IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU A. PROFIL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu. Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Selatan menjadi Propinsi didalam Negara Republik Indonesia. Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang
92 diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja. Kabupaten Ogan Komering Ulu termasuk salah satu dari lima belas Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Selatan yang berada di sebelag Selatan dengan jarak sekitar 200 Km dari Ibu Kota Propinsi. Luas wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu menurut undang-undang nomorr 13 tahun 2003 tentang Pembentukan kabupaten OKU Timur, OKU Selatan, dan Ogan Ilir adalah 4.797,06 Km 2.
93 Sementara menurut data Ogan Komering Ulu dalam angka tahun 2010 yang mengacu pada pemetaan BPN Kabupaten Ogan Komering Ulu, luas kabupaten Ogan Komering Ulu meliputi 361,760 Ha. Kabupaten Ogan Komering Ulu secara geografis terletak diantara 103 0 25-104 0 50 Bujur Barat dan 3 0 40 sampai dengan 4 0 55 Lintang Selatan. Selain terletak di sebelah selatan Propinsi Sumatera selatan, kabupaten ini juga terletak di tengah tata letak bagian Timur dan Barat Pulau Sumatera. Posisi lain yang dipandang strategis adalah dilaluinya Kota Baturaja Oleh Jalan Lintas Tengah Trans Sumatera yang menghubungkan provinsi Lampung dengan provinsi Bengkulu, dan dilewati jaringan Rel Kereta Api dari Lampung menuju Palembang atau sebaliknya. Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu diantara Kabupaten lain di Provinsi Sumatera Selatan adalah: a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rambang dan Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim dan Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan; b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang, Kecamatan Muaradua, Kecamatan Buay Sandang Aji, Kecamatan Buay Runjung, Kecamatan Kisam Tinggi dan Kecamatan Muaradua Kisam Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan;
94 c) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kecamatan Semendo Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung dan Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan; d) Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Lampung Kecamatan Cempaka, Kecamatan Madang Suku I, Kecamatan Madang Suku II, Kecamatan Buay Pemuka Peliung dan Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan.
95 Sejak tahun 1949 hingga saat ini pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ulu telah 16 kali berganti kepemimpinan, kepemimpinan tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2. Daftar Nama Pemimpin Kabupaten Ogan Komering Ulu No Nama Bupati Masa Jabatan 1 M. Said 1949-1950 2 Nawawi 1950-1952 3 Aziz 1952-1954 4 Mustofa 1954-1956 5 Saleh 1956-1958 6 Harum 1958-1962 7 Usman Raden Mangku 1962-1963 8 Rusman Effendi Rustam 1963-1968 9 M. Muhammad Muslimin 1968-1979 10 HM Saleh Hasan, SH 1979-1989 11 Drs. H. Mulkan Aziman 1989-1994 12 Amiruddin Ibrahim 1994-1999 13 H. Rosihan Arsyad 1999-2000 14 Ir. Syahrial Oesman, MM. 2000-2002 15 Eddy Yusuf, SH., MM. 2002-2008 16 Drs. Yulius Nawawi 2008 s/d Sekarang Sumber: Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu 2010, hal 2 Pada awal tahun 2005, secara administratif wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu hanya terdiri atas 9 kecamatan, 130 desa, 4 desa persiapan, dan 3 kelurahan. Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka sampai dengan akhir tahun 2013, wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu telah
berkembang menjadi 12 kecamatan, 14 kelurahan, dan 143 desa. Persebaran desa dan kelurahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 96 Tabel 3. Data Desa dan Kelurahan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Berdasarkan Kecamatan Jumlah Desa dan No Kecamatan Luas Kelurahan (Km 2 ) 1 Baturaja Barat 117.40 7 Desa 5 Kelurahan 2 Baturaja Timur 109.96 4 Desa 9 Kelurahan 3 Sosoh Buay Rayap 375.00 11 Desa 4 Pengandonan 249.00 12 Desa 5 Peninjauan 914.68 24 Desa 6 Semidang Aji 714.00 21 Desa 7 Ulu Ogan 600.00 7 Desa 8 Lubuk Batang 747.00 15 Desa 9 Lengkiti 481.06 21 Desa 10 Lubuk Raja 68.71 5 Desa 11 Sinar Peninjauan 85.32 6 Desa 12 Muara Jaya 334.93 7 Desa JUMLAH 143 Desa 14 Kelurahan Sumber: Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu 2010. Rata-rata klasifikasi desa yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan desa agraris. Desa agraris merupakan desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah dengan cara bertani dan berkebun. Hal ini didukung oleh potensi yang dimiliki desa yang memang rata-rata terdiri dari sawah, dan lahan ladang. Meskipun Kabupaten Ogan Komering Ulu dilalui oleh sungan besar (yaitu sungai Ogan) akan tetapi masyarakat tidak begitu menggantungkan hidupnya pada potensi tersebut.
97 Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu yang tersebar pada berbagai kelurahan dan desa di atas mencapai 394.029 jiwa, terdiri 202.322 laki-laki dan 191.707 perempuan. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Baturaja Timur, selanjutnya Kecamatan Peninjauan. Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (Jiwa LAKI-LAKI ) PEREMPUA JUMLAH (Jiwa) Baturaja Timur 55.321 N 53.362 108.683 Baturaja Barat 20.028 19.404 39.432 Lubuk Batang 16.806 15.905 32.711 Peninjauan 26.236 24694 50.930 Semidang Aji 15.765 14.772 30.537 Pengandonan 5.432 5.305 10.737 Ulu Ogan 5.243 4.902 10.145 Muara Jaya 3.917 3.637 7.554 Lengkiti 16.751 15.267 32.018 Sosoh Buay Rayap 7.642 7.112 14.754 Sinar Peninjauan 12.165 11.403 23.568 Lubuk Raja 17.017 15.944 32.960 JUMLAH 202.322 191.707 394.029 Sumber: Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu 2010 Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada sejulah masyarakatnya tersebut Kabupaten Ogan Komering Ulu dilengkapi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 17 dinas, 14 lembaga teknis, dan 3 lembaga teknis kantor.
B. GAMBARAN UMUM MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU 98 Pengisian jabatan sekretaris desa oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Ogan Komering Ulu secara resmi telah dilakukan sejak disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sejak tahun 2007 secara bertahap telah ada 91 sekretaris desa yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, namun saat ini tinggal 54 desa yang posisi sekretaris desanya masih berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Hal ini dikarenakan banyak mutasi yang dilakukan sekretaris desa ke instansi lain dengan berbagai alasan. Padahal, seharusnya sekretaris desa boleh mutasi setelah enam tahun mengabdi di desa. Secara pasti, perubahan status sekretaris desa menjadi Pegawai Negeri Sipil menimbulkan pro dan kontra diberbagai kalangan. Terlepas dari persoalan pro kontra tersebut, secara umum di Kabupaten Ogan Komering Ulu pasca pengangkatan sekretaris desa sebagai Pegawai Negeri Sipil, manajemen pemerintahan desa baik dari aspek pola komunikasi pemerintahnya, sumber daya manusia, hingga ke kinerja pemerintahan desa dapat digambarkan sebagai berikut.
99 Pola komunikasi merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu organisasi. Melalui pola komunikasi yang baik, miss understanding diantara penyelenggara organisasi akan semakin kecil dan pastinya akan berdamoak positif bagi penyelenggaraan tujuan organisasi tersebut, tak terkecuali organisasi pemerintahan desa. Berbagai faktor memang berperan besar dalam pola komunikasi tersebut. Secara umum, pola komunikasi yang terjadi antara penyelenggara pemerintahan desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah komunikasi secara verbal. Artinya, penyampaian informasi dilakukan secara langsung melalui lisan oleh aparatur pemilik informasi kepada aparatur yang lain. Tidak banyak komunikasi non verbal yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Sarana pendukung komunikasi yang kurang menjadikan antara kepala desa, sekretaris desa, dan perangkat desa lainnya hanya berkomunikasi jika akan adanya kegiatan-kegiatan tertentu saja. Interaksi diantara mereka pun jarang terjadi diarenakan ketiadaan kantor desa di sebagian besar desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Akibatnya, koordinasi dan komunikasi antara pemerintah desa sering tersumbat atau tidak optimal. Selain pola komunikasi, manajemen pemerintahan juga meliputi kondisi sumber daya manusia dan kinerja yang menjadi output penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Secara umum, sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa di desa Tanjung Baru jika dilihat dari aspek pendidikan sudah relatif baik, kepala desa dan sekretaris desa Tanjung Baru telah mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi (S1), meski masih terdapat
100 beberapa perangkat desa yang hanya sampai pada pendidikan menengah pertama. Berbeda dengan kondisi sumber daya manusia di desa Tanjung Baru, kepala desa dan sekretaris desa di desa Raksa Jiwa dan Batang Hari saat ini masih dengan latar belakang pendidikan menengah atas. Sedangkan untuk perangkat desa lainnya di kedua desaini, masih ada yang berpendidikan sekolah dasar. Selain tingkat pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari keahlian yang dimiliki. Baik keahlian dalam penyelenggaraan tugas, maupun keahlian yang menjadikan individu tersebut memiliki kemampuan berbeda dari yang kebanyakan. Secara umum, keahlian yang dimiliki oleh penyelenggara pemerintahan desa di ketiga desa tersebut masih relatif kurang atau dengan kata lain masih membutuhkan bimbingan dari pihak terkait guna peningkatan keahlian penunjang profesi mereka, seperti peningkatan kemampuan dalam operasional teknologi komputer yang jelas berpengaruh besar terhadap kinerja administratif sekretaris desa. Berbicara mengenai kinerja, banyak hal yang memberikan pengaruh terhadap kinerja seorang individu maupun organisasi. Termasuk pola komunikasi dan sumber daya manusia juga memberikan pengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa. Kinerja merupakan kualitas hasil kerja. Secara umu kinerja aparatur pemerintah desa Tanjung Baru, Raksa Jiwa, dan Batang Hari belum dapat dikatakan profesional. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai hal yang belum terlaksana dengan baik di ketiga desa tersebut.
101 Seperti belum tertatanya administrasi desa yang baik sesuai dengan peraturan perundangan yang ada. Pelayanan yang dilakukan terbagi di tempat yang berbeda dan pelayanan belum terjadwal secara profesional, keseluruhan bersifat sangat fleksibel tergantung waktu yang dimiliki aparatur dan masyarakat. Hal ini memang lazim terjadi di desa, mengingat rasa kekeluargaan yang masih begitu kental yang menyebabkan pelayanan tidak harus mengenal jam kerja tertentu.