Siti Herlinda Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya

dokumen-dokumen yang mirip
THE DEVELOPMENT OF COOTON BOLLWORM Heliothis armigera (Lepidoptera:Noctuidae) ON SOME SOYBEAN VARIETIES (Glycine max L.)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Pemantauan Populasi Imago Spodoptera litura dan Helicoverpa armigera Menggunakan Perangkap Seks Feromon

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

THE GROWTH AND DEVELOPMENT OF Corcyra cephalonica (STAINTON) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) REARED ON LOCAL FEED: QUALITY CONTROL OF FACTITIOUS HOST

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

POPULASI Corcyra cephalonica (LEPIDOPTERA;PYRALIDAE) PADA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

H. armigera. Berdasarkan pengaruh ketiga faktor lingkungan tersebut, pada

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

BAB III METODE PENELITIAN

Key Words: Ultra Violet, Frozen egg, Trichogramma, Corcyra cephalonica (Stainton)

BAHAN DAN METODE. = pengamatan minggu kedua = Pengamatan minggu berikutnya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

PREFERENSI OVIPOSISI Plutella xylostella (Linn.) (LEPIDOPTERA : PLUTELLIDAE) PADA TANAMAN BRASSICACEAE. Debi Diana Sari

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

Prosiding Seminar Nasional Agribisnis Agroindustri, Palembang 7 Oktober 2002

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

commit to users I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.


Hama Aggrek. Hama Anggrek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Penyediaan Koloni Lalat Puru C. connexa untuk Penelitian Lapangan

Siti Herlinda. Keywords: Trichogrammatoidea, Plutella xylostella, population, damage PENDAHULUAN

Pengorok Daun Manggis

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

TATA CARA PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

KAJIAN PARASITOID: Eriborus Argenteopilosus Cameron (Hymenoptera : Ichneumonidae) PADA Spodoptera. Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae)

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Agria 2(1):32-36. (2005) BIOEKOLOGI Helicoverpa armigera (HÜBNER) (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA TANAMAN TOMAT Bio-Ecology of Helicoverpa armigera (Hübner) (Lepidoptera: Noctuidae) on Tomato Siti Herlinda Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya 30662 Email: linda_hasbi@pps.unsri.ac.id ABSTRACT Laboratory research were conducted to quantify biological attributes of fruitworm, Helicoverpa armigera (Hübner) on tomato, and followed by observing its population development and fruit damage by this pest in the tomato field. Direct and continuous observation were done, and the data collected were tabulation analysed. The results showed that developmental time from egg laid up to first instar emergence (egg stadium) was 2.12 days. The eggs laid by individual moth amounted to 263.12 eggs. The egg fertility was an average of 76.52%. Larval stadia took 36.25 days. Mean developmental time of pupae were 10.2 days. The longevity of the adult ranged from 2 to 18 days with an average of 11.12 days. The oviposition by the moth coincided with the commencement of tomato flowering. Egg and larval population peak occurred at 40 and 75 days after planting, respectively. High larval population caused fruit damage by larval feeding activities increased. Keywords: Biology, ecology, Helicoverpa armigera, tomato PENDAHULUAN Ulat buah tomat, Helicoverpa armigera (Hübner) (Lepidoptera: Noctuidae) adalah hama penting yang menyerang buah tomat (Setiawati, 1991). Ngengat hama ini mampu menyebar jauh mengikuti arah angin atau menentang arah angin (Farrow & Daly, 1987). Serangga ini juga bersifat polifag, tanaman yang sering diserangnya adalah tomat dan kedelai. Kerusakan oleh larva H. armigera pada buah tomat dapat mencapai 80% (Uhan dan Suriaatmadja, 1993), sedangkan pada polong kedelai dapat mencapai 35,50 % (Herlinda et al., 1999). Hingga saat ini pengendalian H. armigera yang dilakukan oleh petani umumnya dengan insektisida, dengan frekuensi 2-3 kali seminggu dan dosisnya 2-4 kali lipat lebih tinggi daripada dosis yang dianjurkan (Daha et al., 1998). Saat ini dilaporkan H. armigera yang menyerang tanaman kapas dan tomat, dan hama ini telah resisten terhadap pestisida sintetik (Handiyani et al., 1993). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian yang lebih baik yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam PHT kajian tentang biologi dan ekologi hama merupakan komponen utamanya. Tulisan ini menginformasikan tentang biologi H. armigera pada tomat, dan ekologi yang meliputi populasi dan serangannya pada pertanaman tomat. 1

BAHAN DAN METODE Atribut biologi H. armigera diamati di Laboratorium Entomologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, pada suhu rata 27,6 o C dan kelembabab nisbi ratarata 81,72%. Lalu, diikuti dengan pengamatan ekologi H. armigera yang meliputi populasi dan serangannya di sentra pertanaman tomat, Pagar Alam, Sumatera Selatan pada suhu selama penelitian rata-rata 24,34 o C, kelembaban nisbi rata-rata 90%, dan curah hujan 11,79 mm/hari. Lahan yang digunakan seluas 1.000 m 2. 1. Pengamatan Biologi H. armigera Penyediaan koloni H. armigera. Larva H. armigera dikumpulkan dari pertanaman tomat di Pagar Alam. Kemudian, larva dibawa ke laboratorium dan dipelihara secara individual di dalam tabung film (diameter 2 cm dan tinggi 5 cm) yang bagian tutupnya terbuat dari kain kasa. Larva dipelihara secara terpisah dengan individu lainnya karena perilakunya yang kanibal. Ke dalam tabung dimasukkan belahan buah atau putik tomat untuk pakan larva H. armigera. Tomat ditanam dalam pot plastik (diameter 15 cm dan tinggi 20 cm) di rumah kaca. Setiap hari kepompong dikumpulkan dan dimasukkan dalam kurungan kasa (panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 30 cm). Setiap hari ngengat terbentuk dikumpulkan, lalu ngengat dimasukkan ke dalam kurungan pembiakan H. armigera (panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm) terbuat dari kain kasa. Telur yang menetas diberi bunga dan pucuk tomat, sedangkan instar 2 ke atas dapat diberi putik dan buah tomat. Setelah mencapai F ke-2 baru dilakukan pengamatan atribut biologi. Pengamatan Stadia Telur, Larva, dan Pupa. Aspek biologi H. armigera yang akan dikaji, antara lain stadia telur, larva, pupa, lama hidup imago, keperidian ngengat betina, lama masa peneluran, fertilitas telur, dan daur hidup. Pengamatan stadium telur dilakukan dengan cara, satu tanaman tomat yang sedang berbunga dimasukkan ke dalam kurungan pembiakan H. armigera (yang berisi minimal 10 pasang ngengat) selama sebelas jam (pukul 07.00-18.00 WIB). Perlakuan ini diulang 10 kali. Setelah itu, tanaman dikeluarkan dari kurungan, lalu dimasukkan ke dalam kurungan kasa yang bebas ngengat. Mulai hari 2

ke-2 hingga telur menetas tanaman diperiksa dua kali sehari (pukul 07.00 dan 18.00 WIB) dan dicatat banyaknya telur yang menetas. Fertilitas telur ditentukan dengan menghitung berapa banyaknya telur yang menetas dibandingkan dengan total telur yang diamati. Fertilitas telur dinyatakan dalam persen. Lama waktu sejak telur diletakkan hingga larva keluar dari telur adalah masa inkubasi telur atau stadium telur. Larva yang muncul dari telur di atas dipindahkan ke dalam tabung film secara individual dan diberi pakan pucuk dan bunga tomat. Instar 1 dan 2 diberi pakan pucuk dan bunga tomat, sedangkan instar 3 ke atas diberi pakan buah tomat. Setiap hari, jumlah larva yang menjadi pupa dicatat. Stadia larva ditentukan dengan menghitung waktu yang diperlukan sejak telur menetas hingga larva menjadi pupa. Pupa yang terbentuk pada hari yang sama diletakkan pada wadah plastik (diameter 10 cm dan tinggi 15 cm). Lama perkembangan (stadium) pupa dihitung sejak pupa terbentuk hingga imago muncul. Jumlah pupa menjadi imago dicatat setiap hari hingga semua menjadi menjadi imago. Pengamatan Lama Hidup Imago, Masa Peneluran dan Keperidian, serta daur hidup. Keperidian ditentukan dengan menghitung banyaknya telur yang diletakkan oleh seekor ngengat betina. Setiap pasang ngengat yang baru muncul dari pupa di atas, lalu dimasukkan ke dalam kurungan kasa (panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm) yang di dalamnya terdapat satu tanaman tomat yang sedang berbunga. Setiap hari tanaman tomat diganti hingga ngengat mati. Telur yang diletakkan pada daun dan bunga, serta bagian tanaman lainnya diamati dan dicatat setiap hari. Dari percobaan sekaligus dapat diketahui lama masa peneluran dan lama hidup imago, serta daur hidup. Penentuan lama hidup imago dilakukan dengan menghitung waktu sejak imago muncul dari pupa hingga ngengat mati. Percobaan ini diulang 20 kali. Daur hidup dapat diketahui dengan menjumlahkan lama stadium telur, larva, pupa, dan waktu sejak imago terbentuk hingga meletakkan telur. Analisis data. Nilai rataan data parameter biologi H. armigera selanjutnya dianalisis dengan rata-rata tertimbang (Steel and Torrie, 1993), dan sebagian data ditampilkan dalam bentuk grafik. 3

2. Pengamatan Ekologi H. armigera Fenologi Tanaman Tomat. Fenologi tanaman dilakukan secara tetap pada 40 tanaman contoh. Penentuan tanaman contoh dilakukan secara sistematik dan menyebar rata di seluruh pertanaman. Setiap minggu sejak 26 hari setelah tanam (hst) hingga menjelang panen, ke-40 tanaman contoh tadi diamati perkembangan fenologinya. Fenologi yang diamati meliputi jumlah kuncup bunga yang terbentuk, jumlah bunga mekar, dan jumlah buah yang terbentuk. Pengamatan Populasi dan Serangan H. armigera. Pengamatan perkembangan populasi telur dan larva, serta jumlah buah yang terserang larva H. armigera dilakukan pada 40 tanaman contoh tetap dan sama dengan tanaman contoh fenologi tomat. Pengamatan meliputi banyaknya telur dan larva H. armigera, serta jumlah putik (diameter < 2 cm) dan buah yang diserangnya. Pengamatan populasi dan serangan H. armigera dilakukan pada waktu yang sama dengan pengamatan fenologi tanaman, yaitu sejak 26 hst hingga menjelang panen. Analisis data. Data dianalisis secara tabulasi dan ditampilkan dalam bentuk grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Biologi H. armigera Ngengat betina H. armigera umumnya meletakkan telur pada daun pucuk, batang, kelopak bunga, dan rambut tangkai bunga. Telur yang baru diletakkan kuning muda dan berbentuk setengah bulat seperti kubah. Telur yang akan menetas berubah warna menjadi abu-abu dan akhirnya hitam. Telur umumnya diletakkan pada bagian tanaman yang banyak rambut-rambutnya, seperti pucuk, batang, kelopak bunga, dan tangkai bunga. Hal ini sejalan dengan laporan Daha et al. (1998) bahwa kebanyakan ngengat betina lebih menyukai bertelur pada permukaan yang berambut dan kasar. Tabel 1. Atribut biologi H. armigera Atribut biologi n Kisaran Rata-rata Stadium telur (hari) 1178 2-3 2,12 ± 0,23 Stadia larva (hari) 152 29-46 36,25 ± 5,26 Stadium pupa (hari) 50 6-13 10,2 ± 3,10 Lama hidup imago (hari) 20 2-18 11,2 ± 5,60 Fertilitas telur (%) 1178 51,27-100 76,52 ± 20,07 n = jumlah contoh yang diamati 4

Produksi telur (butir/betina/hari) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 40.56 34.89 32.78 33.75 29.11 24.11 23.44 25.89 15.3 3.29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur ngengat H. armigera (hari) Gambar 1. Rataan jumlah telur yang diletakkan oleh ngengat H. armigera yang diberi pakan tomat Lama masa prapeneluran sekitar 1 hari. Pada hari kedua ngengat betina mulai meletakkan telurnya. Lama masa peneluran mencapai 10 hari (Gambar 1). Jumlah telur yang diletakkan oleh seekor betina rata-rata 263,12 butir, produksi telur tertinggi saat umur ngengat 3 hari (40,56 butir). Selama hidupnya, ngengat mampu meletakkan telur setiap hari hingga mati. Dengan demikian, pada kondisi lapangan apabila hasil monitoring menunjukkan awal kemunculan ngengat H. armigera, perlu diwaspadai bahwa ngengat mampu hidup dan terus bertelur selama lebih kurang 10 hari. Lama stadium telur berkisar antara 2-4 hari dan rata-rata adalah 50,81 jam atau 2,12 hari (Tabel 1). Stadium telur pada penelitian ini mendekati hasil penelitian Effendy dan Herlinda (2001) pada tanaman kedelai, yaitu 2,62 hari. Fertilitas telur cukup tinggi (rata-rata 76,52 %), namun serangga memiliki kemampuan kompetisi yang tinggi karena bersifat kanibal. Larva yang baru keluar dari telur berbentuk silinder dan tubuhnya berwarna kuning pucat. Berdasarkan bekas mandibelnya yang mengelupas,maka dapat diketahu larva H. armigera mempunyai enam instar. Tiap instar berbeda cara makannya pada tanaman tomat yang telah disediakan. Pada instar satu, dan dua lebih menyukai makan daun dan pucuk bunga. Tetapi pada instar tiga, empat, lima 5

dan enam larva akan makan daging buah tomat dengan cara menggerek buah kemudian memakan dagingnya. Kepala dan sebagian tubuhnya masuk ke dalam buah tomat. Larva yang memakan bunga tomat umumnya berwarna hijau kekuningan. Perbedaan warna larva dipengaruhi oleh pakannya. Effendy dan Herlinda (2001) menyatakan larva H. armigera yang diberi polong kedelai yang berwarna hijau menyebabkan tubuhnya berwarna hijau. Stadia larva membutuhkan waktu berkisar antara 29-46 hari dengan rata-rata 36,25 hari (Tabel 1). Stadia larva yang diberi pakan tomat ini memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan diberi pakan kedelai yang stadia larvanya rata-rata 24,3 hari (Program Nasional PHT, 1992). Pupa yang baru terbentuk berwarna hijau dan kuning kemudian berwarna coklat. Rata-rata stadium prapupa berkisar antara 3-8 hari, sedangkan stadium pupa rata-rata 10,2 hari (Tabel 1). Pupa yang baru terbentuk biasanya mudah bergerak apabila disentuh. Setelah beberapa hari pupa berwarna coklat muda dan kemudian berwarna coklat tua. Ngengat H. armigera memiliki sayap depan berwarna coklat dengan satu bintik hitam pada sayap tersebut. Sayap belakangnya memiliki tepi berwarna hitam, sedangkan pangkal sayap tersebut berwarna putih kecoklatan. Ngengat jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina karena pola bercak pirang tua (merah) pada ngengat betina. Pada ngengat jantan terdapat pola bercak yang berwarna kehijauan pada ujung sayapnya. Daur hidup H. armigera dari telur hingga imago meletakkan telur 50-52 hari. Lama hidup ngengat berkisar antara 2-18 hari dengan rata-rata 11,2 hari (Tabel 1). Effendy dan Herlinda (2001) melaporkan daur hidup H. armigera yang diberi pakan polong kedelai rata-rata 42,59 hari dengan suhu rata-rata selama penelitian 30 o C. Daur hidup yang berbeda ini lebih dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang lebih tinggi akan mempercepat metabolisme yang akhirnya dapat mempercepat perkembangan. 2. Ekologi H. armigera Tomat mulai menghasilkan kuncup bunga saat 40 hst, sedangkan bunga mekar mulai ditemukan seminggu kemudian (Gambar 2). Kuncup bunga dan bunga mekar terus bertambah seiiring 6

dengan pertumbuhan tanaman. Kuncup bunga dan bunga mekar mencapai puncaknya saat tanaman berumur 75 hst. Putik mulai muncul saat tanaman berumur 47 hst, dan buah terus bertambah hingga menjelang panen. Jumlah bunga atau buah/10 tan. 250 200 150 100 50 Kuncup bunga Bunga mekar Buah 0 26 33 40 47 54 61 68 75 82 89 Umur tanaman (hst) Gambar 2. Perkembangan fenologi tanaman tomat Populasi telur atau larva/10 tan. 12 10 8 6 4 2 Populasi telur Populasi larva 0 26 33 40 47 54 61 68 75 82 89 Umur tanaman (hst) Gambar 3. Perkembangan populasi telur dan larva pada tanaman tomat 7

4.5 Populasi larva 70 4 Buah & putik terserang 60 Populasi larva (ekor/10 tan.) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 50 40 30 20 10 Jumlah buah & putik terserang per 10 tan. 0 26 33 40 47 54 61 68 75 82 89 0 Umur tanaman (hst) Gambar 4. Populasi larva H. armigera dan jumlah buah dan putik terserang Terbentuknya kuncup bunga dan bunga mekar (40 hst) diikuti dengan mulai munculnya telur H. armigera (10,75 butir/10 tanaman) di pertanaman. Seminggu kemudian (47 hst) larva instar 1 mulai ditemukan (0,5 ekor/10 tanaman) (Gambar 3). Populasi telur berfluktuasi dan tidak mengikuti pola perkembangan kuncup bunga dan bunga mekar. Walaupun keberadaan bunga merupakan tempat yang paling dipilih ngengat H. armigera untuk bertelur (berdasarkan data pengamatan biologi). Namun, fenomena ini lebih dipengaruhi aktivitas penerbangan ngengat dan pengaruh cuaca. Pada saat penelitian merupakan musim hujan (bulan Oktober-Desember) sehingga aktivitas penerbangan ngengat menurun dan berdampak pada populasi telur di lapangan yang berfluktuasi. Pola perkembangan populasi larva cenderung mengikuti pola perkembangan populasi telur. Populasi terakhir telur (5,5 butir/10 tanaman) masih dapat ditemukan saat tanaman berumur 82 hst, sedangkan seminggu kemudian (89 hst) populasi terakhir larva (2,75 ekor/10 tanaman) ditemukan. Populasi larva yang terus meningkat berdampak pada semakin banyak jumlah buah yang diserangnya (Gambar 4). Saat larva mulai terbentuk (47 hst), pada saat yang sama jumlah putik yang 8

terserang mulai ada. Populasi larva terus meningkat sebanding dengan umur tanaman tomat. Fenomena ini juga diikuti oleh pertambahan jumlah buah yang rusak diserang larva H. armigera. Populasi larva mencapai puncak (4 ekor/10 tanaman) saat tanaman berumur 75 hst, sedangkan seminggu kemudian terjadi peningkatan jumlah buah yang terserang. Peningkatan jumlah buah yang rusak menjelang panen (82 dan 89 hst) disebabkan larva-larva yang ada di pertanaman di dominasi larva instar akhir yang dapat memakan lebih dari satu buah tomat, dan sering berpindah-pindah sehingga jumlah buah yang terserang semakin meningkat. Daha et al. (1988) melaporkan larva instar akhir (IV dan V) menyerang buah berukuran besar dan siap panen dan seekor larva instar akhir mampu merusak 3-4 buah tomat. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Telur H. armigera diletakkan satu per satu dengan jumlah mencapai 263.12 telur per betina. Stadia larva rata-rata 36.25 hari. Rata-rata stadium pupa 10,2 hari. Lama hidup imago antara rata-rata 11,12 hari. Masa peneluran oleh ngengat berlangsung bersamaan dengan mulainya fase pembungaan tanaman tomat. Puncak populasi telur dan larva terjadi pada 40 dan 75 hari setelah tanam. Populasi larva yang tinggi menyebabkan jumlah buah rusak terserang ulat buah tomat semakin meningkat. 2. Saran Penelitian lanjutan yang perlu dilakukan adalah tentang dinamika populasi dan serangan H. armigera selama dua musim, yaitu kemarau dan hujan sehingga dapat melengkapi data tentang ekologinya DAFTAR PUSTAKA Daha, L., A. Rauf, S. Sosromarsono, U. Kartosuwondo dan S. Manuwoto. 1998. Ekologi Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman kedelai. Bul. HPT. 10(2):10-16. Effendy T.A. dan S. Herlinda. 2001. Biologi Helicoverpa armigera (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada kedelai dan pengendaliannya menggunakan ekstrak batang Aglaia sp. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Selatan, Palembang, 12-13 November 2001. Farrow, R.A. and J.C. Daly. 1987. Log-range movement as an adaptive strategy in the genus Heliothis (Lepidoptera: Noctuidae): A review of its occurrence and detection in four pest species. Aust. J. Zool. 35:1-24. Handiyani, S., Soebandrijo dan A. A. Gothama. 1993. Resistensi penggerek buah kapas terhadap insektisida. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15(1):15-16. 9

Herlinda, S., L. Daha dan A. Rauf. 1999. Biologi dan Pemanfaatan Parasitoid Telur Trichogramma chilonis Ishii (Hymenoptera: Trichogrammatidae) untuk Pengendalian Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Pertanaman Kedelai dan Tomat. p. 23-32. In: Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor Bekerjasama dengan Program Nasional PHT, Bogor 16 Pebruari 1999. Program Nasional PHT. 1992. Petunjuk bergambar untuk identifikasi hama dan Penyakit kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Setiawati, W. 1991. Daur hidup ulat buah tomat, Heliothis armigera Hübner (Lepidoptera: Noctuidae). Bul. Penel. Hort. 21(3):112-119. Steel, R..G.D. and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Uhan, T. S. dan R. E. Suriaatmadja. 1993. Pengendalian ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) dengan insektisida organophosphat dan pirethroid buatan. Bul. Penel. Hort. 25(4):29-34. 10