POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

Iklim Perubahan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

POTENSI CURAH HUJAN DALAM MENGURANGI EMISI CH4 (METANA)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

STRUKTURISASI MATERI

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

KISI-KISI SOAL UJI COBA TES. : Efek Pemanasan Global : 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan

PENIPISAN LAPISAN OZON

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FENOMENA GAS RUMAH KACA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

15B08063_Kelas C SYAMSUL WAHID S. GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

PENDAHULUAN Latar Belakang

Isu Lingkungan. Wahyu Surakusumah Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL?

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN I.1

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

APA ITU GLOBAL WARMING???

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL KEMAMPUAN KOGNITIF C1 C3. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c,!

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

Global Warming. Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PEMANASAN GLOBAL

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

Cara menanggulangi pencemaran seperti pada gambar diatas adalah...

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SMA BERNUANSA ARSITEKTUR EKOLOGIS

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

KERUSAKAN LINGKUNGAN

Transkripsi:

Potensi Emisi Metana ke Atmosfer Akibat Banjir (Lilik Slamet) POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR Lilik Slamet S Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, Lapan e-mail: lilik_lapan@yahoo.com RINGKASAN Tulisan ini akan mengulas potensi emisi metana dari sumber genangan banjir dengan alasan pertama baru sedikit pustaka yang menyebutkan banjir sebagai salah satu sumber emisi metana yang bersifat antropogenik (dampak dari kegiatan manusia), temporer (sewaktu-waktu), dan bentuk emisi yang berupa sumber area. Ke dua, kejadian banjir yang cenderung, semakin hari semakin memiliki frekuensi yang tinggi setiap tahun, area yang terkena banjir semakin meluas dengan genangan yang semakin meninggi setiap kejadian banjir. Ke tiga, penyebaran konsentrasi metan yang dapat sampai ke lapisan stratosfer berpotensi memanasi bumi (pemanasan global) dan terjadinya penipisan lapisan ozon (lubang ozon). Oleh karena itu melalui tulisan ini akan diulas mengapa banjir berpotensi sebagai sumber emisi metan. Potensi emisi metana dari banjir dapat dilihat dari warna air genangan selama banjir yang berwarna sebagian besar adalah coklat tanah, luas areal yang terkena banjir, ketinggian genangan air, dan lama kawasan tergenang air selama beberapa hari. Hasil estimasi emisi CH 4 dari lahan banjir hanya 0,0002 % dari semua sumber emisi CH 4. Walaupun prosentasi emisi CH 4 dari sumber banjir sangat kecil, tetapi kecenderungan daerah yang terkena banjir dari tahun ke tahun semakin meluas dengan tinggi genangan lebih tinggi dan lama tergenang yang lebih lama. 1 PENDAHULUAN Banjir selalu melanda dan menjadi langganan setiap tahun hampir di sebagian besar wilayah Indonesia. Banjir tidak hanya menggenangi kawasan perkotaan, tetapi kawasan pedesaan juga tidak luput dari kejadian ini. Pada bulan-bulan musim basah (musim penghujan) yang umumnya jatuh antara bulan September sampai dengan Maret setiap tahun, baik kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan tergenang air hujan. Kawasan perkotaan (ibukota provinsi) yang terletak di pantai Utara Laut Jawa seperti Jakarta dan Semarang tidak hanya mengalami banjir pada saat musim penghujan saja, tetapi ketika terjadi pasang naik (fase bulan purnama penuh/super moon), ke dua kota ini juga akan tergenang air. Peristiwa banjir yang disebabkan oleh naiknya air laut karena gaya tarik bulan (pasang-surut air laut) dan memasuki daratan disebut dengan banjir rob. Banjir tidak hanya memakan korban baik jiwa, harta, maupun psikis, tetapi juga memutus akses jalan antara dua tempat, erosi dan lahan longsor. Banyak jalan, jembatan, pesawahan, dan rumah rusak pasca banjir telah surut. Banyak orang yang tidak mengetahui kalau dari genangan banjir akan diemisikan metana (CH 4) ke lingkungan atmosfer (udara). Sebagian besar masyarakat belum banyak yang mengetahui kalau banjir juga merupakan salah satu sumber emisi metana. Oleh karena itu tujuan dari ulasan ini adalah membahas dan menginformasikan banjir sebagai salah satu sumber emisi metana (CH 4). 2 BANJIR SEBAGAI SUMBER EMISI METANA Sama dengan polutan udara (zat pencemar), gas rumah kaca termasuk juga metana dapat diklasifikasikan menurut sumber penghasil emisi, waktu mengemisi, dan bentuk sumber emisi. 27

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:27-32 Berdasarkan sumber penghasil emisi metana dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber alami dan sumber antropogenik (hasil kegiatan manusia). Tabel 2-1 akan menyajikan hasil inventarisasi sumber emisi metana yang telah berhasil dilakukan oleh Intergovermental Panel On Climate Change (IPCC). IPCC adalah panel kerjasama antar pemerintah negara-negara di dunia untuk mengatasi perubahan iklim. Tabel 2-1 merupakan tabel sumber penghasil emisi metan yang dikeluarkan oleh IPCC pada tahun 2006. Berdasarkan Tabel 2-1 dapat diketahui bahwa banjir termasuk dalam sumber emisi metan antropogenik. Hal itu disebabkan banjir terjadi sebagian besar karena faktor manusia yang membuang sampah tidak pada tempatnya, daerah pengaliran air sungai yang dijadikan pemukiman, tidak seimbangnya daerah resapan air hujan dengan daerah bukan resapan, jebolnya tanggul karena kurangnya pemeliharaan, dan perencanaan tata ruang yang tidak tepat. Penyebab banjir alami karena pasang naik air laut (banjir rob) hanya sebagian kecil dan bersifat periodik (berkala) yang terjadi saat fase bulan purnama penuh (super moon). IPCC (2001) menyatakan bahwa banjir dan sumber emisi CH 4 antropogenik yang lain telah menyumbangkan CH 4 sekitar 64%, sedangkan sumber alami emisi CH 4 hanya berkontribusi 36%. Berdasarkan waktu mengemisi, maka emisi metan oleh peneliti dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sumber emisi tetap, sumber emisi periodik (berkala), dan sumber emisi metan tidak tetap (temporer/sewaktu-waktu). Tabel 2-2 menyajikan penggolongan sumber emisi metan menurut waktu dan prosentase kontribusinya pada emisi CH 4. Tabel 2-1: SUMBER PENGHASIL EMISI METANA (CH4) No. Sumber Alami Sumber Antropogenik 1. Lahan basah (30%) Limbah hewan ternak besar (14%) 2. Aktivitas rayap (4%) Budidaya padi sawah (10%) 3. Dari laut (2%) Pembakaran hutan (8%) 4. Pertambangan batu bara (17%) 5. Lahan banjir (0,0002%) 6. Limbah cair (10%) 7. Aktivitas manusia lainnya (5%) Sumber :IPCC (2001), IPCC (2006), Samiaji, dkk (2011). Keterangan: angka prosentase dalam kurung menunjukkan kontribusi tiap-tiap sumber emisi. Tabel 2-2: KLASIFIKASI SUMBER EMISI METANA MENURUT WAKTU MENGEMISI Tetap Periodik Tidak tetap Lahan basah alami (30%) Pertanian padi sawah (10%) Banjir (0,0002%) Aktivitas rayap (5%) Banjir rob Kebakaran hutan (8%) Dari laut (2%) Peternakan (14%) Tambang batu bara (17%) Limbah cair (10%) Sumber : IPCC (2001), Samiaji, dkk (2011), analisis peneliti Keterangan : angka prosentase dalam kurung menunjukkan kontribusi tiap-tiap sumber emisi. 28

Potensi Emisi Metana ke Atmosfer Akibat Banjir (Lilik Slamet) Berdasarkan Tabel 2-2 dapat diketahui bahwa banjir dapat digolongkan ke dalam sumber emisi metan tidak tetap. Artinya emisi metan dari banjir hanya dihasilkan ketika suatu area tergenang oleh banjir pada musim penghujan dengan lama genangan beberapa hari dan area yang terkena banjir seringkali berubah-ubah menurut waktu (tidak tetap). Banjir rob termasuk dalam sumber emisi metan periodik (berkala). Banjir rob terjadi hanya ketika fase bulan purnama. Prosentase kontribusi banjir rob sebagai sumber emisi CH 4 belum diteliti sehingga data prosentasenya masih kosong. Berdasarkan Tabel 2-2 juga dapat diketahui bahwa prosentase sumbangan emisi CH 4 dari sumber tetap adalah 78%, sumber emisi CH 4 periodik lebih dari 10%, dan sumber emisi CH 4 tidak tetap sekitar 8,0002%. Berdasarkan bentuk pusat sumber emisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu bentuk sumber emisi titik, garis, dan area. Tabel 2-3 menyajikan klasifikasi bentuk sumber emisi metana dan prosentase kontribusinya pada emisi CH 4. Berdasarkan Tabel 2-3 dapat diketahui bahwa emisi CH 4 berdasarkan bentuk pusat emisi hanya memiliki 2 bentuk yaitu emisi berbentuk titik dan berbentuk area. Banjir termasuk ke dalam sumber emisi metan yang berbentuk area. Berdasarkan Tabel 2-3 juga dapat diketahui bahwa emisi CH 4 yang berbentuk titik menyumbangkan hanya 5% dari total emisi CH 4. Sumber emisi CH 4 yang berbentuk area berkontribusi sebesar 92% dari total emisi CH 4. Sebelum mengulas banjir sebagai sumber emisi metana, maka terlebih dahulu akan diulas proses pembentukan emisi metan. Metana atau metan adalah gas dengan rumus kimia CH 4. Gas metana dihasilkan dari proses akhir dekomposisi (penguraian) bahan organik (senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O) yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob (tidak ada oksigen). Reaksi kimia pembentukan CH 4 seperti tersaji pada persamaan 2-1. (CH 2O) n + mikroorganisme CH 4 + H 2O + Energi (2-1) Tabel 2-3: KLASIFIKASI SUMBER EMISI METANA MENURUT BENTUK PUSAT EMISI No. Titik Area 1. Aktivitas rayap (5%) Lahan basah alami (30%) 2. Dari laut (2%) 3. Ternak hewan besar (14%) 4. Pertambangan batubara (17%) 5. Pertanian padi sawah (10%) 6. Banjir/Banjir rob (0,0002%) 7. Kebakaran hutan (8%) 8. Limbah cair (10%) Sumber : IPCC (2001), Samiaji, dkk (2011), analisis peneliti. Keterangan: angka prosentase dalam kurung menunjukkan kontribusi tiap-tiap sumber emisi. 29

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:27-32 Persamaan 2-1 adalah persamaan reaksi dekomposisi bahan organik yang akan menghasilkan metana (CH 4) dan uap air (H 2O) dengan bantuan mikroorganisme (bakteri) metanogenik. Bakteri metanogenik adalah bakteri yang menghasilkan CH 4. Lain halnya dengan bakteri metanotropik yang bekerja dan menurunkan emisi CH 4. Saat ini sudah terdapat 18 jenis bakteri metanogenik yang telah diisolasi dari dalam tanah seperti jenis bakteri methanobacteria dan methanosarcinia (Setyanto dan Suharsih, 2005). Isolasi jenis bakteri metanogenik dimaksudkan untuk menghasilkan metan yang digunakan sebagai sumber bahan bakar. Metanogenesis adalah proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan CH 4. Berdasarkan proses pembentukan emisi metan, maka untuk menghasilkan metana secara alami harus terdapat syarat-syarat sebagai berikut: Terdapat bahan atau senyawa organik sebagai bahan mentah metan Kondisi lingkungan fisik yang anaerob Terdapat bakteri metanogenik yang merombak bahan atau senyawa organik. Banjir memenuhi ke tiga syarat di atas untuk mengemisikan metana. Pertama, bahan atau senyawa organik dalam banjir dapat dilihat dan diketahui dari warna air banjir yang berwarna coklat tanah. Warna coklat air banjir bersumber dari butiran tanah yang terkena erosi dan terlarut bersama air hujan. Butiran tanah banyak mengandung unsur atau senyawa organik. Metan dapat juga terbentuk dari CO 2. Persamaan reaksi 2 menyajikan pembentukan metana dari CO 2. Karbondioksida (CO 2) yang diurai oleh bakteri metanogenik berasal dari air hujan. Karbondioksida (CO 2) yang terdapat di atmosfer dapat tercuci dan terbawa ke permukaan tanah bersama air hujan. 30 CO 2 + 8H + + 8 e CH 4 + 2H 2O + Energi (2-2) Ke dua, banjir sebagai lahan yang tergenang air akan memiliki kondisi lingkungan yang anaerob dan memicu pembentukan metan. Setyanto dan Suharsih (2005) menyatakan bahwa penggenangan adalah lingkungan yang cocok untuk pembentukan CH 4. Kondisi ini akan meningkatkan suhu air. Peningkatan suhu air disebabkan oleh efek gas rumah kaca dari lahan yang tergenang (banjir). Permukaan dari genangan air adalah selubung (lapisan) gas rumah kaca yang dapat meneruskan radiasi gelombang pendek (sinar ultra ungu) dari matahari sampai ke dasar permukaan bawah lahan banjir, tetapi tidak dapat meneruskan pancaran gelombang panjang (sinar infra merah) dari dasar permukaan bawah lahan banjir ke atmosfer sehingga radiasi gelombang panjang akan dipantulkan balik ke lahan banjir. Adanya permukaan atas genangan air lahan banjir sebagai lapisan gas rumah kaca mengakibatkan lahan banjir mendapatkan radiasi dua kali, yaitu dari radiasi gelombang pendek (matahari) dan radiasi gelombang panjang sehingga suhu air meningkat. Suhu air dapat mencapai 40ºC karena pengaruh efek rumah kaca ini. Pembentukan metan berbanding lurus dengan suhu. Semakin tinggi suhu air, maka semakin besar emisi metan (Treenberth, 1994). Syarat ke tiga adalah terdapatnya bakteri metanogenik. Bakteri adalah mikroorganisme yang bersifat ubikuotus yang berarti bahwa jumlah bakteri berlimpah dan dapat ditemukan di hampir semua tempat di dunia baik di darat, air, udara, atau bersimbiosis dengan makhluk hidup lain. Beberapa komunitas bakteri juga dapat bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian sampai 10 kilometer. Begitu pula dengan di lahan banjir juga akan terdapat bakteri. Diperkirakan total jumlah bakteri yang mendiami muka bumi ini adalah 5x10 30 (Madigan. et al., 2009).

Potensi Emisi Metana ke Atmosfer Akibat Banjir (Lilik Slamet) 3 EMISI METANA DARI LAHAN BANJIR Selain ke tiga syarat yang diperlukan untuk menghasilkan emisi metana dari lahan banjir. Penelitian dari Samiaji. et al. (2011) mendukung bahwa lahan banjir berpotensi mengemisikan CH 4. Samiaji. et al. (2011) dari hasil penelitiannya telah mengestimasi emisi CH 4 dari lahan banjir pada tahun 2009 untuk Indonesia sebesar 60 ton. Walaupun emisi CH 4 ini tergolong kecil, tetapi jika intensitas kejadian banjir semakin tahun semakin meningkat, maka angka emisi CH 4 ini dapat menjadi lebih besar lagi dan berbahaya. Gas metan dengan bobot molekul (BM) yang paling ringan (BM=16) diantara gas rumah kaca lain berpotensi dapat memasuki lapisan stratosfer (lapisan ke dua atmosfer bumi). Gas metan yang memasuki stratosfer dapat merusak lapisan ozon. Lapisan ozon berfungsi memfilter sinar ultra violet dari matahari sehingga tidak membahayakan kehidupan makhluk hidup di bumi. 4 PENUTUP Berdasarkan hasil telaah yang telah dilakukan terhadap potensi emisi CH 4 dari banjir, maka dapat disimpulkan bahwa pertama, banjir adalah salah satu sumber yang berpotensi mengemisikan CH 4. Potensi emisi CH 4 ini dapat dilihat dari warna air banjir (coklat tanah) yang banyak mengandung senyawa organik sebagai bahan baku emisi CH 4, ketinggian dan lama genangan banjir yang sampai beberapa hari. Lahan tergenang diam (banjir yang tidak segera surut) adalah lingkungan dengan kondisi anaerob sehingga bakteri metanogenik dapat bekerja menghasilkan CH 4. Ke dua, bahwa gas CH 4 sebagai salah satu gas rumah kaca berdampak pada kenaikan suhu bumi. Hasil estimasi emisi CH 4 dari lahan banjir adalah 60 ton. Walaupun emisi CH 4 ini tergolong kecil, tetapi jika intensitas kejadian banjir semakin tahun semakin meningkat, maka angka emisi CH 4 ini dapat menjadi lebih besar lagi dan berbahaya. Ke tiga, diperlukan pengelolaan lingkungan yang tepat untuk menurunkan intensitas kejadian banjir, mengurangi area lahan yang terkena banjir dan ketinggian genangan air agar emisi CH 4 juga berkurang. DAFTAR RUJUKAN Intergovernmental Panel On Climate Change, 2006. Guidelines For Greenhouse Gases Inventories. Intergovernmental Panel On Climate Change, 2001. Climate Science of Methane, www.eci.ox. ac.uk/ research/energy/download/meth aneuk. Madigan, M.T, Martinko J., Dunlap P.V., Clark D.P., 2009. Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. Samiaji, T, Wiwiek S, Ginaldi A. N, Tiin S, Soni A. R, Emanuel A., 2011. Karakteristik Emisi Gas Metan Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Kimia, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 19 Februari 2011. Setyanto, P, Suharsih, 2005. Mitigasi Gas Metan Dari Lahan Sawah, Laporan Tahunan Loka Penelitian Tanaman Pangan, Jakenan, Pati. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Kementerian Pertanian. Treenbert, K, 1994. Climete System Modelling, Academy Press, New York. 31

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:27-32 32