III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

Karakterisasi Material Sprocket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh reduksi tebal terhadap mikrostruktur dan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas. Sungkono dan Siti Aidah

Laporan Tugas Akhir (MM091381) Pengaruh Kecepatan Potong Pada Turning Process Terhadap Kekerasan dan Kedalaman Pengerasan Baja AISI 4340

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB 3 Metode Penelitian

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mulai. Identifikasi Masalah. Persiapan Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir berikut ini : Pelat Baja Tipe SPHC JIS G Pembuatan Spesimen Uji

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

KARAKTERISASI METALOGRAFI DAN VJI MEKANIK INGOT HASIL DAVR VLANG SKRAP ZIRKALOY-2

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

Bab III Metode Penelitian

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO AKIBAT PROSES ROL DAN LAS PADA PADUAN ZR-NB-MO-GE UNTUK MATERIAL KELONGSONG PLTN

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE), Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tungku busur listrik, tungku tabung, tungku perlakuan panas, kawat SS, mesin bor, batu tahan api, mesin rol, jangka sorong, neraca digital, mesin pemotong accustom Struers, cetakan pembingkaian, engraver, mesin gerinda DAP-U Struers, kertas gerinda grade 180, 320, 500, 800, 1.000, 1.200, 1.500, 2.000, dan 2.400, pasta alumina 1 μm, pencuci ultrasonik, drybox, beaker glass, gelas ukur, sendok ukur, mikroskop optik beserta kamera, lilin, penekan sampel, serta micro hardness Vickers tester. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain, logam Zr (99%), Sn (99,89%), Nb (99,85%), Fe (99,99%), serta Mo (99%) yang berbentuk granule

41 (potongan kecil-kecil), gas argon, resin (clarocit kit powder dan clarocit kit liquid), aquades, HNO3, dan HF 10%. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu, peleburan, β-quenching, pengerolan panas dan dingin, anil, pengamatan metalografi (mikroskop optik dan SEM), analisis difraksi sinar-x (XRD), serta uji kekerasan micro hardness Vickers. Secara terperinci tahapan-tahapan dari proses tersebut adalah sebagai berikut. 1. Peleburan Sebelum dilakukan proses peleburan terlebih dahulu dilakukan penimbangan bahan dengan neraca digital. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan zirlo-mo beserta kode sampelnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kandungan unsur utama dan pemadu dalam sampel zilo-mo Kode Sampel Kandungan unsur utama dan pemadu Zr Sn Nb Fe Mo ZM-0 % berat 97,9 1 1 0,1 0 Massa (gr) 14,685 0,150 0,150 0,015 0 ZM-0,3 %berat 97,6 1 1 0,1 0,3 Massa (gr) 14,640 0,150 0,150 0,015 0,045 ZM-0,4 %berat 97,5 1 1 0,1 0,4 Massa (gr) 14,625 0,150 0,150 0,015 0,060 ZM-0,5 %berat 97,4 1 1 0,1 0,5 Massa (gr) 14,610 0,150 0,150 0,015 0,075 Setelah dilakukan penimbangan maka proses peleburan pun dapat dilakukan. Proses peleburan dilakukan dengan menggunakan tungku busur listrik karena berdasarkan penelitian Susanto (2006), tungku busur listrik

42 merupakan tungku lebur yang dapat menghasilkan paduan zirkonium dengan kualitas baik. Untuk menghindari adanya oksidasi atau kontaminasi dari unsur lain maka selama proses peleburan tungku busur listrik selalu dalam keadaan terisi gas argon. Cara kerja untuk peleburan ini terdiri dari proses pengisian gas argon dan proses peleburan dengan busur listrik. Proses pengisian argon diawali dengan pemvakuman dengan menggunakan pompa mekanik hingga tekanan dalam tungku turun sampai ± 101 kpa. Setelah tekanan sampai pada batas yang ditentukan, katup vakum ditutup dan katup gas argon dibuka. Gas argon dibiarkan mengisi ruang hingga katup pengeluaran (relief valve) bergerak keluar pada tekanan sekitar 13,8 kpa. Proses ini diulangi sebanyak 3 kali dan pada pengulangan terakhir, tungku dibiarkan teraliri gas argon dengan katup pengeluaran terbuka. Setelah tungku busur listrik berada dalam keadaan teraliri gas argon maka peleburan pun dapat dilakukan. Untuk melakukan peleburan terlebih dahulu arus pada catu daya disetel sebesar 150 A. Kemudian posisi elektroda diatur agar dekat dengan sampel yang diletakkan pada krusibel. Setelah itu pedal arus diinjak hingga arus terhubung kemudian elektroda disentuhkan pada sampel untuk memulai munculnya busur listrik. Panjang busur listrik dapat diubah dengan cara mengatur jarak antara elektroda dengan sampel. Agar homogenitas yang dicapai cukup baik maka selama proses peleburan setelah semua unsur telah melebur, elektroda diputar (seperti mengaduk) di atas sampel. Apabila telah selesai maka peleburan

43 kembali dilakukan untuk bagian bawah sampel (sisi lain sampel) dengan metode yang sama. Proses pengulangan peleburan (re-melting) ini dilakukan sebanyak 5 kali agar dicapai hasil yang cukup baik. 2. β-quenching Proses β-quenching dilakukan dengan cara memanaskan sampel di dalam tungku tabung yang dialiri dengan gas argon untuk mencegah terjadinya oksidasi. Untuk proses pemanasannya, sampel dipanaskan hingga mencapai temperatur 900 C dengan kecepatan peningkatan temperatur 600 C/jam. Apabila sampel telah mencapai temperatur 900 C kemudian dilanjutkan hingga mencapai temperatur 980 C secara perlahan dan diholding (ditahan) selama 2 jam. Adapun tujuan dari proses pemanasan secara perlahan ini adalah untuk mencegah terjadinya keretakan pada sampel yang dipanaskan. Apabila sampel telah ditahan selama 2 jam maka sampel didinginkan secara cepat dengan cara mencelupkan sampel beserta chamber yang berisi argon ke dalam air. Setelah sampel mencapai temperatur yang cukup dingin barulah sampel dikeluarkan dari chamber yang berisi argon sehingga proses oksidasi zirlo akibat berada pada temperatur tinggi dapat terhindarkan seminimal mungkin. 3. Pengerolan Panas dan Dingin Untuk melakukan pengerolan panas, proses yang dilakukan adalah proses pemanasan sampel yang dilanjutkan dengan proses pengerolan. Pemanasan sampel dilakukan dengan menggunakan tungku perlakuan panas,

44 Nabertherm, yang dialiri dengan gas argon untuk menghindari terjadinya oksidasi dan sampel diletakkan di dalamnya dengan menggunakan batu tahan api. Temperatur pemanasannya adalah 850 C dengan kecepatan kenaikan temperatur 850 C/jam lalu ditahan selama 1 jam. Apabila sampel telah ditahan selama 1 jam maka proses pengerolan dapat dimulai. Pengerolan dilakukan dengan mesin rol pada saat sampel berada dalam kondisi panas. Adapun ketebalan sampel yang diharapkan dicapai melalui proses rol panas ini adalah sekitar 2 mm. Sedangkan untuk melakukan pengerolan dingin, cara yang digunakan sama dengan pengerolan panas hanya saja sampel tidak dipanaskan terlebih dahulu. Dengan kata lain, sampel langsung saja dirol dalam kondisi temperatur kamar. Pengerolan dingin yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu pengerolan dingin pertama dengan ketebalan yang ingin dicapai sebesar 1,5 mm dan pengerolan dingin kedua dengan ketebalan yang ingin dicapai sebesar 1 mm. Adapun alasan pengerolan dingin dilakukan 2 tahap adalah agar sampel tidak pecah karena deformasi yang sangat tinggi. 4. Anil Proses anil dilakukan dengan menggunakan tungku tabung. Pemanasan dilakukan dalam kondisi gas argon untuk mencegah terjadinya oksidasi. Tujuan dari perlakuan anil pada penelitian ini adalah untuk menurunkan tegangan sisa dan menyusun ulang posisi atom yang slip akibat adanya proses mekanis. Anil dilakukan dalam 3 tahap yaitu masing-masing

45 dilakukan pasca pengerolan. Anil tahap pertama dilakukan pada temperatur 760 C, tahap kedua pada 650 C dan tahap ketiga pada 500 C. Pada anil tahap pertama pemanasan sampel dilakukan dengan kecepatan kenaikan temperatur 600 C/jam menuju ke temperatur 700 C. Setelah mencapai temperatur 700 C kemudian temperatur barulah ditingkatkan secara perlahan hingga mencapai 760 C dan ditahan selama 2 jam. Pemanasan secara perlahan ini dimaksudkan untuk mencegah keretakan pada sampel. Apabila waktu penahanan telah selesai maka temperatur akan turun secara perlahan lalu ketika sampel telah cukup dingin barulah aliran gas argon dihentikan dan tungku tabung dimatikan. Anil tahap kedua, yaitu pada temperatur 650 C sampel dipanaskan dengan kecepatan kenaikan temperatur 600 C/jam mencapai temperatur 600 C terlebih dahulu dan dilanjutkan menuju ke temperatur 650 C secara perlahan. Setelah mencapai temperatur 650 C kemudian sampel ditahan selama 1,5 jam. Untuk pendinginannya dilakukan seperti pada anil tahap pertama yaitu dengan proses pendinginan di dalam tungku. Sedangkan untuk anil tahap ketiga, yaitu pada temperatur 500 C pemanasan sampel dilakukan dengan kecepatan kenaikan temperatur 600 C/jam. Kemudian ketika sampel telah mencapai temperatur 500 C dilakukan penahanan selama 3 jam. Untuk pendinginannya dilakukan seperti pada anil tahap pertama dengan pendinginan dalam tungku.

46 5. Metalografi Metalografi adalah suatu proses yang bertujuan untuk melihat mikrostruktur dari suatu logam. Proses ini terdiri dari tahapan preparasi dan pengamatan metalografi. Pada penelitian ini teknik metalografi yang digunakan ada 2 jenis, yaitu dengan menggunakan mikroskop optik dan menggunakan SEM/EDS. Penggunaan metalografi dengan menggunakan mikroskop optik bertujuan untuk mengamati bentuk butir dalam paduan sedangkan metalografi dengan menggunakan SEM/EDS bertujuan untuk mengetahui homogenitas paduan. Preparasi untuk metalografi dengan menggunakan mikroskop optik terdiri dari pemotongan sampel, pembingkaian, pelabelan, penggerindaan, pemolesan, pencucian ultrasonik, dan pengetsaan. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong accutom-struers. Selama proses pemotongan sampel terus menerus dialiri dengan air. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya transformasi fasa akibat adanya panas yang ditimbulkan pada proses pemotongan dan menghindari percikan api karena bahan zirkonium merupakan bahan yang mudah terbakar. Apabila sampel telah dipotong maka sampel tersebut siap untuk dibingkai. Proses pembingkaian yang digunakan pada penelitian ini adalah pembingkaian dingin dengan bahan serbuk-cair. Untuk bahan serbuknya digunakan clarocit kit powder dan bahan cairnya digunakan clarocit kit liquid dengan perbandingan 5 : 2. Adapun kandungan utama bahan bingkai adalah methyl metacrylate. Setelah bahan serbuk dan bahan cair

47 dicampurkan serta diaduk kemudian dituangkan pada cetakan dengan sampel telah diletakkan di dalamnya. Apabila bingkai telah mengeras maka hasil pembingkaian tersebut dikeluarkan dari cetakan dan diberi label (dinamai) dengan menggunakan engraver (alat grafir). Sampel yang telah dibingkai dan dinamai kemudian digerinda. Proses penggerindaan dilakukan dengan menggunakan mesin gerinda DAP-U, Struers beserta dengan kertas gerindanya. Dalam melakukan penggerindaan, kertas gerinda yang digunakan diganti secara bertahap dimulai dari kertas gerinda yang kasar menjadi semakin halus yaitu dimulai dari grade 180, 320, 500, 800, 1000, 1200, 1500, 2000, hingga 2400. Ketika dilakukan penggantian kertas gerinda dari grade kasar ke grade yang lebih halus, posisi sampel diputar 90 dari posisi sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar goresan-goresan dari grade sebelumnya akan terhapus oleh grade yang lebih halus. Hasil penggerindaan yang baik ditandai dengan tidak nampaknya lagi goresan pada permukaan sampel. Apabila sampel telah selesai digerinda kemudian dilakukan proses pemolesan pada sampel. Proses pemolesan dilakukan dengan menggunakan kain katun yang diberi bahan abrasif berupa pasta alumina ukuran 1 μm. Setelah sampel selesai dipoles kemudian dicuci dengan aquades menggunakan pencuci ultrasonik agar serpihan-serpihan yang terselip di celah-celah sampel dapat terlepas, setelah itu sampel dikeringkan dengan

48 menggunakan drybox. Apabila sampel telah kering maka proses preparasi dilanjutkan dengan pengetsaan. Untuk melakukan etsa digunakan larutan aquades sebanyak 45 ml, HNO3 sebanyak 45 ml, dan HF 10% sebanyak 10 ml. Sedangkan teknik etsa yang digunakan adalah teknik usap. Teknik usap adalah teknik pengetsaan yang dilakukan dengan cara mengusapkan kapas yang telah dibasahi dengan larutan etsa pada permukaan sampel. Adapun waktu yang digunakan untuk proses etsa pada penelitian ini adalah sekitar 30 detik. Setelah melalui proses etsa yang dilanjutkan dengan pencucian dan pengeringan maka sampel telah siap untuk diamati mikrostrukturnya dengan menggunakan mikroskop optik beserta kamera. Proses metalografi dengan mikroskop optik dikatakan berhasil ketika permukaan sampel telah tampak jelas batasan antara butir dengan butir lainnya. Sedangkan proses metalografi dengan SEM/EDS terdiri dari tahapan preparasi dan pengamatan mikrostrukturnya. Untuk tahapan preparasi pada metalografi dengan SEM/EDS sama dengan yang dilakukan dengan preparasi pada metalografi dengan menggunakan mikroskop optik. Untuk melakukan pengamatan dengan SEM/EDS, sebelumnya SEM/EDS telah divakumkan terlebih dahulu. Untuk melakukan pengamatannya, sampel diletakkan/dimasukkan dalam chamber. Setelah sampel berada dalam chamber dilakukan pengaturan tegangan dan perbesaran sesuai dengan yang diinginkan. Apabila perbesaran yang ingin dicapai telah

49 diperoleh kemudian ditentukan fokus dan daerah yang akan diamati. Setelah proses tersebut selesai maka proses pengambilan foto dan analisis unsur pun dapat dilakukan. 6. Difraksi Sinar-X (XRD) Karakterisasi XRD merupakan karakterisasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui fasa yang terbentuk pada sampel. Preparasi untuk melakukan karakterisasi ini sama dengan preparasi yang dilakukan pada proses metalografi. Melalui XRD akan dihasilkan suatu spektrum (grafik) yang menggambarkan puncak pada setiap sudut 2θ. Puncak-puncak yang terbentuk tersebut akan digunakan untuk menentukan fasa yang terbentuk dalam sampel karena setiap fasa memiliki karakteristik puncak yang khas. Untuk penentuan fasa yang terbentuk tersebut dilakukan dengan membandingkan puncak-puncak hasil XRD sampel dengan puncak-puncak hasil XRD pada data standar JCPDF. Melalui data XRD juga dapat ditentukan ukuran kristal yang terbentuk. Penentuan ukuran kristal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Scherrer (Scherrer, 1918): B(2θ) = K.λ L.cos θ (5) dengan B(2θ) = FWHM/Full Widht at Half Maximum (rad), K = konstanta Scherrer yang bernilai 1, λ = panjang gelombang sinar-x (m), θ = sudut difraksi, dan L = ukuran kristal (Langford dan Wilson, 1978).

50 7. Uji Kekerasan Untuk dapat melakukan uji kekerasan pada penelitian ini digunakan alat micro hardness Vickers tester. Untuk preparasi sampel pada uji kekerasan sama seperti yang dilakukan pada proses metalografi. Proses pengujian diawali dengan perataan permukaan sampel yang dilakukan dengan cara menekan sampel pada suatu alas yang telah diberi lilin. Setelah permukaan sampel rata kemudian micro hardness Vickers tester diberi beban dan dilakukan penjejakan pada sampel. Jejak yang terbentuk kemudian diamati dengan mikroskop. Bentuk jejakan yang baik pada sampel berupa belah ketupat yang memiliki 2 diagonal dengan ukuran yang hampir sama atau sama. Kedua diagonal yang telah terukur tersebut kemudian dihitung nilai rata-ratanya dan dihitung nilai kekerasannya dengan menggunakan persamaan (Evans dan Charles, 1976; ASTM-E 384): HV = 0,0018544 P (6) D 2 dengan HV = nilai kekerasan Vickers (GPa), P = beban (N), D = diagonal rerata (mm). D. Diagram Alir Penelitian Secara sederhana diagram alir dari metode penelitian ini tampak seperti pada Gambar 3.1.

51 Mulai Penimbangan bahan paduan Pembuatan ingot zirlo-mo dengan peleburan Pemotongan dan finishing β-quenching 980 C, selama 2 jam Rol panas 850 C Anil 760 C selama 2 jam Rol dingin tahap 1 Anil 650 C selama 1,5 jam Rol dingin tahap 2 Anil 500 C selama 3 jam Karakterisasi: Uji kekerasan, mikroskop optik dan SEM, XRD Analisis Selesai Gambar 3.1. Diagram alir penelitian zirlo-mo