BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PENUTUP. Pendidikan Kabupaten Brebes, maka efektivitas untuk 5 (lima) unsur SPIP pada

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BAB V PENUTUP. pelaksanaan kegiatan di KJM telah menerapkan unsur-unsur SPI di dalamnya. Hal

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DALAM PENGELOAAN KEUANGAN SNMPTN- SBMPTN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

RAPAT SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah)

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

BAB IV ANALISIS KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL DI PUSAT PERBUKUAN. dan karyawan-karyawan membangun dan mempertahankan sebuah lingkungan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 58 TAHUN 2016

- 1 - DAFTAR UJI PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENDAHULUAN

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA. Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN FEBRUARI 2018

Bimtek Peningkatan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Setjen dan Badan Keahlian DPR.

I. Ketua Komite Keperawatan

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas. Outline Paparan

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENT ANG

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1075/SEKJEN/2015 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN RISIKO PADA PERANGKAT DAERAH

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pengendalian intern dan pengaruh kualitas lingkungan pengendalian dalam

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

NOMOR : 15 TAHUN 2010

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pengawasan. Koordinator.

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018

Transkripsi:

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Salatiga, diperoleh hasil skor sebagai berikut: Tabel 7.1 Skor Internal Control Questionairre (ICQ) Unsur Pengendalian Internal Skor Lingkungan Pengendalian 69,44% Penilaian Risiko 61,11% Aktivitas Pengendalian 86,96% Informasi dan Komunikasi 90,91% Pemantauan 85,19% Skor Internal Control Questionairre (ICQ) di atas merupakan persentase kesesuaian unsur pengendalian internal yang ada dalam objek penelitian dengan unsur pengendalian internal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Skor tersebut menjadi pertimbangan untuk penilaian desain dan fungsi setiap unsur pengendalian internal, sebagaimana dipaparkan berikut ini: a. Lingkungan Pengendalian Unsur lingkungan pengendalian memiliki skor sebesar 69,44% sehingga menjadi pertimbangan untuk dinilai memiliki desain sistem 144

pengendalian yang belum memadai tetapi fungsi unsur lingkungan pengendalian yang ada telah efektif. Desain unsur lingkungan pengendalian dinilai belum memadai karena tidak terpenuhinya beberapa point unsur lingkungan pengendalian yang telah diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008, seperti mengenai belum adanya sistem pemberian penghargaan untuk meningkatkan penegakan integritas dan kepatuhan terhadap nilai-nilai etika; tidak adanya kewenangan untuk menata pegawai dalam hal pemilihan pegawai maupun penempatan pejabat struktural karena dikelola oleh Badan Kepagawaian Daerah (BKD); BPPT dan PM selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak memiliki kewenangan untuk membuat, mengevaluasi, dan menyesuaikan struktur organisasi karena hal tersebut kewenangan bagian kesekertariatan Pemerintah Kota Salatiga; penilaian kinerja belum dijadikan dasar untuk penentuan promosi, remunerasi, dan pemindahan pegawai. Fungsi unsur lingkungan pengendalian dinilai telah efektif karena pedoman internal tentang sikap dan perilaku terkait dengan etika pegawai dalam bekerja serta aturan tata tertib disiplin pegawai telah diterapkan dengan baik di BPPT dan PM; kebijakan atas kompetensi pegawai telah dijalankan dengan baik terbukti dengan rutin dikirimkannya pegawai untuk mengikuti diklat atau kursus, serta telah ada program orientasi untuk pegawai baru; kepemimpinan yang kondusif terwujud melalui peran pimpinan yang telah memiliki sarana-sarana 145

untuk mengontrol operasional instansi; pendelegasian wewenang dan tanggung jawab telah diatur dan dikomunikasikan dengan baik melalui kartu uraian Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) yang dimiliki masingmasing pegawai; peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah telah efektif terbukti melalui kunjungan pemeriksaan rutin setiap tahun oleh Inspektorat Kota Salatiga dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). b. Penilaian Risiko Unsur penilaian risiko memiliki skor sebesar 61,11% sehingga menjadi pertimbangan untuk dinilai memiliki desain sistem pengendalian yang belum memadai dan fungsi unsur penilaian risiko yang ada belum efektif. Desain unsur penilaian risiko dinilai belum memadai karena tidak terpenuhinya beberapa point unsur penilaian risiko yang telah diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008, seperti mengenai belum dimilikinya struktur baku mengenai pengendalian penanganan risiko; identifikasi risiko di BPPT dan PM bukan merupakan sistem formal yang menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif; Renstra BPPT dan PM tidak memuat bagian mengenai identifikasi risiko; analisis risiko di BPPT dan PM belum mengklasifikasikan risiko menjadi risiko rendah, menengah, atau tinggi; mekanisme untuk mengantisipasi ataupun mengidentifikasi risiko yang diakibatkan oleh perubahanperubahan dalam pemerintahan, ekonomi, industri, peraturan, 146

operasional atau kondisi lain yang dapat mempengaruhi tercapainya maksud dan tujuan instansi belum ada. Fungsi unsur penilaian risiko dinilai belum efektif karena penilaian risiko belum mampu mengidentifikasi risiko pencapaian tujuan dengan baik serta belum menjadi dasar dalam menentukan pengelolaan risiko. Hal ini terlihat melalui cara suatu risiko diidentifikasi, diperingkat, dianalisis, dan diatasi tidak dikomunikasikan secara khusus ke pegawai yang berkepentingan dan pembahasannya tidak dilakukan pada rapat tingkat pimpinan; serta cara terbaik untuk mengelola atau mengurangi risiko dan tindakan khusus yang harus dilaksanakan belum ditetapkan. c. Aktivitas Pengendalian Unsur aktivitas pengendalian memiliki skor sebesar 86,96% sehingga menjadi pertimbangan untuk dinilai telah memiliki desain sistem pengendalian yang cukup memadai tetapi fungsi unsur aktivitas pengendalian yang ada telah efektif. Desain unsur aktivitas pengendalian dinilai cukup memadai karena kegiatan pengendalian di BPPT dan PM telah ditetapkan dan diterapkan dengan baik; pimpinan pada setiap tingkatan kegiatan mereviu laporan kinerja, menganalisis kecenderungan, dan mengukur hasil dibandingkan target, anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yang lalu melalui laporan Pengendalian Operasional Kegiatan (POK); pembinaan sumber daya manusia telah diatur dan dijalankan dengan baik; telah ada insentif dan program kesejahteraan lain untuk mendorong pegawai melakukan tugas dengan 147

kemampuan maksimal; pengendalian atas pengelolaan sistem informasi di BPPT dan PM dilaksanakan secara periodik dan komprehensif melalui kegiatan perawatan sistem informasi yang sudah dianggarkan melalui APBD; pengendalian fisik atas asset telah dilakukan melalui penetapan kebijakan dan prosedur pengamanan fisik atas asset; penetapan dan review indikator dan ukuran kinerja telah ditetapkan untuk tingkat instansi pemerintah, tingkat kegiatan, maupun tingkat pegawai; pemisahan fungsi di BPPT dan PM telah diatur melalui penyusunan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI). Tetapi, desain unsur aktivitas pengendalian hanya dinilai cukup memadai karena rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga (contingency plan) belum diatur; rencana pemulihan setelah bencana (disaster recovery plan) belum diatur; penilaian pengukuran kinerja belum dijadikan dasar untuk pemberian insentif kepada pegawai; dokumentasi tertulis secara khusus mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah belum ada. Sedangkan fungsi unsur aktivitas pengendalian dinilai telah efektif karena kegiatan pengendalian yang ada telah membantu memastikan bahwa instruksi manajemen untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan telah dilakukan. d. Informasi dan Komunikasi Unsur informasi dan komunikasi memiliki skor sebesar 90,91% sehingga menjadi pertimbangan untuk dinilai telah memiliki desain sistem pengendalian yang memadai dan fungsi unsur informasi dan komunikasi 148

yang ada telah efektif. Kondisi di BPPT dan PM adalah sebagai berikut: informasi internal yang penting dalam mencapai tujuan instansi telah diidentifikasi dan dilaporkan secara teratur kepada pimpinan; komunikasi mengenai aspek pengendalian internal telah disampaikan melalui Standar Operasional Prosedur (SOP); komunikasi internal yang efektif dilakukan melalui buku pedoman kebijakan dan prosedur, surat edaran, memorandum, papan pengumuman, arahan lisan, situs internet, intranet, ataupun email; komunikasi eksternal misalnya dengan pemohon ijin dilakukan melalui telepon, email, kotak saran, meja pengaduan, kotak pengaduan, banner-banner informasi, pajangan informasi di ruang pelayanan, mesin anjungan infromasi, ataupun melalui website resmi BPPT dan PM. Sedangkan fungsi unsur informasi dan komunikasi dinilai telah efektif karena telah mampu mendukung fungsi lain dari pengendalian internal dalam rangka pencapaian tujuan entitas. e. Pemantauan Unsur pemantauan memiliki skor sebesar 85,19% sehingga menjadi pertimbangan untuk dinilai memiliki desain sistem pengendalian yang cukup memadai tetapi fungsi unsur lingkungan pengendalian yang ada telah efektif. Desain unsur pemantauan dinilai cukup memadai karena strategi pemantauan telah dilakukan melalui kegiatan Monitoring dan Evaluasi (MONEV); evaluasi terpisah dilakukan oleh tim MONEV; pimpinan melakukan reviu dan mengevaluasi temuan audit, hasil penilaian, dan reviu lainnya segera setelah mendapatkan Laporan Hasil 149

Temuan (LHP). Tetapi, desain unsur pemantauan hanya dinilai cukup memadai salah satunya karena BPPT dan PM belum memanfaatkan rapat pegawai sebagai sarana untuk meminta masukan tentang efektivitas pengendalian internal. Sedangkan untuk fungsi unsur pemantauan dinilai telah efektif karena telah membantu memastikan bahwa masing-masing komponen pengendalian internal yang telah ada berfungsi dengan baik. 7.2 Keterbatasan Pada pelaksanaan penelitian mengenai evaluasi keefektifan sistem pengendalian internal di BPPT dan PM Kota Salatiga, keterbatasan yang ditemui adalah peneliti tidak dapat mengendalikan gangguan dari lingkungan sekitar ketika melakukan wawancara. Kesepakatan yang dicapai bersama responden bahwa proses wawancara hanya dapat dilakukan pada saat jam kerja, sehingga sebagian besar wawancara dilakukan di sela-sela aktivitas responden dan berlokasi di sekitar kantor objek penelitian. Kondisi ini membuat proses wawancara rentan terganggu dengan kunjungan pegawai lain kepada responden dalam kaitannya dengan urusan pekerjaan, ataupun ditengah wawancara harus ditinggal sejenak oleh responden karena hal mendesak dalam kaitannya dengan pekerjaan. Hal yang demikian kemudian akan mengganggu konsentrasi peneliti ataupun responden, dan suasana yang kondusif untuk wawancara menjadi tidak terwujud. 150

7.3 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian mengenai evaluasi keefektifan sistem pengendalian internal di BPPT dan PM Kota Salatiga adalah sebagai berikut: 1. Rekomendasi untuk BPPT dan PM Kota Salatiga Rekomendasi yang dapat penulis berikan untuk BPPT dan PM Kota Salatiga selaku objek penelitian adalah: a. BPPT dan PM sebaiknya memiliki sistem pemberian penghargaan dalam kaitannya dengan kepatuhan atas kode etik dan penegakan integritas untuk memotivasi pegawai agar lebih meningkatkan penegakan integritas dan kepatuhan terhadap nilai-nilai etika di lingkungan BPPT dan PM. b. BPPT dan PM sebaiknya memiliki struktur baku mengenai pengendalian penanganan risiko dalam nama manajemen risiko. Sehingga BPPT dan PM dapat memiliki sistem formal untuk identifikasi risiko yang menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif dan dicantumkan dalam Rencana Strategis BPPT dan PM. c. BPPT dan PM sebaiknya menetapkan mekanisme untuk mengantisipasi ataupun mengidentifikasi risiko yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam pemerintahan, ekonomi, industri, peraturan, operasional, atau kondisi lain yang dapat mempengaruhi tercapainya maksud dan tujuan instansi. Selain itu juga perlu ditetapkan rencana pemulihan setelah bencana (disaster recovery 151

plan) untuk membuat instansi lebih siap apabila sewaktu-waktu terjadi bencana di luar kendali instansi. d. BPPT dan PM sebaiknya memiliki rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga (contingency plan) dalam kaitannya dengan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi. e. BPPT dan PM sebaiknya mejadikan penilaian kinerja sebagai dasar untuk menentukan pemberian insentif kepada pegawai, promosi, remunerasi, dan pemindahan pegawai. f. BPPT dan PM sebaiknya memiliki dokumentasi tertulis secara khusus mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di BPPT dan PM. Selain itu, BPPT dan PM perlu melaksanakan rekomendasi Inspektorat Kota Salatiga mengenai penunjukan pejabat yang menjadi Pengendali Internal di BPPT dan PM. g. BPPT dan PM sebaiknya memanfaatkan rapat pegawai sebagai sarana untuk meminta masukan tentang keefektifan pengendalian internal agar sistem yang ada dapat menjadi lebih baik lagi. 2. Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya Rekomendasi untuk penelitian mengenai evaluasi sistem pengendalian internal instansi pemerintah selanjutnya sebaiknya memilih objek penelitian yang telah memiliki dokumentasi tertulis secara khusus mengenai sistem pengendalian internalnya sehingga peneliti dapat melakukan evaluasi keefektifan atas keberadaan dokumen tersebut apakah telah menyajikan informasi yang efektif dan memadai. Selain itu, 152

apabila peneliti memiliki waktu yang cukup panjang untuk melakukan penelitian maka peneliti dapat melakukan wawancara mendalam tidak hanya ke personil-personil kunci saja tetapi juga wawancara ke staf pelaksana agar memperoleh informasi yang lebih lengkap dan dapat membandingkan antara jawaban responden satu dengan yang lain untuk memperkuat kebenaran informasi yang diperoleh. 153