Akses Terhadap Keadilan dalam Rencana Pembangunan Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA (ANAK)

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PENGUATAN EKONOMI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

Unduh dalam bentuk berkas suara (MP3)

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

j K ika amu korban Perkosaan

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

POLICY BRIEF ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

ANGGARAN DASAR-ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

Advokasi Dan Pendampingan Terhadap Pelanggaran Hukum Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 1 Oleh: RB Sularto

Oleh: Robi Dharmawan, S. IP. Pusat Studi HAM Surabaya

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

RANCAANPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi


PENEGAKAN HUKUM. Oleh: H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

Pemantauan Pelaksanaan KIP di Institusi Polri

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

PENGADILAN NEGERI SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

Pekerjaan Sosial PB :

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

TINJAUAN YURIDIS KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI KOMISI NEGARA DALAM PENYIDIKAN ANAK AGUNG PUTU WIWIK SUGIANTARI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Mendiskripsikan fungsi NKRI. Menjelaskan tujuan NKRI

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

Pendahuluan. Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

PERMASALAHAN KORUPSI DI DAERAH PANDEGLANG DAN STRATEGI PENANGGULANGANNYA

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA

bebas murni oleh pengadilan. Sementara itu vonis hukuman bagi pelaku IL di Indonesia selama ini bervariasi, yaitu antara 1 bulan sampai dengan 9

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Peran TKPK Kabupaten/Kota dalam Penggulangan Kemiskinan pasca UU 6 Tahun 2014 tentang Desa. Ir. TARMIZI A. KARIM, M.Sc

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

Akses Terhadap Keadilan dalam Rencana Pembangunan Indonesia

Tujuan Akses thd Keadilan melindungi dan memperkuat mereka yang miskin, lemah dan tertindas memberi mereka pintu untuk bisa masuk ke dalam pengadilan (serta institusi penyelesaian sengketa lainnya) memberi mereka kesempatan untuk bersuara dan merebut kembali haknya memberi mereka senjata untuk melawan para penindas yang biasanya adalah perusahaan/korporasi, lembaga pemerintah dan pejabat negara dan tuan tanah. (Lawrence M. Friedman, 2009)

Tujuan Akses thd Keadilan memperbaiki proses legal, terciptanya kehidupan masyarakat miskin yang lebih baik membebaskan mereka dari kemiskinan. (Deborah L. Rhode, 2009)

Aspek-Aspek A2J A. Kerangka hukum normatif B. Kesadaran dan pengetahuan hukum C. Pendampingan dan bantuan hukum D. Institusi resolusi konflik E. Penegakan hasil keputusan dan kepastian hukum F. Relasi kekuasaan

Tujuan Pembangunan Hukum RPJMN 2015-2019 memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya Sub-agenda prioritas pembangunan hukum yaitu: 1. Meningkatkan Penegakan Hukum yang Berkeadilan; 2. Mencegah dan Memberantas Korupsi; 3. Memberantas Tindakan Penebangan Liar, Perikanan Liar, dan Penambangan Liar; 4. Memberantas Narkoba dan Psikotropika; 5. Menjamin Kepastian Hukum Hak Kepemilikan Tanah; dan 6. Melindungi Anak, Perempuan, dan Kelompok Marjinal.

Kerangka hukum normatif Masih perlu diperjelas arahnya agar supaya upaya penguatan dan sinkronisasi peraturan perundangundangan : mempertegas jaminan dan perlindungan atas hak asasi manusia, serta benar-benar dimaksudkan untuk mencapai rule of law. tidak semrawut dan tumpang tindih, tidak lagi yang bersifat samar-samar dan menguntungkan kelompok yang lebih kuat.

Kesadaran dan pengetahuan hukum Masih terbatas pada sosialisasi mengenai adanya bantuan hukum yang diberikan kepada rakyat miskin/marjinal berdasarkan UU No. 16 Tahun 2011. Masih belum terlihat adanya program yang memberikan pendidikan bagi rakyat untuk dapat menyadari ketidakadilan yang dialaminya. Persoalan kesadaran hukum warga negara lebih banyak dilihat dalam perspektif bahwa rakyat harus sadar akan adanya hukum yang harus mereka taati, bukan pada kesadaran rakyat mengenai hak mereka sebagai warga negara.

Pendampingan dan bantuan hukum Perlu ada penekanan dan alokasi sumber daya yang lebih besar agar program bantuan hukum juga mencakup pendidikan mengenai hak sebagai warga negara, Perlu rumusan agenda yang jelas untuk dapat memperluas jangkauan dan persebaran layanan bantuan hukum, mengingat rakyat miskin dan marjinal tidak hanya terkonsentrasi di ibukota provinsi ataupun wilayah perkotaan.

Institusi resolusi konflik Hanya fokus pada lembaga formal resolusi konflik, yaitu sistem peradilan. Bentuk program berupa peningkatan kualitas aparat, transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan, koordinasi antar institusi, serta mekanisme kontrol internal dan eksternal. Ada kesadaran bahwa institusi penegak hukum kita masih korup dan potensial melakukan pelanggaran HAM (dalam Arah Kebijakan tentang HAM, diakui bahwa Pelanggar HAM terbanyak adalah aparat penegak hukum, yakni Kepolisian ) Ada rumusan untuk memberikan perhatian yang serius dan hukuman yang lebih berat terhadap kasus-kasus yang melibatkan aparat penegak hukum sebagai pelaku, serta pendidikan HAM bagi aparat penegak hukum.

Penegakan hasil keputusan dan kepastian hukum Komitmen untuk menjamin hal tersebut masih lemah. Secara normatif, komitmen untuk memastikan pelaksanaan dan penegakan hasil putusan hanya terlihat, inipun tidak secara langsung, dalam kaitannya dengan pemberantasan mafia hukum. Komitmen secara eksplisit untuk memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi mereka yang mengalami ketidakadilan hanya ada di dalam konteks penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu. Belum ada agenda pembangunan hukum yang memberi ruang ganti rugi yang memadai sekaligus sebagai bentuk kontrol terhadap aparat penegak hukum untuk tidak terperosok ke dalam miscarriage of justice.

Relasi Kekuasaan Tidak terlihat upaya kongkrit untuk mengubah relasi kekuasaan yang ada. Dalam Arah Kebijakan mengenai hukum perdata, ada kecenderungan untuk fokus pada pembangunan hukum yang berkaitan dengan ekonomi (dunia usaha dan industri) yang akan lebih menguntungkan pemilik modal berupa komitmen untuk memberikan kepastian investasi. Semestinya agenda pembangunan hukum perdata (civil law) fokus pada penguatan kapasitas hukum masyarakat miskin dan marjinal di wilayah perdata, karena pada wilayah inilah mereka mangalami ketidakadilan sosial dan ekonomi.

Kesimpulan Agenda pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019 memang belum secara utuh memenuhi unsur-unsur dasar bagi tercapainya akses terhadap keadilan. Pembangunan hukum yang berdasar pada legal empowerment dan akses terhadap keadilan bagi rakyat miskin (Goal 16 - SDGs) akan lebih banyak memberikan referensi dan perbandingan (benchmarking).