektifitas peningkatan yang tinggi terjadi untuk aspek menghapal, mengklasifikasi, dan mendeduksi, sedangkan untuk aspek meramalkan, menggeneralisasi, membandingkan, mengevaluasi, menganalisi, mensistesis, dan menyimpulkan memiliki efektifitas peningkatan yang sedang Model pembelajaran discovery-inquiry mendapatkan tanggapan positif dari siswa, hampir semua siswa sampel penelitian menyatakan senang dan mendapatkan hal positif dari pembelajaran discovery-inquiry Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada pihak sekolah yang telah mengijinkan dan mendukung kegiatan penelitian ini, serta kepada siswa dan siswi kelas XI-IPA 1 atas kerjasama dan kesediaanya menjadi sampel penelitian Daftar Acuan [1] Depdiknas Strategi pembelajaran MIPA Jakarta, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (2008), Hal 22 [2] Siswanto, Dodi Efektivitas model inquiry dan model discovery terhadap prestasi belajar IPA- Fisika siswa SLTP pada pokok bahasan tekanan Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung (2001), hal 20 [3] Rohmah, Ehmah Analisis keterampilan berpikir rasional siswa berdasarkan gender dalam memecahkan masalah pengaruh manusia dalam ekosistem Skripsi FPMIPA UPI Bandung (2005), hal 12 [4] Baskoro, Yaenis Wahyu Analisis Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SMU Kelas II Pada Bahan Kajian Kesetimbangan KimiaSkripsi FPMIPA UPI Bandung (2001), hal 9 [5] Sund & Trowbridge Teaching Science by Inquiry in The Secondary School Columbus Ohio, Charles E Merril Publishing Company (1973) [6] Gulo, W Strategi Belajar Mengajar Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia (2002) [7] McBride, John W, et all (2004) Using an inquiry approach to teach science to secondary school science teachers Physics Education Journal 39, (5), 434-439 [8] Mohammad Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode discovery dan inquiry Jakarta, DEPDIKBUD (1987) 46

[9] Dahar, Ratna Wilis Teori-teori Belajar Jakarta, Erlangga (1989) [10] Fraenkel, JR dan NE Wallen How to Design and Evaluate Reasearch in Education Washington, McGraw-Hill, Inc (1990) [11] Hake, R R (1998) Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses Tersedia http://wwwphysicsindianaedu/~sdi/iem- 2bpdf, accessed on [20 Mei 2014] 47