Grafik dibawah ini merupakan data ODHA baru yang masuk perawatan dalam HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. dr Endang Sri Rahayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

Survei Delphi Pengembangan Model Pencegahan Melalui Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer Puskesmas dan Jejaringnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

DELPHI II Survei Delphi Pengembangan Model Pencegahan Melalui Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer Puskesmas dan Jejaringnya

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

SITUASI PENDANAAN PROGRAM HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta 2013

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

komisi penanggulangan aids nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

Pendampingan Pembiayaan Program HIV- AIDS (Akses Layanan) dari APBD II di Dinas Kesehatan Kota Tarakan, Kaltim. Tri Astuti Sugiyatmi Khairul Arbiati

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan melalui hubungan kelamin. Dahulu kelompok penyakit ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV & AIDS DI KABUPATEN GROBOGAN. OLEH : PENGENDALIAN PENYAKIT (PROGRAM HIV &AIDS) DINAS KESEHATAN Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB II RUANG LINGKUP KLINIK PKBI-ASA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

Transkripsi:

Bagian Pertama Kasus Kematian dan Kesakitan HIV/AIDS & Infeksi Menular Seksual Upaya pengendalian dan penaggulangan AIDS di Kabupaten Mimika didasari oleh Peraturan Daerah (PERDA ) No : 11 Tahun 2007 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan IMS di Kabupaten Mimika. Seluruh upaya pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS berpedoman pada Rencana Strategi (RENSTRA) Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika Tahun 2008 2013. Upaya-upaya ini dilakukan bertujuan agar melindungi penduduk Mimika dari penularan HIV dan AIDS serta meningkatkan kualitas Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). tentu saja upaya-upaya yang telah dilakukan selalu bersinergis dengan pihak terkaitnya sehingga dapat mewujudkan visi dan misi RENSTRA Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika di tahun 2013, mendukung pencapaian indikator Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, visi global pengendalian HIV dan AIDS di tahun 2014. Berbagai upaya yang dilakukan dapat digambarkan secara sistematik dalam laporan penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika tahun 2011. 1.1. Data Perawatan, Pengobatan & Kematian akibat Infeksi HIV. Pada tahun 2011 tercatat jumlah ODHA baru yang masuk dalam perawatan HIV berjumlah 444 orang. Dalam tiga tahun terakhir secara signifikan menunjukan terjadi peningkatan. Dari jumlah 444 orang yang dirawat, jumlah ODHA yang diperiksa sel CD4 (sel ketahanan tubuh) hanya mencapai 37 orang (8.33%) dengan proporsi sel CD4 kurang dari 100 berjumlah 13 orang (35.16%), Jumlah sel CD4 antara 100-500 sebanyak 20 orang(54.05%) dan sel CD4 > 500 sebanyak : 4 orang (10.81%). Jumlah CD4 Normal 1,200-1,500. Grafik dibawah ini merupakan data ODHA baru yang masuk perawatan dalam HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika. 1

Grafik. 1. Data ODHA Baru di Kabupaten Mimika Yang Masuk dalam Perawatan HIV/AIDS 450 445 444 440 435 430 427 425 420 415 415 410 405 400 2009 2010 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Tahun 2011. Grafik.1. memberikan gambaran bahwa : Dalam tiga tahun terakhir total ODHA baru yang mendapatkan perawatan akibat AIDS mencapai 1.286 orang. Kenaikan ini sangat signifikan karena proprosi pasien baru yang dirawat akibat infeksi HIV/AIDS, adalah 32.27% pada tahun 2009, meningkat menjadi 33, 2% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 35%. Dengan adanya kenaikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata ODHA baru yang masuk dalam perawatan HIV selama tahun 2011 adalah 37 orang setiap bulannya atau 36 orang per bulan dalam tiga tahun terakhir. Keseluruhan ODHA yang mendapat perawatan HIV jika dibandingkan dengan pengobatan antiretroviral (ARV), memberikan gambaran sebagai berikut: 2

Grafik.2. Jumlah ODHA Baru Yang menerima Terapi Antiretroviral di Kabupaten Mimika 250 222 200 173 150 129 100 50 0 2009 2010 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Tahun 2011 Sebagaimana data pada grafik.2. maka : Terjadi penurunan ODHA baru menerima pengobatan antiretroviral dalam 3 tahun terakhir, yaitu : 42.4% pada tahun 2009 menjadi 33% di tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 24.6%. Dari jumlah ODHA baru yang menerima pengobatan ARV jika dibandingkan dengan jumlah ODHA baru yang dirawat pada periode yang sama menunjukan adanya gap yang sangat besar. Gap ini dapat memperburuk kondisi ODHA. Gap antara ODHA baru yang dirawat dan yang menerima pengobatan ARV dapat ditunjukan pada grafik berikut ini : 3

Grafik.3. Perbandingan ODHA yang dirawat dan terapi ARV di Kabupaten Mimika 500 450 415 427 444 400 350 300 315 250 222 254 200 193 173 150 129 100 50 0 2009 2010 2011 ODHA Baru Dirawat ODHA Baru Yang menerima ARV Gap Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, 2011. Grafik.3. memberikan gambaran bahwa : Pada tahun 2009 hanya 53.49% ODHA baru yang menerima ARV dari jumlah yang dirawat, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 50.52% dan 29.05% pada tahun 2011. Jika hal ini terjadi terus menerus terjadi berpotensi untuk meningkatkan kematian akibat AIDS. Kematian akibat AIDS atau Case Fatality Rate (CFR) periode 2009-2011 adalah sebagai berikut : 4

Grafik. 4. Persentase Kematian Akibat AIDS Di Kabupaten Mimika 8.0 6.0 7 5.4 4.0 4.3 2.0 0.0 2009 2010 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Tahun 2011. Sebagaimana data kematian akibat AIDS memberikan gambaran bahwa jumlah kematian akibat AIDS di Kabupaten Mimika meningkat secara signifikan. Untuk membandingkan dengan malaria sebagai penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat maka kematian akibat AIDS di Kabupaten Mimika 9 kali lebih besar dari kematian akibat malaria (CFR Malaria di Kabupaten Mimika tahun 2010 : 0.8 %). Ini berarti dari 100 orang yang dirawat akibat AIDS, 7 orang diantaranya akan meninggal sedangkan pada malaria, kasus kematian hanya 1 orang diantara 100 penderita malaria yang dirawat. 1.2. Kesakitan Akibat Infeksi Menular Seksual (IMS). Sebagaimana diketahui bahwa IMS merupakan salah satu penyakit menular yang berpindah dari orang ke orang (propagated) melalui hubungan seksual. Semakin banyaknya ditemukan kasus IMS, merupakan indikasi terjadinya hubungan seks yang tidak terlindungi di masyarakat. IMS juga merupakan penyakit klasik yang lazim terjadi pada kebanyakan penduduk miskin dengan tingkat pendidikan yang rendah. Di Kabupaten Mimika, IMS masih menjadi masalah di masyarakat. Dengan lebih dari 98% penularan HIV pada penduduk melalui hubungan seksual maka memberikan makna bahwa kasus IMS pada penduduk Mimika masih sangat tinggi. Sejalan dengan makin meningkatnya kasus HIV dan IMS maka upaya pengendalian IMS pada penduduk Mimika tidak dapat diabaikan. Upaya upaya yang dilakukan 5

secara bersamaan dengan pengendalian HIV/AIDS yang terfokus pada pekerja seks yang ada di lokalisasi maupun bar/karaoke dan panti pijat. Mengacu pada sistem sureveilans IMS yang dikeluarkan oleh WHO, maka penetapan kasus IMS yang dilaporkan adalah kencing nanah (gonore ) dan sifilis (raja singa) yang terkonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Berikut ini gambaran kasus IMS di Kabupaten Mimika dalam tiga tahun terakhir. Kunjungan layanan IMS pada tahun 2011, berjumlah 2,951 kunjungan. Dari jumlah tersebut temuan kasus gonore sebanyak 120 kasus (4.06%) dan temuan kasus sifilis sebanyak 7 kasus (0.23%). Jumlah kunjungan di layanan IMS jika dibandingkan dengan kunjungan pada tahun 2010, maka kunjungan pada tahun 2011 1 kali lebih rendah dari kunjungan di tahun 2010 (Kunjungan Tahun 2010= 3,033). Sedangkan perbandingan penemuan kasus IMS pada kelompok pekerja seks dan penduduk dalam tiga tahun terakhir, dapat dirinci dalam grafik berikut ini : 800 Grafik.5. Jumlah Kasus IMS pada Pekerja Seks dan Masyarakat Umum di Kabupaten Mimika Tahun 2008 2011. 731 700 600 500 616 531 400 300 286 265 231 200 100 0 2008 2009 2010 2011 86 41 Pekerja Seks Masyarakat Umum Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika 6

Berdasarkan grafik.5. memberikan gambaran bahwa : Perbandingan kasus IMS antara tahun 2011 dengan tahun 2008-2010 menunjukan adanya penurunan sebesar 21 kali. hal ini dipengaruhi juga oleh perbaikan sistem surveilans IMS. Perbandingan kasus IMS antara pekerja seks dan masyarakat umum pada tahun 2011 dengan kasus IMS pada tahun 2008-2010, maka pada tahun 2011 penurunan kasus IMS pada pekerja seks sebesar 9 kali dan pada penduduk penurunan sebesar 6 kali. Penurunan kasus IMS pada pekerja seks ini turut dipengaruhi oleh penerapan PERDA NO 11 Tahun 2007 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV /AIDS dan IMS di Kabupaten Mimika. 7

Bagian Kedua Upaya dan Hasil Pengendalian HIV/AIDS Pengendalian HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika, dilakukan secara terpadu melalui Komisi Penanggulangan Kabupaten Mimika bersama anggotaanggotanya sesuai Surat Keputusan Bupati Mimika Nomor 110 Tahun 2010. Upaya pengendalian di Kabupaten Mimika pada tahun 2011, terfokus pada peningkatan pengetahuan dan penilaian perilaku risiko tertular HIV dan IMS di masyarakat, penyediaan layanan tes HIV terutama di daerah terpencil dan melakukan evaluasi sistem surveilans AIDS. Disamping itu pula fokus kegiatan pada tahun 2011, antara lain : menyelenggarakan kemitraan dengan lembaga teknis dan para lembaga adat serta agama, memfasilitasi pelaksanaan PERDA HIV/AIDS serta penguatan intervensi struktural kepada para pemilik industri hiburan malam terutama mendorong peran serta pemilik dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS bagi para pekerja seks. Adapun gambaran pelaksanaan program dan hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut : 2.1. Surveilans AIDS. Sebagiamana tujuan dari surveilans AIDS, yaitu mendeteksi kejadian luar biasa, mengetahui trend dan pola penularan HIV/AIDS serta menentukan besaran masalah berdasarkan orang, tempat dan waktu. Manfaat surveilans AIDS sama halnya juga dengan surveilans penyakit menular lainnya yaitu dari data yang diperoleh akan dianalisa dan selanjutnya disusun menjadi informasi yang kemudian dilanjutkan dengan intervensi. Tentu saja dalam pelaksanaan surveilans ini yang sangat dibutuhkan adalah keakuratan dan ketelitian data, ketepatan dan kelengkapan dari data yang diperoleh. Pada tahun 2011, telah dilakukan evaluasi terhadap sistem surveilan AIDS di Kabupaten Mimika dengan tujuan untuk meningkatkan mutu tingkat 8

kepercayaan dari data yang ditampilkan. Berdasarkan sistem surveilans AIDS yang telah dilakukan selama tahun 2011, maka situasi epidemi HIV dan AIDS dapat diuraikan sebagai berikut : Pada tahun 2011 telah ditemukan 360 kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika, dengan rincian jumlah stadium HIV positif (stadium tanpa gejala) berjumlah : 162 kasus (45%) dan kasus AIDS (stadium gejala) berjumlah : 198 kasus (55%). Dari keseluruhan kasus yang ditemukan, 98.88% penularan HIV terjadi melalui transmisi seksual pada kelompok heteroseksual dan 1.1 % penularan terjadi dari ibu HIV Positif ke anak. Menurut jenis kelamin, jumlah laki-laki yang terinfeksi HIV sebanyak 81 orang (54%) sedangkan perempuan berjumlah 69 orang (46%). Jumlah kasus HIV dan AIDS pada laki-laki di tahun 2011 meningkat sebesar 3.39% jika dibandingkan dengan tahun 2010, sedangkan pada perempuan mengalami penurunan sebesar 3 %. Jika ditinjau menurut kelompok umur, memberikan gambaran bahwa 289 (80.29%) kasus, didominasi oleh kelompok umur 20-39 tahun, setelah itu kelompok umur diatas 40 tahun berjumlah 37 kasus (10.28%) dan 34 kasus (9.44%) pada kelompok umur 18 bulan -19 tahun. Penemuan kasus menurut kelompok umur ini, jika dibandingkan dalam dua tahun terakhir (2009-2010), menunjukan adanya penurunan pada kelompok umur 18 bulan -19 tahun, yaitu 47 kasus di tahun 2009 turun menjadi 37 kasus di tahun 2010 dan 34 kasus di tahun 2011. sedangkan pada kelompok umur lainnya tetap mengalami peningkatan. Pencatatan dan pelaporan HIV dan AIDS (surveilens AIDS) telah ditambahkan pula variabel lama waktu domisili di Kabupaten Mimika. Operasional variabel terhadap lama domisili terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu penduduk dengan lama domisi kurang dari tiga tahun dinyatakan sebagai penduduk musiman/tidak tetap sedangkan penduduk dengan lama domisili sama dengan atau lebih dari tiga tahun dinyatakan sebagai penduduk tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat mengetahui seberapa besar pengaruh mobilitas penduduk terhadap penambahan kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika. Berdasarkan data yang diperoleh dalam dua tahun terakhir memberikan gambaran bahwa, jika pada tahun 2010 penemuan kasus HIV dan AIDS berjumlah 407 9

kasus, 93 orang (22%) merupakan penduduk musiman (bukan penduduk Mimika) sedangkan pada tahun 2011 ditemukan 178 orang (49.44%) dari temuan kasus tahun 2011. Tentu saja data ini memberikan makna bahwa peningkatakan kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika dipengaruhi juga oleh mobilitas penduduk yang datang ke Timika. Dengan bertambahnya kasus pada tahun 2011 ini maka kumulatif kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika dalam 15 tahun terakhir berjumlah 2,832 kasus. Fakta lain dari penemuan kasus HIV/AIDS adalah banyaknya infeksi penyerta yang memperburuk keadaan ODHA. Sejak Januari Desember 2011, penyakit pemyerta didominasi oleh TBC sebanyak 183 kasus (50.83%), sedangkan sejak bulan Agustus Desember, selain TBC ditemukan 88 kasus infeksi penyerta terbanyak pada ODHA, antara lain : sifilis sebanyak 21 kasus (23.86%), kandidiasis sebanyak 13 kasus (14.77%), Diare kronik sebanyak 10 kasus (11.36%), Hepatitis sebanyak 8 kasus (9%) dan Pneumonia sebanyak 6 kasus (6.8%). Guna menghentikan penularan HIV, salah cara yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan HIV pada calon pendonor darah. Persentase temuan infeksi HIV pada 4,439 darah donor di Kabupaten Mimika pada tahun 2011, ditemukan 111 darah yang tercemar HIV atau sebesar 2.5 %. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 maka secara rasio darah yang tercemar HIV mengalami penurunan 1.2 kali karena pada tahun 2010 lalu jumlah kantong darah yang tercemar HIV berjumlah 130 kasus dari 3,085 kantong darah. 2.2. Peningkatan Sarana Layanan HIV/AIDS di Kabupaten Mimika. Salah satu program prioritas yang dilakukan pada tahun 2011 untuk peningkatan sarana layanan HIV/AIDS di Kabupaten Mimika adalah menyediakan layanan HIV pada sembilan puskesmas di daerah terpencil dan sangat terpencil dengan menggunakan dana APBD Kabupaten Mimika Tahun 2011 yang bersumber dari dana Otonomi Khusus (OTSUS). Tujuannya adalah mendekatkan akses informasi HIV serta layanan pemeriksaan serta kesiapan puskesmas dalam memberikan pengobatan bagi masyarakat di daerah terpencil apabila secara laboratorium terdiagnosa HIV. Program ini juga dilakukan sebagai respon terhadap prevalensi HIV 2.4% pada populasi masyarakat umum. 10

Seusungguhnya kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2008 lalu oleh tim AIDS Kabupaten Mimika yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika. Namun dengan pertimbangan kelangsungan program maka program ini dilimpahkan kepada puskesmas. Dengan adanya sarana layanan HIV di puskesmas puskemas wilayah terpencil maka penduduk di daerah terpencil mendapat kesempatan yang sama dengan penduduk di perkotaan dalam memeriksakan HIV. Dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Nomor 443.2/HA/01/2011 Tentang Pembentukan Tim dan Pelayanan HIV di Puskesmas Daerah Terpencil. Sebagai gambaran lokasi dan hasil yang telah dicapai dari pelayanan HIV didaerah terpencil maka dapat ditunjukan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. Data Layanan Tes HIV oleh Puskesmas Daerah Terpencil Tahun 2011 NO Puskesmas Jumlah Penduduk yang Mengikuti Tes HIV dan Menerima Hasil Jumlah Ibu Hamil Yang Mengikuti Tes HIV dan Menerima Hasil Total Tes HIV Jumlah Penduduk Temuan HIV Positif Ibu Hamil HIV Positif Total Temuan Kasus 1 Atuka 423 52 475 2 2 4 2 Kokonao 203 43 246 1 1 2 3 Wakia 49 42 91 0 0 0 4 Potowayburu 21 33 54 0 0 0 5 Mapurujaya 55 37 92 0 0 0 6 Limau Asri 33 74 107 0 0 0 7 Ayuka 7 20 27 0 0 0 8 Agimuga 71 3 74 0 0 0 9 Jita 52 20 72 0 0 0 Total 914 324 1238 3 3 6 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, 2011 Data pada tabel.1. memberikan gambaran : Pelayanan HIV terutama informasi dan layanan tes HIV sudah dapat diterima oleh masyarakat di daerah terpencil. Puskesmas daerah terpencil telah mampu melaksanakan layanan HIV meskipun dengan sumber daya terbatas. Dengan adanya temuan kasus maka memberikan bukti bahwa HIV telah menyebar hingga wilayah terpencil dengan besaran kasus adalah 0.5% dari total penduduk yang menerima layanan dan pada ibu hamil adalah 0.9%. 11

sedangkan rata-rata persentase penduduk yang terinfeksi dari jumlah yang diperiksa menurut wilayah adalah 0.9%. Jika tahun 2010 lalu, jumlah fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan tes HIV sukarela di Kabupaten Mimika berjumlah 8 unit layanan, namun dengan adanya penambahan 9 unit layanan di wilayah terpencil maka sampai akhir tahun 2011, jumlah unit layanan kesehatan yang menyediakan layanan tes HIV sukarela berjumlah 17 unit layanan yang tersebar di 11 distrik/kecamatan yang ada di kabupaten Mimika. Dengan makin bertambahnya unit-unit layanan ini, diharapkan tidak hanya melakukan pendeteksian dini HIV namun juga semakin memperkuat layanan kesehatan untuk perawatan, dukungan dan pengobatan ODHA di Kabupaten Mimika. Layanan tes HIV terus meningkat dalam 7 tahun terakhir, ini dapat ditunjukan dalam grafik di bawah ini : 12000 Grafik.6. Jumlah Layanan Tes HIV Periode 2005-2011 di Kabupaten Mimika 11298 10000 10007 8000 Jumlah Orang Yang Menerima Layanan Tes HIV Lengkap Temuan Kasus Positif 6000 5183 4000 3591 2000 1615 1909 0 730 256 210 269 310 372 407 360 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sebagaimana grafik diatas memberikan gambaran bahwa : Dalam 7 tahun terakhir jumlah penduduk yang menerima pelayanan tes HIV lengkap berjumlah 34,333 orang dengan jumlah temuan infeksi HIV pada semua stadium adalah 2,184 kasus (6%). Jumlah layanan tes HIV di Kabupaten Mimika pada tahun 2011 meningkat antara 1-15 kali jika dibandingkan dengan jumlah layanan di tahun 2005-2010. sementara penemuan kasus (HIV dan AIDS) meskipun terlihat terjadi 12

penurunan, namun penurunan yang terjadi belum terlihat secara signifikan karena dipengaruhi oleh meningkatnya kasus AIDS. Dari total 11,298 orang yang menerima layanan HIV di tahun 2011, 2,306 orang (20.41%) adalah ibu hamil. Gambaran jumlah ibu hamil yang menerima layanan tes HIV lengkap adalah sebagai berikut : 2500 Grafik.7. Jumlah layanan dan Temuan HIV Pada Ibu Hamil di Kabupaten Mimika. 2298 2306 2000 1947 1500 1000 500 445 0 14 54 40 24 2008 2009 2010 2011 Ibu Hamil Yang Menerima VCT Lengkap Penemuan Ibu Hamil Terinfeksi HIV Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, 2011 Berdasarkan grafik.7. memberikan gambaran, bahwa : Partisipasi ibu hamil dalam mengikuti layanan tes HIV meningkatb pada empat tahun terakhir. Terjadi penurunan temuan infeksi HIV pada ibu hamil sebesar sampai 2 kali di tahun 2011 jika dibandingkan dengan temuan infeksi HIV pada tahun 2009-2010. Selain ibu hamil, kelompok terpantau dalam intervensi seperti pria pelangan dan pekerja seks pada tahun 2011, menunjukan adanya peningkatan layanan tes HIV. Jika pada tahun 2010, total layanan tes HIV sebanyak 10,007, kelompok para pekerja seks diantaranya yang menerima layanan tersebut sebanyak 6.68 % sedangkan pria 13

pelanggan sebanyak 15.91%. di tahun 2011 terjadinya peningkatan pada kedua kelompok ini, yaitu pekerja seks meningkat menjadi 9% sedangkan pria pelanggan meningkat menjadi 27.43%. 2.3. Kemitraan Berbasis Masyarakat. Kemitraan berbasis masyarakat merupakan program prioritas kedua dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS serta IMS di Kabupaten Mimika. Program ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan AIDS Komprehensif di masyarakat. Wilayah yang terpilih sebanyak 5 kelurahan, yaitu kelurahan Koperapoka, Kuala Kencana, Harapan, Kwamki dan Kelurahan Wania. Sedangkan jumlah kampung terpilih sebanyak 9 kampung yaitu : Kampung Inauga, Timika Jaya, Pomako, Kaugapu, Kadun Jaya, Bhintuka, Utikini, Jayanti dan Kampung Inamko. 14 kampung/kelurahan ini dipilih karena 75% kasus HIV dan AIDS dalam 15 tahun terakhir penduduknya berasal dari wilayah ini dengan rata-rata kasus sebanyak 133 kasus per tahun. Intervensi yang dilakukan melibatkan tokoh agama/adat dari wilayah setempat dengan tugas utamanya yaitu melakukan pengorganisasian masyarakat untuk menerima informasi HIV dan AIDS secara rutin sebanyak 2-3 kali setiap minggu dengan metode kelompok diskusi terarah Hasil yang telah dicapai dari kegiatan sebagaimana tabel 2 berikut ini. NO Tabel.2. Data Cakupan Intervensi Pengetahuan Penduduk - Tahun 2011. Kampung/Kelurahan Jumlah Penduduk Laki-Laki Yang Menerima Informasi Jumlah Penduduk Perempuan Yang Menerima Informasi Total Estimasi Penduduk Usia Subur Proporsi Cakupan Terhadap Penduduk 1 Wania Mapurujaya 49 44 93 336 28 2 Kaugapu 153 196 349 531 66 3 Inauga 139 113 252 7906 3 4 Koperapoka 161 89 250 11195 2 5 Kwamki 183 273 456 9225 5 6 Harapan 103 49 152 6260 2 7 Timika Jaya 67 47 114 4128 3 8 Wania Kuala Kencana 29 30 59 320 18 9 Bhintuka 119 87 206 1158 18 10 Utikini Baru 11 11 22 1182 2 11 Inamco 104 47 151 325 46 Total 1,118 986 2,104 42,565 5 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika,2011 14

Berdasarkan tabel.2. memberikan gambaran bahwa : 1. Total Cakupan penduduk untuk mengikuti intervensi hanya sebanyak 5% dari estimasi penduduk atau 2,104 penduduk, terdiri dari laki-laki 53.13% dan Perempuan 46.86%. 2. Jumlah cakupan program tertinggi berada pada kampung Kaugapu Distrik Mimika Timur dengan jumlah 66%, Kampung Inamco Distrik Kuala Kencana dengan persentase sebesar 46% dan Kampung Wania Mapurujaya Distrik Mimika Timur sebesar 28%. Dari 14 kampung yang diintervensi jumlah yang aktif sebanyak 11 kampung atau 79 %. 3. Terjadi gap sebesar 95% penduduk yang belum dijangkau dengan informasi. Selain cakupan yang dijadikan sebagai indikator hasil(output), indikator dampak (outcome) juga ditentukan, yaitu jumlah penduduk yang bersedia mengikuti tes HIV setelah menerima informasi. Jumlah kampung yang dilayani tes HIV sebagaimana pada tabel.3. Tabel.3. Data Kampung menurut wilayah Puskesmas Yang dilayani Tes HIV No Puskesmas Jumlah Kampung Nama Kampung Bhintuka, Inamco, Kuala Kencana, 1 Timika Jaya 7 Limau Asri, Wania Kuala Kencana, Kuala Kencana, Limau Asri 2 Timika 2 Kwamki dan Inauga 3 Mapurujaya 1 Wania Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011 Berdasarkan indikator dampak diperoleh jumlah penduduk yang bersedia mengikuti tes HIV berjumlah 445 orang yang tersebar di tiga wilayah puskesmas. Rincian penduduk menurut wilayah kerja puskesmas adalah : 15

Grafik. 8. Hasil layanan tes HIV Kemitraan Masyarakat 350 300 304 Laki-Laki Perempuan Total 250 200 168 150 136 120 100 60 60 50 0 16 21 5 PuskesmasTimika Jaya Puskesmas Timika Puskesmas Mapurujaya Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Data diatas memberikan gambaran bahwa : 1. Jumlah masyarakat yang menerima layanan sebanyak 445 orang atau 21% dari penduduk yang pernah diintervensi dengan jumlah penduduk terbanyak yang menerima layanan menurut wilayah puskesmas adalah penduduk di wilayah Timika Jaya sebanyak 68.31%, Penduduk di wilayah Puskemas Timika berjumlah 26.97% dan Penduduk di wilayah Puskesmas Mapurujaya berjumlah 4.72%. 2. Persentase penduduk yang mengikuti tes menurut jenis kelamin, yaitu perempuan sebanyak 54.83% sedangkan laki-laki sebanyak 45.17%. 3. Jumlah HIV positif yang ditemukan dari kegiatan ini berjumlah 7 kasus, yaitu 5 kasus di wilayah puskesmas Timika Jaya dan 2 kasus di wilayah puskesmas Timika. 4. persentase temuan HIV positif adalah : 1.6%, yang terdiri dari laki-laki adalah 2 % dari jumlah laki-laki yang diperiksa dan perempuan sebesar 1% dari jumlah perempuan yang diperiksa. Selain pemeriksaan HIV yang dilakukan, turut dinilai pula tingkat pengetahuan AIDS komprehensif dan perilaku seks berisiko pada masyarakat yang dilayani melalui 16

wawancara individual. Dari hasil wawancara tersebut memberikan gambaran sebagai berikut : Tabel.4. Riwayat penduduk yang pernah Menerima Informasi HIV/AIDS No Puskesmas Tidak Belum Pernah Menjawab Pernah Tidak Tahu Total 1 Timika Jaya 12(3.95%) 172(56.58%) 117 (38.49%) 3(0.99%) 304(100) 2 Timika 1(0.83%) 87(72.50%) 29(24.17%) 3(2.5%) 120(100) 3 Mapurujaya 21(100%) 0 0 0 21(100) TOTAL 34(7.64%) 259(58.20%) 146(32.81) 6(1.35) 445(100) Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Data pada tabel.4. menunjukan bahwa setengah dari penduduk yang dilayani mengaku pernah mendengar informasi HIV (58.20%). Penduduk yang paling banyak mendengar informasi HIV/AIDS yaitu penduduk yang berada di wilayah kerja puskesmas Timika. Sedangkan jumlah tertinggi penduduk yang belum pernah mendengar informasi HIV/AIDS adalah di wilayah puskesmas Timika Jaya. Seluruh penduduk yang tidak menjawab pertanyaan ini adalah penduduk yang berada di wilayah Puskesmas Mapurujaya. Yang perlu menjadi perhatian adalah 3 dari 10 penduduk mengaku belum pernah menerima informasi HIV/AIDS. Untuk mengetahui persepsi penduduk tentang tiga cara pencegahan HIV, yaitu tidak melakukan seks, setia kepada satu pasangan dan menggunakan kondom maka jawaban responden sebagaimana pada tabel.5. di bawah ini Tabel.5. Pendapat Responden Tentang Tiga cara utama pencegahan HIV/AIDS. No Puskesmas Tidak Setia pada Gunakan Tidak Seks Menjawab pasangan kondom Tidak Tahu Total 1 Timika Jaya 93(30.79) 8(2.63) 50(16.56) 88(28.95) 65(21.52) 304(100) 2 Timika 17(14.17) 13(10.83) 6(5) 28(23.33) 56(46.67) 120(100 3 Mapurujaya 0 0 1(4.76) 18(85.71) 2(9.56) 21(100) TOTAL 110(24.72) 21(4.72) 57(12.81) 134(30.11) 123(27.64) 445(100) Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011 Berdasarkan data pada tabel.5., menunjukan bahwa 30.11 % penduduk setuju jika cara pencegahan penularan HIV adalah menggunakan kondom sedangkan tidak melakukan seks hanya 4.72% dan 12.81% berpendapat bahwa setia pada pasangan adalah cara 17

pencegahan penularan HIV. Jumlah responden yang paling banyak setuju dengan pernyataan ini adalah responden yang berada di wilayah Puskesmas Mapurujaya. Pendapat lain yang menyatakan tidak tahu dan tidak menjawab, secara proprosi cukup besar bahkan hampir sama dengan pendapat responden yang menyatakan pengggunaan kondom dapat mencegah penularan HIV. Proporsi responden yang tidak tahu tentang tiga cara utama pencegahan HIV sebanyak 27.64% sedangkan yang tidak menjawab berjumlah 24.72%. persentase paling tinggi responden yang tidak tahu tiga cara utama pencegahan HIV menurut wilayah puskesmas adalah responden yang berada di wilayah puskesmas Timika dengan jumlah 46.67%. Selain pertanyaan tentang tiga cara utama pencegahan penularan HIV, maka pertanyaan lain yang diajukan kepada penduduk yang dilayani yaitu informasi seputar pengetahuan AIDS komprehensif yang merupakan indikator kunci MDGs, antara lain : pendapat responden bahwa HIV tidak dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, ODHA tidak dapat diketahui secara kasat mata, HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial dan pendapat responden bahwa kondom dapat mencegah penularan HIV. Adapun pendapat responden atau penduduk yang dilayani adalah sebagai berikut: Tabel.6. Pendapat responden Tentang Penularan HIV Melalui Gigitan Nyamuk. NO Puskesmas Tidak Ya Tidak Tahu TOTAL 1 Timika Jaya 197(64.8%) 46(15.13%) 61(20.07%) 304(100%) 2 Timika 45(37.50%) 48(40%) 27(22.5%) 120(100%) 3 Mapurujaya 21(100%) 0 0 21(100%) TOTAL 263(59.1%) 94(21.12%) 88(19.78%) 445(100%) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Tabel.6. menunjukan bahwa lebih dari separuh responden (58.1%) berpendapat bahwa HIV tidak dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Pendapat tertinggi menurut wilayah puskesmas adalah repsonden di wilayah puskesmas Mapurujaya diikuti oleh puskesmas Timika Jaya. Sedangkan responden yang belum memahami bahwa HIV tidak dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk adalah responden yang berada di wilayah puskesmas Timika (40%). 18

Tabel.7. Apakah ODHA Dapat Diketahui secara Kasat Mata. NO Puskesmas Tidak Ya Tidak Tahu TOTAL 1 Timika Jaya 229(75.33%) 17(5.59%) 58(19.08) 304(100%) 2 Timika 58(48.33%) 29(24.17%) 33(27.50%) 120(100%) 3 Mapurujaya 21(100%) 0 0 21(100%) TOTAL 308(69.21%) 46(10.35%) 91(20.45%) 445(100%) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Sebagaimana data pada tabel.7. bahwa responden yang berpendapat bahwa ODHA tidak dapat diketahui dengan kasat mata kecuali melalui pemeriksaan darah sebesar 69.21%. menurut jumlah responden yang menjawab secara benar tentang pernyataan ini adalah responden di wilayah puskesmas Mapurujaya (100%), diikuti oleh Puskesmas Timika Jaya (75.33%). sedangkan responden di wilayah puskesmas Timika yang menjawab besar tentang pernyataan ini hanya separuh (48.33%), sebaliknya banyak yang belum memahami hal ini. Tabel.8. Apakah HIV dapat Ditularkan Melalui Kontak Sosial NO Puskesmas Tidak Ya Tidak Tahu Total 1 Timika Jaya 202(66.45%) 38(12.50) 64(21.05) 304(100%) 2 Timika 56(46.67%) 39(32.50) 25(20.83) 120(100%) 3 Mapurujaya 21(100%) 0 0 21(100%) TOTAL 279(62.70%) 77(17.30) 89(20%) 445(100%) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Pada tabel.8. menunjukan bahwa 6 dari 10 orang setuju bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial. Pendapat terbanyak yaitu responden di wilayah puskesmas Mapurujaya (100%) dan puskesmas Timika Jaya (66.45%). Sedangkan responden yang berpendapat salah terbanyak di wilayah puskesmas Timika. Tabel. 9. Pendapat Responden Bahwa Kondom Dapat Mencegah Penularan HIV. NO Puskesmas Tidak Ya Tidak Tahu Total 1 Timika Jaya 15(4.93%) 224(73.68%) 65(21.38%) 304(100%) 2 Timika 23(19.17%) 64(53.33%) 33(27.50%) 120(100%) 3 Mapurujaya 1(4.76%) 20(95.24%) 0 21(100%) Total 39(8.76%) 308(69.21%) 98(22.02) 445(100%) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. 19

Pertanyaan terakhir yang disampaikan kepada responden, adalah salah satu cara mencegah penularan HIV yaitu menggunakan kondom. Sebagaimana tabel.9. memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden setuju bahwa salah satu cara mencegah terjadinya penularan HIV yaitu dengan menggunakan kondom (68.21%). Dari keempat indikator MDGs tentang pengetahuan AIDS komprehensif dapat simpulkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan komprehensif mencapai 65.06%, dengan tingkat pengetahuan penduduk yang dilayani rata rata berjumlah 98.81% di wilayah puskesmas Mapurujaya, 70.07% penduduk yang dilayani oleh puskesmas Timika Jaya dan 46.45% pada penduduk yang dilayani oleh puskesmas Timika. Hasil riset kesehatan dasar di Indonesia melaporkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan AIDS komprehensif penduduk di Provinsi Papua sebesar 55%, ini berarti dalam populasi yang kecil menunjukan bahwa pengetahuan penduduk yang dilayani 10% lebih besar dari hasil riset kesehatan tersebut. Selain mengukur tingkat pengetahuan, faktor lain yang dinilai adalah perilaku risiko tertular HIV dan penyakit kelamin. Beberapa pertanyaan kunci yang diajukan kepada penduduk guna mengukur tingkat perilaku risiko, antara lain : riwayat hubungan seks dengan pasangan lain, waktu hubungan seks dengan pasangan lain dan penggunaan kondom waktu melakukan hubungan seks dengan pasangan lain. Berdasarkan tiga pertanyaan tersebut maka diperoleh gambaran perilaku penduduk tabel 10. berikut ini : Tabel. 10. Data Riwayat Hubungan Seks Terakhir dengan Pasangan Tidak Tetap. NO Puskesmas Tidak Pernah Pacar PSK Calon Suami/Istri Tidak Menjawab Total 1 Timika Jaya 210(69.08%) 50(16.45%) 21(6.91%) 21(6.91%) 2(0.66%) 304(100%) 2 Timika 75(62.50%) 37(30.83%) 5(4.17%) 1(0.83%) 2(1.67%) 120(100%) 3 Mapurujaya 16(76.19%) 1(4.76%) 1(4.76%) 2(9.52%) 1(4.76%) 21(100%) Total 301(67.64%) 88(19.78%) 27(6.07%) 24(5.39) 5(1.12%) 445(100%) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Definisi dari riwayat hubungan seks terakhir dengan pasangan seks tidak tetap supaya dapat menjelaskan data-data pada tabel.10. adalah banyaknya responden yang mengaku pernah melakukan hubungan seks bukan dengan pasangan tetap (suami atau istri) pada periode waktu tertentu. Berdasarkan data diatas maka memberikan gambaran bahwa : riwayat seks terakhir bukan dengan pasangan tetap yang dominan adalah melakukan 20

hubungan seks dengan pacar sebanyak 19.78%, melakukan hubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) sebanyak : 6.07%) dan hubungan seks dengan calon suami/istri sebanyak 5.39%. jika ditinjau menurut wilayah maka hubungan seks dengan pacar paling dominan berada di wilayah puskesmas Timika (30.83%), sedangkan hubungan seks dengan PSK paling dominan ada pada responden yang dilayani oleh puskesmas Timika Jaya (6.91%). Tabel. 11. Riwayat Hubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Menurut Periode Waktu. NO Pasangan Seks Terakhir Tidak Pernah 0-6 Bulan 7-11 Bulan 1-3 Tahun 3 > Tahun Tidak Menjawab Total 1 Tidak 300(99.67%) 0 0 0 0 1 (0.33%) 301(100%) 2 Pacar 1(1.14%) 30(34.09%) 19(21.59) 13(14.77%) 16(18.18%) 9(10.23%) 88(100%) 3 PSK 0 4(14.81%) 5(18.52%) 7(25.93%) 11(40.74%) 0 27(100%) 4 Calon Suami/Istri 6(25%) 3(12.50%) 9(37.5%) 1(4.17) 2(8.33%) 3(12.50%) 24(100%) 5 Tidak Menjawab 1(20%) 1(20%) 0 1(20%) 1(20%) 1(20%) 5(100%) Total 308(69.21%) 38(8.54%) 33(7.42%) 22(4.94%) 30(6.74%) 14(3.15%) 445(100%) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Riwayat seks terakhir dengan pasangan tidak tetap menurut periode waktu sebagaimana tabel. 11. menunjukan bahwa periode waktu yang dominan adalah periode waktu kurang dari 1 tahun, yaitu 0-6 bulan (8.54%) dan 7-11 bulan (7.42%). Jika ditinjau pasangan seks terakhir menurut periode waktu maka yang dominan adalah hubungan seks dengan pacar dengan kurun waktu 0-6 bulan, sedangkan hubungan seks dengan PSK yang dominan adalah kurun waktu lebih dari 3 tahun (40.74%) dan hubungan seks dengan calon suami / istri yang dominan adalah periode waktu antara 7-11 bulan. Dari riwayat responden yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap jika ditinjau menurut kesadaran penggunaan kondom, maka dapat dilihat pada grafik berikut ini. 21

Grafik.9. Persentase Penggunaan Kondom pada Hubungan seks dengan pasangan tidak tetap 100 90 80 73.86 Tidak Ya 75 70 Persentase 60 50 40 44.44 55.56 30 20 26.14 25 10 0 Pacar (n=88) PSK (n=27) Calon Suami/Istri (n=24) Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Grafik.9. memberikan gambaran bahwa rata-rata responden yang tidak menggunakan kondom pada hubungan seks dengan pasangan seks tidak tetap sebesar 64.43 % sedangkan persentase penggunaan kondom hanya mencapai 35.57%. yang paling dominan tidak menggunakan kondom adalah hubungan seks dengan calon suami/istri dan pacar. Sedangkan penggunaan kondom tertinggi yaitu hubungan seks dengan PSK. Berdasarkan data-data tentang perilaku responden yang dilayani pada wilayah intervensi maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden berbanding terbalik terbalik dengan perilaku responden meskipun jumlah tidak lebih dari separuh responden yang dilayani. Artinya bahwa perilaku risiko tertular HIV dan penyakit menular seksual pada penduduk yang dilayani masih cukup tinggi. 2.4. Program Promosi Kondom. Program promosi kondom merupakan, salah satu program pengendalian HIV dan penyakit menular seksual yang telah dilakukan dalam 7 tahun terakhir. Pada akhirnya program ini menjadi program wajib yang sama dengan penyediaan layanan tes HIV maupun layanan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA karena faktor penularan terbesar HIV di Kabupaten Mimika adalah melalui jalur hubungan seksual baik pada pekerja seks maupun pada populasi masyarakat umum. 22

Hasil yang harapkan dari program ini yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom pada setiap hubungan seksual dengan pasangan tidak tetap yang berisiko. Untuk mencapai hasil akhir tersebut maka, beberapa langkah-langkah program yang dilakukan adalah, melakukan sosial promosi penggunaan kondom. Selain sosial promosi yang dilakukan, upaya lainnya adalah, mendekatkan akses kondom di masyarakat (pekerja seks dan masyarakat ) serta melaksanakan advokasi agar program promosi kondom dapat diterima oleh masyarakat. Kegiatan kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2011, melalui kerjsama dengan berbagai pihak, seperti dinas/instansi terkait, lembaga swasta peduli AIDS, para pemilik tempat hiburan dan para pekerja seks serta tokoh agama, tokoh masyarakat kegiatan promosi kondom terus ditingkatkan. Beberapa hasil yang telah dicapai pada tahun 2011, adalah sebagai berikut : 50 Grafik.10. Jumlah Outlet Kondom di Kabupaten Mimika 40 41 33 30 20 10 0 2010 2011 Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Pada tahun 2011, ditambahkan 8 outlet kondom yaitu pada pangkalan ojek/taxi, dan puskesmas wilayah terpencil sehingga jumlah outlet kondom di Kabupaten Mimika berjumlah 41 outlet. Jumlah kondom yang terdistribusi dan yang diakses oleh masyarakat termasuk pekerja seks menurut outlet adalah sebagaimana grafik.11. 23

Grafik.11. Kondom Terdistribusi dan diakses oleh Masyarakat 60,000 53,559 50,000 Kondom Terdistribusi Kondom yang diakses 40,000 37,789 30,000 26,760 26,943 22,421 20,000 17,851 10,000 5,087 8,926 6,048 6,048 5,496 5,496 - Lokalisasi Bar/Karaoke & Panti Pijat Puskesmas & RSUD Klinik/RS Swasta Tokoh Adat/Agama 720 576 1,296 1,296 Waria Pangkalan Ojek/Taxi Sumber :Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika, 2011. Kegiatan Kampanye Secara keseluruhan, jumlah kondom yang terdistribusi pada tahun 2011 berjumlah 145,180 biji kondom dimana 6.25% diantaranya adalah kondom perempuan. Sedangkan kondom yang diakses berjumlah 81,132 biji kondom. Pada tahun 2010 lalu jumlah kondom yang terdistribusi berjumlah 93,585 dan yang kondom yang diakses berjumlah 51,587 biji kondom (55.12%) dan pada tahun 2011 proporsi kondom yang diakses dari yang terdistribusi sebesar 56% atau meningkat hanya sebesar 0.88%. Berdasarkan data diatas program promosi kondom yang ada memberikan bahwa : Kondom telah dapat diterima di masyarakat terutama dengan terlibatnya peran masyarakat terutama tokoh adat dan agama. Jumlah outlet yang tersedia sebagian besar telah mencakup kelompok risiko tinggi yang berada di lokalisasi, bar/karaoke dan panti pijat. Dapat dikatakan tingkat penggunaaan kondom dilokalisasi sebesar 50% oleh karena data kondom yang terdistribusi dan terpakai melalui suatu sistem pencatatan pelaporan rutin (mingguan) 24

Jika dibandingkan dengan tahun 2010, terjadi peningkatan akses kondom meskipun tidak terlalu signifikan, yaitu dari 55.12% naik menjadi 56% (0.88%). Sumber penyedia kondom yang tersedia selama tahun 2011 berasal dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Departemen Public Health dan Malaria Control PT. Freeport Indonesia. Jika rinci, maka 62.82% bersumber dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan 37.18% dari Departemen Public Health dan Malaria Control PT. Freeport Indonesia. Selain kondom, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional juga menyediakan pelumas kondom (lubricant). Pada tahun 2011 pelumas kondom yang terdistribusi sebanyak 12,161 biji dan yang diakses sebanyak 11,070 atau 91.02%. 2.5. Kegiatan Penunjang Lainnya. Dengan menggunakan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Mimika Tahun 2011, Komisi Penanggulangan AIDS juga melakukan kegiatan-kegiatan penunjang selain program prioritas diatas, antara lain : Menyelenggarakan Survei Perilaku Pada Remaja SMA di Kabupaten Mimika Memberi dukungan kepada Forum Pemuda Peduli HIV/AIDS Kabupaten Mimika. Mendukung kegiatan sosialisasi berbasis gereja. Mendukung kegiatan Penerapan PERDA HIV/AIDS di Kabupaten Mimika. Menyediakan bahan nutrisi bagi ODHA. Bahan nutrisi yang tersedia bersumber dari Dinas Kesejahteraan Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Mimika. Koordinasi logistik dan bahan pemeriksaan HIV dan IMS yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Memfasilitasi pertemuan refreshing bagi tenaga konselor di Kabupaten Mimika sekaligus memfasilitasi pembentukan organisasi Persatuan Konselor VCT HIV Indonesia (PKVHI) Kabupaten Mimika. Memfasilitasi pelatihan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi tenaga kesehatan di klinik swasta. Mendukung kegaiatan kampanye HIV berbasis masyarakat di Distrik Mimika Tengah. Bekerjasama dengan Pemerintahan Distrik Tembagapura dalam penyediaan bahan nutrisi bagi ODHA di wilayah Banti. 25

Melaksanakan kegiatan supervisi dan monitoring dan evaluasi bagi pelaksanaan program penanggulangan AIDS di Kabupaten Mimika. Menyelenggarakan kegiatan kampanye, antara lain : Malam Renungan AIDS Nasional dan Hari AIDS Sedunia tahun 2011. Dukungan Tim Layanan CD4 RSUD Mimika Dukungan layanan tes HIV 9 puskesmas daerah terpencil Dukungan Tim AIDS RS Bantuan AD. 2.6. Kemitraan Sebagai lembaga koordinasi maka dalam pelaksanaan program tahun 2011, Komisi penanggulangan AIDS Kabupaten Mimika melakukan kemitraan atau bekerjasama dengan beberapa lembaga/instansi yang juga merupakan anggota Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten, antara lain : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika Dinas Kesejahteraan Sosial dan Tenaga Kerja. Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintahan Distrik Mimika Baru, Mimika Timur, Tembagapura, Mimika Barat dan Mimika Tengah. RSUD Mimika RS. Mitra 26

Bagian Ketiga Penutup 3.1. Kesimpulan. Berdasarkan data-data yang telah disampaikan maka simpulannya adalah : 1. Peningkatan jumlah ODHA terutama pada stadium AIDS yang sangat signifikan terutama jumlah ODHA baru yang masuk dalam perawatan HIV. Dan jika dibandingkan dengan jumlah kematian maka keduanya meningkat secara bersamaan dalam periode yang sama pula. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah ODHA baru yang menerima layanan pengobatan maupun layanan penunjang lainnya seperti pemeriksaan CD4. 2. Penerapan PERDA HIV/AIDS memungkinkan untuk menurunkan kasus IMS dan meningkatkan penggunaan kondom terutama pada pekerja seks. Selain itu pula keikutsertaan para pemilik tempat hiburan dan konsistensi ketersediaan kondom dan distribusi dapat membantu mengendalikan penularan HIV dan penyakit kelamin. 3. Adanya indikasi mulai menurunnya infeksi HIV baru yang dapat dibuktikan dengan jumlah temuan HIV pada stadium tanpa gejala, temuan HIV positif pada skrining darah donor dan temuan HIV pada ibu hamil, meskipun jumlah orang yang mengikuti testing HIV maupun diskrining meningkat. 4. Tingkat pengetahuan AIDS komprehensif pada masyarakat diatas rata-rata angka nasional tetapi perilaku seks berisiko masih cukup tinggi. 3.4. Rekomendasi. Sebagaimana kesimpulan yang ada maka, yang perlu dilakukan sebagai bahan rekomendasi, adalah : 1. Program prioritas sampai akhir masa RENSTRA adalah meningkatkan mutu program perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA termasuk program mitigasi. 2. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program untuk penerapan PERDA HIV/AIDS temasuk mendorong partisipasi para pemilik industri seks dan pekerjanya dalam upaya pengendalian HIV dan IMS. 27

3. Meningkatkan cakupan layanan tes HIV sebagai upaya pendeteksian dini dalam rangka penjaringan kasus supaya dapat memastikan besaran masalah (trend) infeksi di populasi masyarakat. 4. Meningkatkan koordinasi dalam rangka peningkatan pengetahuan penduduk tentang HIV sehingga dapat berdampak pada menurunnya perilaku risiko di masyarakat. 5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program agar pelaksanaan penanggulangan dapat dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. 6. Meningkatkan promosi penggunaan kondom pada penduduk yang berisiko serta meningkatkan kualitas skrining darah donor terhadap HIV. 28