BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW

dokumen-dokumen yang mirip
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK

Peran TKPK Kabupaten/Kota dalam Penggulangan Kemiskinan pasca UU 6 Tahun 2014 tentang Desa. Ir. TARMIZI A. KARIM, M.Sc

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

Rencana Kerja Unit Kerja Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten tahun 2016 PENDAHULUAN. Pendahuluan 1.1

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA. ii DAFTAR ISI.. vi

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

RENCANA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA CILEGON TAHUN 2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN RENCANA KERJA Tahun 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO

BAB I P E N D A H U L U A N

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

RANCANGAN RKPD KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2018

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI e-locker Pelayanan Publik (Bagian Organisasi Sekretariat Daerah)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

Pemerintah Kota Cirebon

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Bab II Perencanaan Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

11 Program Prioritas KIB II

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM. Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

Transkripsi:

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW Penguatan aparatur pemerintah daerah dalam memberjalankan program di daerahnya menjadi salah satu kunci keberhasilan program nasional pemberdayaan masyarakat program infrastruktur wilayah yang bermuara pada penurunan tingkast kemiskinan pedesaan secara nasional. Namun ada dua hal yang perlu disimak: Penurunan Tingkat Kemiskinan yang merupakan dampak positif yang diharapkan dari Pisew dan Penguatan Aparatur atau Kelembagaan Pemda Dalam Pengelolaan Pisew yang sebetulnya menjadi keluaran utama dari kegiatan Pisew tersebut, Pada mana diharapkan Pemda telah mampu mengelola program serupa melalui siklus kegiatan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengelolaan pasca program / proyek secara berkelanjutan. Kalau kita masuk dari kedua pintu ini, semestinya kita sudah harus tahu arah untuk menuju ujung pintu keluarnya dengan mempelajari Grand Design penanggulangan kemiskinan maupun Grand design dari penguatan aparatur pemda. Keduanya semestinya bertemu pada titik kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dari Perencanaan Jangka Panjang Nasional maupun daerah. Jika sampai saat ini masih belum ketemu dan sejalan juga, pasti ada sesuatu yang perlu dibenahi baik pada jalur upaya penurunan tingkat kemiskinan maupun pada upaya penguatan aparatur pemda. Menghadapi lawan tangguh? Dewasa ini tengah berlangsung penurunan tingkat kemiskinan di mana-mana. Bak dalam suasana perang besar, pengepungan dari berbagai jurusan terhadap lawan yang sangat tangguh, yang tidak lain adalah penduduk miskin. Penduduk miskin, kok tangguh? Ya, karena sudah 64 tahun merdeka jumlah penduduk miskin yang menurut BPS hidup dibawah garis kemiskinan dimana tingkat konsumsi mereka kurang dari Rp 152.847 per kapita per bulan, masih banyak, walau tiap tahun diperangi dan dikepung dari berbagai jurusan berupa program program yang bernafaskan pengentasan kemiskinan seperti PNPM Mandiri termasuk proyek Pisew di dalamnya, Raskin, BLT, dll. Secara nominal relatif biaya program tersebut tidak sedikit, namun demikian pengurangan jumlah penduduk miskin setiap tahun sangat tipis, bahkan secara kasap mata seperti tidak ada perubahan. Bila kita simak, UU Nomor 42 tahun 2008 Tentang APBN 2009, sasaran tingkat kemiskinan pada tahun 2009 ditetapkan antara 12-14% yang berarti lebih rendah dari capaian 2008 sebesar 15,42%. Dengan asumsi tingkat inflasi 6% dan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5%, Bappenas memperkirakan tahun 2009 jumlah penduduk miskin mencapai 29,99 juta jiwa (13,23%); angka tersebut memang menurun bila dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu dimana tingkat kemiskinan berkisar sekitar 19,14 % pada tahun 2000, kemudian tercatat menjadi 15,97 % pada tahun 2005, pada mana angka-angka tersebut merupakan catatan tentang keberhasilan program pembangunan yang dilakukan pemerintah, tetapi tetap saja angka tingkat kemiskinan tersebut relatif masih tinggi. Data UNDP tahun 2008 sempat mencatat, 1

Indonesia berada di posisi ke 109 dalam Indeks Pembangunan Manusia sebagai akibat ledakan kemiskinan, jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura (25), Malaysia (63) dan Thailand (78) bahkan Vietnam yang berada di posisi 107. Jadi apa solusinya? Membangun Komitmen Pelaku? Gambaran tersebut di atas tentu saja bukan untuk dikeluhkan dan menjadi apatis, tapi justru harus menjadi peringatan kepada kita semua pengelola pembangunan termasuk Pemda untuk mempercepat target penurunan angka kemiskinan di daerah. PNPM Pisew sebagai salah satu kegiatan dibawah bendera koordinasi pengentasan kemiskinan harus berusaha keras berkontribusi kearah tersebut. Jawabannya terpulang pada kita semua, pada komitmen kita semua, baik sebagai pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat untuk bertekad demi kesejahteraan rakyat yang sekarang masih menderita akibat terbelenggu kemiskinan. Hanya dengan bekerja secara profesional, sinergi, transparan dan bahu membahu saling mendukung satu sama lain, kesejahteraan masyarakat bisa tercapai; berbagai kegiatan tanpa berdasarkan prinsip tersebut, hasil untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat hanya mimpi belaka. Pada sisi lain pengeloaan Pisew, suatu kegiatan sebagai salah satu bagian inti dari Program PNPM Mandiri, merupakan salah satu upaya yang harapannya berujung pada penurunan tingkat kemiskinan. Pada Tahun 2009 ini Pisew melaksanakan 2 (dua) tahapan kegiatan secara berbarengan, yaitu: Tahap Perencanaan berupa penyusunan dokumen-dokumen untuk Tahun 2010, dan Tahap Pelaksanaan Konstruksi Fisik dari hasil perencanaan Tahun 2008. Dalam upayanya mencapai target kegiatan proyek, dengan mengacu pada Jadwal Nasional Pisew, kedua tahapan tersebut tengah dikelola melalui sub-sub bagian kegiatan dalam Pisew seperti Perencanaan, Infrastruktur Fisik Perdesaan, Penguatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemda serta Pengembangan Usaha Kredit Mikro melakukan kegiatannya. Tidak kurang dari 4 instansi pusat terlibat menjadi pengelola program, yaitu : Bappenas (Coordinating Agency), Ditjen Cipta Karya (Executing dan Implementing Agency Perencanaan dan pengembangan infrastruktur fisik pedesaan), Ditjen Bina Bangda Implementing Agency penguatan Kapasitas Kelembagaan) dan Ditjen PMD (Implementing Agency Penguatan Kapasitas Kembagaan Masyarakat dan Usaha Kredit Mikro). Dalam pelaksanaannya pengelola kegiatan dari unsur pemerintah baik di tingkat Pusat hingga Daerah memiliki peran dan fungsi yang berbeda namun secara keseluruhan merupakan sebuah sistim yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Penguatan Aparatur Pemda Yang Merujuk Reformasi Birokrasi? Pengelola kegiatan dapat dikelompokkan pada beberapa tingkatan wilayah kegiatannya yaitu : tingkat pusat, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten, tingkat Kecamatan dan tingkat desa. Di Tingkat Provinsi lokasi Pisew (9 2

Provinsi) dan Kabupaten (32 Kabupaten) Pemda setempat membentuk Tim Koordinasi dan Tim Sekretariat yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil SKPD terkait Pisew. Pada Setiap Tingkatan wilayah mereka difasilitasi oleh konsultan sesuai tugas dan perannya masing-masing. Proses untuk menjadikan Pemda mandiri dalam mengelola Pisew dan program / proyek serupa dimasa datang (di tingkat Provinsi dan Kabupaten, termasuk Kecamatan dan desa), tentunya tidak hanya terbatas pada penguatan kelembagaan untuk mendukung kegiatan Pisew saja yang berstatus proyek dengan targetnya yang harus dicapai dalam kurun waktu 5 tahun (2008 20013), namun lebih jauh lagi dari itu yaitu penguatan kapasitas yang merujuk pada prinsip reformasi birokrasi yang telah dicanangkan oleh Kemeneg PAN (Juli 2008) sebagai arahannya, dimana bidang penguatan kapasitas pemerintah daerah harus mengakumulasikan pada 3 unsur secara utuh, yaitu: bagaimana pola penyelenggaraan (SISTIM tata laksana / proses); dukungan SDM, dan INSTITUSI / kelembagaan, yang diharapkan melalui perwujudan 3 prinsip di atas pada tahun 2025, akan tercipta tata kelola pemerintahan yang baik pada level nasional dan daerah. Ketiga prinsip tersebut harapannya harus menghasilkan keluaran berupa organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing); ketatalaksanaan berupa sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance; serta SDM yang berintegritas, kompeten, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera. Ke tiga unsur tersebut dalam proses pelaksanaannya di lapangan harus terkoordinasikan dengan baik. Koordinasi Jangan dijadikan Pelarian Masalah Yang Pelik? Adanya Perpres Nomor 13/2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan harapannya harus mampu memberikan semangat dan meningkatkan komitmen bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder) dalam menjalankan program sebagai upaya mempercepat target penurunan jumlah penduduk miskin. Caranya yaitu melalui peningkatan efektifitas koordinasi (sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi) dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan tersebut. Bicara koordinasi memang sangat mudah untuk diucapkan dan banyak digunakan untuk sekedar kata pelarian dari masalah yang pelik, tetapi dari praktek pengalaman dalam kenyataan, sangat sulit untuk dilakukan. Namun bagaimanapun kita tetap harus mencari solusinya. Kualitas hasil koordinasi yang dilakukan Tim Koordinasi dan Tim Sekretariat di daerah sebetulnya dapat dilihat dari sejauh mana Aspek / Unsur penguatan / pengembangan program dapat mereka capai, baik yang dicapai oleh individu sebagai anggota Tim, realisasi tugas dan fungsi Tim, maupun aturan yang digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan program. Catatan tentang keberhasilan dalam mendukung program, keberhasilan solusi dalam penanganan masalah, kelancaran proses pelaksanaan tugas dan fungsi pada setiap tahapan, berbagai dokumen yang dihasilkan yang dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kualitas program pemda, dan masih banyak lagi sederetan hasil kegiatan yang merupakan contoh-contoh yang dapat mengindikasikan kualitas hasil kerja Tim pengelola. Adanya hasil koordinasi yang sukses tersebut, baik di tingkat provinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan maupun di tingkat desa mengindikasikan pula telah berjalannya upaya koordinasi yang dilakukan 3

oleh Pemda. Untuk keperluan sejauh mana pencapaian hasil oleh pengelola di masing-masing tingkatan wilayah digunakan instrumen evaluasi sesuai pedum panlak dan pantek. Tantangan Pengelolaan Program Bagi Aparatur Pemda? Pelaksanaan PNPM Pisew di lapangan bukan berjalan dengan tidak ada masalah. Persoalan yang menonjol yang diperlukan perhatian adalah terkait dengan pengelolaan dan penyediaan dana Penyediaan Admistrasi Proyek yang merupakan kontribusi wajib daerah peserta program yang harus disediakan di setiap provinsi dan kabupaten dari APBD setiap tahun yang besarnya berdasarkan kegiatan koordinasi sesuai jadwal serta kemampuan APBD daerah. Penguatan kemampuan teknis dan pengorganisasian program organisasi pengelola PNPM Pisew akibat PP 41; dan masih rendahnya integrasi tahapan pisew dengan tahapan perencanaan pemerintah daerah melalui instrument RKPD akibat tidak sinkronnya SPPN yang ada dengan jadual kegiatan PISEW yang berdampak sulitnya koordinasi dan pengaturan waktu pelaksanaan yang bermuara pada masih kurangnya kualitas hasil dokumen program di setiap tingkatan (RPJMD-KSK-PSE-PIK) sehingga proses dan partisipasi lintas instansi/skpd pun dipandang masih rendah. Walaupun untuk mengatasi masalah tersebut ada usulan solusinya seperti dilakukannya penguatan kemampuan teknis dan substansi program kepada pengelola kabupaten melalui pelatihan khusus untuk akselerasi pemahaman program baik di tingkat pusat maupun daerah; serta usulan tentang adanya model cara mensinergikan perencanaan regulair daerah dengan jadual Pisew secara nasional secara sinergis dan terpadu, namun nampaknya upaya tersebut tidak seperti membalikan telapak tangan. Kembali kerja keras sangat dibutuhkan agar hasilnya bisa segera membawa hasil. Dari hasil evaluasi, pantauan dan monitoring mingguan yang dilakukan tim pusat walaupun kendala tetap ada, ternyata manfaat Pisew nampaknya sudah mulai dirasakan masyarakat. Demikian pula bagi pemda yang bersangkutan mulai dirasakan adanya Peningkatan Kualitas dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemda dalam pengelolaan dan Pengawasan Siklus Kegiatan Perencanaan Partisipatif; Adanya peningkatan Kompetensi Pemda dalam mengurus dan mengawasi kegiatan Perencanaan & kegiatan Pelaksanaan Pembangunan infrastruktur Sosial Ekonomi secara berkelanjutan di wilayahnya tanpa intervensi pusat (Mandiri). Mengingat manfaat PNPM Mandiri yang begitu besar, Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Sekretaris Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), merencanakan pada 2010 mengalokasikan anggaran untuk mengurangi angka kemiskinan hingga Rp100 triliun, yang akan dilakukan melalui sejumlah instrumen, seperti yang digariskan dalam tiga kluster pengurangan kemiskinan sebagai program bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat, untuk kepentingan 4

kesejahteraan rakyat dalam upaya mempercepat penurunan kemiskinan. Pemda akan menjadikan pelayanan kepada publik sebagai prioritas dan yang berkualitas. CIPTAKAN APARATUR DAERAH YANG BERKUALITAS Manfaat lain yang bisa diperoleh dari adanya Pisew adalah adanya Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemda di Bidang Perencanaan untuk mendukung desentralisasi; disamping itu bisa dikembangkan Pembentukan dan Operasionalisasi database Pengelolaan Informasi dan Sistim Pemantauan yang akan menambah kemampuan bagi aparatur Kabupaten dan Kecamatan sangat penting. (Syarif Nurdjaman dan I.H.Subandi) 5