JURNAL TANGGUNG JAWAB EKSPEDISI MUATAN KAPAL LAUT DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT DI PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. maka pihak EMKL atau Pengangkut akan bertanggungjawab. barang harus melampirkan Berita Acara yang di tanda tangani Penerima Paket

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB EKSPEDISI MUATAN KAPAL LAUT DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT DI PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Hukum Pengangkutan. A.1. Pengertian Pengangkutan Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau di dunia. Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia merupakan tentang Wawasan Nusantara yang meliputi:

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

PERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

UPAYA PENYELESAIAN DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG YANG DILAKUKAN OLEH UD JAYA KACA DENPASAR

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. 1. Ruang Lingkup tanggung jawab Perusahaan angkutan kapal perairan

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

PENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif) dan abadi ( universal) bagi seluruh umat manusia. Al Quran

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Keselamatan dan Keamanan Barang Dalam Kapal

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN LAUT, TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM ANGKUTAN LAUT DAN PENYELESAIAN SENGKETA PENGANGKUTAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN JASA PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT. Andriyanto Adhi Nugroho ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial atau zoon

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN AIR PADA KM DORRI PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PERANAN INTERNATIONAL FREIGHT FORWARDING DALAM MENUNJANG PENINGKATAN PENGIRIMAN BARANG KOMODITI EKSPOR ABDUL RAHMAN

TANGGUNG JAWAB PERSEKUTUAN KOMANDITER TERHADAP CACATNYA BARANG DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari alat tarnsportasi merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadangkala laut Namun demikian, secara politis semua yang ada di sisi bagian dalam garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

BAB II LANDASAN TEORI

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan serta semakin pesatnya persaingan bisnis. Indonesia dalam

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

JURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API. Diajukan Oleh :

RUDY ARDI CANDRAWIJAYA NIM:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

WAWANCARA DENGAN ASWAN KOORDINATOR HC PT. SAMUDERA INDONESIA TANGGAL 24 JUNI 2014 PKL WIB

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

Transkripsi:

JURNAL TANGGUNG JAWAB EKSPEDISI MUATAN KAPAL LAUT DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT DI PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG Disusun oleh: NOVRY NOLDY PANDEIROTH NPM : 090510123 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Ekonomi Bisnis Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Hukum 2015

TANGGUNG JAWAB EKSPEDISI MUATAN KAPAL LAUT DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT DI PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG N. Noldy Pandeiroth, C. Kastowo Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT The title of this thesis is the, the responsibility of the expedition cargo marine through the ocean freight preformance in port Tanjung Mas Semarang. The problems of this study are : How is the responsibility of marine Cargo event of damage goods delivered and how the evidence and the process of compensation. This thesis is a type of empirical legal research,this approach is a focus of research conducted on the behavior of the legal community. Empirical legal research conducted through field studies to locate and determine the source of law in the sociological sense as the desires and interests that exist in society. The data obtained for this Research gather and collect from the various sources of primary data. Primary data is data obtained directly from the respondents about the object under study as the main data. The result are that : Responsibility expedition in damage to goods delivered offset by an agreement if the damage occurs when the goods under the expedition cargo marine and of supporting infrastructure required to reduce risk. Keywords : Expedition, Marine Transport, Responsibility Expedition Cargo Marine, Damage 1

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Pelabuhan menjadi pendukung utama di dalam usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) maka dari itu pelabuhan harus mempersiapkan sarana prasarana fasilitas pendukung utama mobilitas gerak barang yaitu gudang. gudang ini berfungsi untuk menampung semua arus barang masuk dan keluar dari ekspeditur yang memiliki izin dan kontrak untuk menyimpan dan menampung barang di gudang pelabuhan Salah satu pendukung badan usaha transportasi yaitu Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Pada hakekatnya EMKL dalam memperlancar pengangkutan melalui laut bertanggungjawab sebagai perantara dalam mengurus kepentingan pengirim dan penerima yang akan menyelesaikan pengurusan dokumen-dokumen dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan penerimaan/praktek atau kenyataannya. 1 Pihak-pihak yang terlibat dalam pengangkutan barang adalah (1) shipper, (2) carrier, (3) consignee. Dari ketiga pihak tersebut, posisi EMKL berperan sebagai pihak pengirim (shipper) atas dasar pemberian kuasa dari pengirim. Pihak EMKL melakukan tindakan atas nama EMKL pribadi walaupun untuk kepentingan pihak pengirim. 1 FDC Sudjatmiko,1985,Pokok-Pokok Pelayaran Niaga, Akedemika Presindo, Jakarta, hlm.8. 2

Mengenai hal tersebut belum ada peraturan secara khusus yang mengatur tentang risiko yang terjadi dalam pangangkutan laut, tetapi dengan tidak adanya peraturan yang secara khusus mengatur tentang pengangkutan laut tidak akan menutup kemungkinan bagi para pihak untuk membuat suatu perjanjian pengangkutan. Ekspeditur harus menjamin keselamatan barang yang dikuasakan akan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan mengajukan usulan penulisan skripsi dengan judul: Tanggung jawab Ekspedisi Muatan Kapal Laut Dalam Pengiriman Barang Melalui Laut di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk tanggung jawab Ekspedisi Muatan Kapal Laut apabila terjadi kerusakan barang yang dikirim? 2. Bagaimana pembuktian serta proses pemberian ganti rugi apabila terjadi kerusakan terhadap barang yang dikirim? 3

B. Isi Makalah 1. Tanggungjawab Ekespedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) a. Pengertian Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) Salah satu hal yang memegang peranan penting di dalam pengangkutan di laut, terutama yang menyangkut pengangkutan barang adalah apa yang dikenal dengan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL). Pengertian EMKL Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1988 tentang penyelenggaraan dan pengusahaan angkutan laut yaitu: Ekspedisi Muatan Kapal Laut: usaha yang ditujukan kepada pengurusan dokumen-dokumen dan pekerjaan yang menyangkut penerimaan/penyerahan muatan yang diangkut melalui lautan untuk diserahkan kepada/diterima dari perusahaan pelayaran untuk kepentingan pemilik barang; Pengertian tersebut dapat di kemukakan bahwa tugas EMKL(ekspeditur) sebagai perentara pengangkut bagi pengirim dan posisinya bukanlah pengangkut. Apabila EMKL membuat perjanjian pengangkutan dengan pengangkut, EMKL bertindak atas nama pengirim atau atas namanya sendiri, untuk kepentingan pengirim. b. Perjanjian Ekspedisi Muatan Kapal Laut(EMKL) Ekspeditur mempunyai perjanjian tersendiri dengan pihak pengirim, yang disebut dengan perjanjian ekspedisi. Perjanjian ekspedisi merupakan perjanjian timbal balik antara ekspeditur yang mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut bagi pihak pengirim dengan pihak pengirim yang mengikatkan diri untuk membayar provisi kepada ekspeditur. Perjanjian 4

ekspedisi memiliki sifat hukum pelayanan berkala (pasal 1606 KUHPer) dan pemberian kuasa (pasal 1792 KUHPer). Pasal 1606 KUHPer menyebutkan : Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syaratsyarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak, oleh kebiasaan, maka ada dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah; perjanjian perburuhan dan pemborongan pekerjaan. Pernyataan diatas menyatakan bahwa sifat hukum pelayanan berkala ada dalam perjanjian ekspedisi karena hubungan ekspeditur dan pengirim tidak tetap, yakni ketika pengirim membutuhkan pengangkut untuk mengirim barangnya melalui ekspeditur. Pasal 1792 KUHPer menyatakan : Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Sifat pemberian kuasa ini ada karena pengirim memberikan kuasa kepada ekspeditur untuk mencarikan pengangkut bagi pihak pengirim. Pasal 455 KUHD menyatakan : Barang siapa membuat perjanjian carter kapal untuk orang lain, terikatlah dia untuk diri sendiri terhadap pihak lawannya, kecuali apabila pada waktu membuat perjanjian tersebut dia bertindak dalam batas-batas kuasanya dan menyebutkan nama si pemberi kuasa yang bersangkutan. c. Kewajiban dan Tanggung jawab Ekspedisi Muatan Kapal Laut(EMKL) EMKL adalah perantara yang bersedia untuk melayani penumpang maupun angkutan barang, tugas dan tanggungjawab Ekspedisi Muatan 5

Kapal Laut, diatur dalam pasal 86 sampai dengan pasal 90 KUHD Bab II buku I, sebagaimana dirumuskan oleh pembentuk undang-undang ialah menyuruh mengangkut (doen vervoren) jadi tugas EMKL berbeda dengan tugas pengangkut, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 86 Ayat 1 KUHD, EMKL ialah pengusaha yang bersedia mencarikan pengangkutan baik darat, laut dan udara yang baik untuk pengiriman barang. Pengiriman barang yang dilakukan oleh pihak EMKL ada suatu kewajiban dan pembebasan kewajiban, pembebasan kewajiban yaitu terhadap barang yang telah diterima dari pemilik barang untuk dikirim ialah: a) Barang dapat segera diserahkan kepada pengangkut b) Menjaga agar barang yang diserahkan dalam keadaan baik. d. Bentuk Tanggung Jawab Ekspedisi Muatan Kapal Laut terhadap Kerusakan Barang yang dikirim Sebelum membahas tanggungjawab EMKL terhadap barang yang mengalami kerusakan pada proses pengiriman akan dijelaskan dahulu tentang proses pengiriman barang melalui EMKL, sebagaimana keterangan Bapak Alfa Hendrianto selaku Kepala EMKL MACIKA SARANA EKSPRESS Semarang menyatakan bahwa: Ekspedisi Macika Sarana Ekpress ini sendiri prosedur pengirimannya pihak personal atau pihak ekspedisi kecil yang tidak memiliki hubungan kerja sama dengan kapal pengangkut maka mereka biasa melalui ekspedisi ini. Pihak pemilik barang datang dengan membawa barang dan 6

biasanya bisa di jemput kemudian melakukan penimbangan dan pengecekan barang apa yang akan di kirim agar tidak terjadi penyimpangan terhadap barang yang di kirim tersebut. Setelah melakukan pengecekan dan penimbangan pihak ekspeditur harus memperhatikan barang apa yang akan di kirim apakah barang tersebut rentan atau tidak rentan rusak seperti elektronik, maka pihak EMKL menawarkan asuransi kepada pihak pemilik barang dan memperlihatkan perjanjian pengiriman barang dan kemudian kembali lagi kepada pihak pemilik barang apakah menerima tawaran dari ekspeditur, jika di terima maka ekspeditur tinggal melapor kepada pihak berwenang untuk di proses, kemudian pihak konsumen tinggal membayar sesuai berat barang yang akan di kirim, selain itu jumlah pembayaran yang di bayarkan tergantung jarak yang di tempuh. 2 Setelah terjadinya proses transaksi pengiriman antara pengirim dan pihak EMKL maka timbul hak dan kewajiban dalam proses pengiriman barang melalui laut sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Alfa Hendrianto sebagai berikut: Hak dan kewajiban pihak ekspeditur itu sendiri pihak ekspeditur berkewajiban untuk mengantarkan dan menjamin barang tersebut sampai ketempat tujuan dengan selamat tanpa ada kekurangan sedikitpun dan 2 Wawancara dengan Bapak Alfa hendrianto Kepala EMKL MACIKA SARANA EKSPRESS Semarang, tanggal 21 November 2014 7

bahkan kerusakan. Haknya pihak ekspeditur memperoleh pembayaran uang atas jasa pengangkutan yang di tawarkan oleh ekspeditur. 1. Pengangkut bertanggung jawab atas hal-hal: Menurut Pasal 1244 KUHPerdata menentukan bahwa pengangkut bila cukup alasan, dapat dituntut untuk membayar ganti rugi, biaya dan bunga. Namun bila kerugian yang terjadi bukan karena kesalahannya dan dia dapat membuktikanya maka pengangkut terbebas dari tanggung jawab atas kerugian itu. Berkaitan dengan tanggung jawab pengangkut: Kerusakan barang di sebabkan oleh kesalahan dan kelalaian petugas EMKL, Kurang diusahakannya pemeliharaan, perlengkapan, atau kurang anak buah kapal, Kurang di usahakan kelayakan kapal pengangkutan; dan Salah memperlakukan atau kurangnya penjagaan barang yang diangkut kapal. 2. Pengangkut tidak bertanggungjawab atas hal-hal: Semua resiko teknis yang terjadi selama dalam pengangkutan yang menyebabkan barang yang dikirim tidak berfungsi atau berubah fungsinya, baik menyangkut mesin atau sejenisnya maupun barangbarang elektronik seperti halnya: tv, computer, disket, ac, kulkas, mesin cuci dan barang lainnya yang sejenis, Kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan akibat dari kehilangan, kerusakan keterlambatan penyerahan barang, Bila terjadi kesalahan teknis yang menyebabkan kerugian immaterial, Keterlambatan ke alamat tujuan kota-kota yang diakibatkan oleh keadaan memaksa (diluar kemampuan pengangkut), Kerusakan ataupun kehilangan karena keadaan force majure yang tidak terbatas pada huru hara, bencana alam, perang, pembajakan, Kebocoran, kerusakan dan matinya jenis paket seperti: 8

barang cair, barang pecah belah, cetakan, makanan, buah-buahan, binatang hidup, tumbuh-tumbuhan, Penahanan dan penyitaan serta pemusnahan terhadap suatu jenis paket oleh instansi pemerintah terkait (bea cukai, karantina, kepolisian, kejaksaan) sebagai akibat hukum dari keberadaan jenis paket yang bersangkutan, Sarana angkutan untuk beberapa kota tertentu dan atau dalam keadaan terpaksa, maka EMKL tanpa pemberian tahuan terlebih dahulu mempunyai hak untuk menggunakan sarana transportasi laut,sungai, darat, untuk melaksanakan pengiriman ke tujuan masing-masing ataupun menunjuk pihak lain untuk mengirimkan paket tersebut. 2. Pembuktian serta proses pemberian ganti rugi apabila terjadi kerusakan terhadap barang yang dikirim Penggantian terhadap suatu barang yang mengalami kerusakan ini perlu adanya pembuktian dengan ini bahwa penggantian tersebut akan menjadi ada atau tidaknya proses ganti kerugian. Pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran pristiwa yang di kemukan. 3 beberapa ahli juga berpendapat mengenai definisi Pembuktian Menurut sudikno mertokusumo di sebut dalam arti yuridis yaitu memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tetang kebenaran peristiwa yang di ajukan. Sedangkan menurut subekti berpendapat bahwa pembuktian adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang di kemukan dalam suatu 3 http://lawfile.blogspot.com/2011/06/pengertian-pembuktian.html,diakses pada tanggal 19 desember 2014 9

persengketaan. Di dalam EMKL sendiri pembuktian yaitu sebagai suatu proses penyelesain yang terjadi di dalam suatu bidang usaha khususnya yaitu EMKL yang di dalamnya terdapat suatu masalah sehingga salah satu pihak berusaha untuk membuktikan hal tersebut. Ini di lakukan Agar pembuktian tersebut memperoleh hasil atau penyelesain sesuai dengan kesepakatan dari kedua balah pihak. Menurut hasil wawancara dengan pihak EMKL Macika Sarana Ekspress mengemukakan bahwa pembuktian yaitu suatu peristiwa yang di lakukan oleh pihak EMKL untuk membuktikan suatu masalah yang terjadi di dalam tubuh EMKL tersebut. maka dari itu pembuktian itu sendiri yaitu suatu tindakan yang di lakukan oleh orang atau badan hukum untuk membuktikan terhadap suatu kejadian di dalam melakukan pembelaan terhadap diri pribadi. a. Barang Bukti Perusahaan EMKL di dalam melakukan pembuktian pihak EMKL harus memperoleh berang bukti dari Penerima barang untuk dijadikan referensi di dalam pembuktian dan untuk melakukan perhitungan seberapa besar biaya yang harus di keluarkan oleh EMKL sendiri. Barang bukti yang harus diserahkan pada saat penuntutan yaitu barang yang rusak tersebut dan bukti lainnya yaitu bukti surat atau bukti pengiriman. Ini dimaksudkan untuk memenuhi proses dan prosedur penggantian kerugian jika tidak terpenuhi maka proses penggantian tidak dapat terlaksana karena kedua barang bukti tersebut di jadikan syarat utama di dalam pembuktian. Hal ini 10

berfungsi untuk memenuhi persyaratan penuntutan dan mempermudah proses pembuktian. b. Proses ganti rugi terhadap barang yang mengalami kerusakan Maka dapat dikatakan bahwa dalam pembuktian apabila terjadi kerusakan maka pemilik barang dapat mengajukan tuntutan dengan melampirkan Berita acara yang di tanda tangani PENERIMA PAKET yang di saksikan oleh pihak pengangkut dan dokumen-dokumen pendukung antara lain : faktur/kwitansi dari PAKET yang bersangkutan bukti tanda terima. Pihak pemilik barwenang menunjukkan kerusakan barang yang kemudian akan dicek oleh petugas ekspeditur, apabila memang terjadi kerusakan maka pihak ekspeditur akan mengganti kerugian sebagaimana tercantum dalam perjanjian. Dalam perjanjian dinyatakan bahwa apabila terjadi kerusakan barang yang tidak diasuransikan maka penggantian oleh ekspeditur maksimal 3 (tiga) kali dari biaya pengiriman suatu PAKET. Selanjutnya pihak ekspeditur akan melakukan pembuktian terhadap barang tersebut apakah barang tersebut benar-benar kesalahan dari ekspeditur, jika bukan kesalahan atau kelalain ekspeditur maka ekspeditur tidak memiliki kewajiban untuk mengganti kerugian terhadap kerusakan barang tersebut. Tetapi ekspeditur tetap bertanggung jawab dengan berusaha mengajukan tuntutan kepada pengangkut dengan menunjukan bukti-bukti yang ada. 11

C. Kesimpulan 1. Ekspedisi Muatan Kapal Laut bertanggungjawab atas kerusakan barang apabila barang yang dikirim tersebut mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh kelalain dari EMKL atau pengangkut akan bertanggung jawab dengan mengganti rugi setelah proses pembuktian berjalan dan terbukti bersalah maka pihak EMKL atau Pengangkut akan bertanggungjawab. 2. Proses pembuktian terhadap barang yang mengalami kerusakan pihak pemilik barang harus melampirkan Berita Acara yang di tanda tangani Penerima Paket dan dokumen-dokumen pendukung antara lain: faktur/kwitansi, bukti tanda terima kemudian menunjukan kerusakan barang yang di kirim kemudian pihak EMKL akan melakukan pengecekan. Yang perlu di perhatikan pihak pengirim yaitu ketentuan waktu yang tercantum di dalam perjanjian karena jika waktu tidak sesuai dengan waktu penuntutan maka penggantian tidak dapat di proses. pihak EMKL akan membuktikan apa yang menjadi penyebab kerusakan barang tersebut apabila terbukti pihak EMKL lalai maka pihak EMKL berkewajiban bertanggungjawab. D. Daftar Pustaka Buku-buku Abdul Kadir Muhammad, 1991, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung ----------------------, 1990, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. Achmad Ichsan, 1984. Hukum Dagang, Pradya Paramita, Jakarta. 12

Capt. Istopo dan Capt.s. Karlia, 1976.. Kapal dan Muatannya, Aksara Baru, Jakarta. Djohari Santoso, 2004. Pokok-pokok Hukum Perkapalan, UII Press, Jakarta. FDC Sudjatmiko., 1985. Pokok-Pokok Pelayaran Niaga, Akademika Presindo Jakarta. Purwosutjipto, 1992, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat, Djambatan, Bandung Purbacaraka. 2010, Perihal Kaedah Hukum, Citra Aditya, Bandung. R. Soekardono, 1991. Hukum Dagang Indonesia, Rajawali, Jakarta. Sugiatna Tjakranegara. 1995. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Wiwoho Suedjono, 1982. Pengangkutan Laut Dalam Hubungannya dengan Wawasan Nusantara, Bina Aksara, Jakarta. Jurnal/Majalah RIO ANANDO PRIADI, tahun 2009. Tanggung Jawab EMKL PT. PELNI CABANG SEMARANG Sebagai Perantara dalam Pengangkutan Barang Melalui Laut, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. MUHAMMAD TAUFIK ACHMAD tahun 2012 dengan judul Analisis pengaruh dimensi kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada EMKL PT. ANDHIKA CELEBES TRANSPORTAMA. Skripsi, Universitas Hasanudin Makasar SADHU PRAMUDITA ADHIKARA, tahun 2010 dengan judul Prosedur pengangkutan barang ekspor pola full container load ( FCL ) melalui jasa ekspedisi muatan kapal laut(emkl), Skripsi, Universitas Negri Solo. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 13

Kitab Udang-Undang Hukum Perdata Undang-undang No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1969 Tentang Pengusahaan Angkutan Laut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1988 Tentang Pengusahaan Angkutan Laut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan Web http://axellelessons.blogspot.com/2012/05/pengertian-barang-dan-jasa.html, Diakses tanggal 18 desember 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/pelabuhan, Diakses Tanggal 18 Desember 2014 http://lawfile.blogspot.com/2011/06/pengertian-pembuktian.html, Diakses pada tanggal 19 desember 2014 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=74984&val=4724,diakses tanggal 19 Desember 2014 Wawancara Wawancara dengan Bapak Alfa Hendrianto Kepala EMKL MACIKA SARANA EKSPRESS Semarang, tanggal 21 November 2014 Wawancara dengan Bapak Andik Kabid PT. DHARMA LAUTAN CABANG SEMARANG 14