BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa Kota Ambarawa merupakan kota yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini luasnya mencapai 5,611 hektar. Jumlah penduduknya kurang lebih 80.801 jiwa dan kepadatannya adalah 14 jiwa per ha. Dulu, Ambarawa pernah menjadi ibukota kabupaten Semarang. Dan sekarang ibukotanya adalah Ungaran. 1 Ambarawa juga di katakan sebagai kota Palagan Ambarawa, dan terdapat museum Palagan Ambarawa, museum kereta api Ambarawa dan benteng Willem II. Di kota Ambarawa terdapat dua museum, yaitu museum Kereta Api dan museum Isdiman (yang terdapat di kawasan monumen Palagan ). Museum yang paling besar adalah museum Kereta Api karena museum ini sebagian besar benda koleksinya berada di luar bangunan. Museum Isdiman, merupakan museum sejarah (history museum) karena memiliki monumen dan beberapa benda-benda sejarah kemerdekaan bangsa kita. Berikut beberapa tempat bersejarah di kota Ambarawa yang dijadikan objek wisata : 2 1. Museum kereta Api Ambarawa 2. Museum Palagan Ambarawa 3. Benteng Willem II 1 http://id.wikipedia.org/wiki/palagan_ambarawa) 2 Ibid 1
Monumen Palagan merupakan monumen yang dibangun berdasarkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Palagan sendiri memiliki arti, yaitu Medan Laga atau Medan Pertempuran, sebab kota Ambarawa pernah digunakan sebagai medan atau arena pertempuran antara antara pasukan sekutu BKR / AMRI. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 15 Desember 1973 oleh Deputy KASAD Letjen Sayidiman. Bapak Presiden Soeharto kemudian meresmikannya pada tanggal 15 Desember 1974. 3 Tinggi tugu 17 meter dan antar tugu 0,8 meter. Altar dari selatan ke utara 45 meter. Dengan demikian, apabila dirangkaikan memiliki arti 17 Agustus 1945 yang juga merupakan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Perancang monumen ini adalah CV AIS (Arsitek Insinyur dan Sariman) dari Yogyakarta yang dipimpin oleh bapak Drs, Saptoto, dosen ASRI Yogyakarta. 4 Museum ini dinamakan museum Isdiman dengan alasan untuk mengabadikan nama pahlawan Isdiman yang gugur dimedan laga Palagan Ambarawa pada tanggal 26 November 1945 di Kelurahan Jambu, Kecamatan Ambarawa. Bapak Isdiman lahir pada tanggal 12 November 1906 di Yogyakarta. Benda-benda koleksi yang terdapat di dalam museum antara lain koleksi senjata dan pakaian yang digunakan dalam pertempuran di Palagan Ambarawa, hasil rampasan dari pasukan Jepang. Ada juga lukisan yang menerangkan perjuangan tentara kita di dalam memperebutkan kemerdekaan. 5 3 Data Yayasan Museum Palagan tahun 2000 4 Ibid 5 Ibid 2
1.2. Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia Sejarah pergerakan nasional Indonesia dapat dibagi sebagai berikut : 6 Tahap Angkatan Perintis ( 1908-1927 ) Tahap Angkatan Pendobrak ( 1945-1950 ) Tahap Angkatan Pelaksana (1950 dan seterusnya ) Pembabakan tersebut nampak bertitik tolak pada corak perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme, suatu yang dilakukan untuk kemerdekaan Nasional sebagai penderitaan rakyat ( AMPERA), Corak-corak perlawanan yang berbeda-beda itu sambung-menyambung serta mempunyai hubungan erat satu sama lain. Sebagaimana biasa diamanatkan oleh pemimpin-pemimpin Indonesia, bahwa tidak ada angkatan 45 kalau tidak ada angkatan 27, tidak ada angkatan 27 kalau tidak ada angkatan 20, tidak ada angkatan 20 kalau tidak ada angkatan 12, akhirnya tidak ada angkatan 12 kalau tidak ada angkatan 1908, yaitu kebangkitan nasional pada tanggal 20 Mei 1908. Jadi dalam mempelajari pergerakan nasional haruslah mencakup keseluruhannya, harus memperhatikan semua babak atau angkatan yang disebutkan tadi, malahan dari itu yaitu harus memperhatikan perlawanan atau perjuangan sebelumnya, seperti perjuangan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku umar dan sebagainya. Materu Daeng mengatakan peristiwa berurutan itu harus terjadi karena pergerakan nasional yang ditonjolkan itu adalah perlawana rakyat Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme Belanda. Hal ini sangat mempengaruhi 6 Materu Daeng, M.S. Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia, hlm 3 3
corak gerak dan cara rakyat yang ditindas dalam perjuangannya melawan Imperialisme dan Kolonialisme. Juga menunjukan tingkat-tingkat perkembangan kesadaran politik rakyat Indonesia yang menarik pelajaran dari pengalaman perjuangannya. 1.3. Ungkapan Permasalahan a. Mencermati isu-isu tersebut diatas, maka sudah selayaknya kita melakukan tindakan penyelamatan dan upaya-upaya pelestarian bendabenda bersejarah dengan melakukan kegiatan-kegiatan konservasi dan preservasi Untuk itu dibutuhkan suatu wadah museum yang baik sebagai tempat melakukan kegiatan konservasi dan preservasi. b. Kenyataan sekarang umumnya museum tidak memiliki daya tarik, baik dari segi penampilan bangunan, fasilitas maupun atraksi-atraksi yang disuguhkan. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab masyarakat enggan untuk mengunjungi museum. 1.4.Rumusan Masalah Dari ungkapan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.4.1. Masalah Umum Bagaimana mewujudkan wajah fisik museum dengan mengintegrasikan fungsi utamanya terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif untuk menciptakan daya tarik para pengunjung. 4
1.4.2. Masalah Khusus a. Bagaimana usaha untuk dapat meningkatkan potensi site kawasan agar lebih baik. b. Fasilitas dan aktivitas apa saja yang akan disuguhkan, sebagai salah satu faktor pembentuk daya tarik. Sekaligus menunjang misi utama yang diemban kawasan monumen Palagan dan Museum Isdiman Ambarawa. 1.5. Tujuan Mengembangkan kawasan monumen Palagan dan museum Isdiman di kota Ambarawa yang dapat mewadahi, merawat, dan melestarikan benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia, baik yang ada di dalam maupun di luar bangunan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip sekuen ruang sebagai pembentuk suasana arsitektur 1.6. Sasaran Melakukan studi tentang kawasan monumen Palagan dan museum Isdiman. Melakukan studi tentang kota Ambarawa. Melakukan studi tentang prinsip-prinsip sekuen ruang Melakukan studi tentang prinsip-prinsip perawatan benda-benda bersejarah. 5
1.7. Lingkup Pembahasan Pengembangan kawasan monumen Palagan dan museum Isdiman meliputi/ dibatasi pada bangunan museum dan fasilitas pendukung kawasan. Kota Ambarawa dibatasi mengenai sejarah terjadinya perang Palagan dan tempat-tempat wisata sejarah lainnya. Museum dibatasi hanya pada ruang-ruang yang difungsikan sebagai ruang pamer. Prinsip-prinsip tentang sekuen ruang dalam pembentuk suasana arsitektur. Prinsip-prinsip perawatan dibatasi pada prinsip perawatan benda koleksi yang ada di luar maupun dalam bangunan. 1.8. Metode Pembahasan 1.8.1. Pengumpulan Data Wawancara Ditujukan pada pengelola kawasan museum Palagan dan museum Isdiman. Kuesioner Ditujukan pada pengunjung serta penduduk sekitar kawasan museum Palagan dan museum Isdiman Observasi Pengamatan langsung terhadap kawasan Palagan di kota Ambarawa. 6
Studi pustaka/ literature Mempelajari buku-buku tentang pengembangan kawasan, kawasan museum, prinsip-prinsip dan teori tentang sekuen ruang. Studi banding Melihat langsung kawasan/ bangunan museum yang ada di Yogyakarta serta dari pustaka. 1.8.2. Menganalisi Data Kualitatif dan kuantitatif : Kualitatif Temuan-temuan dikomunikasikan dengan angka-angka (numerik). Misalnya: tabel-tabel, perhitungan statistik dan sebagainya. Contoh : 1. Jumlah benda koleksi museum di dalam bangunan dan di luar bangunan. 2. Jumlah pengunjung kawasan Palagan Ambarawa. Kuantitatif Temuan-temuan dikomunikasikan secara naratif (mengunakan katakata). Contoh : - melihat jumlah koleksi museum yang ada dikawasan Palagan maka pembangunan/ pengembangan kawasan ini 7
lebih dititik beratkan kepada benda koleksi sejarah yang berada di tempat terbuka. 1.8.3. Metode Pengembangan Mengunakan prinsip-prinsip pengembangan dari, atau berdasarkan teori-teori dari, misalnya : Prinsip-prinsip dan teori-teori tentang sekuen ruang sebagai pembentuk suasana arsitektur Ide/ konsep penataan serta pengembangan lansekap kawasan. Prinsip-prinsip mengenai cara perawatan benda-benda koleksi museum. 1.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran,lingkup. BAB II TINJAUAN KAWASAN MONUMEN PALAGAN DAN MUSEUM ISDIMAN DI AMBARAWA Mengungkapkan potensi atau kondisi arsitektural di kawasan monumen Palagan dan museum Isdiman Ambarawa. BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERMUSEUMAN DAN SEKUEN RUANG SEBAGAI PEMBENTUK SUASANA ARSITEKTUR 8
Mengungkapkan prinsip-prinsip dan teori-teori tentang museum dan sekuen ruang sebagai pembentuk suasana arsitektur. BAB IV ANALISIS MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep pengembangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada kawasan monumen Palagan dan museum Isdiman. BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural pengembangan kawasan tersebut. 9