I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Kedaton Kodya, daerah tingkat II Bandar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan. 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan

BAB I PENDAHULUAN. a. Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 633 KK b. Jumlah KK miskin : 196 KK

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Jumlah penduduk Kelurahan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2007

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

I. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

BAB III STRATIFIKASI PENDIDIKAN DAN SIFAT GOTONG ROYONG DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2006

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. KecamatanTampankotaPekanbaruadalahsalahsatudari 12 Kecamatan

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DALAM PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 7 TAHUN 2009

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal tersebut mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat. Masyarakat Indonesia yang majemuk merupakan suatu anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang harus terus dilestarikan sebagai asset bangsa yang tidak ternilai harganya, namun disisi lain keberagaman masyarakat Indonesia dianggap sebagai bom waktu yang siap meledak kapan saja menjadi sebuah konflik yang saat ini mulai luntur rasa solidaritas masyarakat dan jiwa nasionalisme. Kemajemukan masyarakat Indonesia pada dasarnya berada di bawah naungan sistem nasional dan kebudayaan nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Masyarakat yang bersifat majemuk secara struktural memiliki subkebudayaan yang bersifat perbedaan (diverse), perbedaan-perbedaan antara suku bangsa, bahasa, agama, adat dan kedaerahan. Menurut Andreas Soeroso (2008 : 130) masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas

dua atau lebih kelompok sosial atau yang hidup berdampingan di dalam satu ikatan politik tanpa ada pencampuran. Maksud dari pendapat tersebut bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah politik atau negara memiliki berbagai perbedaan, baik menyangkut suku bangsa atau etnis, ras atau warna kulit, bahasa dan kebudayaan, agama atau sistem keyakinan, maupun pekerjaan. Perbedaan-perbedaan tesebut diakui sebagai perbedaan dan dianggap setara antara satu dengan yang lainnya. Bangsa dan negara yang dibangun dari masyarakat yang majemuk dan sungguhsungguh bertekad untuk membangun masa depan secara bersama dengan terlepas dari berbagai perbedaan etnik dan agama atau dari ikatan kesetiaan yang melekat sejak lahir terhadap suku daerah kelahirannya yang dapat disebut dengan nasionalisme. Nasionalisme dibangun dari semangat rakyat untuk bersatu, menurut Chotilo dan Djazuli (2007 : 24) menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham untuk menciptakan bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa nasionalisme adalah bertujuan pada terciptanya persatuan dan kesatuan warga negara yang memiliki rasa solidaritas atau menanamkan nilai-nilai kebersamaan terhadap bangsanya yang akan menimbulkan rasa senasib sepenanggungan. Rasa nasionalisme harus ditanamkan secara mendalam dan berkesinambungan pada masyarakat Indonesia, mengingat masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan dan

agama/kepercayaan yang sangat rawan terhadap terjadi perpecahan. Rendahnya pemahaman tentang rasa nasionalisme yang berubah menjadi fanatisme membuat suatu komunitas mudah tersulut emosi ketika suatu kelompok lain/pihak ketiga secara sengaja atau tidak sengaja merendahkan sistem nilai, kepercayaan dan kebudayaan dari konflik yang terjadi (Paradocs Conflic ). Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung merupakan suatu gambaran masyarakat yang majemuk karena di dalam masyarakatnya terdiri dari berbagai komunitas masyarakat yang beranekaragam etnik dan agama. Hal ini disebabkan karena desa Tanjung Baru dahulunya adalah salah satu daerah tujuan transmigrasi khususnya penduduk dari pulau Jawa. Luas desa Tanjung Baru sekitar 891 hektar dan letak geografisnya yang berada di pinggiran kota besar merupakan daya tarik penduduk untuk menetap disana, karena mudah mengakses tempat kerja atau aktivitas lain yang berada di kota. Masyarakat desa Tanjung Baru memiliki keanekaragaman suku dan agama/kepercayaan. Jenis-jenis suku yang terdapat di desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung antara lain suku kebudayaan Tionghoa, suku Betawi, suku Batak, suku Padang, suku Banten, suku Palembang, suku Sunda, suku Lampung dan suku Jawa, sedangkan jenis-jenis keanekaragaman agama/kepercayaannya antara lain agama Islam, agama Kristen Protestan, agama Kristen Katholik, agama Hindu, agama Budha. Berikut data keberagaman suku di desa Tanjung Baru antara lain : Tabel 1. Data penduduk menurut jenis suku di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung Tahun 2010. No Jenis Suku Bangsa Kepala Keluarga (KK) Per Rukun Tetangga (RT) Jumlah (KK)

001 002 003 004 005 1. Tionghoa 5 11 19 4 2 41 KK 2. Betawi 19 10 5 24 3 61 KK 3. Batak 12 14 17 11 7 61 KK 4. Padang 20 15 19 23 8 85 KK 5. Banten 15 22 27 10 23 97 KK 6. Palembang 37 30 29 23 18 137 KK 7. Sunda 33 38 39 37 23 170 KK 8. Lampung 41 34 45 34 27 181 KK 9. Jawa 58 46 53 28 21 206 KK Jumlah 240 220 253 194 132 1.039 KK Sumber : Data Primer Kantor Kelurahan Desa Tanjung Baru Tahun 2010 Tabel di atas menjelaskan bahwa di desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung terdapat 9 (sembilan) jenis suku bangsa dan 5 (lima) rukun tetangga (RT) dengan jumlah 1.039 kepala keluarga (KK), yang dapat diketahui menurut jenis suku antara lain terdapat 41 KK dari kebudayaan/suku Tionghoa, 61 KK dari suku Betawi, 61 KK dari suku Batak, 85 KK dari suku Padang, 97 KK dari suku Banten, 137 KK dari suku Palembang, 170 KK dari suku Sunda, 181 KK dari suku Lampung, dan 206 KK dari suku Jawa, sedangkan keberagaman agama/kepercayaan di desa Tanjung Baru antara lain : Tabel 2. Data penduduk menurut jenis agama/kepercayaan di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung Tahun 2010. No Jenis Agama Penganut/Kepercayaan Per Rukun Tetangga (RT) Jumlah (KK) 001 002 003 004 005 1. Islam 142 87 147 88 95 559 KK 2. Kristen Protestan 30 41 38 29 12 150 KK 3. Kristen Katholik 35 48 22 31 10 146 KK 4. Budha 21 20 29 18 9 97 KK 5. Hindu 12 24 17 28 6 87 KK Jumlah 240 220 253 194 132 1.039 KK Sumber : Data Primer Kantor Kelurahan Desa Tanjung Baru Tahun 2010 Tabel di atas menjelaskan bahwa di desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung terdapat 5 (lima) penganut/kepercayaan dan 5 (lima) rukun

tetangga (RT) dengan jumlah 1.039 kepala keluarga (KK), yang dapat diketahui menurut jenis agama/kepercayaan antara lain terdapat 559 KK yang menganut agama Islam, 150 KK yang menganut agama Kristen Protestan, 146 KK yang menganut agama Kristen Katholik, 97 KK yang menganut agama Budha, dan 87 KK yang menganut agama Hindu. Berdasarkan uraian di atas keanekaragaman suku dan agama/kepercayaan sangat mempengaruhi kepemimpinan kepala desa, dengan adanya perbedaan antarsuku dan antaragama. Hal ini yang dapat menimbulkan perselisihan ataupun konflik antarwarga masyarakat. Konflik/perselisihan yang terjadi yaitu adanya kesalahfahaman atau perbedaan prinsip antarwarga seperti adanya pembagian BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang kurang merata, Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Karya Mandiri di dalam peminjaman dana kepada pengusaha kecil kurang berjalan dengan baik, adanya perselisihan/konflik pergantian ketua rukun tetangga (RT) dan keamanan yang kurang sehingga terjadinya pencurian/perampokan. Pencurian/perampokan terjadi dalam kurun waktu 6 (enam) atau 7 (tujuh) bulan setiap tahunnya, oleh karena itu peran kepala desa sangat penting untuk menghimbau warga/masyarakat agar keamanan di desa Tanjung Baru diperketat dengan dilakukannya ronda malam disetiap rukun tetangga (RT). Keadaan masyarakat desa Tanjung Baru bagai dua sisi mata uang yang berbeda, pertama, secara horizontal dipandang adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat istiadat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Kedua, secara vertikal ditandai adanya

perbedaan-perbedaan dalam golongan perekonomian antara lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah. Berikut adanya gambaran perbedaan antara lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah antara lain : Gambar 1. Gambar Perbedaan antara lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung Tahun 2010. I II III Sumber : Gambar Data Primer Kantor Kelurahan Desa Tanjung Baru Tahun 2010. Keterangan gambar : I : Lapisan atas : 298 KK II : Lapisan menengah : 321 KK III : Lapisan bawah : 420 KK Jumlah : 1.039 KK Berdasarkan lapisan sosial/masyarakat di desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung di atas, digambarkan sebagai kerucut, karena semakin tinggi lapisan sosial/masyarakat, akan semakin sedikit jumlah masyarakat yang termasuk di dalamnya. Sebaliknya, semakin rendah suatu lapisan sosial/masyarakat, akan semakin banyak masyarakat yang dapat digolongkan di dalamnya. Penggolongan lapisan-lapisan atau kelas sosial/masyarakat dengan

jumlah penduduk 1.039 KK yang dapat diketahui berdasarkan pada pekerjaan warga/masyarakat yaitu; lapisan atas mayoritas memiliki pekerjaan PNS (Pegawai Negeri Sipil), Dokter dan Polisi dengan jumlah penduduk 298 KK, kemudian pada lapisan menengah mayoritas memiliki pekerjaan wiraswasta dan pedagang dengan jumlah penduduk 321 KK, sedangkan pada lapisan bawah mayoritas memiliki pekerjaan buruh bangunan, tukang becak, tukang cuci dan petani dengan jumlah penduduk 420 KK. Perbedaan horizontal dan vertikal di desa Tanjung Baru memerlukan sikap toleransi yang tinggi, sikap yang bijak dan rasa saling menghargai perbedaan yang harus dimiliki setiap orang, karena hanya dengan hal tersebut terjadinya pertikaian atau konflik yang dapat dihindari. Jika masyarakat yang berbeda itu dapat menjaga toleransi, sikap yang bijak dan rasa saling menghargai perbedaan maka dapat terwujud kerukunan yang mendukung terwujudnya integrasi sosial yang merupakan bagian integrasi nasional. Dalam hal ini kepemimpinan kepala desa sangat dibutuhkan untuk menciptakan kerukunan, keharmonisan dan mencegah/menanggulangi konflik. Kepala desa merupakan pemerintahan desa yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan desa, kepala desa tidak hanya bertanggungjawab atas kelancaran dan jalannya secara teknis akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan desa dengan kondisi dan situasinya serta hubungan kepala desa dengan masyarakat sangatlah baik, menurut Bapak Heri selaku warga RT 002 mengukapkan bahwa hubungan kepala desa dengan warga/masyarakat desa Tanjung Baru berjalan dengan baik dan harmonis, hal ini dapat dibuktikan dengan kehadiran kepala desa

pada setiap acara khitanan atau pernikahan warga serta ikut dalam perkumpulan/organisasi warga. Ditingkat pemerintahan desa, kepemimpinan dipegang oleh kepala desa, sebagai pimpinan tertinggi dalam sebuah desa, kepala desa memiliki hak, wewenang, dan kewajiban dalam menjalankan sebuah pemerintahan desa. Menurut S. Pamudji (1992 : 108) mengemukakan pendapatnya bahwa Kepala-kepala desa menjalankan hak, wewenang, dan kewajiban memimpin pemerintah desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara dan pertanggungjawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan. Berdasarkan pendapat di atas, maka hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa adalah segala urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan kedamaian, keamanan dan ketertiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menumbuhkan serta mengembangkan jiwa gotong-royong masyarakat sebagai pelaksana pembangunan desa. Keutamaan sebagai pemimpin, kepala desa dapat mewujudkan keharmonisan masyarakat desa Tanjung Baru dalam membina masyarakatnya untuk memberikan pengaruh yang baik. Adapun langkah-langkah atau tugas penting yang dilakukan kepala desa dalam lembaga masyarakat yaitu : 1. Menjalankan urusan rumah tangganya sendiri 2. Menjalankan urusan pemerintahan, pembangunan baik dari pemerintah maupun pemerintah daerah dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah desa termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah desanya. 3. Menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong-royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa

4. Membina perekonomian desa 5. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa 6. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan menunjuk kuasa hukumnya 7. Mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama lembaga himpunan desa menetapkannya sebagai peraturan desa 8. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan (Lembaga Himpunan Desa PERDA, 2003 : 3-4). Pemerintahan kepala desa saat ini dapat dibuktikan bahwa masyarakat dapat hidup dengan selaras, serasi dan seimbang dalam perbedaan. Hal ini tak lepas dari pengaruh kepala desa yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam keberagaman masyarakat desa Tanjung Baru. Menurut Bapak Samino selaku ketua RT 003 mengungkapkan bahwa kepala desa Tanjung Baru merupakan kepala desa yang telah memberikan keharmonisan dan kedamaian bagi kehidupan masyarakatnya. Ini terlihat dengan adanya berbagai kegiatan desa yang dilaksanakan secara rutin dan berkala serta untuk mempererat hubungan sosial masyarakat seperti; gotong-royong/kerja bakti, ronda malam, arisan ibu-ibu PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), senam rutin ibu-ibu PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), Program posyandu (program kesehatan ibu hamil dan balita), Program Keluarga Harapan (PKH), Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Karya Mandiri, peringatan HUT RI, peringatan hari besar Islam dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Proses Integrasi Penduduk di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung Tahun 2010. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Masyarakat Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung memiliki keberagaman etnik (suku, adat istiadat) dan agama. 2. Proses integrasi berjalan dengan lambat 3. Kepemimpinan kepala desa 4. Perbedaan prinsip atau pandangan hidup masyarakat yang berpengaruh terhadap terjadinya proses integrasi penduduk. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini membatasi permasalahan pada kepemimpinan kepala desa dan proses integrasi penduduk di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kepemimpinan kepala desa berpengaruh terhadap proses Integrasi penduduk di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung tahun 2010.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan sejauh mana pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap proses integrasi penduduk di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung Tahun 2010. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Penelitian Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji kepemimpinan kepala desa dan partisipasi warga negara dalam memecahkan masalah sosial dan keragaman sosial budaya serta kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang ada di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. b. Kegunaan Praktis Penelitian. Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menumbuhkan sikap positif bagi kepala desa sehingga menciptakan keharmonisan setiap warga negara dan menumbuhkan kesadaran bela negara bahwa desa perlu dibangun dalam persatuan dan kesatuan di dalam kehidupan masyarakat majemuk dan pluralistik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dalam memberikan masukan dan saran tentang kepemimpinan kepala desa dan integrasi penduduk. 3. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran ilmu pendidikan kewarganegaraan dan mata pelajaran ilmu sosial (sosiologi). a. SMP kelas IX semester 1 mata pelajaran ilmu pendidikan kewarganegaraan tentang memahami pelaksanaan Otonomi Daerah dengan menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik di daerah. b. SMA kelas XI semester 2 mata pelajaran ilmu sosial (sosiologi) tentang konflik dan integrasi sosial di dalam kehidupan masyarakat dengan menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membeda-bedakan ras, gender, golongan, budaya, dan suku. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian kemasyarakatan khususnya dalam pemerintahan desa yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala desa dan partisipasi warga negara dalam memecahkan masalah sosial yang ada di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala desa dan proses integrasi penduduk di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. 3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah penduduk atau masyarakat yang berdomisili di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. 4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Baru Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan pada tanggal 16 November 2010 oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian.