EVALUASI PLOT KONSERVASI EX SITU JABON DARI POPULASI LOMBOK BARAT DI GUNUNG KIDUL SAMPAI UMUR 18 BULAN

dokumen-dokumen yang mirip
in Gunung Kidul at 7 Months Old ABSTRAK

Ari Fiani ABSTRACT. Keywords: Pulai Population, growth variation, plant height, stem diametre ABSTRAK

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI

Diro Eko Pramono I. PENDAHULUAN

Tri Pamungkas Yudohartono

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

EVALUASI UJI PROVENAN MERBAU

UJI KETURUNAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq.) UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SUMBER BENIH UNGGUL

STUDI ADAPTASI DAN KINERJA PERTUMBUHAN CENDANA (SANTALUM ALBUM L) PADA UMUR 11 TAHUN DI WATUSIPAT KABUPATEN GUNUNG KIDUL

POTENSI DAN PENANGANAN BENIH JABON MERAH ( Anthocephalus macrophyllus Roxb.) DARI PROVENAN SULAWESI UTARA. Seeds from North Sulawesi

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN

PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang

VARIASI GENETIK UJI PROVENAN MERBAU SAMPAI UMUR 3 TAHUN DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON

Pembangunan Uji Keturunan Jati di Gunung Kidul Hamdan A.A, Sugeng P, dan Mahfudz. Hamdan Adma Adinugraha 1, Sugeng Pudjiono 1 dan Mahfudz 2

JMHT Vol. XV, (3): , Desember 2009 Artikel Ilmiah ISSN:

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

KARAKTERISTIK JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) PROVENAN SUMBAWA DAN PASAMAN (Characteristic of Jabon from Sumbawa and Pasaman Provenances)

PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KETURUNAN JATI PADA UMUR 7 TAHUN DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

EVALUASI PERTUMBUHAN AWAL KEBUN BENIH SEMAI UJI UMUR 4 BULAN DI CIKAMPEK JAWA BARAT

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Kowoson Huton Dengon Tujuon

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

Oleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

III. METODE PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGERTIAN, FUNGSI DAN TEKNIK PEMBANGUNAN PLOT SAMPEL PERMANEN (PSP)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.)

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sugeng Pudjiono 1, Hamdan Adma Adinugraha 1 dan Mahfudz 2 ABSTRACT ABSTRAK. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

EVALUASI AWAL KOMBINASI UJI SPESIES-PROVENAN JENIS-JENIS SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG DI GUNUNG DAHU, BOGOR, JAWA BARAT

Evaluasi pertumbuhan tanaman uji keturunan eboni (Diospyros rumphii) umur satu tahun di persemaian

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANAN TAMAN HUTAN RAYA DALAM KONSERVASI SUMBERDAYA GENETIK : PELUANG DAN TANTANGANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

Nursyamsi dan Suhartati

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variasi genetik pertumbuhan tanaman uji keturunan nyatoh (Palaquium obtusifolium) umur 1,5 tahun di hutan penelitian Batuangus, Sulawesi Utara

BAB II TINJAUAN UMUM

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

VARIASI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN BIBIT JABON DARI DUA PROVENAN BERBEDA

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

Ukuran Populasi Efektif, Ukuran Populasi Aktual dan Laju Inbreeding Per Generasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)

Transkripsi:

EVALUASI PLOT KONSERVASI EX SITU JABON DARI POPULASI LOMBOK BARAT DI GUNUNG KIDUL SAMPAI UMUR 18 BULAN Evaluation of Ex Situ Conservation Plot of Jabon from West Lombok Provenance in Gunung Kidul until 18 months old Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta e-mail: tyudohartono@yahoo.com.sg ABSTRACT Evaluation of growth was meaningful and important role to determine value of genetic material. Ex Situ Conservation of Jabon from West Lombok was established in Gunung Kidul. This research objective is to obtain adaptability and characteristic of jabon from West Lombok until 18 months old. This research was arranged in Randomized Complete Block Design (RCBD) using 18 families, 8 replications and spacing 5 x 5 m. The results showed that the percentage, height and diameter growth at the ex situ conservation of jabon were varied among families until 18 months old. The average of survival percentage was decreased from 79.38% (at 8 months old) to 61.18% (at 12 months old). The average of height was varied from 0.42-1.1 m (8 months old); 0.6-0.92 m (12 months old; 0.74-1.30 m (18 months old) and for diameter was from 0.83-1.47 (8 months old); 1.11-1.97 cm (12 months old) and 1.43-3.05 cm (18 months old). Keywords: evaluation, jabon, conservation, provenance ABSTRAK Kegiatan evaluasi memiliki arti dan peran penting untuk menentukan nilai guna dari materi genetik. Plot konservasi ex situ jabon dari Lombok Barat telah dibangun di Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh adaptabilitas dan karakteristik jabon dari Lombok Barat sampai umur 18 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 18 famili, 8 ulangan dan jarak tanam 5 x 5 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen hidup, pertumbuhan tinggi dan diameter pada konservasi ex situ jabon bervariasi antar famili sampai umur 18 bulan. Rata-rata persen hidup mengalami penurunan dari 79,38 (umur 8 bulan) menjadi 61,18 (umur 12 bulan). Tinggi tanaman bervariasi dari 0,42-1,1 m pada umur 8 bulan; 0,6-0,92 m pada umur 12 bulan, 0,74-1,30 m pada umur 18 bulan dan untuk diameter tanaman bervariasi dari 0,83-1,47 cm pada umur 8 bulan; 1,11-1,97 cm pada umur 12 bulan dan 1,43-3,05 cm pada umur 18 bulan. Kata kunci: jabon, evaluasi, konservasi, provenan I. PENDAHULUAN Jabon tergolong tumbuhan pionir yang dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Anggota famili Rubiaceae itu tumbuh baik di tanah aluvial di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara rawa dan tanah kering (Orwa, et al., 2009). 1

Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 Tanaman jabon merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh dari Sabang sampai Merauke dan tersebar secara alami dari dataran rendah sampai ke daerah pegunungan (sampai ketinggian 1000 m dpl). Jenis ini dapat tumbuh pada iklim basah hingga kering dengan tipe curah hujan A dan D (Martawijaya, et al., 1989). Konservasi sumberdaya genetik mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan dan mengamankan keragaman genetik suatu populasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan pemuliaan. Pentingnya program konservasi sumber daya genetik hutan (SDGH) konservasi dilandasi oleh beberapa hal yaitu 1) Menjamin keberadaan SDGH secara kontinyu, 2) Menjaga keragaman genetik yang merupakan syarat terjadinya proses adaptasi evolusioner proses evolusi dan 3) Menjamin ketersediaan SDGH untuk generasi sekarang dan yang akan Secara garis besar srategi konservasi sumber daya genetik (KSDG) terbagi dua yaitu konservasi in situ dan ex situ. Konservasi in situ merupakan KSDG yang dilakukan pada habitat alaminya dan memungkinkan terjadinya proses evolusi. Konservasi ex situ merupakan konservasi SDG yang dilakukan di luar habitat alaminya (FAO, 2004). Konservasi ex situ dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu statis dan dinamis (Finkeldey, 2005). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta telah melakukan pembangunan plot konservasi ex situ jabon dari populasi Lombok Barat seluas 1,5 ha di Gunung Kidul pada akhir tahun 2011. Konservasi ex situ jabon yang dilakukan oleh BBPBPTH menggunakan pendekatan dinamis yaitu melalui preservasi populasi dalam bentuk hutan buatan yang terdiri dari tanaman hasil perbanyakan seksual di luar habitat aslinya. Kegiatan KSDG tidak bisa terlepas dari variasi genetik yang merupakan sumberdaya yang bisa dimanfaatkan untuk generasi sekarang dan di masa yang akan datang. Variasi genetik dapat diekspresikan melalui karakteristik tanaman. Untuk mengetahui karakteristik dan manfaat dari tanaman perlu dilakukan evaluasi plot konservasi ex situ jabon. Kegiatan evaluasi memiliki arti dan peran penting yang akan menentukan nilai guna dari materi plasma nutfah yang bersangkutan. Kegiatan evaluasi dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam rangka mempermudah upaya pemanfaatan sumberdaya genetik (ICABIOGRAD, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen hidup dan karakteristik tanaman jabon dari provenan Lombok Barat sampai umur 18 bulan. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan evaluasi dilakukan pada plot konservasi ex situ jabon di Petak 22 RPH Banaran, BDH Playen di Gunung Kidul. Secara administratif lokasi tersebut termasuk wilayah Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Sedangkan secara geografis lokasi tersebut terletak pada 7 o 54 09 LS-7 o 54 13,6 LS dan 110 o 33 29,6 BT-110 o 33 34,7 BT. 2

Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Kondisi areal memiliki kemiringan diantara 5-30%. Topografinya sebagian landai hingga bergelombang, ketinggian berkisar 170-200 m dpl. Tumbuhan penutup tanah yang dijumpai di lokasi antara lain semak belukar, secang, Acacia auriculiformis, kayu putih, kemiri, Acacia catechu, jati, rumput-rumputan. Jenis tanah di lokasi survei adalah tanah grumosol hitam/ tanah berbatu. Penelitian dialakukan pada bulan Juli 2012, Desember 2012 dan Juli 2013. B. Rancangan penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam plot konservasi ex situ jabon adalah Randomized Complete Block Design (RCBD) dengan satu faktor perlakuan yaitu famili. Jumlah famili yang digunakan sebanyak 18 famili yang berasal dari provenan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Centre for Plant Conservation (1991) merekomendasi jumlah individu sebanyak 10-50 pohon per populasi sebagai batas yang layak antara batas minimum dan pengumpulan sampel yang berlebihan (over collecting). Setiap famili terdiri dari 8 blok yang sekaligus berfungsi sebagai ulangan. Jarak tanam yang digunakan pada plot konservasi ex situ jabon adalah 5 x 5 m, sehingga luas plot konservasi ex situ jabon adalah 1,5 ha. C. Analisa Data Variabel atau karakter yang diukur adalah persen hidup, tinggi, dan diameter tanaman. Penghitungan persen tumbuh dalam kegiatan konservasi ex situ menjadi salah satu parameter yang harus diperhatikan karena dapat dijadikan indikator untuk menunjukkan kemampuan adaptasi, dan pertumbuhan tanaman dalam kondisi lingkungan tertentu. Persen hidup dihitung dengan membandingkan jumlah tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman total tiap famili dikali 100%. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh apikal (ujung tanaman). Diameter batang diukur pada ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah. Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan analisis varian untuk mengetahui variasi antar famili-famili yang diuji. Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y ijk = µ + B i + P j + ε ijk dimana : Y ijk = Karakteristik yang diamati/diukur µ = Rerata umum P j = Pengaruh famili ke-j B i = Pengaruh blok ke-i ε ijk = Random error pada pengamatan ke-ijk 3

Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan rata-rata persen hidup, tinggi dan diameter setiap famili dari tanaman jabon dari provenan Lombok Barat sampai umur 18 bulan di plot konservasi ex situ di Gunung Kidul disajikan pada Tabel 1, dan 2. Dari Tabel 1 terlihat Tabel 1. Rata-rata persen hidup tanaman jabon per famili adanya penurunan rata-rata Persen Hidup Persen Hidup Persen Hidup Jumlah persen hidup antar famili dari Famili umur 8 bulan umur 12 bulan umur 18 bulan Ditanam umur 8 ke 12 bulan. Persen 1 84,8% 69,7% 75,8% 33 hidup tanaman bervariasi 2 72,2% 52,8% 63,9% 36 mulai dari 53,13%-100% 3 81,8% 60,6% 57,6% 33 4 77,1% 54,3% 51,4% 35 dengan rata-rata 79,38% pada 5 83,3% 70,0% 70,0% 30 umur 8 bulan. Persen hidup 6 100,0% 72,7% 84,8% 33 tanaman bervariasi mulai 7 78,8% 66,7% 66,7% 33 dari 28,13%-77,42% dengan 8 78,8% 72,7% 69,7% 33 rata-rata 61,18% pada umur 9 93,5% 77,4% 71,0% 31 12 bulan. Penurunan ratarata 10 81,8% 66,7% 75,8% 33 persen hidup tanaman 11 93,9% 69,7% 69,7% 33 jabon dari umur 8 bulan ke 12 64,9% 54,1% 54,1% 37 13 78,8% 57,6% 63,6% 33 12 bulan diduga disebabkan 14 69,4% 55,6% 63,9% 36 oleh semakin berkurangya 15 84,8% 57,6% 63,6% 33 ketersediaan air dalam tanah 16 81,8% 60,6% 66,7% 33 (kekeringan) akibat musim 17 69,7% 54,5% 60,6% 33 kemarau. Air merupakan salah satu komponen utama yang 18 53,1% 28,1% 53,1% 32 dibutuhkan tanaman muda untuk bisa bertahan hidup, terutama pada lingkungan baru. Air juga sebagai pembatas utama bagi pertumbuhan awal tanaman yang keberadaannya tidak bisa digantikan oleh faktor lingkungan yang lain, sehingga kelangkaan air akan mengakibatkan kematian (Hani dan Rachman, 2007). Pada umur 18 bulan sebagian besar famili mengalami peningkatan rata-rata persen hidup dibandingkan pada umur 12 bulan. Hal ini dikarenakan adanya penyulaman pada waktu tanaman jabon berumur 13 bulan (Januari 2013). Tinggi tanaman bervariasi dari 0,42-1,1 m dengan rata-rata 0,62 m pada umur 8 bulan; 0,6-0,92 m dengan rata-rata 0,79 m pada umur 12 bulan dan 0,74-1,30 m dengan rata-rata 1,13 m pada umur 18 bulan. Diameter tanaman bervariasi dari 0,83-1,47 cm dengan rata-rata 1,2 cm pada umur 8 bulan; 1,11-1,97 cm dengan rata-rata 1,6 cm pada umur 12 bulan dan 1,43-3,05 cm dengan rata-rata 2,16 cm pada umur 18 bulan. Penambahan rata-rata diameter tanaman per famili dari umur 6 bulan ke 12 bulan dan umur 12 bulan ke 18 bulan masingmasing adalah 0,40 cm dan 0,57 cm. 4

Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Penambahan rata-rata tinggi tanaman per famili dari umur 6 bulan ke 12 bulan dan umur 12 bulan ke 18 bulan masing- masing adalah 0,19 m dan 0,34 m. Penambahan rata-rata diameter dan tinggi tanaman per famili dari umur 12 bulan ke 18 bulan cenderung lebih tinggi dibandingkan umur 6 bulan ke 12 bulan. Hal ini diduga karena kemampuan tanaman jabon untuk beradaptasi terhadap Tabel 2. Rata-rata diameter dan tinggi tanaman jabon lingkungan baru menjadi Rata-rata Diameter (cm) Rata-rata Tinggi (m) lebih baik. Famili 8 bulan 12 bulan 18 bulan 8 bulan 12 bulan 18 bulan Untuk mengetahui 1 1,22 1,59 2,20 0,54 0,69 1,06 variasi antar famili untuk 2 1,15 1,64 2,11 0,70 0,92 1,09 sifat tinggi dan diameter 3 1,23 1,69 2,23 0,56 0,76 1,15 maka dilakukan analisis 4 1,28 1,72 2,37 0,65 0,83 1,30 varian terhadap data 5 1,32 1,69 2,33 0,62 0,82 1,18 6 1,47 1,97 3,05 0,67 0,85 1,28 pengukuran tinggi diameter. 7 1,18 1,53 2,08 0,59 0,76 1,03 Hasil analisis varian untuk 8 1,08 1,28 1,97 0,56 0,69 1,07 sifat tinggi dan diameter 9 1,15 1,47 2,45 0,50 0,71 1,16 disajikan pada Tabel 3. 10 1,16 1,49 1,94 0,56 0,76 1,06 Dari Tabel 3 terlihat 11 1,19 1,67 2,06 0,59 0,83 1,13 bahwa famili memberikan 12 1,27 1,63 2,30 0,73 0,87 1,23 pengaruh yang nyata 13 1,13 1,57 2,09 0,56 0,75 1,13 14 1,33 1,87 2,40 0,68 0,92 1,29 terhadap sifat tinggi dan tidak 15 1,05 1,43 1,94 0,52 0,70 1,05 berpengaruh nyata terhadap 16 1,34 1,78 2,04 0,65 0,90 1,19 sifat diameter tanaman 17 1,19 1,60 1,93 0,63 0,82 1,13 jabon pada umur 8 bulan. Famili tidak memberikan 18 0,83 1,11 1,43 0,42 0,60 0,74 berpengaruh nyata terhadap sifat tinggi dan diameter tanaman jabon pada umur 12 dan 18 bulan. Tabel 3. Analisis varian untuk sifat tinggi dan diameter tanaman jabon umur 8 bulan Sumber Derajat Variasi bebas Kuadrat Tengah Tinggi Kuadrat Tengah Diameter (db) 8 bulan 12 bulan 18 bulan 8 bulan 12 bulan 18 bulan Famili 17 1209,594* 385,527 ns 2484,345 ns 11,717 ns 22,405 ns 249,761 ns Blok 7 3163,119** 6651,512** 109317,683** 163,246** 378,836** 3705,716** Error 664,925 534,267 4529,484 7,844 23,078 182,668 (dbe 118) (dbe 114) (dbe 367) (dbe 118) (dbe 114) (dbe 367) Keterangan: ** = berbeda nyata pada taraf uji 1% * = berbeda nyata pada taraf uji 5 % ns = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % 5

Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 Fluktuatifnya pengaruh faktor genetik terhadap pertumbuhan tanaman diduga disebabkan karena umur tanaman yang masih muda. Sementara itu blok berpengaruh nyata terhadap sifat tinggi dan diameter pada semua umur pengamatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi site atau faktor lingkungan pada plot konservasi ex situ jabon memberikan pengaruh terhadap kedua sifat yang diamati. Hasil penelitian Bramasto dan Simanjuntak (2009) menunjukkan bahwa pertumbuhan awal tinggi dan diameter tanaman jabon (umur 1 tahun) di Rumpin belum terbukti dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman jabon yang merupakan jenis pionir dan intoleran memerlukan tempat tumbuh yang terbuka. Faktor lingkungan pada plot konservasi jabon yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jabon yaitu tanah dan cahaya. Kondisi tanah pada lokasi penanaman jabon cukup bervariasi. Pada tanah yang memiliki solum lebih dalam dan tidak ternaungi tanaman lain, tanaman jabon mampu tumbuh lebih baik. Sementara itu, tanaman jabon yang ditanam pada tanah berbatu dengan solum tanah yang dangkal pertumbuhannya lebih jelek dan tingkat kematian lebih tinggi. Menurut Finkeldey (2005) uji lapangan sangat bermanfaat untuk memperkirakan status keteradaptasian dari suatu populasi terhadap suatu lingkungan. Variasi genetik merupakan persyaratan terjadinya proses adaptasi evolusioner. Populasi yang memiliki daya hidup dan pertumbuhan baik dapat dianggap dapat beradaptasi. Jumlah individu per populasi untuk jabon dari populasi Lombok Barat dinilai cukup. Centre for Plant Conservation (1991) merekomendasikan jumlah individu sebanyak 10-50 pohon per populasi sebagai batas yang layak antara batas minimum dan pengumpulan sampel yang berlebihan (over collecting). Falk & Holsinger (1991) merekomendasikan untuk mengumpulkan individu sebanyak 10-50 per pohon populasi. Gambar 1. Habitat jabon Lombok Barat Gambar 2. Site plot konservasi jabon di Gunung Kidul 6

Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Berdasarkan persen hidup dan pertumbuhan, tanaman jabon dari populasi Lombok Barat tergolong memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup baik terhadap kondisi site pada plot konservasi ex situ jabon di Gunung Kidul yang mempunyai faktor pembatas cukup berat yakni kurangnya ketersediaan air dan iklim kering. Adaptabilitas tersebut diduga karena adanya kemiripan karakter tempat tumbuh sebaran alami (habitat) jabon di Lombok Barat dengan kondisi site pada plot konservasi di Gunung Kidul (Gambar 1 dan 2). Lombok Barat merupakan daerah semi arid dengan tipe iklim E dan sebagian berbatu. Pada sebaran alam di Lombok Barat, jabon dijumpai pada berbagai kondisi (tipe habitat) seperti punggung bukit, tepi sungai, pinggir laut dan tanah berbatu. Disamping faktor lingkungan, adanya keragaman atau variasi genetik antar famili jabon dari populasi Lombok Barat diduga memberikan pengaruh yang baik terhadap adaptabilitas jabon. Keragaman genetik tersebut diduga disebabkan karena materi genetik dikumpulkan dari pohon induk jabon yang posisinya berjauhan satu sama lain dan tidak memungkinkan untuk melakukan kawin kerabat serta bervariasinya habitat jabon di sebaran alaminya. Materi genetik yang dihasilkan dari individu/ pohon induk yang yang tidak kawin kerabat akan mempunyai variasi genetik yang tinggi dan akan terhindar dari efek silang dalam (inbreeding). Menurut White, et al. (2007) inbreeding mempunyai dua konsekuensi yaitu meningkatkan frekuensi keturunan yang homozigot dan merusak/menurunkan kemampuan hidup dan pertumbuhan keturunan. Ismail, et al., (1995) juga meneliti variasi karakteristik anatomi jabon dengan hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan nyata pada variasi anatomi antar pohon. Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994), jabon sebagai jenis pionir yang tumbuh pada hutan tropis sekunder dengan wilayah penyebaran yang luas menjadikan jenis ini mempunyai keragaman genetik yang cukup tinggi. Dengan demikian, tujuan konservasi dari jabon yang mempunyai wilayah penyebaran luas tersebut akan berbeda dengan jenis-jenis yang langka. Plot konservasi ex situ jabon dari provenan Lombok Barat di Gunung Kidul nantinya tidak hanya berfungsi untuk penyelamatan atau mempertahankan keberadaan SDG jabon tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber benih untuk mendukung kegiatan pemuliaan dan penanaman. IV. KESIMPULAN 1. Rata-rata persen hidup tanaman jabon pada plot konservasi ex situ di Gunung Kidul mengalami penurunan dari 79,38 (umur 8 bulan) menjadi 61,18 (umur 12 bulan). Setelah dilakukan penyulaman pada umur 13 bulan, rata-rata persen hidup sebagian besar famili pada umur 18 bulan mengalami peningkatan dibandingkan pada umur 12 bulan. 2. Tinggi tanaman bervariasi dari 0,42-1,1 m dengan rata-rata 0,62 m pada umur 8 bulan; 0,6-0,92 m dengan rata-rata 0,79 m pada umur 12 bulan dan 0,74-1,30 m dengan rata-rata 1,13 m pada umur 18 bulan. 7

Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 3. Diameter tanaman bervariasi dari 0,83-1,47 cm dengan rata-rata 1,2 cm pada umur 8 bulan; 1,11-1,97 cm dengan rata-rata 1,6 cm pada umur 12 bulan dan 1,43-3,05 cm dengan rata-rata 2,16 cm pada umur 18 bulan. 4. Penambahan rata-rata diameter dan tinggi tanaman per famili dari umur 12 bulan ke 18 bulan cenderung lebih tinggi dibandingkan umur 6 bulan ke 12 bulan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini, khususnya kepada Bapak Subagyo, dan Bapak Diro Eko Pramono, S.Hut.T yang telah membantu dalam kegiatan pengukuran dan entry data. DAFTAR PUSTAKA Bramasto, Y dan S.R. Simanjutak. 2009. Evaluasi Pertumbuhan Awal Tanaman Jabon (Anthochepalus cadamba) di Kebun Percobaan Rumpin. Info Benih Vol. 13 No. 1 Juni 2009. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. hal 167-173 Centre for Plant Conservation, 1991. Genetic sampling guidelines for conservation collections of endangered plant. In: D.A Falk and K.E Holsinger (eds). Genetic and Conservation of Rare Plant. Oxford University Press, New York (In: Neel, M.C., dan Cummings, M.P. 2003. Effectiveness of conservation targets in capturing genetic diversity. Conservation Biology 17: 219-229. FAO, FLD, IPGRI. 2004. Forest Genetic Resources Conservation and Management. Vol. 1: Overview Concepts and Some Systematic Approaches International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy. pp 5-24 Finkeldey, R. 2005. An introduction to tropical forest genetics. Institute of Forest Genetics and Forest Tree Breeding, Georg-August-University Göttingen, Büsgenweg 2, D-37077 Göttingen, Germany. pp: 203-221 Falk, D.A. & K.E. Holsinger. 1991. Genetics and Conservation of Rare Plants. Oxford University Press, New York. Hani, A dan E. Rachman. 2007. Evaluasi Ketahanan Hidup Tanaman Uji Spesies dan Konservasi Ex Situ Dipterocarpaceae di RPH Carita. INFO TEKNIS Vol 5 No 1 Juli 2007. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. hal 1-6 Ismail, J., M.Z. Jusoh and M.H. Sahri. 1995. Anatomical Variation in Planted Kelempayan (Neolamarckia cadamba, Rubiaceae). IAWA Journal. 16(3): 277-287 ICABIOGRAD. 2010. Pengelolaan Sumberdaya Genetik. Puslitbang Bioteknologi dan Sumbedaya Genetik Pertanian, Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang,Y.I, Prawira, S.A. dan Kadir, K. 1989. Habitus Atlas kayu Indonesia Jilid. Badan Litbang, Bogor. 8

Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Orwa C, Mutua, A. Kindt, R., Jamnadass, R. and Simans, A. 2009. Agroforestry Database: A Tree Reference and Selection Guide Version 4.0 http://www.worldagroforestry.org/ af/treedb/ Soerianegara, I dan Djamhuri, E. 1979. Pemuliaan Pohon. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor White, L.W., W.T. Adams, and D.B. Neale. 2007. Forest Genetics. CAB International, London, UK. 9