BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk

BAB VI MEDIA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN Suhartoyo, 2014

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari perjalanan seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Implementasi Pendidikan Segregasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BLANGKO IJAZAH. 1. Blangko Ijazah SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

WALIKOTA PROBOLINGGO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Secara umum pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, membentuk sikap dan memperluas wawasan. Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan utama yang diharapkan dicapai dalam sistem pendidikan di negara kita adalah mewujudkan pendidikan berkualitas. Upaya pencapaian kualitas pendidikan dapat dilakukan dari berbagai sisi, salah satunya adalah peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Pengelolaan dan perencanaan yang baik akan memberikan hasil pembelajaran yang maksimal. Proses pembelajaran sebagai ujung tombak peningkatan kualitas pendidikan hendaknya dikelola dengan baik dalam bentuk perencanaan yang matang dan yang paling penting memperhatikan aspek kebutuhan dan keragaman peserta didik. Salah satu jenis pendidikan yang dilayani oleh Dinas Pendidikan adalah pendidikan khusus (PKh). Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan khusus sebelumnya disebut pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosi, mental, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan

2 bakat istimewa. Pendidikan khusus diselenggarakan di sekolah khusus (SLB) dan sekolah umum dalam bentuk pendidikan inklusif. Pengelolaan proses belajar mengajar menjadi sangat penting bagi peserta didik manakala berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Proses pembelajaran yang efektif hendaknya memperhatikan individu yang beragam, relevan dengan kebutuhan peserta didik dan bersifat menyeluruh serta berkesinambungan. Pembelajaran akan bermakna manakala dalam proses pembelajaran melibatkan berbagai metode (multimetode) dan multimedia. Makna perubahan sebagai hasil dari pembelajaran hendaknya berbasis pada penguasaan kompetensi-kompetensi bukan hanya berbasis pada materi. Pembelajaran bermakna dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat. Selain itu juga dilaksanakan dengan pendekatan multistrategi, multimedia, belajarsekitar sebagai sumber belajar. Peserta didik belajar melalui apa yang dilihat, didengar, dikecap, dicium (dibaui), disentuh, dilakukan, dibayangkan, diintuisikan, dan dirasakan. Di SLB perencanaan pembelajaran memegang peranan penting karena berkaitan dengan peserta didik, cara belajar peserta didik, serta disesuaikan dengan hambatan yang dialami. Sanjaya (2008: 31-32) menjelaskan pentingnya perencanaan pembelajaran, yaitu:..., pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan. Kedua, pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Di samping itu juga guru harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang komplek. Pembelajaran bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, akan tetapi juga pembentukan prilaku siswa. Siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda. Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan 2

3 berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajaran di SLB ditemukan beberapa kesulitan yang dihadapi guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang sudah jelas memiliki kebutuhan khusus. Secara umum kesulitan yang dialami guru adalah merealisasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum dalam bentuk materi-materi yang bisa disampaikan dan mudah dipahami. Selain itu tujuan pembelajaran ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai secara optimal. Kesulitan juga dirasakan ketika guru harus mencapai target kompetensi dasar dalam kurikulum, namun kenyataannya tidak sesuai dengan kemampuan dan karakter peserta didik. Proses belajar yang dilaksanakan di SLB sama halnya dengan sekolah umum. Pembelajaran mengacu pada standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Bisa. Masing-masing jenis kelainan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dsb) dengan masing-masing jenjang pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB memiliki kurikulum yang berbeda. Pada pelaksanaan pembelajaran, indikator yang dikembangkan disesuaikan dengan karakter peserta didik. Karakteristik peserta didik dalam hal ini yang disebut dengan istilah anak berkebutuhan khusus sangatlah berbeda satu sama lain. Berbeda jenis keterbatasan maka berbeda pula karakteristik dan kebutuhan belajarnya. Tujuan pendidikan khusus (PKh) baik di sekolah khusus (SLB) ataupun di sekolah umum bertujuan membantu peserta didik yang berkebutuhan khusus yang diakibatkan oleh dampak sosial, politik, ekonomi, dan kelainan (fisik, emosi, mental, dan intelektual) agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan kecakapan hidup sebagai pribadi maupun anggota 3

4 masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Salah satu diantara jenis kelainan anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak atau individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah normal sehingga mereka mengalami kesulitan dalam hal tingkah laku yang sesuai dengan anak seusianya. Karakteristik anak tunagrahita adalah: terlambat atau terbelakang 4 dalam perkembangan mental dan sosial, mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga mengalami kesulitan dalam berbicara, mengalami masalah persepsi yang menyebabkan mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (Visual Perseption) dan suara (Auditory Perception), keterbelakangan atau kelambatan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai anak seusianya atau mereka mengalami kesulitan dalam perubahan perilaku. Demikian juga dalam mengikuti proses pembelajaran, dibutuhkan berbagai cara dan media yang dapat merubah perilaku anak tunagrahita dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam. Karakteristik anak Tunagrahita yang mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (Visual perception) dan suara (Auditory Perception) membutuhkan guru untuk lebih kreatif didalam menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran secara umum diartikan sebagai alat bantu di dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran menurut Briggs (1997) adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Sedangkan menurut Nasional Education Associaton (1969) adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah:

5 segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Terdapat beberapa jenis media pembelajaran antara lain: media visual seperti: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik. Media audial: Radio, tape recorder, labolatorium bahasa dan sejenisnya. Projected still media seperti: slide, OHP, infocus dan sebagainya. Projected motion media seperti: film, televisi, video (VCD,DVD,VTR), komputer dan sejenisnya. Salah satu materi dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah tentang shalat. Shalat menurut bahasa artinya adalah berdo a, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan pesyaratkan yang ada. Dalam pendapat yang lain shalat adalah rangkaian kegiatan ibadah yang terdiri dari gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan tertentu yang dilakukan secara berurutan. Sedangkan dalam pengertian syar i shalat adalah ibadah yang dilakukan dimulai dengan takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam. Pelaksanaan shalat dalam satu hari dilaksanakan sebanyak lima kali dengan waktu dan jumlah rakaat yang sudah ditentukan. Urutan dalam gerakan shalat merupakan satu rangkaian yang harus dilakukan dengan benar. Karena hampir semua rangkaian gerakan shalat merupakan rukun shalat yang sangat menentukan syah atau tidaknya shalat seseorang. Dalam hal ini Anak tunagrahita sebagaimana karakternya mengalami kesulitan mengingat dan melakukan urutan dan gerakan yang benar. Untuk dapat melakukannya dibutuhkan media yang dapat mengantarkan pemahaman shalat yang benar salah satunya dengan video gerakan shalat. Videogerakanshalat yang benardapatdijadikan media agar anaktungrahitadapatmerefleksidirinyadalammelakukangerakanshalat 5 yang benar. maka timbul pertanyaan bagaimana: merefleksi diri melalui video

6 dalam meningkatkan keterampilan gerakan shalat pada anak tunagrahita ringan (penelitian di SLBN Garut kota kelas VII SMPLB C ). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dilatar belakang, maka beberapa masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan urutan gerakan shalat yang benar sesuai dengan tuntunan dan ketentuan yang sudah dijelaskan dan dicontohkan 2. Siswa tidak dapat memperagakan urutan dan gerakan rangkaian shalat yang termasuk rukun shalat. 3. Siswa cenderung memperagakan gerakan shalat seolah-olah tebaktebakkan atau asal-asalan yang penting gerakan itu ada di dalam pelaksanaan shalat 4. Media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran hanya sebatas ceramah 5. Metode mengajar yang telah digunakan guru tanpa media pembelajaran tidak dapat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan gerakan shalat C. Batasan masalah Untuk tidak meluasnya masalah yang di teliti maka pada penelitian ini dibatasi pada: 1. Penerapan media video dalam upaya menemukan kesalahan gerakangerakan shalatnya 2. Penerapan media video dalam upaya membenarkan kesalahan gerakan shalat D. Rumusan Masalah 6

7 Di sekolah guru harus menyampaikan materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Namun di lapangan materi kurang dapat dimengerti oleh siswa tunagrahita disebabkan karena karakteristik anak tunagrahita itu sendiri yaitu terlambat dalam perkembangan mental dan sosial, mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga mengalami kesulitan dalam berbicara, mengalami masalah persepsi yang menyebabkan kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (auditory perception), keterbelakangan atau kelambatan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berprilaku sesuai usianya atau mengalami kesulitan dalam perubahan prilaku. Hal ini pun dirasakan ketika memberikan pembelajaran pendidikan agama islam. Materi sudah disampaikan berulang-ulang namun perubahan prilaku yang diharapkan masih belum maksimal. Berdasarkan hal diatas, dapat dikemukakan permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah penelitian adalah: Apakah merefleksi diri melalui video dapat meningkatkan keterampilan gerakan shalat Anak Tunagrahita kelas VII di SLBN Garut kota? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. TujuanPenelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh penggunaan media video tentang gerakan shalat dalam meningkatkan kemampuan gerakan shalat siswa tunagrahita kelas VII di SLBN Garut Kota 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi penulis 7

8 Mengembangkan kompetensi sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan kualitas profesi sehingga dapat memberikan inovasi dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dan dapat menjawab segala tantangan yang dihadapi berkaitan dengan kondisi peserta didik dan tuntutan masyarakat. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat diaplikasikan pada mata pelajaran PAI di SLBN Garut Kota khususnya. Sehingga diharapkan dapat meminimalkan kesulitan yang dihadapi guru dalam memberikan materi-materi F. Hipotesis Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan atas beberapa asumsi yang dijadikan sebagai dasar kajian yang lebih mendalam pada penelitian mengenai: Merefleksi diri melalui video dalam meningkatkan keterampilan gerakan shalat pada anak Tunagrahita ringan (penelitian di SLBN Garut Kota Kelas VII SMPLB-C). Adapun asumsi yang dimaksud adalah: Terdapat pengaruh secara signifikan penggunaan media video terhadap peningkatan gerakan shalat siswa Tunagrahita kelas VIII di SLBN Garut Kota Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: apabila pembelajaran tentang shalat melalui video dapat direfleksikan siswa dengan baik, maka akan meningkat dengan baik pula keterampilan gerakan shalat siswa Tunagrahita kelas VII di SLBN Garut Kota 8