ANALISA RETAK PADA BALOK TINGGI DENGAN VARIASI JARAK SENGKANG MENGGUNAKAN ANSYS

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON MUTU NORMAL YETRO BAYANO

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON MUTU NORMAL BERDASARKAN ANALISA MODEL BALOK PENGEKANGAN DAERAH TEKAN YETRO BAYANO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

FAKTOR DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG MUTU NORMAL (PEMANFAATAN OPEN SOURCE RESPONSE2000)

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

PEMODELAN NUMERIK METODE ELEMEN HINGGA NONLINIER STRUKTUR BALOK TINGGI BETON BERTULANG ABSTRAK

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

Ika Bali 1,2* dan Sadikin 1. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen. S. Parman No.1, Jakarta 11440

STUDI ANALISIS PERTEMUAN BALOK KOLOM BERBENTUK T STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN STRUT-AND- TIE ABSTRAK

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

PENGARUH JUMLAH TULANGAN BAGI DAN ARAH SENGKANG PADA KEMAMPUAN GESER BALOK TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NURUL FAJRIYAH NRP DOSEN PEMBIMBING : BUDI SUSWANTO, ST., MT., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menahan gaya yang bekerja. Beton ditujukan untuk menahan tekan dan baja

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan struktur beton berdasarkan analisa batas (limit analysis) telah

SIMULASI LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN ORTHOTROPIC MODEL MENGGUNAKAN METODE FINITE ELEMENT. Dedi Budi Setiawan 1)

ANALISIS LENTUR DAN GESER BALOK PRACETAK DENGAN TULANGAN SENGKANG KHUSUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

PADA BALOK BETON BERTULANG TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAR SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB III LANDASAN TEORI

Struktur Beton Bertulang

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS KEKUATAN LENTUR DAN DAKTILITAS PADA PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG, KOLOM BAJA DAN KOLOM COMPOSITE DENGAN SOFTWARE XTRACT

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

PENGARUH VARIASI LEBAR CFRP PADA BAGIAN TARIK TERHADAP DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG PASKA PERBAIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RASIO LEBAR DAN TINGGI BALOK TERHADAP KUAT LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN TULANGAN TEKAN TERHADAP DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam

STUDI PARAMETRIK PENGARUH VARIASI TINGKATAN BEBAN AKSIAL TERHADAP PERILAKU LENTUR DAN AKSIAL PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG DENGAN BEBAN SIKLIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kemungkinan Terjadinya Retak pada Balok Pratekan Full Prestressing ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan para peneliti (Lorensten, 1962; Nasser et al., 1967; Ragan &

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON 6.0

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU GESER BALOK PADA SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tarik yang tinggi namun kuat tekan yang rendah.kedua jenis bahan ini dapat. bekerja sama dengan baik sebagai bahan komposit.

PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE SEBAGAI BAHAN KOMPOSIT EKSTERNAL PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA dan LENDUTAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK. William Trisina NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir.,M.Sc.

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Analisis Lentur Balok Penampang T Berlubang Memanjang Menggunakan Metode Elemen Hingga Non-linier


PENGARUH TULANGAN CRT DAN TULANGAN BJTD PADA KOMPONEN LENTUR DENGAN MUTU BETON F C 24,52 MPA (182S)

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANISME KERUNTUHAN BALOK BETON YANG DIPASANG CARBON FIBER REINFORCED PLATE

Bab II STUDI PUSTAKA

PERILAKU BALOK BETON SANDWICH DALAM MENERIMA BEBAN LENTUR TESIS MAGISTER OLEH FIRDAUS

Pengaruh Sambungan Cor Beton terhadap Uji Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Ditinjau dari Umur Sambungan

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

BAB I PENDAHULUAN. memikul tekan pada semua beban bekerja distruktur tersebut.

ANALISIS MOMEN-KURVATUR PENAMPANG PERSEGI BETON BERTULANG MUTU NORMAL. Fajri

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

STUDI EKSPERIMENTAL BALOK BETON BERTULANG BERSENGKANG TERTUTUP TEGAK DENGAN PENYAMBUNG KAIT DAN LAS

BAB III LANDASAN TEORI

Letak Utilitas. Bukaan Pada Balok. Mengurangi tinggi bersih Lantai 11/7/2013. Metode Perencanaan Strut and Tie Model

POLA RETAK LENTUR GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN ORTHOTROPIC MODEL

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

Baja profil: WF (As = 101,3 cm 2 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUDUT SENGKANG MIRING PADA BALOK PENDEK TERHADAP POLA RUNTUH

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, prosedur perencanaan suatu struktur harus menjamin bahwa

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDI EKSPERIMENTAL BALOK TUMPUAN SEDERHANA DENGAN TULANGAN GESER YANG DILAS. R. Risang Haryo C.D., Mashuri Amin D. Purwanto *), Sukamta *)

Transkripsi:

ANALISA RETAK PADA BALOK TINGGI DENGAN VARIASI JARAK SENGKANG MENGGUNAKAN ANSYS Eka Purnamasari Dosen Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin Kalimantan Selatan Email: eka.ftsuniska@gmail.com ABSTRAK Keruntuhan pada balok tinggi adalah disebabkan oleh retak geser diagonal yang terjadi pada badan balok dan semakin tinggi balok maka kekuatan lentur balok juga akan meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh dari jarak sengkang penulangan geser terhadap pola retak pada balok tinggi. Dalam penelitian ini dimodelkan sebanyak enam benda uji balok sederhana bertulangan rangkap simetris 2D20 dan tulangan geser 10 dengan lebar 200 mm, tinggi 600 mm dan variasi jarak sengkang 50 mm sampai dengan 300 mm. Balok akan dibebani beban terpusat ditengah bentang balok sampai dengan keruntuhannya. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin kecil jarak tulangan sengkang maka akan semakin tinggi pula tegangan yang terjadi pada balok, ini menunjukkan bahwa sangat diperlukan sekali tulangan geser untuk mencegah terjadinya lebih awal keruntuhan geser beton yang bersifat getas. Semakin kecil jarak tulangan sengkang maka akan semakin banyak retak yang terjadi dibagian tumpuan dan bagian serat tekan, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh mutu beton sangat menentukan sekali. Kata kunci: balok tinggi, sengkang, retak ABSTRACT The collapse in the high beam is caused by diagonal shear cracks that occur in the body of the beam and the higher the beam then the beam bending strength will also increase. The purpose of this study was to determine the effect of shear reinforcement stirrup distance of the pattern of cracks on high beam. In this study, the test object is modeled as much as six simple beam symmetrical double reinforcement 2D20 and shear 10 with a width of 200 mm, high of 600 mm and stirrup distance variation of 50 mm up to 300 mm. Concentrated load beams will be burdened with the middle span beams up to its collapse. The results of this study can be seen that the smaller the distance reinforcement stirrup then the higher stress that occurs at the beam, showed that it is desirable shear reinforcement to prevent early collapse that is brittle. The smaller the distance of the reinforcement stirrup, the more cracks occurring pedestal section and a section of fiber press, this shows that the influence of the quality of the concrete will determine all. Keywords: high beam, stirrups, crack 1. PENDAHULUAN Salah satu bagian komponen struktural suatu konstruksi yang memiliki peran untuk memikul beban adalah balok. Dalam memikul beban struktur balok akan mengalami gaya-gaya dalam berupa momen, geser, dan normal serta juga akan mengalami deformasi. Balok yang mengunakan material beton akan mempunyai kelemahan dalam hal menahan tarik maka untuk menambah kekuatan tarik dari beton digunakanlah tulangan baja yang dipasang didaerah tarik. Untuk meningkatkan kemampuan lentur balok maka sering ditemui penggunaan balok tinggi seperti pada balok transfer geser, balok jembatan, balok-balok pada bentang pendek, dan dinding-dinding geser. Balok tinggi merupakan elemen struktural yang mempunyai rasio bentang balok dari as ke as terhadap tinggi balok yang tidak melebihi 2 untuk bentang sederhana (L/H < 2) dan 2,5 untuk balok menerus (L/H < 2,5) (Shahidul I., 2012). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mempelajari perilaku keruntuhan elemen struktur balok tinggi beton bertulang dengan mengunakan permodelan komputer software ANSYS. Mekanisme geser pada elemen struktur balok tinggi beton bertulang merupakan hal yang sangat penting diperhatikan Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 01 Desember 2016 ISSN cetak 2502-1028 35

terlebih lagi pada komponen struktur yang rentan terhadap gaya geser. Gaya geser umumnya tidak bekerja sendirian, tetapi kombinasi dengan lentur, torsi, atau gaya normal. Perilaku keruntuhan geser pada balok beton bertulang sangat berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Keruntuhan geser bersifat getas (brittle) tanpa adanya peringatan berupa lendutan yang berarti. Pada balok tinggi keruntuhan yang terjadi dominan diakibatkan oleh gaya geser. Gaya geser akan mengakibatkan terjadinya retak miring pada balok, dan setelah retak ini terjadi, mekanisme transfer gaya geser akan disumbangkan oleh aksi pelengkung (arching action). Aksi ini dapat memberikan cadangan kapasitas yang cukup besar pada balok dalam memikul beban. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Balok Tinggi Balok tinggi merupakan elemen struktural yang mempunyai rasio bentang balok dari as ke as terhadap tinggi balok yang tidak melebihi 2,0 untuk bentang sederhana (L/H < 2,0) dan 2,5 untuk balok menerus (L/H < 2,5) (Shahidul I., 2012). Balok tinggi banyak digunakan dalam dunia konstruksi seperti balok transfer geser, balok jembatan, dinding pondasi, dinding geser, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Patil, (2013) dapat diketahui bahwa keruntuhan utama balok tinggi adalah disebabkan oleh retak geser diagonal yang terjadi pada badan balok dan semakin tinggi balok maka kekuatan lentur balok juga akan meningkat. Gambar 1a). Elemen ini juga mempunyai kemampuan untuk berdeformasi plastis, retak dalam arah x, y, dan z. (L. Dahmani, et.al, 2010). Gambar 1. Model 3D Elemen Beton SOLID 65 Gambar 2. Model 3D Elemen Baja SOLID 45 Model kurva tegangan-regangan beton mutu normal yang digunakan terlihat pada gambar 3 adalah model teganganregangan beton menurut Kent-Park (1971) (Park, R., dan T. Paulay, 1975), yaitu: 2.2. Permodelan Struktur ANSYS a. Model Beton Bertulang (Reinforced Concrete) Untuk memodelkan material beton bertulang digunakan model 8 elemen Solid (SOLID 65) dengan tiga derajat kebebasan pada setiap titiknya dan terjadi translasi pada arah x, y, and z (lihat 36 Analisa Retak Pada Balok Tinggi dengan Variasi Jarak Sengkang Menggunakan Ansys

Gambar 3. Model kurva teganganregangan beton menurut Kent-Park (1971) 1. Daerah AB: ε c 0,002 2 2 c f c c f c (1) 0,002 0,002 2. Daerah BC: 0,002 ε c ε 50u fc fc 1 z c 0,002 (2) 3. Daerah CD: ε c ε 20c fc 0,20 fc (3) Dimana: 0,5 z (4) 3 0,002 fc 0,002 50h fc 1000 3 0,002 f 50 c u (5) fc 1000 3 b" 50 h s (6) 4 S 0,8 20c 0,002 (7) z Data sifat penampang yang akan digunakan dalam permodelan ANSYS dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Data mutu beton SOLID 65 Linear - Elastic - Isotropic Modulus Elastisitas 2,35x10 4 MPa Beton, E c Poisson Rasio, 0,20 Nonlinear Multininear Kinematic Hardening Regangan ( c ) Tegangan (f c ) 0,0000 0,000 0,0001 2,350 0,0002 4,700 0,0003 6,938 0,0005 10,938 0,0010 18,750 0,0015 23,438 0,0020 25,000 0,0025 24,629 0,0030 24,257 0,0035 23,886 0,0040 23,514 0,0045 23,143 0,0050 22,771 0,0053 22,548 Tabel 2. Data material beton SOLID 65 Nonlinear Inelastic Non-metal plasticity Concrete65 Open shear transfer 0,30 coefficient Closed shear transfer 1,00 coefficient Uniaxial cracking 3,50 Mpa stress (fr=0,7.öfc ) Uniaxial crushing 25 Mpa stress (fc ) Tensile crack factor 0,60 b. Model Tulangan Baja Dalam memodelkan tulangan baja biasanya menggunakan tipe elemen SOLID 45 (lihat Gambar 1b) dengan 3 model (L. Dahmani, A, 2010), yaitu: a) Model 1: tulangan baja di idealisasikan sebagai elemen batang aksial (spar elements) dengan sifatnya seperti tulangan aslinya namun berupa garis lihat Gambar 3.a Elemen ini dapat langsung dihasilkan dari titik-titik dalam model dan mudah Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 01 Desember 2016 ISSN cetak 2502-1028 37

digunakan dalam memodelkan tulangan baja suatu beton bertulang. b) Model 2: tulangan baja di idealisasikan sebagai tulangan yang terdistribusi merata dalam elemen beton (smeared concrete element). Dalam hal ini, beton dan tulangan terdistribusi ke dalam elemen dengan batas-batas geometrik yang sama dan pengaruh tulangan merata ke dalam elemen yang berhubungan (Gambar 3.b). c) Model 3: tulangan baja di idealisasikan sebagai elemen Solid dengan sifatnya seperti tulangan aslinya (seperti Gambar 3.c), model ini yang dipakai dalam penelitian ini. Gambar 4. Model Tulangan Baja a) model Spar Element, b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid Element Model hubungan tegangan-regangan baja yang digunakan adalah model Bilinear Isotropic Hardening, dengan data material dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. c. Model Tumpuan Baja (Support) Tumpuan baja menggunakan model SOLID 45 dengan material kondisi linier dan data dapat dilihat pada Tabel 5. 2.3 Pola Retak Pada Beton Pola retak hasil ANSYS Ed.9.0 terdiri dari retak pertama berwarna merah, selanjutnya berwarna hijau kemudian biru, retak lentur ditunjukkan dengan garis vertikal yang diikuti oleh retak tekan dengan tanda bulatan sedangkan retak geser ditunjukkan dengan garis diagonal seperti Gambar 5. Tabel 3. Data material tulangan lentur tarik dan tekan baja SOLID 45 Linear - Elastic Isotropic Modulus Elastisitas 2x10 5 Mpa Baja, E s Poisson Rasio, s 0,30 Nonlinear Inelastic Rate Independent Isotropic Hardening plasticity Mises Plasticity Bilinear Isotropic Hardening Tegangan leleh Baja, 400 Mpa f y Tabel 4 Data material tulangan geser baja SOLID 45 Linear - Elastic Isotropic Modulus Elastisitas 2x10 5 Mpa Baja, E s Poisson Rasio, s 0,30 Nonlinear Inelastic Rate Independent Isotropic Hardening plasticity Mises Plasticity Bilinear Isotropic Hardening Tegangan leleh Baja, 240 Mpa f y Tabel 5. Data material tumpuan baja SOLID 45 Linear - Elastic Isotropic Modulus Elastisitas 2,0x10 5 Mpa Baja, E s Poisson Rasio, s 0,30 Kondisi Linear Gambar 5. Pola Retak pada ANSYS Ed.9.0 38 Analisa Retak Pada Balok Tinggi dengan Variasi Jarak Sengkang Menggunakan Ansys

3. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini di program ansys 9.0 dikondisikan sama dengan keadaan di lapangan. Peneliti menggunakan sampel untuk benda uji dalam bentuk balok tinggi. Dalam penelitian ini peneliti membuat 2 (dua) jenis model dari penelitian sebelumnya dan 6 (enam) buah model ukuran lebar 200 mm dan tinggi 600 mm dengan variasi jarak sengkang masing-masing 250 mm, 150 mm dan 50 mm, model dapat terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Model balok tinggi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada gambar 7 terlihat model balok dengan jarak sengkang 300 mm yang sebesar 18,189 MPa terjadi retak miring pada badan balok dan pada bagian tengah serat tarik, namun terlihat retak geser yang terjadi pada bagian muka tumpuan dengan sebaran retak horisontal sepanjang 100 mm dari muka tumpuan, sedangkan pada daerah tekan retak yang terjadi semakin parah atau beton mengalami spalling dan crushing. Gambar 7. Retak pada model balok dengan jarak sengkang 300 mm Pada gambar 8 terlihat model balok dengan jarak sengkang 250 mm yang sebesar 19,438 MPa terjadi retak miring pada badan balok dan pada bagian tengah serat tarik, namun terlihat retak geser yang terjadi pada bagian muka tumpuan dengan sebaran retak horisontal sepanjang 100 mm dari muka tumpuan, sedangkan pada daerah tekan retak yang terjadi semakin parah atau beton mengalami spalling dan crushing. Gambar 8. Retak pada model balok dengan jarak sengkang 250 mm Pada gambar 9 terlihat model balok dengan jarak sengkang 200 mm yang sebesar 21,971 MPa terdapat retak miring pada badan balok dan pada bagian tengah serat tarik, namun terlihat retak geser yang terjadi pada bagian muka tumpuan Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 01 Desember 2016 ISSN cetak 2502-1028 39

dengan sebaran retak horisontal sepanjang 100 mm dari muka tumpuan, sedangkan pada daerah tekan retak yang terjadi semakin parah. Pada gambar 11 terlihat model balok dengan jarak sengkang 100 mm yang sebesar 25,66 MPa terdapat retak yang parah pada bagian pembebanan hingga menyebabkan perubahan bentuk pada balok. Sedangkan retak miring pada badan balok dan pada bagian tengah serat tarik semakin banyak, terlihat pula retak geser yang terjadi pada bagian muka tumpuan dengan sebaran retak horisontal sepanjang 100 mm dari muka tumpuan. Pada bagian tumpuan terdapat pula perubahan bentuk akibat retak yang terjadi. Gambar 9. Retak pada model balok dengan jarak sengkang 200 mm Pada gambar 10 terlihat model balok dengan jarak sengkang 150 mm yang sebesar 20,104 MPa terjadi retak miring pada badan balok dan pada bagian tengah serat tarik, namun terlihat retak geser yang terjadi pada bagian muka tumpuan dengan sebaran retak horisontal sepanjang 100 mm dari muka tumpuan, sedangkan pada daerah tekan retak yang terjadi semakin parah atau beton mengalami spalling dan crushing. Gambar 10. Retak pada model balok dengan jarak sengkang 150 mm Gambar 11 Retak pada model balok dengan jarak sengkang 100 mm Pada gambar 12 terlihat model balok dengan jarak sengkang 50 mm yang telah dibebani sehingga terjadi tegangan sebesar 33,959 MPa terdapat retak yang parah pada bagian pembebanan hingga menyebabkan perubahan bentuk pada balok. Sedangkan retak miring pada badan balok dan pada bagian tengah serat tarik semakin banyak, terlihat pula retak geser yang terjadi pada bagian muka tumpuan dengan sebaran retak horisontal sepanjang 100 mm dari muka tumpuan. Pada bagian tumpuan terdapat pula perubahan bentuk akibat retak yang terjadi. 40 Analisa Retak Pada Balok Tinggi dengan Variasi Jarak Sengkang Menggunakan Ansys

Gambar 12. Retak pada model balok dengan jarak sengkang 50 mm Dapat disimpulkan dari gambar 13 bahwa semakin kecil jarak sengkang pada balok tinggi maka balok dapat menahan tegangan lebih besar. Hal ini pun menyebabkan semakin kecil jarak sengkang pada balok juga mempengaruhi pada konsentrasi retak yang lebih mengarah pada bagian tekan balok yaitu pada bagian serat tekan dan tumpuan balok, sehingga pengaruh mutu beton sangat menentukan sekali. Dengan penggunaan mutu beton 25 MPa dihasilkan banyak retak pada permodelan balok. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Semakin kecil jarak tulangan sengkang maka akan semakin tinggi pula tegangan yang terjadi pada balok, ini menunjukkan bahwa sangat diperlukan sekali tulangan geser untuk mencegah terjadinya lebih awal keruntuhan geser beton yang bersifat getas. Gambar 13. Tegangan maksimum tiap model Semakin kecil jarak tulangan sengkang maka akan semakin banyak retak yang terjadi dibagian tumpuan dan bagian serat tekan, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh mutu beton sangat menentukan sekali. 5.2. Saran Saran dari penelitian ini adalah perlu penelitian lanjutan mengenai: a) Penelitian berikutnya menggunakan mutu beton yang lebih tinggi. b) Pengaruh mutu beton pada balok tinggi. c) Pengaruh tulangan lentur tekan pada balok tinggi dalam mengubah perilaku getas balok tinggi. DAFTAR PUSTAKA Kent, D. C. and Park, R., 1971, Flexural Members with Confined Concrete, Journal of the Structural Division, ASCE, Vol. 97, ST7, July, pp. 1969-1990. L. Dahmani, A. Khennane, and S. Kaci, 2010, Crack Identification In Reinforced Concrete Beams Using Ansys Software, Strength of Materials, Vol. 42, No. 2, Springer Science + Business Media, Inc.. Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 01 Desember 2016 ISSN cetak 2502-1028 41

Nawy, E.G., Tavio, and Kusuma B., 2010, Beton Bertulang: Sebuah Pendekatan Mendasar, Edisi Kelima, ITS Press. Patil, A. N. Shaikh, B. R. Niranjan, 2013, Experimental and Analytical Study on Reinforced Concrete Deep Beam, International Journal of Modern Engineering Research (IJMER) Vol.3, Issue.1, Jan-Feb. 2013 pp-45-52. Park, R., dan T. Paulay, 1975, Reinforced Concrete Structures, John Wiley & Sons Inc. Shahidul Islam, S. M., 2012, Automated Design of Reinforced Concrete Deep Beams, Thesis submitted to School of Engineering and Information Technology University of New South Wales, Canberra for the degree of Doctor of Philosophy. 42 Analisa Retak Pada Balok Tinggi dengan Variasi Jarak Sengkang Menggunakan Ansys