BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB IV GAMBARAN UMUM

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

GUBERNUR JAWA TENGAH

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH,

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sebelum melaksnakan pembelajaran guru terlebih dulu membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP), judul penelitian ini terkait dengan tujuan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

Transkripsi:

33 A. Gambaran Umum BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Dengan ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, di sebelah selatan Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur di sebelah timur, dan di sebelah utara adalah Laut Jawa. Jawa tengah memiliki luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Gambar III.1 Peta Jawa Tengah Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/jawa_tengah Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten. Administrasi pemerintahan kabupaten ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa atau kelurahan. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 39.298.765

34 jiwa terdiri atas 19.281.140 laki-laki dan 19.989.547 perempuan. Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun). Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%). Jawa Tengah yang memiliki wilayah yang cukup luas untuk dilakukan pembangunan daerah. Dilihat dari luas wilayah, wilayah pemerintahan daerah kabupaten relatif lebih luas daripada wilayah pemerintahan daerah kota. Oleh karenanya, di wilayah kabupaten banyak terdapat desa tertinggal. Sejak reformasi berlangsung di Indonesia, inisiatif untuk melakukan pembaharuan desa terus bermunculan. Dimana arah dari demokrasi ini adalah agar praktik demokrasi desa berlangsung dengan baik serta menuju kemandirian dan kesejahteraan warga desa. Hal yang tepat bersamaan dengan adanya pembangunan desa tertinggal sesuai dengan NAWACITA yang tertuang dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019. Adapun Sembilan program tersebut yaitu: 1. Menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga Negara, 2. membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpecaya, 3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa alam kerangka NKRI,

35 4. memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, 6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional, 7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis. 8. melakukan revolusi karakter bangsa, 9. memperteguh kebhinekaan dan memperkuat rastorsi sosial Indonesia. Dari progam membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, pemerintah mengucurkan dana desa sebesar Rp 5 triliun untuk provinsi Jawa Tengah. Dana ini dibagi untuk 7.809 desa yang berada di provinsi Jawa Tengah. B. Karakteristik Responden Tabel di bawah ini menunjukkan daftar pemerintah daerah yang digunakan sebagai sampel penelitian. Terdapat 29 kabupaten di Provinsi jawa Tengah namun tidak semua perwakilan daerah sebagai responden. Dari 52 responden berasal dari Kabupaten Banjarnegara, Banyumas, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Demak, Grobogan, Jepara, Karanganyar, Kendal, Temanggung, Wonogiri, Klaten, Kudus, Magelang, Pati, Pekalongan, pemalang, Purworejo, Rembang, Semarang, Sragen, Sukoharjo, Tegal, dan Wonosobo. Terdapat 3 kabupaten yang tidak menjadi responden yaitu berasal dari Kabupaten Batang, Kebumen, dan Purbalingga.

36 Table III.1 Daftar Pemerintah Daerah Sebagai Sampel Penelitian No Kabupaten Ya Tidak No Kabupaten Ya Tidak 1 Banjarnegara 16 Klaten 2 Banyumas 17 Kudus 3 Batang 18 Magelang 4 Blora 19 Pati 5 Boyolali 20 Pekalongan 6 Brebes 21 Pemalang 7 Cilacap 22 Purbalingga 8 Demak V 23 Purworejo 9 Grobogan 24 Rembang 10 Jepara 25 Semarang 11 Karanganyar 26 Sragen 12 Kebumen 27 Sukoharjo 13 Kendal 28 Tegal 14 Temanggung 29 Wonosobo 15 Wonogiri Deskriptif responden dilakukkan untuk menggambarkan karakteristik responden. Adapun beberapa yang dapat diketahui dalam deskripsi ini antara lain: pendidikan responden, masa jabatan responden, jabatan responden, dan jenis kelamin responden. Berikut disajikan karakteristik responden yang terdiri dari 52 responden berasal dari Provinsi Jawa Tengah:

37 Gambar III.2 Karakteristik Pendidikan Responden 40 35 30 25 20 15 10 5 0 sma S1 S2 jumlah 0 36 16 Tabel dan gambar di atas menunjukkan karakteristik pendidikan responden. Dari data tersebut terdapat dua tingkat pendidikan responden yaitu S1 dan S2. Dari total keseluruhan 52 data responden, jumlah responden S1 adalah sebanyak 36 responden atau sebesar 69,23%. Sedangkan untuk S2 hanya sebanyak 16 reponden dengan persentase sebesar 30,77%.

38 Gambar III.3 Karakteristik Masa Jabatan Responden 40 35 30 25 20 15 10 5 0 < 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun jumlah 0 16 36 Tabel dan gambar di atas menunjukkan karakteristik masa jabatan responden. Dari data tersebut terdapat tiga masa jabatan responden yaitu kurang dari 5 tahun, antara 5 sampai 10 tahun, dan lebih dari 10 tahun. Dari total keseluruhan 52 data responden, jumlah masa jabatan responden yang kurang dari 5 tahun adalah sebanyak 0 responden atau sebesar 0%. Sedangkan masa jabatan responden antara 5 sampai 10 tahun adalah sebanyak 13 responden dengan persentase sebesar 25%. Sedangkan untuk masa jabatan responden lebih dari 10 tahun adalah sebanyak 39 responden dengan persentase sebesar 75%.

39 Gambar III.4 Karakteristik Jabatan Responden 30 25 20 15 10 5 0 inspektorat aparatur desa jumlah 26 26 Tabel dan gambar di atas menunjukkan karakteristik jabatan responden. Dari data tersebut digolongkan menjadi dua jabatan responden yaitu inspektorat dan aparatur desa. Dari total keseluruhan 52 data responden, jumlah jabatan responden sebagai inspektorat adalah sebanyak 26 responden atau sebesar 50%. Sedangkan untuk jumlah responden aparatur desa sebanyak sama dengan jumlah jabatan inspektorat yaitu 26 reponden dengan persentase sebesar 50%.

40 Gambar III.5 Karakteristik Jenis Kelamin Responden 40 35 30 25 20 15 10 5 0 laki-laki perempuan jumlah 36 16 Tabel dan gambar di atas menunjukkan karakteristik dilihat dari jenis kelamin responden. Dari data tersebut dibedakan menjadi dua jenis kelamin responden yaitu laki-laki dan perempuan. Dari total keseluruhan 52 data responden, jumlah responden laki-laki adalah sebanyak 36 responden atau sebesar 69,23%. Sedangkan jumlah responden perempuan hanya sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 30,77%.

41 C. ANALISIS DATA Penelitian yang dilakukkan terhadap 52 responden, yang terdiri dari aparatur desa dan inspektorat. Setiap responden memperoleh pertanyaan sebanyak 33 pertanyaan mengenai praktik pengelolaan aset desa. Terdapat empat jenis persepsi jawaban yang disiapkan dan dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis penilaian: pada penilaian 4 (empat) menggambarkan bahwa pernyataan sudah semuanya dilaksanakan, penilaian 3 (tiga) menggambarkan bahwa sudah sebagian besar dilakaksanakan, penilaian 2 (dua) menggambarkan bahwa sudah sebagian kecil dilaksanakan, dan penilaian 1 (satu) menggambarkan bahwa pernyataan belum sama sekali dilakukkan. 1. Pengertian Mengenai Aset Desa Tabel III.2 Pengertian Aset Desa 1 Aparatur Desa 3,73 2 Inspektorat 3,62 mengenai pertanyaan pemahaman umum mengenai desa dan aset desa. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,11. Aparatur desa mendapat hasil sebesar 3,73 dan lebih tinggi sedikit daripada inspektorat yang hasilnya hanya sebesar 3,62. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa hampir semua responden yang berasal dari aparatur desa lebih paham, mengetahui, dan sudah melaksanakan pengertian dari desa dan aset desa dibandingkan dengan inspektorat.

42 2. Pengertian Kepala Desa, Sekretaris Desa, Petugas Aset Desa Beserta Tanggung Jawab dan Wewenangnya. Tabel III.3 Tanggung Jawab dan Wewenang Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Petugas Aset Desa 1 Aparatur Desa 3,46 2 Inspektorat 3,46 mengenai pertanyaan mengenai tugas, tanggung jawab serta wewenang dari kepala desa, sekretaris desa, dan petugas aset. Dari hasil perhitangan dapat terlihat bahwa jawaban memiliki hasil yang sama. Aparatur desa mendapat sebesar 3,46 dan inspektorat juga mendapatkan hasil sebesar 3,46 Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa hampir semua responden yang berasal dari aparatur desa dan inspektorat paham dan mengetahui mengenai tugas, tanggung jawab serta wewenang dari kepala desa, sekretaris desa, dan petugas aset. 3. Perencanaan Tabel III.4 Perencanaan 1 Aparatur Desa 3,42 2 Inspektorat 3,58 mengenai pertanyaan perencanaan kebutuhan aset desa. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,16. Inspektorat mendapat hasil sebesar 3,58 dan lebih tinggi sedikit daripada aparatur desa yang

43 hasilnya hanya mendapat sebesar 3,42. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa hampir semua responden yang berasal dari Inspektorat lebih paham, mengetahui, dan sudah melaksanakan mengenai pertanyaan perencanaan kebutuhan aset desa dibandingkan dengan aparatur desa. 4. Pengadaan Tabel III.5 Pengadaan 1 Aparatur Desa 3,35 2 Inspektorat 3,27 mengenai pertanyaan mengenai perinsip-perinsip yang digunakan dalam pengadaan aset. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,08. Aparatur desa mendapat hasil sebesar 3,35 dan lebih tinggi sedikit daripada inspektorat yang hasilnya hanya sebesar 3,27. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden yang berasal dari aparatur desa lebih paham mengetahui, dan sudah melaksanakan perinsip-perinsip pengadaan aset desa dibandingkan dengan inspektorat. 5. Penggunaan Tabel III.6 Penggunaan 1 Aparatur Desa 3,12 2 Inspektorat 3,23

44 mengenai pertanyaan penggunaan aset desa. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,11. Inspektorat menunjukkan hasil sebesar 3,23 dan lebih tinggi sedikit daripada aparatur desa yang hasilnya hanya sebesar 3,12. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari Inspektorat lebih paham serta mengetahui mengenai penggunaan aset desa dibandingkan dengan aparatur desa. 6. Pemanfaatan Tabel III.7 Pemanfaatan 1 Aparatur Desa 3,35 2 Inspektorat 3,31 mengenai pertanyaan mengenai bentuk pemanfaatan aset desa berupa sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan bangun guna serah atau bangun serah guna. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,04. Aparatur desa menunjukkan hasil sebesar 3,35 dan lebih tinggi sedikit daripada inspektorat yang hanya mendapat 3,31. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari aparatur desa lebih paham, mengetahui, dan sudah melaksanakan mengenai bentuk pemanfaatan aset desa berupa sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan bangun guna serah atau bangun serah guna dibandingkan oleh inspektorat.

45 7. Pengamanan Tabel III.8 Pengamanan 1 Aparatur Desa 3,42 2 Inspektorat 3,31 mengenai pertanyaan mengenai pengamanan aset desa wajib dilakukan oleh kepala desa dan perangkat desa meliputi: administrasi, fisik, pengamanan fisik, penyimpanan dan pemeliharaan, pengamanan hukum. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,11. Aparatur desa menunjukkan hasil sebesar 3,42 dan lebih tinggi sedikit daripada inspektorat yang hasilnya hanya sebesar 3,31. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari aparatur desa lebih paham dan mengetahui mengenai pengamanan aset desa wajib dilakukan oleh kepala desa dan perangkat desa meliputi: administrasi, fisik, pengamanan fisik, penyimpanan dan pemeliharaan, pengamanan hukum dibandingkan dengan inspektorat. 8. Pemeliharaan Tabel III.9 Pemeliharaan 1 Aparatur Desa 3,38 2 Inspektorat 3,38 mengenai pertanyaan mengenai seluruh biaya pemeliharaan aset desa dibebabkan pada APBDesa. Dari hasil perhitangan dapat terlihat bahwa jawaban

46 menunjukkan hasil yang besarnya sama antara aparatur desa dengan inspektorat. Aparatur desa mendapat sebesar 3,38 dan sama dengan hasil yang didapat inspektorat seberat 3,38. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari aparatur desa dan isnspektorat sama-sama paham dan mengetahui mengenai seluruh biaya pemeliharaan aset desa dibebabkan pada APBDesa. 9. Penghapusan Tabel III.10 Penghapusan 1 Aparatur Desa 3,15 2 Inspektorat 3,42 mengenai pertanyaan mengenai penyebab peghapusan aset desa dilakukan karena terjadinya: beralihnya kepemilikan, pemusnahan, kehilangan, kecurian dan kebakaran. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,27. Inspektorat menunjukkan hasil sebesar 3,42 dan lebih tinggi sedikit daripada aparatur desa yang hanya mendapatkan sebesar 3,15. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari inspektorat lebih paham serta mengetahui mengenai peghapusan aset desa dilakukan karena terjadinya: beralihnya kepemilikan, pemusnahan, kehilangan, kecurian dan kebakaran dibandingkan dengan aparatur desa.

47 10. Pemindahtanganan Tabel III.11 Pemindahtanganan 1 Aparatur Desa 3,19 2 Inspektorat 3,50 mengenai bentuk pemindahtanganan aset antara lain: tukar menukar, penjulan, dan penyertaan modal pemerintah desa. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa hasil jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,31. Inspektorat mendapat sebesar 3,50 dan lebih tinggi sedikit daripada aparatur desa yang hanya mendapatkan hasil sebesar 3,19. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa hampir semua responden yang berasal dari inspektorat lebih paham mengenai bentuk pemindahtanganan aset antara lain: tukar menukar, penjulan dan penyertaan modal pemerintah desa dibandingkan dengan aparatur desa. 11. Penatausahaan Tabel III.12 Penatausahaan 1 Aparatur Desa 3,15 2 Inspektorat 3,35 mengenai penerapan terhadap aset desa yang sudah ditetapkan pengunaannya harus diinventarisir dalam buku inventaris aset desa dengan diberi kodefikasi. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,2. Inspektorat menunjukkan hasil sebesar 3,35 dan lebih tinggi sedikit daripada

48 aparatur desa yang hanya mendapatkan hasil sebesar 3,15. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari inspekrorat lebih paham mengenai penerapan terhadap aset desa yang sudah ditetapkan pengunaannya harus diinventarisir dalam buku inventaris aset desa dengan diberi kodefikasi dibandingkan dengan aparatur desa. 12. Penilaian Tabel III.13 Pengertian Mengenai Aset Desa 1 Aparatur Desa 3,19 2 Inspektorat 3,38 mengenai inventarisasi dan penilaian aset desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota bersama Pemerintah desa. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,19. Inspektorat menunjukkan hasil sebesar 3,38 dan lebih tinggi sedikit daripada aparatur desa yang hanya mendaptkan hasil sebesar 3,19. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari inspekrorat lebih paham mengenai inventarisasi dan penilaian aset desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota bersama Pemerintah desa. dibandingkan dengan aparatur desa.

49 13. Pembinaan dan Pengawasan. Tabel III.14 Pengertian Mengenai Aset Desa 1 Aparatur Desa 3,33 2 Inspektorat 3,46 mengenai Bupati/ Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan aset. Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa jawaban tidak terpaut terlalu jauh hanya sebesar 0,13. Inspektorat menunjukkan hasil sebesar 3,46 dan lebih tinggi sedikit daripada aparatur desa yang hanya mendapatkan sebesar 3,33. Dengan demikian dari pertanyaan tersebut dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari inspekrorat lebih paham mengenai Bupati/ Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan aset dibandingkan dengan aparatur desa.