ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGIS PADA PANGAN JAJANAN ANAK DI SD KOMPLEKS LARIANGBANGI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

ANALISIS KADAR LOGAM TIMBAL (Pb) PADA PANGAN JAJANAN DI SDN KOMPLEKS LARIANGBANGI KOTA MAKASSAR

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

(Alamat Respondensi:

IDENTIFIKASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI SEKOLAH DASAR KOTA MANADO Jilbi A. Djodjoka*, Nancy S.H. Malonda*, Maureen I.

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

MUTU MIKROBIOLOGIS MINUMAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH BOGOR TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses

HIGIENE SANITASI PANGAN

Medical Laboratory Technology Journal

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

Bakteriologis Makanan Jajanan Pada Warung Sari Laut Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

ANALISIS MIKROBIOLOGI JAJANAN MINUMAN DI SEKITAR SEKOLAH DASAR PADA WILAYAH JEMURWONOSARI, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

149 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

Transkripsi:

ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGIS PADA PANGAN JAJANAN ANAK DI SD KOMPLEKS LARIANGBANGI MAKASSAR Analysis of Food Microbiological Quality in Snack Kids at Lariangbangi Complex Elementary School Makassar Nurwafiah Marda, Saifuddin Sirajuddin, Ulfah Najamuddin Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (m_waviah@yahoo.co.id, saifuddin59@yahoo.com, ulfanajamuddin@gmail.com, 085299989081) ABSTRAK Pangan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan atau street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. Makanan jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat bervariasi dalam bentuk, keperluan dan harga. Berdasarkan data Badan POM telah terjadi 1.101 KLB keracunan pangan. Angka kejadian umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mutu mikrobiologis pangan jajanan anak sekolah dasar di SD Kompleks Lariangbangi Kota Makassar. Jenis penelitian yaitu penelitian survei deskriptif dan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengolahan dan analisis data menggunakan microsoft excel dan disajikan dalam bentuk tabel dan deskriptif. Hasil penelitian dari 7 sampel mengandung total mikroba yag melebihi ambang batas sedangkan untuk mikroba patogen Staphylococcus aureus terdapat dua sampel yang melebihi ambang batas yaitu bakso rebus (1 x 10 5 CFU/g) dan nugget (1 x 10 5 CFU/g) dan untuk mikroba E.coli tidak terdeteksi pada ke 7 sampel tersebut. Kesimpulan penelitian bahwa ketujuh sampel tidak aman untuk dikonsumsi jika melihat dari total mikroba dan untuk sampel bakso rebus dan nugget juga tidak aman karena mengandung Staphylococcus yang melebihi batas aman. Kata Kunci : makanan jajanan, mikroba, E.coli, Staphylococcus aureus. ABSTRACT Street food has become an integral part of community life in both urban and rural. Snack food or street food is the food that is sold on the sidewalk, curb, at the station markets, where settlements and similar locations. Many kinds of food and snacks vary widely in shape, purpose and price. Based on data from the POM has happened 1,101 outbreaks of food poisoning. The incidence generally increased from year to year. This study aims to describe the microbiological quality of snack food primary school children in elementary Complex Lariangbangi Makassar. This type of research is descriptive and survey research sample was determined by purposive sampling technique. Processing and data analysis using microsoft excel and presented in tables and descriptive. The results of the study a total of 7 samples contained microbes that exceed the threshold for microbial pathogens while Staphylococcus aureus there are two samples that exceed the threshold are boiled meatballs ( 1 x 105 CFU / g ) and nuggets ( 1 x 105 CFU / g ) and for microbial E. coli was not detected in the sample to 7. Research conclusion that the seven samples is not safe to take if the view of total microbes and to sample boiled meatballs and nuggets are also not safe because it contains Staphylococcus exceeding safe limits Keywords : Food street, microbe, E. coli, Staphylococcus 1

PENDAHULUAN Makanan jajanan atau street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. 1 Konsumsi pangan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri di rumah. 2 Kontribusi pangan jajanan terhadap angka kecukupan gizi remaja perkotaan adalah 21% energi dan 16% Protein. 3 Pangan jajanan anak sekolah juga menyumbang asupan energi bagi anak sebayak 36%, protein 29%, dan besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting pangan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. 4 Berbagai bahaya dapat terjadi berhubungan dengan makanan. 5 Menurut Kepmenkes No:1098/Menkes/SK/VII/2003 6 dan Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pada pasal 9 PP No. 28 Tahun 2004 dijelaskan bahwa cara produksi pangan siap saji yang baik harus memperhatikan aspek keamanan pangan dengan cara mencegah tercemarnya pangan siap saji oleh cemaran biologis yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan. 7 Namun pada kenyataannya hanya sedikit dari penjual makanan yang mematuhi aturan-aturan tersebut dan biasanya hanya dilaksanakan oleh penjual makanan yang dikelola dengan baik. 8 Meskipun kemanan pangan telah ditetapkan dalam undang-undang, namun pelanggaran terhadap produk pangan masih tinggi. 9 Berdasarkan data Badan POM dalam kurun waktu 2001-2009 tejadi 1.101 KLB keracunan pangan. Angka kejadian umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Data agen penyebab keracunan makanan terdiri dari agen berupa mikroba dan kimia. KLB keracunan pangan tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebanyak 197 kejadian. Sekitar 26% dari kasus ini terjadi di sekolah/kampus, 57% terjadi di rumah/tempat tinggal dan sisanya terjadi di hotel/resturant, kantor, dan lainnya masingmasing sebesar 4%, 5%, 8%. 10 Terkait dengan jenis pangan penyebab KLB keracunan pangan tertinggi yaitu masakan rumah tangga dan pangan jasaboga, maka higiene dan sanitasi pengolah pangan menjadi salah satu faktor risiko utama yang menjadi penyebab terjadinya KLB keracunan pangan. 11 Bahaya biologi (mikroba) pada pangan perlu mendapat perhatian karena jenis bahaya ini yang sering menjadi agen penyebab kasus keracunan pangan. 12 Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mutu mikobiologis pangan jajanan anak di SD Kompleks Lariangbangi Kota Makassar. 2

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 April 14 Mei 2014 di SDN Kompleks Lariangbangi kota Makassar dan pemeriksaannya dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu survey deskriptif untuk mengidentifikasi total mikroba dan mikroba patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada pangan jajanan SDN Kompleks Lariangbangi kota Makassar. Populasi pada penelitian ini adalah 13 penjaja pangan yang menjual di sekitar lingkungan SDN Kompleks Lariangbangi, dan yang diambil sebagai sampel yaitu 5 makanan dan 2 minuman yang dipilih dengan cara purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu makanan yang disajikan tidak dalam keadaan panas/hangat dan makanan yang dicurigai cemaran mikrobanya tinggi, seperti disajikan menggunakan tangan (tanpa alat/alas tangan), dipajan tidak menggunakan wadah tertutup serta tidak dikemas dalam wadah tertutup. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data primer dan data sekunder. Pengolahan data jumlah mikroba yang diperoleh dari hasil laboratorium serta data kuesioner diolah secara manual. Kemudian data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk membahas mengenai hasil penelitian. Data hasil laboratorium mengenai total mikroba dan jenis mikroba patogen pada setiap sampel dianalisis secara deskriptif. HASIL Analisis total mikroba setelah dilakukan pengujian sebanyak dua kali (duplo) diperoleh hasil yaitu semua sampel memiliki total mikroba yang berada diatas ambang batas maksimum cemaran mikroba sehingga termasuk dalam kategori tidak aman untuk dikonsumsi (Tabel 1). Hasil pada uji identifikasi mikroba Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yaitu pada semua sampel jajanan (makanan dan minuman) tidak terdapat mikroba patogen Escherichia coli (Tabel 2) sedangkan pada sampel bakso rebus dan nugget mengandung Staphylococcus aureus yang berada diatas batas maksimum (Tabel 3). PEMBAHASAN Hasil menunjukkan bahwa setelah dilakukan dua kali pengulangan menggunakan metode TPC, semua sampel dari masing-masing kantin di SDN Kompleks Larianbangi berada di atas ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan oleh dalam Peraturan BPOM RI Nomor HK 00.06.1.52.401 13 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia pada makanan yaitu 1 x 10 5 koloni/gram dan minuman (sirup) yaitu 5 x 10 2 koloni/ml. 3

Sampel yang memiliki total mikroba yang melebihi ambang batas maksimum cemaran mikroba disebabkan karena pada sampel menggunakan air yang tidak dimasak sebelumnya, hal tersebut diketahui melalui hasil kuesioner mengenai tindakan praktik higiene penjual yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003. 14 Selain itu penyebab lain ketujuh sampel minuman mengandung total mikroba yang melebihi ambang batas mikroba yaitu kandungan zat gizi dan kandungan air yang tinggi yang baik bagi pertumbuhan mikroba yang terdapat pada setiap sampel. Bahan utama sampel seperti daging, nasi, mie merupakan bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga mudah untuk ditumbuhi mikroba. Zat gizi dan kelembaban merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan. Semua mikroorganisme memerlukan zat gizi yang akan menyediakan energi (biasanya diperoleh dari substansi yang mengandung karbon), nitrogen untuk mensintesis protein, vitamin dan zat gizi lain yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan serta mineral-mineral. Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk mempertahankan hidupnya.bakteri memerlukan air lebih banyak daripada khamir dan jamur. 15 Makanan yang telah matang sebaiknya segera dimakan untuk menghindari kontaminasi bakteri dalam makanan sehingga menghindari masuknya bakteri dalam tubuh. Apabila makanan tidak segera dikonsumsi sebaiknya disimpan pada lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan bakteri dan pada suhu seharusnya makanan tersebut disajikan. Kebiasaan menyimpan atau menjajakan makanan selama beberapa jam pada suhu kamar, terutama makanan siap santap berisiko tinggi (ph > 4,5 dan Aw > 0,85), dapat menimbulkan risiko bahaya bagi kesehatan. Penyimpanan dan penjualan makanan siap santap seharusnya dilakukan pada suhu dibawah 70 0 C atau di atas 60 0 C. 15 Hasil pengujian identifikasi mikroba Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada sampel jajanan dengan menggunakan medium EMBA dan MSA terdapat mikroba yang tumbuh namun tidak memiliki ciri-ciri yang kuat sebagai mikroba Escherichia coli sehingga tidak dilaporkan sebagai positif mikroba patogen Escherichia coli. Mikroba yang tumbuh pada medium tersebut merupakan mikroba yang berasal dari udara yang memiliki sifat yang mirip dengan mikroba patogen yang ingin diidentifikasi sehingga mikroba tersebut dapat tumbuh pada medium yang spesifik sekalipun. Tidak terdapatnya Escherichia coli pada sampel menunjukkan sanitasi lingkungan di sekitar SDN Kompleks Lariangbangi tergolong baik. Sedangkan untuk mikroba Staphylococcus aureus ditemukan pada sampel bakso rebus dan nugget masing-masing 1 x 10 5 CFU/g berada di atas ambang batas yaitu 1 x 10 2 CFU/g. 4

Ditemukannya Staphylococcus aureus pada sampel menunjukkan bahwa penjaja makanan dan minuman jajanan memiliki praktik higiene yang kurang baik. Sumber cemaran penyebab makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh bakteri Staphylococcus aureus ialah tangan penjamah makanan yang tidak higienis, wadah/ peralatan/ tempat menjajakan makanan jajanan kurang bersih, serta adanya kontaminasi dari udara yang dapat memicu adanya kontaminasi pada makanan jajanan tersebut. Selain itu, bakteri Staphylococcus aureus ini terdapat dalam mulut, hidung, tenggorokan, mata, dan telinga. Penyebab jajanan terkontaminasi bakteri ini karena pengolah makanan secara sadar atau tidak sadar menyentuh mulut atau melalui saluran pernafasan. Tangan juga merupakan sumber utama mikroba jika kontak langsung dengan makanan/minuman selama proses pengolahan. Ada dua kelompok mikroba yang berada pada tangan, yakni mikroba alami dan mikroba yang sementara berada di tangan. Mikroba alami tangan umumnya berada pada pori-pori kulit yang kebanyakan tidak berbahaya, seperti Staphylococcus epidermidis. Sedangkan mikroba yang sementara berada di tangan berasal dari berbagai sumber karena tangan tidak dicuci bersih dan akhirnya mikroba dapat menempel. Hasil penelitian serupa juga terdapat pada hasil penelitian Sunarno dimana dari 38 kantin di area gedung perkantoran di jakarta, didapatkan satu kantin (4%) yang makanannya terkontaminasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Hasil lainnya adalah untuk Staphilococcus media kontaminasi diketahui melibatkan penjamah makanan. Hal ini terjadi karena pada manusia, bakteri ini sering menginfeksi luka pada jaringan kulit. Adapun yang menjadi keterbatasan pada penelitian ini yaitu pada analisis total mikroba, identifikasi mikroba patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dilakukan hanya 2 kali pengujian yang sebaiknya dilakukan tiga kali pengujian. KESIMPULAN DAN SARAN Total mikroba pada jajanan semua sampel pangan jajanan yang dijajakan di SDN Kompleks Lariangbangi dapat dikatakan tidak aman untuk dikonsumsi karena melebihi ambang batas yang ditentukan. Pada semua sampel jajanan (makanan dan minuman ) di SDN Kompleks Lariangbani tidak terdapat mikroba patogen E.Coli. Sedangkan pada sampel jajanan bakso rebus dan nugget terdapat bakteri Staphylococcus yang melebihi ambang batas yaitu 1 x 10 5 koloni/gram sedangkan ambang batas itu sendiri hanya 1 x 10 2 koloni/gram. Sehingga sampel ini tidak aman untuk dikonsumsi. Praktik higiene penjual jajanan berdasarkan jenis jajanan (makanan dan minuamn ) yang dijajakan tergolong baik 5

Disarankan untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan pengujian laboratorium minimal 2 kali sehingga nantinya hasil yang diperoleh lebih akurat serta perlu meneliti lebih lanjut mikroba patogen lain yang terdapat pada minuman jajanan es jeruk dan es buah di SDN Kompleks Lariangbangi. DAFTAR PUSTAKA 1. Winarno, F, G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 1997. 2. Napitu, N. Perilaku Jajan di Kalangan Siswa SMA di Kota dan di Pinggiran Kota DKI Jakarta [Tesis]. Bogor: Institut Pertania Bogor; 1994. 3. Mudjajanto, E, S, Purwati. Aspek Gizi dan Keamanan Pangan Makanan Jajanan di Bursa Kue Subuh Pasar Senen. Media Gizi dan Keluarga. 2003;27(2):93-99. 4. Aprilia, B, A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar [Skripsi]. Semarang: Universitas Dipenogoro; 2011. 5. Soedarmo, P, Achmad, D, S. Ilmu Gizi Masalah Gizi dan Perbaikannya. Jakarta: Dian Rakyat;1985. 6. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/V/2003. Tentang Hygine Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 7. Depkes RI. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM dan PL; 2004 8. Supraptini. Kualitas Bahan Makanan di Pasar Tradisional di Beberapa Kota di Indonesia (Kota Sragen di Jateng dan Ganyar di Bali) [Laporan Hasil Penelitian]. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan, Badan Litbangkes, Kementrian Kesehatan RI; 2010. 9. Nuhfil, H, AR, Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. Makalah Workshop II Ketahanan Pangan di Jawa Timur; 2009. 10. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Laporan Tahunan 2011. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan; 2012 11. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Buletin:Kejadian Luar Biasa Kemanan Pangan 2010 [Online Jurnal]. [diakses 23 Februari 2014] Available at:http://www.pom.go.id /index.php/ home/berita_ aktual/1165/ Data_Kejadian_Luarbiasa_ Keamanan_Pangan 2010.html 12. Nurjannah, S. Kajian Sumber Cemaran Mikrobiologis Pangan pada Beberapa Rumah Makan di Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 2006;11(3):18-24. 13. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.06.1.52.401. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan; 2009. 6

14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003. Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 15. Yusuf, A, L. Studi Keamanan Mikrobiologis Makanan Di Kantin Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2004 7

LAMPIRAN Tabel 1 Hasil Analisis Total Mikroba Pada Jajanan Anak Di SDN Kompleks Lariangbangi Kota Makassar Koloni pada Medium NA (CFU/gram atau ml) Sampel 1 2 Rata-rata Jumlah Koloni (CFU/ gram atau ml) Ambang Batas Ket. Bakso Rebus 3.4 x 10 6 3,1 x 10 5 1.7 x 10 7 Tidak Aman 1 x 10 5 Nasi Kuning 2,6 x 10 2.6 x 10 2,6 x 10 Tidak Aman CFU/ Bakso 5 x 10 6 3.2 x 10 6 4,1 x 10 6 gram Tidak Aman Goreng Nugget 2,4 x 10 6 2,2 x 10 6 2.3 x 10 6 Tidak Aman Mie Basah 4 x 10 5 5 x 10 5 4.5 x 10 5 Tidak Aman Pop Ice 1 x 10 5 2 x 10 5 1.5 x 10 5 5 x 10 2 Tidak Aman Es Cendol 0 1 x 10 5 1 x 10 5 CFU /ml Tidak Aman Sumber: Data Primer 2014 Tabel 2 Hasil identifikasi mikroba Escherchia coli Pada Pangan Jajanan Anak di SDN Kompleks Lariangbangi Hasil Uji Escherchia coli Sampel 1 2 Rata-rata Jumlah Koloni (CFU/gram atau ml) Ambang Batas Bakso Rebus 0 0 0 Aman < 3/gram Nugget 0 0 0 Aman Nasi Kuning 0 0 0 Aman > 10/gram Mie Basah 0 0 0 Aman Bakso Goreng 0 0 0 < 3/gram Aman Pop Ice 0 0 0 Aman < 3/mL Es Cendol 0 2 2 Aman Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 3 Hasil identifikasi mikroba Staphylococcus aureus Pada Pangan Jajanan Anak di SDN Kompleks Lariangbangi Hasil Uji Rata-rata Sampel Staphylococ Jumlah Koloni Ambang cus aureus (CFU/gram atau Batas Ket 1 2 ml) Bakso Rebus 1 0 1 x 10 5 1 x 10 2 Tidak Aman Nugget 1 0 1 x 10 5 koloni/g Tidak Aman Bakso Goreng 0 0 0 Aman Nasi Kuning 0 0 0 1 x 10 3 Aman Mie Basah 0 0 0 koloni/g Aman Pop Ice 0 0 0 Aman Negatif/mL Es Cendol 0 0 0 Aman Sumber : Data Primer, 2014 Ket 8