Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

Rici Efrianda ( )

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU KELUARGA MISKIN METODE AHP BERBASIS WEB DINAMIS STUDY KASUS KELURAHAN KETAON, BANYUDONO, BOYOLALI

Okta Veza Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina 1

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

Aplikasi Metode Analitical Hierarchy Proces (AHP) Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh Abulwafa Muhammad, S.Kom, M.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS LAPTOP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Pegawai Dengan Metode AHP

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENGGUNAAN JENIS TANAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P5 Tingkatan dan Karakteristik SPK. A. Sidiq P. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

Sistem Pendukung Keputusan Kelangsungan Outlet Buku Di Pt. Mizan Media Utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan sistem

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN di SMA N 1 JEKULO KUDUS MENGGUNAKAN METODE AHP NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Wayan Triana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 2, No.

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi... Volume... Agustus 2014, ISSN :

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

P5 Tingkatan dan Karakteristik SPK. SQ

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGADAAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN DURENAN MENGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

Sistem Pendukung Keputusan Pembiayaan Mitra Madani Metode Analytycal Hierarchy Process (AHP) Pt. BPR Syariah Artha Madani Bekasi

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

PEMILIHAN PAKET WISATA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan permasalahan,

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LOKASI DAN EVALUASI LOKASI PEMASARAN PRODUK (GULA) MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : PT.

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN MOTOR JENIS YAMAHA

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

SISTEM PENGAMBILKEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN POSISI IDEAL PEMAIN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROESS (AHP) ABSTRAK

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO (STUDI KASUS : MAHASISWA STAIN PURWOKERTO)

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Transkripsi:

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REVITALISASI TERHADAP BANGUNAN DAN KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA BANDUNG DI DISBUDPAR KOTA BANDUNG Syahrani Dhimas Prabowo 1, Eko Budi Setiawan 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.112 Bandung 40132 E-mail: dhimas.bowo@gmail.com 1, ekobudisetiawan@ymail.com 2 27 ABSTRAK Pendekatan revitalisasi cagar budaya harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula potensi yang ada di lingkungan sekitar seperti sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi. Masih kurang akuratnya mekanisme dalam perhitungan nilai dari setiap kriteria masing-masing bangunan dan kawasan cagar budaya menyulitkan petugas dalam menentukan prioritas revitalisasi, sehingga menimbulkan kurang optimalnya tindakan revitalisasi yang dilakukan. Analisis cagar budaya memanfaatkan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dalam proses analisis data cagar budaya yang menggunakan beberapa kriteria (multikriteria) u ntuk memilih prioritas revitalisasi cagar budaya yang tepat. AHP digunakan sebagai model untuk pembobotan multiktiteria dalam proses pemilihan prioritas revitalisasi. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini dapat membantu petugas dalam pengolahan data cagar budaya, mempercepat waktu analisis cagar budaya, memudahkan proses pengambilan keputusan prioritas revitalisasi cagar budaya Kota Bandung serta mampu mengoptimalkan tindakan revitalisasi yang dilakukan. Kata kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Revitalisasi, AHP, Cagar budaya. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung (DISBUDPAR) merupakan salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah khusus Kota Bandung yang memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian urusan daerah di bidang kebudayaan dan Pariwisata. Salah satu fungsi utama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung adalah perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan dan pariwisata termasuk di dalamnya hal revitalisasi terhadap bangunan dan kawasan cagar budaya yang ada di Kota Bandung. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup, tetapi kemudian mengalami kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu kawasan, aspek yang dicakup di antaranya adalah perbaikan di aspek fisik, ekonomi, dan sosial. Suatu sistem dibutuhkan oleh petugas dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung seksi kebudayaan untuk lebih mempermudah proses pengolahan data bangunan dan kawasan cagar budaya, mempercepat proses analisis terhadap cagar budaya tersebut berdasarkan penilaian dari setiap kriteria yang dimiliki serta mampu memberikan rekomendasi untuk mempermudah dalam mengambil keputusan berupa informasi cagar budaya yang menjadi prioritas revitalisasi karena tindakan revitalisasi terhadap cagar budaya harus dilakukan seoptimal mungkin khususnya untuk bangunan dan kawasan cagar budaya yang memilki umur yang sudah tua dan keadaan fisiknya yang sudah mengalami banyak kerusakan karena dikhawatirkan jika petugas kurang tepat dalam mengambil keputusan dalam melakukan revitalisasi akan mengakibatkan terjadinya devitalisasi cagar budaya. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem pendukung keputusan revitalisasi terhadap bangunan dan kawasan cagar budaya Kota Bandung di DISBUDPAR Kota Bandung. Sedangkan, untuk menanggapi latar belakang permasalahan yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mempermudah proses pengolahan data bangunan dan kawasan cagar budaya. 2. Mempersingkat waktu dalam melakukan analisis data bangunan dan kawasan cagar budaya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor: 19 Tahun 2009. 3. Mempermudah petugas dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung seksi kebudayaan dalam mengambil keputusan untuk menentukan prioritas revitalisasi yang akan dilakukan.

28 2. LANDASAN TEORI 2.1 Revitalisasi Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup, tetapi kemudian mengalami kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu kawasan, aspek yang dicakup di antaranya adalah perbaikan di aspek fisik, ekonomi, dan sosial. Revitalisasi Cagar budaya sendiri merupakan upaya memberdayakan situasi dan kondisi kawasan dan/atau bangunan cagar budaya untuk berbagai fungsi yang mendukung pelestariannya. 2.2 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk membantu keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Sistem pendukung keputusan biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. Sistem pendukung keputusan yang seperti itu disebut aplikasi sistem pendukung keputusan. Aplikasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi sistem pendukung keputusan menggunakan CBIS (Computer Based Information System) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Aplikasi sistem pendukung keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Sistem ini lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. Sistem pendukung keputusan tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi, memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia [1]. Tujuan dari sistem pendukung keputusan adalah [2] : 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semiterstruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih dari pada perbaikan efisiensinya. 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah. 5. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga alternatif yang bisa dievaluasi. Ditinjau dari tingkat teknologinya, sistem pendukung keputusan dibagi menjadi 3, yaitu: 1. SPK Spesifik SPK spesifik bertujuan membantu memecahkan suatu masalah dengan karakteristik tertentu. Misalnya, SPK penentuan harga satuan barang. 2. Pembangkit SPK Suatu software yang khusus digunakan untuk membangun dan mengembangkan SPK. Pembangkit SPK akan memudahkan perancang dalam membangun SPK spesifik. 3. Perlengkapan SPK Berupa software dan hardware yang digunakan atau mendukung pembangunan SPK spesifik maupun pembangkit SPK. Berdasarkan tingkat dukungannya, sistem pendukung keputusan dibagi menjadi 6, yaitu : 1. Retrieve Information Elements Inilah dukung terendah yang bias dilakukan olaeh SPK, yakni berupa akses selektif terhadap informasi. Misalkan manajer bermaksud mencari tahu informasi mengenai data penjualan atas suatu area pemasaran tertentu. 2. Analyze Entire File Dalam tahapan ini, para menajer diberi akses untuk melihat dan menganilisis file secara lengkap. Misalnya, manajer bisa membuat laporan khusus penilaian persediaan dengan melihat file persediaan atau manajer bisa memperoleh laporan gaji bulanan dari file penggajian. 3. Prepare Report From Multiple files Dukungsn seperti ini cenderung dibutuhkan mengingat para manajer berhubungan dengan banyak aktivitas dalam satu momen tertentu. Contoh tahapan ini antara lain kemampuan melihat laporan rugi-laba. Analisis penjualan produk per pelanggan, dan lain-lain. 4. Estimate Decision Consequences Dalam tahap ini, manajer dimungkinkan untuk melihat dampak dari setiap keputusan yang mungkin diambil. Misalnya, manajer dimungkinkan memasukkan unsur harga dalam sebuah model untuk melihat pengaruhnya terhadap laba usaha. 5. Propose Decision Dukungan ditahap ini sedikit lebih maju lagi. Suatu alternatif keputusan bisa disodorkan ke hadapan manajer untuk dipertimbangkan. Contoh penerapannya antara lain manajer pabrik yang memasukkan data mengenai pabrik dan peralatan yang dimiliknya sehingga SPK akan mampu meneruskan rancangan tata letak ( lay out) yang saling efisien.

29 6. Make Decision Ini adalah jenis dukungan yang sangat diharapkan dari SPK. Tahapan ini akan memberikan sebuah keputusan yang tinggal menunggu legitimasi dari manajer untuk dijalankan. 2.3 Analytic Hierarchy Processing (AHP) Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. 2.3.1 Prinsip Dasar AHP Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah : 1. Membuat hierarki Sistem yang kompleks bisa diatasi dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki dan menggabungkannya atau mensintesisnya. Gambar 1 Struktur Hirarki AHP 2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan, untuk berbagai, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. 3. Synthesis of priority (menentukan prioritas) Untuk setiap kriteria dan alternative, perlu dilakukan perbandingan berpasangan ( Pairwise Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternative kriteria bisa disesuaikan dengan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. 4. Logical Consistency (Konsistensi Logis) Konsistensi memiliki dua makna, pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antarobjek yang didasarkan pada kriteria tertentu. 2.3.2 Prosedur AHP Pada dasarnya, prosedur atau langka-langka metode AHP meliputi : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. 2. Menentukan prioritas elemen Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disentesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena pengguna tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjuumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan. d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks

30 5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus : CI = (λmaks-n)/n Dimana n = banyaknya elemen 6. Hitung Rasio Konsistensi atau Consistency Ratio (CR) dengan rumus : CR = CI/IR Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Index Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Berdasarkan perhitungan Thomas L. dengan menggunakan 500 sampel diperoleh nilai rata-rata indeks random (RI) untuk setiap ordo matrik tertentu.[2] Tabel 1. Daftar Indeks Random Konsistensi [2] Ukuran Nilai IR Matriks 1,2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59 2.4 ERD (Entity Relationship Diagram) Basis data Relasional adalah kumpulan dari relasi-relasi yang mengandung seluruh informasi berkenaan suatu entitas atau objek yang akan disimpan di dalam database. Entity relational diagram (ERD) adalah suatu pemodelan dari basis data relasional yang didasarkan atas persepsi di dalam dunia nyata, dunia ini senantiasa terdiri dari sekumpulan objek yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Suatu objek disebut entity dan hubungan yang dimilikinya disebut relationship. Suatu entity bersifat unik dan memiliki atribut sebagai pembeda dengan entity lainnya. 2.5 DFD (Data Flow Diagram) Data Flow Diagram (DFD) adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir ataupun lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan. 2.6 Diagram Konteks Diagram konteks menggambarkan hubungan antara sistem dengan entitas luarnya. Diagram konteks berfungsi sebagai transformasi dari suatu proses yang melakukan transformasi data input menjadi data output. Entitas yang dimaksud adalah entitas yang mempunyai hubungan langsung dari sistem. Suatu konteks diagram selalu mengandung satu dan hanya satu proses saja. Proses ini mewakili proses dari seluruh sistem. Konteks diagram ini menggambarkan hubungan input atau output antara sistem dengan dunia luarnya (kesatuan luar). 2.7 Kamus Data Menurut Roger. S. Pressman [3], kamus data adalah sebuah daftar yang terorganisasi dari elemen data yang berhubungan dengan system, dengan definisi yang tegar an teliti, sehingga pemakai dan analisis system akan memiliki pemahaman yang umum mengenai input, output, dan komponen penyimpan dan bahkan kalkulasi intermediate 3. ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Sedang Berjalan Setelah diadakan pengamatan sistem yang sedang berjalan, diperoleh prosedur sebagai prosedur sistem manual yang sedang berjalan di DISBUDPAR Kota Bandung, diantaranya yaitu 1. Prosedur pengumpulan objek cagar budaya Prosedur sistem ini dilakukan oelh Tim Herritage, Petugas Pelaksana, Kepala seksi kebudaya dalam melakukan pengumpulan dan pendataan bangunan dan kawasan yang akan diajukan sebagai cagar budaya. 2. Prosedur perumusan dan pemantapan objek cagar budaya. Prosedur yang dilakukan oleh seksi kebudaayn dan Tim Pertimbangan dalam melakukan perumusan kriteria yang dimiliki oleh cagar budaya untuk menentukan golongan cagar budaya tersebut. 3. Prosedur penetapan revitalisasi Prosedur yang dilakukan oleh petugas pelaksana seksi kebudayan, kepala seksi kebudayaan dan dinas tata ruang dalam melakukan penetapan reviatalisasi. 3.2 Analisis Data Analisis data bertujuan untuk mengetahui proses informasi yang mengalir melalui perangkat lunak. Untuk menggambarkan proses informasi secara umum digunakan alat bantu, yaitu ERD, Contex Diagram (Diagram Konteks), Da ta Flow Diagram (DFD), spesifikasi proses dan kamus data.

31 Gambar 2 ERD Gambar 4 DFD Level 1 3.3 Perancangan Sistem Perancangan sistem merupakan bagian dari metode pengembangan suatu perangkat lunak yang dilakukan setelah tahap analisis. Perancangan bertujuan untuk memberikan gambaran secara terperinci. Perancangan sistem diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada [4]. Gambar 3 Diagram Konteks Gambar 5 Skema Relasi

32 3.3.1 Struktur Tabel Struktur tabel merupakan urutan isi atau data yang berada dalam suatu record.struktur tabel dalam Sistem Pendukung Keputusan Revitalisasi Terhadap Cagar Budaya Kota Bandung di DISBUDPAR Kota Bandung adalah sebagai berikut: Tabel 2 Struktur Tabel User NIP Varchar 18 Primary Key Username Varchar 11 Password Varchar 40 Hak_akses Varchar 18 Tabel 3 Struktur Tabel Cagar Budaya Kode_cb Varchar 7 Primary Key NIP Varchar 18 Foreign Key Status Varchar 30 Nama_bangunan Varchar 40 Alamat Varchar 40 Arsitek Varchar 40 Thn_pembangunan year 4 Fungsi_lama Varchar 40 Fungsi_baru Varchar 40 Gaya_arsitektur Varchar 40 Bahan_fasade Varchar 30 Atap_bentuk Varchar 40 Konstruksi Varchar 50 Bagian_luar Varchar 40 Tabel 4 Struktur Tabel Kriteria Id_Kriteria Integer 11 Primary Key Kriteria Varchar 30 NIP Varchar 18 Foreign Key Tabel 5 Struktur Tabel Matriks Kriteria Id_Kriteria Integer 18 Foreign Key Kolom Integer 11 Nilai Float Tabel 5 Struktur Tabel Subkriteria Id_Subkritria Integer 11 Primary Key Id_Kriteria Integer 11 Foreign Key NIP Varchar 18 Foreign Key Subkiteria Varchar 40 Bobot Integer 3 Tabel 6 Struktur Tabel Matriks Subkriteria Id_Subkriteria Integer 11 Foreign Key Id_Kriteria Integer 11 Kolom Integer 11 Nilai Float Tabel 7 Struktur Tabel Penilaian Kode_cb Varchar 7 Foreign Key Id_subkriteria Varchar 18 Foreign Key Bobot Int 3 Tabel 8 Struktur Tabel Detail Penilaian Id_penilaian Int 11 Primary Key Kode_cb Varchar 7 Foreign Key Nama_bangunan Varchar 40 Alamat Varchar 40 Fungsi_lama Varchar 40 Arsitek Varchar 40 Tahun Year 4 Detail_nilai Varchar 255 Hasil Integer 11 Golongan Varchar 10 Jenis_tindakan Jenis_tindakan2 Text Text 4. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan perancangan sistem dan dapat dipandang sebagai usaha untuk mewujudkan sistem yang dirancang. Implementasi bertujuan untuk mengkonfirmasikan modul program perancangan pada para pelaku sistem, sehingga user dapat memberikan masukan kepada pembangun sistem. Gambar 6 menggambarkan proses penginputan data cagar budaya yang dilakukan oleh petugas pelaksana seksi kebudayaan dinas kebudayaan dan pariwisata.

33 Gambar 6 Form Penginputan Data Cagar Budaya Gambar 7 menggambarkan proses penilaian data cagar budaya dengan melakukan perubahan nilai indikator cagar budaya, serta penentuan waktu amsa berlaku penilaian, sistem akan menghasilkan output berupa golongan cagar budaya dari hasil penilaian indikator, serta rekomendasi tindakan revitalisasi berdasarkan golongan cagar budaya tersebut. Gambar 7 Form Penilaian Cagar Budaya Gambar 8 merupakan halaman untuk melihat status revitalisasi dari setiap cagar budaya hasil analisis yang telah dilakukan oleh Tim Pertimbangan. Gambar 9 Form Histori Revitalisasi 4.2 Pengujian Pengujian yang digunakan untuk menguji sistem ini adalah metode pengujian black box. Pengujian black box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian black box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Pengujian ini memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya semua persyaratan fungsional untuk suatu program. Berdasarkan hasil pengujian black box yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pada proses masih memungkinkan untuk terjadinya kesalahan tetapi secara fungsional sistem sudah dapat menghasilkan output yang diharapkan. Dari pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sistem pendukung keputusan revitalisasi terhadap bangunan dan kawasan cagar budaya Kota Bandung di DISBUDPAR Kota Bandung ini memiliki tampilan yang menarik dan mudah digunakan, cukup mempemudah kinerja petugas dalam melakukan pengolahan data bangunan dan kawasan cagar budaya, cukup mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis cagar budaya, mempemudah pengambilan keputusan terhadap penentuan prioritas revitalisasi dan sudah sesuai dengan kebutuhan. Hasil pengujian ini baru secara presentase statistik saja, dan mungkin kurang akurat. Untuk itu, apabila ingin mengetahui jawaban dengan kedalaman akurasi, maka perlu adanya suatu pengolahan data statistik dengan acuan dari hasil kuesioner yang sama. Gambar 8 Form Status Revitalisasi Cagar Budaya Gambar 9 merupakan tampilan form histori dari revitalisasi cagar budaya yang telah dilakukan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata.

34 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis, perancangan, implementasi beserta pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan terhadap sistem pendukung keputusan revitalisasi terhadapa bangunan dan kawasan cagar budaya Kota Bandung di DISBUDPAR Kota Bandung sebagai berikut : 1. Sistem pendukung keputusan yang dibangun dapat mempermudah proses pengolahan data bangunan dan kawasan cagar budaya. 2. Sistem pendukung keputusan yang dibangun dapat mempersingkat waktu dalam melakukan analisis data bangunan dan kawasan cagar budaya. 3. Sistem pendukung keputusan yang dibangun dapat mempermudah petugas dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung seksi kebudayaan dalam mengambil keputusan untuk menentukan prioritas revitalisasi yang akan dilakukan. DAFTAR PUSTAKA [1] Turban, E., Aronson, J. E., dan Liang, T. P. 2005. Decision Support System and Intelligent Systems.Seventh Edition. Prentice-Hall of India Private Limited. New Delhi. [2] Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. C.V Andi Offset. Yogyakarta. [3] Pressman, S Roger. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi Edisi 7, Andi, Yogyakarta. [4] Hartono, Jogiyanto. 2002. Pengenalan Komputer, Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi, dan Intelegensi Buatan. Andi. Yogyakarta. 5.2 Saran Dalam pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Revitalisasi Terhadadap Bangunan Dan Kawasan Cagar Budaya Kota Bandung Di Disbudpar Kota Bandung ini masih banyak hal yang dapat dikembangkan, seperti : 1. Pengelolaan nilai matriks dalam perhitungan AHP dibuat jadi lebih mudah untuk pengguna yang baru menggunakan sistem. 2. Perlu dibuat adanya sistem backup, agar datadata yang telah ada tersimpan dengan lebih baik. 3. Data yang dimasukan kedalam program diharapkan menggunakan data yang benar, serta dilakukan pemeliharaan secara teratur.