KAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut:

Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

Berat sendiri balok. Total beban mati (DL) Total beban hidup (LL) Beban Ultimate. Tinjau freebody diagram berikut ini

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap.

Perhitungan Struktur Bab IV

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

DESAIN STRUKTUR DERMAGA CURAH CAIR CPO PELINDO 1 DI PELABUHAN KUALA TANJUNG, MEDAN, SUMATERA UTARA

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

COMB3 = 1.0DL+1.0C+1.0MCP1+1.0MCP2+1.0MCP3+1.0W COMB6 = 1.0DL+1.0C+1.0MCL1+1.0MCL2+1.0MCL3+1.0W+1.0G+1.0A+1.0M

DESAIN STRUKTUR PERPANJANGAN DERMAGA B CURAH CAIR PELINDO I DI PELABUHAN DUMAI, RIAU

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G)

2 Pengantar. Bandung, Juni Penulis

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG

Modifikasi Struktur Jetty Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

DESAIN PONDASI TIANG TANKI LIQUID NITROGEN PADA TANAH LEMPUNG. Muhammad D. Farda NIM :

PEMODELAN DERMAGA DENGAN SAP 2000

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT

KOMPARASI METODE DAYA DUKUNG AXIAL PADA TIANG PANCANG TUNGGAL (STUDI KASUS JETTY BARGE LOADING CONVEYOR, MEULABOH)

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan yang berdiri di atas permukaan tanah terbagi menjadi 2 bagian

Evaluasi Struktur Atas Dermaga DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata Cara Perencanaan Pelabuhan Tahun 2015

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Bayuwangi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR

Perencanaan Dermaga Minyak Untuk Kapal Tanker DWT di Dumai Provinsi Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

ANALISA PENGARUH KETEBALAN PILE CAP DAN JARAK ANTAR TIANG TERHADAP KAPASITAS KELOMPOK PONDASI DENGAN MENGGUNAKAN PLAXIS 3D

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

Analisis Fixed Mooring Dolphin Akibat Beban Lateral, Studi Kasus Fuel Jetty PT. Petro Storindo Energi, Sangatta Kalimantan Timur

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah tentang

Perencanaan Dermaga Curah Kering DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

ANALISIS PONDASI JEMBATAN DENGAN PERMODELAN METODA ELEMEN HINGGA DAN BEDA HINGGA

PERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah Langkah Perancangan. Langkah langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini :

Pasir (dia. 30 cm) Ujung bebas Lempung sedang. Lempung Beton (dia. 40 cm) sedang. sedang

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

Alternatif Perencanaan Gedung 3 Lantai pada Tanah Lunak dengan dan Tanpa Pondasi Dalam

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Abstrak... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... x Daftar Gambar...

BAB I PENDAHULUAN. alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road).

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan hal tersebut,

Perencanaan Slipway Di Desa Tabung Anen Sungai Barito Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM PITER WILSON JALAN SIDODADI BARAT NO 21 SEMARANG

PENGARUH BENTUK DAN RASIO KELANGSINGAN PADA TIANG PANCANG YANG DIBEBANI LATERAL

TUGAS AKHIR ANALISIS HIDRO OSEANOGRAFI DAN DESAIN DERMAGA DEAD WEIGHT TON (DWT) DI TERMINAL UNTUK KEPENTIGAN SENDIRI (TUKS)

BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

Transkripsi:

KAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE Arya Anandika 1 dan Andojo Wurjanto 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132 1 arya.anandika@yahoo.com dan 2 wurjanto@bdg.centrin.net.id Abstrak: Pada struktur dermaga, beban dominan tidak hanya berasal dari arah vertikal saja. aktifitas kapal pada saat melakukan sandar dan tambat memberikan kontribusi beban arah horizontal yang cukup besar pada struktur dermaga. Dengan adanya beban-beban ini maka panjang pondasi tiang pancang tidak hanya ditentukan oleh daya dukung saja tetapi juga perlu memperhatikan kapasitas lateral yang dapat diterima oleh tiang pancang. Tesis ini mengkaji kebutuhan kedalaman minimum panjang tiang pancang akibat beban vertikal dan horizontal yang bekerja pada struktur dermaga. Suatu prosedur untuk menentukan kedalaman tiang pancang disusun berdasarkan temuan-temuan dalam kajian ini. Studi kasus dilakukan dengan melakukan analisis struktur dermaga deck on pile dengan software elemen hingga SAP 2000. Seluruh beban yang bekerja diperhitungkan dan dijadikan masukan beban pada struktur. Data tanah dengan tipe tanah tidak berkohesi dari tiga lokasi berbeda digunakan sebagai masukan perhitungan panjang titik jepit tiang pancang pada model dermaga. Reaksi yang dihasilkan oleh tiang pancang kemudian digunakan sebagai data masukan untuk perhitungan kedalaman tiang pancang dengan metode-metode yang tersedia. Hasil kajian menunjukkan bahwa simulasi elemen hingga dengan menerapkan panjang titik jepit hasil perhitungan kapasitas lateral pada model struktur, menghasilkan beban lateral yang memberikan panjang titik jepit hampir sama dengan model. Kata kunci: beban lateral, kedalaman minimum, tanah tidak berkohesi, tiang pancang, titik jepit PENDAHULUAN Struktur dermaga deck on pile merupakan jenis dermaga terbuka dengan lantai dan balok dermaga menumpu pada poer/pilecap yang didukung oleh tiang pancang sebagai pondasi struktur dimana stabilitasnya bergantung pada kapasitas daya dukung dan kapasitas lateral tiang pancang. Pondasi tiang pancang dalam struktur dermaga didesain untuk menerima beban dari berat struktur dermaga, peralatan penanganan kargo, dan beban-beban lateral yang disebabkan oleh kondisi lingkungan (arus, gelombang, gempa) dan operasi kapal (berthing, mooring). Kajian yang dilakukan bertujuan untuk menyusun suatu prosedur dalam menentukan kedalaman tiang pancang tertanam di dalam tanah pada pondasi struktur dermaga tipe deck on pile akibat reaksi yang dihasilkan oleh kombinasi beban operasional dan lingkungan yang bekerja pada arah horizontal dan vertikal di struktur dermaga. Kajian kedalaman minimum pancang ini merupakan bagian dari studi kasus pekerjaan perencanaan struktur dermaga deck on pile untuk kapal kargo curah kering (bulk carrier) berkapasitas 200,000 DWT di Pelabuhan Cigading, Cilegon Banten. Dermaga ini direncanakan 1

5213 berada pada kedalaman -22.00 mlws (Lowest Water Spring) dengan elevasi atas struktur pada +4.00 mlws. Ilustrasi dari struktur dermaga tipe deck on pile yang digunakan dalam studi kasus dapat dilihat pada Gambar 1. 25000 STOPPER FENDER SUC2000 H 500 2500 ±0.000 3000 9500 1000 1000 300 Rel Crane 1300 B2 Pilecap Precast 5000x2500x1300 700 +4000 10500 2000 2000 Rel Crane B2 Pile Cap Precast Ø2316mm 7001200 Pilecap Precast 4000x2300x700 5213 5213 5213 5213 Tiang Pancang Baja D.1016, t= 22 mm Akhir Pemancangan 9500 20000 10500 C B A Baris-1 Baris-2 Baris-3 Baris-4 Baris-5 Gambar 1 Contoh dermaga deck on pile dengan kombinasi tiang vertikal dan miring. Kondisi tanah yang digunakan dalam analisis diambil dari tiga lokasi berbeda dengan tiga jenis tanah yang berbeda pula. Jenis tanah pertama terdiri dari lapisan tanah pasir dengan kedalaman tanah dari hasil tes pengeboran inti sedalam 25 meter memberikan nilai bacaan N- SPT bervariasi antara 18 s.d. 58. Jenis tanah kedua merupakan lapisan tanah jenis pasir dan karang. Data pengeboran inti diambil sampai dengan kedalaman 8.5 meter dengan nilai N-SPT mulai dari 13 s.d. >50. Jenis tanah ketiga merupakan jenis tanah lunak dengan jenis tanah lanau dan lempung sedalam 42 meter. Nilai N-SPT berdasarkan tes pengeboran inti bervariasi antara 2 s.d. 28. Sebelum kajian dilakukan, terlebih dulu dibuat suatu sketsa definisi untuk menggambarkan permasalahan yang akan ditinjau. Sketsa definisi ini dapat dapat dilihat pada Gambar 2. 2

Hw Hu d e h x L O (titik jepit) Gambar 2 Sketsa definisi kedalaman minimum tiang pancang dimana: Hu : gaya lateral pada dermaga yang diteruskan ke tiang; Hw : gaya normal pada dermaga yang diteruskan ke tiang; d : jarak dari pusat beban lateral bekerja ke muka air; h : kedalaman perairan; e : jarak dari pusat beban lateral bekerja ke dasar perairan; O : titik jepit tiang pancang; x : jarak dari muka tanah ke titik jepit tiang pancang; L : panjang tiang tertanam. 3

Dari sketsa definisi tersebut, kedalaman tiang pancang yang dimaksud adalah nilai L dan x. L adalah kedalaman tiang pancang di dalam tanah yang mampu menerima beban-beban yang bekerja pada arah lateral, Hu, dan arah aksial, Hw. x adalah panjang tiang pancang di dalam tanah sampai ke titik jepitnya atau fixity point. METODOLOGI Secara umum, kajian kedalaman minimum tiang pancang dilakukan dengan tiga metode, yaitu analisis struktur dengan simulasi elemen hingga, analisis kapasitas lateral tiang pancang, dan analisis daya dukung tanah terhadap tiang pancang. Analisis struktur dermaga deck on pile dilakukan dengan software elemen hingga SAP 2000. Struktur dermaga pada Gambar 1 dibuat seperti bentuk aslinya dengan memodelkan elemen-elemen dermaga seperti balok, pelat, dan tiang pancang sebagai elemen garis dan shell. Pondasi tiang pancang dimodelkan dengan perletakan jepit pada kedalaman dimana diasumsikan tiang pancang berada pada kondisi terjepit penuh. Diasumsikan tidak ada lapisan tanah yang berada di atas titik jepit. Perhitungan awal panjang titik jepit dilakukan dengan metode OCDI (2002). Kedalaman titik jepit virtual ini dapat dipertimbangkan berada pada kedalaman 1/x di bawah muka tanah. Nilai x sendiri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: 1 x = (1) k B 4 h 4 EI dimana: k h = sub grade reaction number = 0.15 NSPT (kg/cm 3 ) B = diameter tiang (cm) E = modulus elastik tiang = 2.141 106 (kg/cm 2 ) untuk tiang pancang baja = 3.104 105 (kg/cm 2 ) untuk tiang pancang beton I = momen inersia tiang (cm 4 ) Pengolahan data masukan beban berasal dari faktor-faktor lingkungan yang akan bekerja pada struktur, beban operasional dermaga, beban sandar dan tambat kapal, dan peralatan penanganan kargo. Olah data dilakukan dengan mengikuti metode perhitungan yang telah ada dalam standar lokal dan internasional. Kedalaman minimum tiang pancang ditentukan berdasarkan panjang minimum tiang pancang yang tertanam di dalam tanah berdasarkan hasil analisis lateral dan analisis daya dukung tanah. Analisis lateral tiang pancang dilakukan dengan pendekatan teori tekanan tanah. Metode yang digunakan untuk pendekatan ini adalah metode Prasad dan Chari (1999), dan metode Zhang dkk. (2005) dan metode konvensional (Tsinker, 1986). Sementara untuk daya dukung aksial, analisis dilakukan dengan perhitungan kapasitas daya dukung tanah menggunakan piranti lunak Allpile V7.3B. Setelah seluruh analisis dilakukan, disusun suatu prosedur yang memuat langkah kerja dalam menentukan kedalaman tiang pancang. 4

MULAI Tinjauan Masalah menentukan kedalaman minimum tiang pancang (L) Tujuan dan Lingkup Kajian Pondasi tiang pancang struktur dermaga deck on pile Pengumpulan Data parameter desain lingkungan operasional kapal dan dermaga data tanah 3 lokasi berbeda Pemodelan Struktur Dermaga Pembuatan model elemen hingga struktur dermaga Pengolahan data lingkungan menjadi masukan beban Simulasi Model Elemen Hingga - kombinasi beban-beban bekerja - cek syarat kekuatan struktur dermaga Studi Literatur Prasad et al (1999) xx = [ (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL 2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 ]/2.1996 HH uu = 0.24 10 (1.3 tan +0.3) γγγγγγ{2.7xx 1.7LL} Liang et al (2004) xx = [ (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL 2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 ]/2.1996 HH uu = 0.3 ηηkk PP 2 + ξξξξ tan δδ γγγγγγ(2.7xx 1.7LL) Tsinker (1996) HH uu (ee + LL 0 ) 1 6 γγ(kk PP KK AA )KKLL 0 3 = 0 LL 3 HH uu 0 6 γγ(kk PP KK AA )KK LL HH uu ee 0 6 γγ(kk PP KK AA )KK = 0 Analisis Daya Dukung dan Beban Lateral Tiang Pancang Perhitungan kedalaman minimum tiang pancang Analisis hasil yang diperoleh Penyusunan Prosedur Perhitungan Kedalaman Tiang Pancang HASIL DAN PEMBAHASAN SELESAI Gambar 3 Bagan alir kajian kedalaman tiang pancang. Hasil analisis awal menunjukkan panjang titik jepit yang dihitung dengan metode OCDI (2002) dan hasil perhitungan panjang titik jepit berdasarkan beban lateral yang bekerja pada tiang dengan metode Prasad dan Chari (1999), metode Zhang dkk. (2005), dan metode Tsinker (1986), memperlihatkan bahwa metode OCDI (2002) memberikan panjang titik jepit yang lebih pendek dibandingkan dengan ketiga metode lainnya (Tabel 1). 5

Tabel 1 Perbandingan panjang titik jepit model dengan metode OCDI dan panjang titik jepit hasil perhitungan beban lateral No Data φ Panjang Titik Jepit (m) Tanah OCDI Prasad dan Chari Zhang dkk. Tsinker I DT.1 max 4.22 9.89 10.71 13.22 rata-rata 4.22 7.88 8.34 11.43 min 4.22 6.23 6.60 10.07 II DT.2 max 3.77 10.19 11.06 13.55 rata-rata 3.77 8.88 9.47 12.35 min 3.77 7.27 7.68 10.98 III DT.3 max 7.25 14.84 16.92 18.96 rata-rata 7.25 13.20 14.66 17.05 min 7.25 11.55 12.52 15.39 Simulasi ulang elemen hingga struktur dermaga kemudian dilakukan dengan mengubah panjang tiang yang dimodelkan dengan menggunakan titik jepit hasil perhitungan beban lateral. Syarat kekuatan struktur diperiksa apakah masih memenuhi syarat deformasinya (SNI 03-1729- 2000) dan rasio tegangan tiang (unity check). Bila tidak terpenuhi maka model struktur perlu dimodifikasi dengan mengubah dimensi tiang yang digunakan dan atau mengubah konfigurasi struktur. Dalam simulasi ulang yang dilakukan, diperoleh bahwa deformasi tiang pancang dan rasio tegangan yang dihasilkan melebihi syarat yang ditentukan. Hal ini diakibatkan oleh bertambahnya panjang tiang pada model yang membuat kekakuan struktur berkurang. Berdasarkan simulasi tersebut, seharusnya dilakukan modifikasi struktur. Namun kajian ini bermaksud untuk melihat panjang titik jepit yang dihasilkan oleh beban lateral yang bekerja pada struktur setelah dilakukan simulasi ulang sehingga hal tersebut tidak dilakukan. Panjang titik jepit hasil perhitungan dengan masukan beban lateral hasil simulasi ulang ternyata memberikan hasil yang hampir sama dengan panjang titik jepit hasil perhitungan dengan masukan beban lateral dari simulasi awal. Perbandingan panjang titik jepit ini dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil tersebut, disusunlah suatu prosedur baru yang mengakomodasi temuantemuan dalam kajian ini (Gambar 4). 6

Tabel 2 Perbandingan panjang titik jepit hasil simulasi akhir dan perhitungan No Data OCDI Prasad dkk. Zhang dkk. Tsinker Tanah x (m) x (m) x (m) (2) - (3) x (m) x (m) (4) - (5) x (m) x (m) (6) - (7) awal lama baru lama baru lama baru (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I DT.1 4.22 9.89 9.88 0.01 10.71 10.69 0.02 13.22 13.18 0.04 4.22 7.88 7.87 0.01 8.34 8.33 0.01 11.43 11.40 0.03 4.22 6.23 6.22 0.01 6.60 6.59 0.01 10.07 10.04 0.03 II DT.2 3.77 10.19 10.16 0.03 11.06 11.03 0.03 13.55 13.49 0.06 3.77 8.88 8.86 0.02 9.47 9.44 0.03 12.35 12.29 0.06 3.77 7.27 7.26 0.01 7.68 7.65 0.03 10.98 10.94 0.04 III DT.3 7.25 14.84 14.82 0.02 16.92 16.90 0.02 18.96 18.90 0.06 7.25 13.20 13.18 0.02 14.66 14.64 0.02 17.05 17.00 0.05 7.25 11.55 11.53 0.02 12.52 12.51 0.01 15.39 15.35 0.04 DAFTAR PUSTAKA CivilTech Software, AllPile Version 7 User s Manual Volume 1 and 2, CivilTech Software, USA, 2011. The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan, Daikousha Printing Co., Ltd., Japan, 2002. Prasad, Y. V. S. N., dan Chari, T. R., (1999), Lateral capacity of model rigid piles in cohesionless soils, Soils Found., 39(2), 21 29. Tsinker, George P., Handbook of Port and Harbor Engineering: Geotechnical and Structural Aspect, Chapman & Hall, New York, 1997. Zhang, L., Silva, F., dan Grismala, R., (2005), Ultimate Lateral Resistance to Piles in Cohesionless Soils, Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, ASCE, 131(1): 78-83. 7

MULAI Penentuan Titik Jepit Awal Metode OCDI, 2002 Pemodelan Struktur Dermaga Pembuatan model elemen hingga struktur dermaga Pengolahan data lingkungan menjadi masukan beban Penyusunan kombinasi pembebanan Simulasi model elemen hingga Cek Syarat Kekuatan Struktur - deformasi < L/200 - Unity Check < 1 Ganti konfigurasi tiang pancang Memenuhi syarat kekuatan struktur? TIDAK YA Hitung Panjang Titik Jepit Tiang Pancang Akibat Beban Lateral Prasad et al (1999) Simulasi Ulang Struktur Dengan Titik Jepit Baru HH uu 0.24[10 (1.3 tan +0.3) ]γγγγ = 2.7 (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 2 2.1996 1.7 (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 LL 2.1996 xx = [ (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL 2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 ]/2.1996 HH uu 0.3 ηηkk PP 2 + ξξξξ tan δδ γγγγ Liang et al (2004) = 2.7 (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 2 2.1996 1.7 (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 LL 2.1996 xx = [ (0.567LL + 2.7ee) + (5.307LL 2 + 7.29ee 2 + 10.541eeee) 0.5 ]/2.1996 Tsinker (1996) LL 3 HH uu 0 6 γγ(kk PP KK AA )KK LL HH uu ee 0 6 γγ(kk PP KK AA )KK = 0 HH uu (ee + LL 0 ) 1 6 γγ(kk PP KK AA )KKLL 0 3 = 0 TIDAK titik jepit baru titik jepit lama 1% titik jepit lama YA Analisis Daya Dukung Aksial Tiang Kedalaman tiang berdasarkan daya dukung Penentuan Panjang Tiang Pancang L = max (L lateral, L aksial) SELESAI Gambar 4 Bagan alir prosedur penentuan kedalaman tiang pancang. 8